Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Eating Disorders


Eating disorders (gangguan makan) adalah suatu sindrom psikiatrik yang
ditandai oleh pola makan yang menyimpang terkait dengan karakteristik psikologik
yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan (Lisal, Johan S,
2008).
Menurut American Psyciatric Association (APA) 2005, gangguan makan
ditandai dengan ekstrem. Gangguan makan hadir ketika seseorang mengalami
gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makanan
dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau
keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan
gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit
atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan
lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan.
Eating disorders dapat dialami oleh semua orang, tidak mengenal status sosial
dan ekonominya. Menurut lembaga National Association qf Neroosu and Associated
Disorders, 90% penderita eating disorders adalah wanita. Kelainan ini biasanya mulai
timbul pada masa remaja dan kadang masa dewasa. Gangguan tersebut juga diderita
oleh wanita-wanita berumur dan pria tetapi dalam jumlah sedikit.

B. Penyebab Eating Disorders


Meskipun tidak ada penyebab tunggal terjadinya Eating disorders (gangguan
makan), beberapa hal yang mungkin berkontribusi pada perkembangan gangguan ini:
1. Body image : Dalam pandangan remaja, tubuh yang bagus adalah yang langsing.
Sehingga banyak yang merasa tidak percaya diri bila tubuhnya tidak langsing.
Body image inilah yang menjadi trigger level munculnya gangguan makan .
2. Faktor genetik : Sebuah jurnal penelitian menyebutkan bahwa 56% anoreksia dan
bulimia terjadi karena faktor genetik. Artinya, kalau ibunya menderita anoreksia
dan bulimia, besar kemungkinan anaknya juga akan mengalami hal yang sama,
serta lebih banyak terjadi pada kembar monozigot dibandingkan dizigot

3
3. Faktor biologik : Berdasarkan studi ditemukan fakta bahwa genetik, hormon dan
bahan kimia yang terdapat di otak berpengaruh terhadap efek perkembangan dan
pemulihan gangguan makan.
4. Faktor psikologis : Fungsi psikologis menyebabkan munculnya anoreksia dan
bulimia adalah stres. Jika sedang stres banyak orang yang doyan makan atau binge,
sebaliknya ada juga yang tidak mau makan sama sekali atau sanggup menahan
lapar ketika stres. Kedua hal ini bisa memicu timbulnya gangguan makan.
Fungsi psikologis lain yang memicu timbulnya gangguan makan adalah
pengharapan yang tidak realistis. Misalnya, remaja yang ingin tubuhnya selalu
tampak bagus, meski sudah melahirkan lebih dari sekali karena tidak berhasil
dengan cara yang wajar, akhirnya mereka terjebak dalam anoreksia atau bulimia.
5. Karakteristik pribadi.
Seseorang dengan anoreksia mungkin merasa buruk tentang dirinya sendiri, merasa
tidak berdaya, dan membenci cara dia terlihat. Dia memiliki harapan yang tidak
realistis terhadap dirinya sendiri dan berusaha untuk kesempurnaan. Dia merasa
tidak berharga, meskipun prestasi dan merasakan tekanan sosial untuk menjadi
kurus.
6. Faktor keluarga : Keluarga yang menerapkan pola asuh over protective bisa
mendorog terjadinya gangguan makan pada remaja.
7. Faktor sosial : Secara sosial seorang remaja merasa lebih bisa diterima jika
memiliki tubuh kurus atau langsing. Maka ia akan berusaha untuk menurunkan
berat badannya. Apalagi jika dengan tubuh yang kurus membuat dia jadi populer,
dipuji, mudah mencapai prestasi, mudah mendapat pacar, dan kemudian
keuntungan lainnya.
8. Faktor budaya : Amerika Serikat memiliki cita-cita sosial dan budaya
ekstrim.Wanita sebagian mendefinisikan diri mereka sendiri tentang bagaimana
menarik secara fisik mereka.

C. Tipe Eating Disorders


Ada tiga tipe utama dari eating disorder:
Terdapat dua tipe utama bagi gangguan makan adalah anoreksia nervosa dan
bulimia nervosa. Kategori ketiga adalah “gangguan makan lain yang tidak ditetapkan”
(EDNOS – eating disorders not otherwise specified) yang memasukkan beberapa
variasi gangguan makan. Kebanyakannya adalah mirip dengan anoreksia atau bulimia

