Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN


“ASPIRASI BENDA ASING”
Dosen pengampu; Dhian Luluh Rohmawati, M.Kep.,SP.Kep.MB

Anggota kelompok 3

Dewi Mahfudoh (015.18.16.239)

Dheky Windi Prasetyo (015.18.16.240)

Dika Nur Alifah (015.18.16.241)

Fahmi Frida Agustina (015.18.16.254)

Lilis Dwi Oktavianti (015.18.16.273)

Restu Indah Asih Sesanti (015.18.16.290)

Tina Octaviana (015.18.16.303)

Tingkat 3 B

YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN KETONGGO

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen Keperawatan Gawat Darurat sebagai syarat untuk memenuhi sebagian
nilai tugas. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga penulis
mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun
demi memperbaiki kekurangan makalah ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Direktur Akper Pemkab Ngawi Ibu Siti Maimunah, S.Kep.,Ns.,M.Kes.


2. Dosen Keperawatan Gawat Darurat Ibu Dhian Luluh Rohmawati,
M.Kep.,SP.Kep.MB yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
3. Kedua orang tua yang telah memberi dorongan dan motivasi.
4. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Terakhir kalinya penulis berharap semoga makalah yang disusun ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat memberi motivasi bagi pembaca.

Ngawi,September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Rumusan masalah ..................................................................................................
C. Tujuan Penulisan Makalah ......................................................................................

BAB II ISI
A. Pengertian aspirasi benda asing ..............................................................................
B. Etiologi dan patogenesis .........................................................................................
C. Gejala klinis ............................................................................................................
D. Patofisiologi ............................................................................................................
E. Pathway ...................................................................................................................
F. Komplikasi ..............................................................................................................
G. Pemeriksaan penunjang ..........................................................................................
H. Penatalaksanaan ......................................................................................................

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

a. Pengkajian primer ...................................................................................................


b. Pengkajian sekunder ...............................................................................................
c. Analisa data ............................................................................................................
d. Diagnosa keperawatan ...........................................................................................
e. Intervensi keperawatan ..........................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benda asing dalam suatu organ merupakan benda yang berasal dari luar tubuh
maupun dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang
berasal dari luar tubuh dikenal dengan benda asing eksogen yang biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh dikenal dengan
benda asing endogen (Yunizaf, 2012). Benda asing eksogen contohnya seperti biji-
bijian, tulang, jarum, paku, peniti, kelereng, manik, pluit, batu, dll (Yunizaf, 2012).
Sementara itu, benda asing endogen berupa sekret kental, bekuan darah, krusta
membran difteri, cairan amnion, dan mekonium (Klarisa & Elvie, 2014). Benda-benda
asing yang sering ditemukan biasanya makanan, mainan, dan peralatan rumah tangga
yang berukuran kecil. Pada orang dewasa berupa bahan atau makanan yang tidak
dapat dicerna, seperti biji buah-buahan, gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging
yang melekat pada tulang, sedangkan pada anak-anak yang paling sering adalah uang
logam (Kornia dkk., 2013).
Benda asing yang tersangkut di saluran cerna dapat terjadi pada semua umur
terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda-benda ke dalam
mulutnya bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan sehingga benda
asing dapat tersangkut di laring, trakea, atau bronkus. Tempat tersangkutnya benda
asing tergantung pada ukuran dan bentuk benda asing tersebut. Benda asing yang
kecil dapat masuk melewati laring ke trakea atau bronkus. Aspirasi benda asing lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa (Kornia dkk., 2013). Selain itu,
insiden benda asing juga bisa terjadi pada penderita yang terbelakang perkembangan
mentalnya akibat ketidaktahuannya (Subroto dkk., 2010). Peristiwa tertelan dan
tersangkutnya benda asing adalah masalah utama pada anak usia 6 bulan sampai usia
6 tahun dan kejadian ini dapat terjadi pada tiap lokasi di esofagus, baik ditempat
penyempitan fisiologis maupun patologis serta dapat pula menyebabkan komplikasi
fatal karena perforasi (Yunizaf, 2012). Sebanyak 80% kasus terjadi pada anak–anak
berusia kurang dari 4 tahun (Klarisa & Elvie, 2014)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan kegawat daruratan pada pasien dengan aspirasi
benda asing?

C. Tujuan Penulisan
 Tujuan umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan pada pasien dengan
aspirasi benda asig
 Tujuan khusus
1. Mengkaji pasien dengan diagnosa aspirasi benda asing
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa aspirasi
benda asing
3. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa aspirasi
benda asing
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa aspirasi
benda asing
5. Mengevaluasi pasien dengan diagnosa aspirasi benda asing
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
aspirasi benda asing
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Aspirasi Benda Asing


Benda asing dalam suatu organ merupakan benda yang berasal dari luar tubuh
maupun dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang
berasal dari luar tubuh dikenal dengan benda asing eksogen yang biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh dikenal dengan
benda asing endogen (Yunizaf, 2012).
Saluran pernapasan atas dapat tersumbat oleh benda-benda asing seperti
keratan daging yang terjebak di laring, yang superior terhadap pita suara .penderita
jelas tercekik dan akan menjadi sianosis, khususnya di wajah dan leher.sering tak ada
kehilangan kemampuan mengekspirasi. Sehingga paru mampir-hampir seluruhnya
terkuat kecuali udara yang tetap sebagai ruang rugi.