4
tetapi dengan karakter yang berbeda sedikit. Binge-eating disorder, adalah salah satu
tipe EDNOS (APA, 2005).
Bagaimana anda memandang penampilan fisik anda saat ini? Apakah anda
gemuk atau cukup langsing? Bagaimana persepsi anda terhadap penampilan anda
sendiri? Jika anda adalah seseorang yang bertubuh langsing, atau jika penilaian orang
anda cukup kurus, dan anda belum puas dengan penampilan langsing anda saat ini,
awas anda mengalami gangguan anorexia nervosa.
1. Anorexia Nervosa
a. Pengertian Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa merupakan suatu gangguan yang berpotensi
mengancam nyawa akibat kelaparan dan penurunan berat badan yang drastis.
Diagnosa ditegakan jika seseorang kehilangan sedikitnya 15% dari berat
badan normal atau idealnya.
Orang dengan anoreksia nervosa berusaha melaparkan diri, hidup
dengan sedikit atau tanpa makanan untuk waktu yang sangat lama, namun
mereka tetap yakin bahwa mereka masih perlu untuk menurunkan berat badan
lebih banyak lagi.
Anoreksia nervosa lebih dari sekedar masalah dengan makanan. Ini
adalah cara menggunakan makanan untuk merasa mengendalikan perasaan-
perasaan lain yang mungkin tampak luar biasa. Kelaparan adalah cara untuk
orang dengan anoreksia merasa lebih mengendalikan kehidupan mereka dan
untuk meredakan ketegangan, kemarahan, dan kecemasan.
b. Epidemiologi
Anoreksia memiliki prevalensi rata-rata 0,3-1% pada wanita dan 0,1%
pada pria untuk diagnosis di negara maju. Kondisi ini sangat mempengaruhi
wanita remaja muda, dengan antara 15 dan 19 tahun membuat sampai 40%
dari semua kasus. Sekitar 75% orang dengan anoreksia adalah perempuan.
Anoreksia nervosa lebih umum di kelas sosial atas dan dinyatakan menjadi
langka di negara-negara kurang berkembang (Gelder, Mayou dan Geddes
2005).
c. Penegakan diagnosis dalam kriteria untuk anoreksia nervosa:
Orang bersangkutan menolak untuk mempertahankan berat badan
normal. Penurunan berat badan biasanya dilakuan melalui diet, muntah

5
dengan sengaja dan olahraga berlebihan dapat menjadi gambaran anoreksia
nervosa.
1) Mereka sangat takut bila berat badannya bertambah, dan rasa takut
tersebut tidak berkurang dengan turunnya berat badan. Mereka tidak
pernah merasa sudah cukup kurus.
2) Mereka memiliki pandangan menyimpang terhadap tubuh mereka. Bahkan
dalam kondisi kurus mereka tetap merasa bahwa mereka kelebihan berat
badan atau beberapa bagian tubuh gemuk. Mereka biasanya mengecek
berat badan mereka dengan menimbangnya, mengukur berbagai bagian
tubuh, dan mengamati secara kritis tubuh mereka di cermin. Harga diri
mereka terkait dengan menjaga tubuh mereka tetap kurus.
3) Pada perempuan, kondisi tubuh yang sangat kurus menyebabkan
amenorea, yaitu berhentinya periode mentruasi. Dari ketiga kriteria
diagnostik tampaknya kriteria ketiga adalah kriteria yang kurang penting,
melihat para perempuan ada yang mengalaminya dan juga tidak dalam
anoresksia nervosa.
d. Tipe Anoreksia Nervosa
Anoreksia terbagi kepada 2 jenis. Dalam jenis restricting-type anoreksia,
individu tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet saja tanpa makan
berlebih (binge eating) atau muntah kembali (purging), mereka menghindari
konsumsi karbohidrat dan makanan yang mengandung lemak. Pada tipe binge
eating/purging, individu tersebut makan berlebihan kemudian memuntahkan
kembali secara sengaja. (APA, 2005)
e. Tanda dan Gejala Anorexia Nervosa
Seseorang dengan anoreksia akan memiliki banyak tanda-tanda ini:
1) Kehilangan banyak berat badan
2) Berbicara tentang berat badan dan makanan sepanjang waktu
3) Menggerakkan makanan di sekitar piring; tidak memakannya
4) Berat dan jumlah kalori makanan
5) Mengikuti diet ketat
6) Kekhawatiran kenaikan berat badan
7) Tidak akan makan di depan orang lain
8) Mengabaikan / menyangkal kelaparan

6
9) Menggunakan langkah-langkah ekstrem untuk menurunkan berat badan
(self-induced muntah, penyalahgunaan laksatif, penyalahgunaan diuretik,
pil diet, puasa, olahraga yang berlebihan)
10) Berpikir dia gemuk ketika dia terlalu kurus
11) Banyak mendapat sakit beberapa kali sehari
12) Tindakan moody
13) Merasa tertekan
14) Merasa tersinggung
15) Tidak bersosialisasi
16) Memakai pakaian longgar untuk menyembunyikan tampilan
f. Efek Anorexia nervosa
Tubuh tidak mendapatkan energi dari makanan yang dibutuhkan,
sehingga melambat. Lihatlah gambar untuk mengetahui bagaimana anoreksia
mempengaruhi kesehatan Anda.
No Organ yang terkena Efek Gangguan
1. 1 2. Otak dan Saraf Tidak bisa berpikir benar
Takut berat badan
Menyedihkan
Moody
Mudah marah
Memori buruk
Pingsan
Perubahan kimia otak
Rambut menipis dan akan rapuh
2 Jantung  Tekanan darah rendah
 Tingkat memperlambat jantung
 Kepakan jantung (palpitasi)
 Gagal jantung
3 Darah Anemia dan masalah darah lainnya
4 Otot dan Sendi  Lemah otot
 Bengkak sendi
 Patah tulang
 Osteoporosis
5 Ginjal  Batu ginjal
 Gagal ginjal
6 Cairan tubuh  Kalium rendah
 Magnesium rendah
 Rendah natrium
7 Usus  Sembelit
 Kembung
8 Hormone  Periode berhenti
 Keropos tulang

7
9 Masalah tumbuh  Kesulitan hamil
 Jika hamil, risiko lebih tinggi untuk:
 Keguguran
 Memiliki C-section
 Bayi dengan berat lahir rendah
 Depresi pascamelahirkan
10 Kulit Mudah memar
 Kulit kering
 Pertumbuhan rambut halus di seluruh
tubuh
 Menjadi dingin dengan mudah
 Kulit kuning
 Kuku mendapatkan rapuh
11 Kerusakan semua organ Kematian akibat kelaparan atau bunuh
diri

g. Prognosis
Prognosis jangka panjang dari penanganan anoreksia adalah lebih pada
sisi yang menguntungkan. Komorbiditas Survei Nasional Replikasi dilakukan
di antara lebih dari 9.282 peserta di seluruh Amerika Serikat, hasil
menemukan bahwa rata-rata durasi anoreksia nervosa adalah 1,7 tahun.
"Bertentangan dengan apa yang orang mungkin percaya, anoreksia tidak
selalu merupakan penyakit kronis, dalam banyak kasus, itu berjalan saja dan
orang-orang mendapatkan yang lebih baik ..." Dalam kasus-kasus anoreksia
nervosa remaja yang memanfaatkan pengobatan Keluarga 75% dari klien
memiliki hasil yang baik dan 15% menunjukkan hasil yang belum menengah
yang lebih positif. Dalam lima tahun pasca perawatan tindak lanjut dari
Terapi Keluarga Maudsley pemulihan penuh rate antara 75% dan 90%.
Bahkan dalam kasus yang parah AN, meskipun tingkat kambuhan mencatat
30% setelah rawat inap, dan waktu panjang untuk pemulihan mulai 57-79
bulan, tingkat pemulihan penuh masih 76% . Ada kasus-kasus relaps minimal
bahkan pada jangka panjang follow-up dilakukan antara 10-15 tahun
.Prognosis jangka panjang dari anoreksia nervosa berubah:. Seperlima dari
klien tetap sakit parah, lain kelima klien sembuh sepenuhnya dan 3 / 5 dari
klien memiliki program berfluktuasi dan kronis (Gelder, Mayou dan Geddes
2005).

8
2. Bulimia Nervosa
a. Definisi Bulimia
Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang
artinya “extreme hunger” alias lapar yang amat sangat, mereka cenderung
makan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat, seperti orang yang
kelaparan, dan selanjutnya sebagai “kompensasi” dari pola makannya
tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara yang intinya supaya berat
badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan banyak. Bulimia
nervosa merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan terjadinya
gangguan pola makan ditandai dengan makan terlalu banyak dan diikuti
dengan muntah yang dirangsang sendiri , Bulimia nervosa merupakan
penyakit gangguan pada kebiasaan atau pola makan. Bulimia nervosa adalah
pesta makanan yang diikuti dengan mencuci perut atau sampai muntah.
gangguan pola makan biasanya muncul bersamaan dengan penyakit lain
seperti depresi, menjadi bagian dari sebuah kekerasan, dan gangguan
kecemasan. Dalam hal ini, orang yang menderita gangguan pola makan bisa
mengalami komplikasi kesehatan fisik yang lebih jauh lagi, termasuk masalah
kondisi kerja hati dan gagal ginjal, yang mana dapat menyebabkan kematian.
Banyak penderita bulimia memiliki berat badan yang normal dan
kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasa mereka
orang-orang yang kelihatan sehat, sukses di bidangnya, dan cenderung
ferfeksionis. Namun, di balik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang
rendah dan sering mengalami depresi.
b. Kriteria Diagnosis
Ada 3 kriteria yang bisa digunakan untuk mendiagnosis bulimia nervosa
menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Maanual of Mental Disorder),
1994 1,8:
1) Episode berulang dari makan binge (makan dengan cepat dan jumlah
yang banyak pada waktu-waktu tertentu)
2) Perasaan kurang dapat mengontrol terhadap kebiasaan makan selama
periode makan binge
3) Sering memuntahkan makanan sendiri, atau penggunaan obat laksatif
atau diuretik, diet yang keras atau berpuasa, atau latihan olahraga yang
keras untuk mencegah kenaikan berat badan.

9
4) Rata-rata minimum 2 episode makan binge selama seminggu, untuk
paling sedikit 3 bulan
5) Terlalu memikirkan berat badan dan bentuk tubuh terus menerus
c. Tipe Bulimia
Menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder), 1994
Bulimia Nervosa-Purging Type : Tipe yang memuntahkan kembali makanan
setelah sangat kenyang (menggunakan purging medications). Dilakukan
dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan menggunakan obat-
obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan lain. Tujuannya agar
makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak menambah berat
badan.
Bulimia Nervosa-Non Purging Type : Penderita berolahraga berlebihan
setelah makan atau berpuasa untuk mengontrol berat badan, namun tidak
muncul purging behaviors. Tujuannya agar energi yang dihasilkan dari
makanan dapat langsung dibakar dan habis.
d. Tanda-Tanda Bulimia Nervosa
1) Makan Banyak berkelanjutan
2) Menguruskan badan dengan diet berlebihan, puasa, latihan berlebihan
atau memuntahkan kembali
3) Memaksakan diri secara berlebihan untuk kurus
4) Secara berkelanjutan masuk ke kamar mandi setelah makan
5) Jari-jari memerah
6) Pipi lembam
7) Selalu mengukur diri dengan bentuk badan dan berat badan
8) Depresi atau emosi tidak stabil
9) Periode menstruasi yang tidak umum
10) Gigi bermasalah, seperti gigi bolong
11) Mulas-mulas
e. Dampak Bulimia Nervosa
1) Fisik
a) Kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan
apapun

10
b) Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu
sering memuntahkan makanan
c) Lemah, tidak bertenaga
d) Sulit berkonsentrasi.gangguan menstruasi
e) Kematian
f) Erosi dan lubang pada gigi serta penyakit gusi
g) Dehidrasi
h) Iritasi dan pembengkakan tenggorokan
i) Pembengkakan pada pipi
j) Rambut rontok dan kulit kering
k) Masalah pencernaan
2) Psikologis
a) Perasaan tidak berharga
b) Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah
c) Mudah merasa bersalah
d) Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain
e) Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak
f) Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya
g) Minta perhatian orang lain
h) Depresi (sedih terus menerus)
3. Pencegahan dan Penanggulangan Aneroksia Nervosa dan Bulimia Nervosa
a. Program pencegahan primer : Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi
berisiko tinggi seperti murid wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan
makan pada mereka yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat
berupa program pendidikan mengenai sikap dan perilaku terhadap remaja.
b. Program pencegahan sekunder : Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan
intervensi dini, dengan memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di
pusat pelayanan kesehatan primer.
4. Treatment Aneroksia Nervosa dan Bulimia Nervosa
a. Terapi Anoreksia
Klien anoreksia nervosa dapat sangat sulit diterapi karena mereka sering
kali menentang terapi dan tampak tidak tertarik dengan terapi yang disebabkan
oleh penyangkalan mereka bahwa ada masalah. Tempat terapi meliputi unit
khusus rawat inap gangguan makan, program hospitalisasi persial atau program

11
terapi sehari, dan terapi rawat jalan. Pilihan tempat terapi bergantung pada
keparahan penyakit, seperti berat badan, gejala fisik, lamanya perilaku makan
berlebihan dan pengurusan, dorongan untuk langsing, ketidakpuasan terhadap
tubuh dan adanya kondisi psikiatri komorbid (White & Litovitz, 1998).
Komplikasi utama yang mengancam jiwa dan menunjukkan kebutuhan untuk
masuk rumah sakit adalah ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan metabolik
yang berat, komplikasi kardiovaskular, penurunan berat badan yang parah dan
akibatnya (Patel et all, 1998), dan beresiko bunuh diri.
Terapi rawat jalan berhasil dengan baik pada klien yang sakit selama
kurang dari 6 bulan, tidak makan berlebihan dan melakukan pengurusan, serta
mempunyai orang tua yang mungkin berpartisipasi secara efektif dalam terapi
keluarga (Helmi, 2000).
Pengobatan untuk anoreksia nervosa mencoba untuk mengatasi tiga bidang
utama, yaitu; mengembalikan seseorang untuk berat badan yang sehat,
mengobati gangguan psikologis yang berkaitan dengan penyakit, mengurangi
atau menghilangkan perilaku atau pikiran yang awalnya mengarah pada makan
teratur.
1) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis berfokus pada perbaikan berat badan,
rehabilitas nutrisi, rehidrasi, dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit.
Klien diberi makanan dan kudapan dengan gizi seimbang, secara bertahap
ditingkatkan asupan kalorinya sampai tidak normal yang sesuai dengan
ukuran tubuh, usia dan aktifitasnya. Klien yang mengalami malnutrisi
berat mungkin memerlukan nutrisi parenteral total, pemberian makan
melalui selang, hiperalimentasi untuk memberikan asupan nutrisi yang
adekuat. Akses klien ke kamar mandi biasanya diawasi untuk mencegah
perilaku pengurasan saat klien mulai makan lebih banyak. Penambahan
berat badan dan asupan makan yang adekuat paling sering menjadi kriteria
untuk menentukan keefektifan terapi.
2) Psikofarmakologi
Beberapa kelas obat-obatan telah diteliti, tetapi sedikit yang
menunjukkan keberhasilan secara klinis. Amitriktilin (elafil) dan
siproheptadine antihistamin (periactin) dalam dosis tinggi (sampai 28
mg/hari) dapat meningkatkan penambahan berat badan pada klien rawat

12
inap dengan anoreksia nervosa (helmi, 2000; petterson & michael, 1999).
Fluoksetin (frozac) menunjukkan beberapa keefektifan dalam mencegah
relaps pada klien yang berat badannya telah pulih sebagian atau pulih total
(petterson & michael, 1999). Pemantauan yang ketat dibutuhkan karena
penurunan berat badan dapat menjadi efek samping fluoksetin.
3) Psikoterapi
Terapi keluarga dapat bermanfaat bagi keluarga dari klien yang
berusia kurang dari 18 tahun. Keluarga yang menunjukkan enmeshment,
batasan yang tidak jelas diantara anggota keluarga dan kesulitan mengatasi
emosi dan konflik, dapat dimulai menyelesaikan masalah tersebut dan
meningkatkan komunikasi dalm keluarga. Terapi keluarga juga berguna
untuk membantu anggota keluarga menjadi partisipan yang efektif dalam
terapi klien. Studi menunjukkan dalam keluarga yang disfungsional dapat
memerlukan waktu dua tahun untuk menunjukkan perbaikan fungsi
(gowers dan north, 1999; North et al, 1997).
Terapi individual untuk klien anoreksia nervosa dapat diindikasikan
pada beberapa keadaan, seperti jika keluarga tidak dapat berpartisipasi
dalam terapi keluarga, jika klien lebih tua atau berpisah dari keluarga inti,
atau jika klien mempunyai masalah individual yang membutuhkan
psikoterapi. McIntosh et al. (2000) melaporkan bahwa fungsi
interperasonal dapat diperbaiki dan gejala dikurangi dengan terapi yang
berfokus kepada masalah berduka, perselisihan interpersonal, defisit
interpersonal, dan transisi berat.
b. Terapi Bulimia
Sebagian besar klien bulimia diterapi rawat jalan. Masuk rumah sakit
akan diindikasikan jika perilaku makan berlebihan dan pengurasan tidak
terkontrol dan status medis klien memburuk. Sebagian besar klien bulimia
mempunyai berat badan yang mendekati normal sehingga mengurangi
perhatian tentang malnutrisi berat (yang merupakan satu faktor pada klien
anoreksia nervosa).
1) Terapi Kognitif Perilaku
Terapi kognitif perilaku ditemukan sebagai terapi yang paling efektif
bagi bulimia (Helmi, 2000). Pendekatan rawat jalan ini sering kali
menggunakan manual yang terperinci untuk memandu terapi. Strategi

13
yang dirancang untuk mengubah pemikiran klien atau kognisi dan
tindakan (perilaku) tentang makanan yang berfokus pada tindakan
menghentikan siklus diet, makan berlebihan, dan pengurasan serta
mengubah pemikiran dan keyakinan disfungsional klien tentang berat
badan, citra tubuh dan seluruh konsep diri (Helmi, 2000).
Kombinasi terapi kognitif perilaku dengan psikoedukasi yang
menggunakan format individu maupun kelompok terbukti efektif dalam
hal hasil, biaya, dan kepuasan klien (White, 1999). Agras et al (2000)
menemukan bahwa terapi kognitif perilaku menghasilkan perbaikan yang
lebih cepat pada klien bulimia daripada psikoterapi interpersonal.
2) Psikofarmakologi
Sejak tahun 1980-an beberapa studi yang terkontrol dilakukan untuk
mengevaluasi kefektifan antidepresan untuk mengobati bulimia. Obat-
obatan seperti desipramin (norpramin), imipramin (tofranel), amitriptilin
(elafil), nortriptilin (pamelor), fenelzin (nardil), dan fluoksetin (frozak)
diresepkan dengan dosis yang sama dengan yang biasa digunakan untuk
mengobati depresi. Pada semua studi antidepresan lebih efektif daripada
plasebo dalam mengurangi makan yang berlebihan. Obat juga
memperbaiki mood dan mengurangi preokupasi dengan bentuk dan berat
badan (Helmi, 2000; Petterson & Michael, 1999). Akan tetapi hanya 22%-
25% klien yang mengalami abstinense total dari makan yang berlebihan
dan pengurusan diakhir terapi (Agras, 1997; Helmi, 2000)
3) Terapi nutrisi
Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai
tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola
makan yang salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita
bulimia nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan
serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Selain dengan
pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga
secara tepat dan teratur

14
c. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah
membaik :
1) Setelah pengobatan biasanya klien akan mengulangi kebiasaannya untuk
makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu
merupakan respon yang fisiologis
2) Agar klien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar yang
timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi
3) Kalau pengobatan berhasil, maka klien akan mengurangi ketergantungan
terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat
berlangsung untuk beberapa bulan.
4) Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah
berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan
memberikan rasa paercaya diri kepada klien terhadap penampilan dan berat
badannya
5. Binge Eating Disorders
a. Definisi
Individu dengan gangguang binge-eating disorder merupakan bentuk
dari perilaku makan dimana individu seperti kehilangan kontrol terhadap
nafsu makan. Tidak seperti gangguan bulimia, individu dengan gangguan ini
tidak melakukan kegiatan apapun untuk menguruskan badannya.
Binge eating disorder (BED) adalah gangguan makan paling biasa di
Amerika Serikat, mempengaruhi 3,5% perempuan dan 2% laki-laki dan
secara umum lebih dari 30% dari mereka mencari pengobatan untuk
mengurangi berat badan. Walaupun ini belum juga diklasifikasikan sebagai
sebuah gangguan makan yang terpisah/tersendiri, ini pertama kali diuraikan
tahun 1959 oleh psikiater dan peneliti Albert Stunkert sebagai “Night Eating
Syndrome” (NES), dan istilah “Binge Eating Disorder” diciptakan untuk
menguraikan perilaku makan tipe “binging” yang sama tanpa komponen
nocturnal (malam hari). BED biasanya mengarah ke obesitas walaupun ini
dapat terjadi dalam berat normal individual. Mungkin ada faktor warisan
genetik yang terlibat dalam berdiri sendirinya BED dari resiko-resiko obesitas
lainnya dan ada juga insiden yang lebih tinggi dari psychiatric comorbidity
(comorbidity: kehadiran simultan dari dua kondisi medis, seperti seseorang
dengan schizophrenia dan penyalahgunaan obat-obatan), dengan persentase

15
dari individual-individual dengan BED dan sebuah “Axis I Comorbid”
gangguan psychiatric menjadi 78,9% dan untuk mereka dengan subklinikal
BED, 63,6%.
b. Ciri-ciri
1) Kadangkala tidak latihan mengontrol konsumsi makanan berlebihan.
2) Makan seporsi makanan yang tidak wajar (sangat banyak) pada satu
waktu, lebih banyak daripada yang akan dimakan oleh orang normal pada
waktu yang sama.
3) Waktu makan Binge lebih cepat daripada waktu makan orang normal.
4) Makan sampai secara fisik tidak merasa nyaman dan muak pada
banyaknya makanan yang baru dikonsumsi.
5) Makan ketika depresi atau bosan.
6) Makan dalam jumlah yang banyak bahkan ketika tidak begitu lapar.
7) Biasanya makan sendiri selama masa binge, dalam tujuan untuk
menghindari penemuan gangguan itu.
8) Seringkali makan sendirian selama waktu makan normal, berhutang pada
perasaan malu tentang makanan.
9) Merasa menjijikan, depresi, atau berdosa setelah makan binge (binge
eating).
10) Secara cepat naik berat badan, dan/atau onset tiba-tiba dari obesitas.
c. Hubungan dengan gangguan makan lainnya
Berat badan atau obese. Gangguan makan Gejala-gejala makan binge
juga ada dalam bulimia nervosa. Kriteria diagnosis formalnya serupa dalam
subjek itu, keharusan binge paling sedikit dua kali seminggu untuk periode
minimum dari 3 bulan. Tidak seperti dalam bulimia, mereka penderita BED
tidak memuntahkan kembali makanannya, cepat, atau melakukan olahraga
berat setelah binge eating. Tambahan, tipikal berat normal penderita bulimia,
adalah dibawah berat badan (yang seharusnya) tapi telah berberat badan lebih
sebelumnya.
Mereka penderita gangguan makan binge lebih seperti kelebihan binge
serupa, tapi berbeda dari kelebihan makan kompulsif. Mereka penderita BED
tidak memiliki keharusan untuk makan berlebih dan tidak menghabiskan waktu
banyak berfantasi tentang makanan. Kebalikannya, beberapa orang dengan
gangguan makan binge memiliki perasaan negatif yang besar tentang makanan.

16
Sama dengan gangguan makan lainnya, binge eating adalah sebuah “gangguan
ekspresif”--sebuah gangguan yang merupakan sebuah ekspresi dari masalah
psikologis yang lebih dalam.
Beberapa peneliti percaya BED adalah bentuk yang lebih halus dari
bulimia nervosa, sementara lainnya membantahnya bahwa ini adalah gangguan
yang berbeda sendiri. Sekarang, DSM-IV mengkategorisasikan ini dibawah
Eating disorder not otherwise specified (EDNOS), sebuah indikasi bahwa
diperlukannya lebih banyak penelitian.
d. Peristiwa dan faktor resiko
Banyak orang dengan masalah ini adalah berberat badan lebih atau obese,
tapi orang dari berat badan normal juga dapat memiliki gangguan ini.
Sekitar dua persen dari seluruh orang dewasa di Amerika Serikat (sama
banyaknya dengan 4juta orang Amerika) memiliki gangguan makan binge.
Sekitar sepuluh sampai lima belas persen orang yang agak obese atau mencoba
untuk menurunkan berat badan sendirian atau melalui program komersial untuk
menurunkan berat badan memiliki gangguan makan binge. Gangguan ini
bahkan lebih lazim pada orang yang sama sekali obese.
Gangguan makan binge dua kali sama biasanya diantara perempuan juga
antara laki-laki. Gangguan ini ditemukan dalam seluruh kebudayaan-etnis dan
populasi rasial. Orang yang obese dan memiliki gangguan makan binge sering
menjadi kelebihan berat badan pada usia lebih muda daripada mereka yang
tanpa gangguan ini. Mereka mungkin juga kehilangan dan menaikkan kembali
berat badan lebih sering, atau menjadi paranoid tentang menaikkan berat
badan.
e. Penyebab
Tidak ada yang tahu dengan pasti apa yang menyebabkan gangguan
makan binge. Sama banyak dengan setengah dari seluruh orang dengan
gangguan makan binge telah depresi dalam masa lalunya. Apakah depresi yang
menyebabkan gangguan makan binge, apakah gangguan makan binge yang
menyebabkan depresi, atau apakah keduanya memiliki sebuah hubungan
sebab-akibat, tidak diketahui pasti. Point pemicu bisa jadi emosi seperti
kebahagiaan, kemarahan, kesedihan atau kebosanan. Perilaku impulsif dan
beberapa masalah emosi lainnya dapat menjadi lebih biasa pada orang dengan
gangguan makan binge. Bagaimanapun, banyak orang juga mengklaim bahwa

17
bingeing terjadi tanpa menghiraukan mood mereka. Ini juga tidak jelas apakah
dieting dan binge eating berhubungan. Beberapa studi menunjukkan bahwa
sekitar setengah dari seluruh orang dengan gangguan makan binge memiliki
episode binge sebelum mereka mulai untuk diet.
Para peneliti juga mengatakan bahwa gangguan makan binge lebih biasa
ditemukan antara atlet yang kompetitif seperti perenang atau pesenam yang
bentuk badannya secara tetap menjadi contoh bagi publik/diperhatikan publik.
Atlet-atlet yang terpengaruh dalam olahraga ini cenderung untuk
membandingkan badan mereka sendiri dalam cara yang negatif dengan mereka
yang merupakan teman satu timnya. Ada sebuah penelitian tentang bagaimana
bahan kimia otak dan metabolism mempengaruhi gangguan makan binge, tapi
studi ini adalah dalam tingkat lebih awalnya sendiri.
f. Komplikasi
Sementara orang cenderung untuk makan berlebih dari waktu ke waktu,
kebiasaan konsisten dari konsumsi yang sering dari jumlah besar makanan
dalam periode singkat dari waktu biasanya mengarah pada naiknya berat badan
dan obesitas. Konsekuensi kesehatan problematis yang paling menonjol dari
tipe gangguan makan ini dibawa oleh hasil kenaikan berat badan dari episode
bingeing. Orang dengan gangguan makan binge mungkin jadi sakit hak untuk
sebuah kekurangan nutrisi yang pantas.
Episode-episode bingeing biasanya memasukkan makanan yang tinggi
lemak, gula, dan/atau garam, tapi rendah vitamin dan mineral. Individual
biasanya sangat sedih tentang binge eating mereka dan mungkin jadi depresi.
Mereka yang obese dan juga memiliki gangguan makan binge dalam esiko
untuk diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi (hypertension), tingkat kolesterol
darah tinggi (hypercholesterolemia), penyakit kandung empedu, penyakit
jantung, dan beberapa tipe dari kanker. Banyak orang dengan gangguan makan
binge telah mencoba untuk mengontrolnya sendiri, tapi tidak mampu untuk
mengontrolnya dalam waktu lama. Beberapa orang melewatkan kerja, sekolah,
atau kegiatan sosial untuk binge eat. Orang obese dengan gangguan makan
binge sering merasa buruk tentang diri mereka dan mungkin menghindari
pertemuan sosial. Mereka yang binge eat, apakah obese atau tidak, merasa
malu, dan menyadari dengan baik gangguan pola makan mereka, dan mencoba
untuk menyembunyikan masalah mereka. Seringkali mereka menjadi sangat

18
baik dalam menyembunyikannya, bahkan teman dekat dan anggota
keluarganya tidak menyadari bahwa mereka binge eat. Beberapa dari gejala
yang biasa terjadi adalah:
1) Makan makanan dalam jumlah besar, bahkan ketika secata fisik tidak
lapar.
2) Makan sampai merasa kekenyangan dan tidak nyaman.
3) Makan sendirian keluar dari rasa malu pada kuantitas makanan yang
sedang dimakan.
4) Merasa menjijikkan, depresi, atau berdosa setelah makan.
g. Dieting
Orang yang tidak kelebihan berat badan harus menghindari dieting,
karena ini kadang-kadang membuat binge eating mereka jadi lebih buruk.
Dieting disini berarti melewatkan makan, makan tidak cukup kalori setiap hari,
atau menghindari beberapa macam dari makanan, seperti karbohidrat atau
lemak. Banyak orang dengan gangguan makan binge obese dan memiliki
masalah kesehatan karena berat mereka.
Orang dengan gangguan makan binge yang obese mungkin menemukan
ini lebih susah untuk tetap dalam sebuah program menurunkan berat badan.
Mereka juga mungkin kehilangan berat badan daripada orang lain, dan
mungkin menaikkan berat badan lebih cepat dalam usaha untuk memperlambat
metabolism. (ini bisa jadi lebih buruk ketika mereka juga memiliki masalah
seperti depresi, kesulitan mengontrol perilaku mereka, dan masalah
berhubungan dengan orang lain.) orang ini mungkin membutuhkan treatment
(pengobatan) untuk gangguan makan binge sebelum mereka mencoba
menurunkan berat badan. Dieting biasanya tidak berhasil untuk mereka dengan
BED, mereka biasanya akan menaikkan kembali semua berat badan yang
hilang, dan kadang-kadang lebih. Mereka dengan BED memiliki kesulitan
yang lebih mengikuti treatment menurunkan berat badan tradisional.
h. Pengobatan (Treatment)
Orang dengan BED, apakah atau tidak mereka ingin untuk menurunkan
berat badan, harus mencari pertolongan dari professional kesehatan termasuk
tabib/dokter, nutrisionis, psikiater, psikolog, pekerja sosial klinis atau dengan
menghadiri pertemuan 12-langkah Overeaters Anonymous. Bahkan mereka
yang tidak kelebihan berat badan biasanya sedih dengan binge eating mereka,

19
dan treatment bisa menolong mereka. Walaupun profesional kesehatan mental
mungkin jadi membiasakan diri pada ciri-ciri BED, banyak tabib/.dokter tidak
mengangkat pertanyaan, apakah karena mereka tidak diinformasikan tentang
kondisinya atau terlalu malu untuk bertanya tentang hal ini. Karena ini adalah
gangguan psychiatric yang tidak diketahui di DSM-IV, ini susah untuk
memperoleh insurance reimbursement untuk pengobatan.
Ada beberapa cara berbeda untuk memperlakukan BED. Cognitive-
behavioral therapy mengajarkan orang bagaimana untuk menjaga pola makan
mereka dan mengganti kebiasaan makan tidak sehat mereka. Ini juga
mengajarkan mereka bagaimana untuk mengubah cara mereka berperan dalam
situasi sulit. Interpersonal psychotherapy membantu orang untuk melihat
hubungan mereka dengan teman dan keluarga dan membuat perubahan dalam
area masalah. Drug therapy, seperti antidepressants, mungkin bisa berguna bagi
beberapa orang.
Para peneliti tetap mencoba untuk menemukan pengobatan yang paling
membantu atau berguna dalam mengontrol BED. Metode-metode yang
disebutkan disini kelihatan sama bergunanya. Untuk orang yang kelebihan
berat badan, sebuah program penurunan berat badan untuk meningkatkan
kesehatan dan untuk membangun self-esteem, sama baiknya dengan konseling,
menunjukkan dengan tepat akar dari masalah psikologis yang memicu episode
binge mereka, mungkin menjadi pilihan terbaik.

20

Anda mungkin juga menyukai