B. Etiologi dan Patogenesis


Kejadian aspirasi benda asing pada anak balita dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti belum berkembangnya gigi geraham, mekanisme menelan belum
sempurna, jalan napas sempit, kebiasaan meletakkan objek ke dalam mulut, dan
aktivitas fisik yang aktif. Kurangnya pengawasan orang tua juga meningkatkan risiko
aspirasi benda asing. Pada usia yang lebih muda, objek yang sering menjadi
penyebab aspirasi adalah makanan, pada anak yang lebih tua banyak disebabkan oleh
benda non-organik, seperti mainan, koin, dan kancing. Respons inflamasi berkaitan
dengan bahan objek tersebut. Logam biasanya bereaksi minimal, sedangkan bahan
lipophilic merangsang inflamasi akibat kandungan asam lemaknya. Pada makanan
bertepung, sumbatan parsial dapat menjadi total karena sifatnya yang menyerap air.
Aspirasi benda asing berisiko terjadinya gangguan napas, atelektasis, bronkiektasis,
pneumonia berulang, pembentukan jaringan granulasi, serta asfiksia yang
mengancam nyawa. Pada beberapa kasus, benda asing dapat tersangkut pada glotis
yang mengakibatkan gangguan napas akut, suara serak, dan stridor. Jika objek yang
tersangkut sangat kecil, dapat tidak terdeteksi hingga berminggu–minggu. Asfiksia
bisa terjadi pada awal aspirasi ataupun saat tindakan evakuasi benda asing. Asfiksia
akibat aspirasi benda asing memiliki angka kematian hingga 45%, sedangkan 30%
pasien yang selamat dapat berkembang menjadi hipoksia ensefalopati.
C. Gejala Klinis
Gejala akut obstruksi saluran nafas yang disebabkan oleh benda asing di
trakea (TFB, tracheal foreign body) meliputi tercekik, tersumbat, atau mengi yang
terjadi singkat pada periode awal. Keadaan ini dapat disertai suara serak, sianosis,
afonia, atau disfonia. Pada anak, sampai 50% aspirasi akut tidak disaksikan oleh
orang lain. Jika benda asing masuk ke dalam trakea, gejala-gejala ini hilang dan dapat
menjadi buruk, stridor inspirasi, mengi, takipnea, retraksi suprasternal, dan bunyi
pernapasan melemah.

D. Patofisiologis
85% aspirasi benda asing terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dan
sebagian besar terjadi pada anak berusia 1-3 tahun. Produk makanan sering
terinspirasi, dan kacang-kacangan merupakan sumber paling sering terjadinya TFB
pada anak. Pada orang dewasa, benda asing cenderung menyumbat di sisi kanan. Pada
anak-anak, dilaporkan berkisar 30-40% di sisi kanan, dan 10-20% di area
laringotrakea.

E. Pathway

F. Komplikasi
Komplikasi benda asing yang paling sering meliputi:
1. Infeksi paru
2. Pneumotoraks
3. Pembentukan fistula
4. Perforasi
5. Atelektasis
6. Striktur.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. foto x-ray
Pasien dengan kondisi stabil dapat menjalani pemeriksaan x-ray untuk
melihat dan menentukan posisi sumbatan radioopak Pada sumbatan di jalan napas
bagian atas dilakukan foto x-ray leher, namun bila dicurigai sumbatan ada di
trakea maka dilakukan foto x-ray toraks. Abnormalitas yang sering terlihat pada
foto toraks adalah hiperinflasi unilateral karena adanya air trapping yang jelas
terlihat pada saat akhir ekspirasi. Pada anak yang tidak kooperatif dapat
dilakukan foto posisi lateral dekubitus
2. CT scan
CT scan digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi
sumbatan benda asing yang tidak jelas terlihat
3. Bronkoskopi
Pemeriksaan bronkoskopi kaku merupakan gold standard. Beberapa jenis
bronkoskopi antara lain bronkoskopi kaku, lentur, dan virtual, belakangan makin
luas digunakan. CT scan dan bronkoskopi virtual lebih sensitif dibandingkan foto
x-ray.

H. Penatalaksanaan
Penanganan aspirasi benda asing dilakukan sesegera mungkin terutama saat
terjadi gagal napas sesuai AHA atau ERC.
Pertama, nilai keefektifan batuk, bila tidak efektif maka segera nilai tingkat
kesadaran anak. Pada anak yang sadar, bagi yang berusia <1 tahun dapat dilakukan 5
kali back blow diikuti dengan 5 kali kompresi dada, sedangkan pada anak usia >1
tahun dapat dilakukan manuver Heimlich. Pada anak yang tidak sadar, kriteria ERC
dan AHA berbeda, yakni pada ERC yang pertama dilakukan adalah mengamankan
jalan napas, lalu diberikan 5 napas bantuan dan resusitasi jantung paru.
Sedangkan menurut AHA, lakukan resusitasi jantung paru dengan 30
kompresi dan 2 napas bantuan. Evakuasi benda asing dengan bronkoskopi merupakan
pilihan utama. Bronkoskopi kaku biasanya dilakukan dengan anestesi umum. Adanya
bronkoskopi lentur dan virtual mampu menurunkan angka penggunaan bronkoskopi
kaku, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.Komplikasi saat evakuasi
benda asing tergantung keterampilan operator, jenis anestesi, kondisi pasien, dan
ketersediaan instrumen. Pencegahan dengan edukasi orang tua diharapkan dapat
menurunkan kejadian aspirasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Primer
a. Airway
Jalan napas, adakah sumbatan jalan napas berupa sputum, lendir atau pun darah
yang ditandai oleh kesulitan bernapas atau suara napas yang berbunyi (stridor,
hoarness)
b. Breathing
1) Klien sesak, batuk, mengi, tidak mampu menelan
2) Bunyi napas : gemerik (edema paru), stridor (edema laryngeal) ronkhi (sekret
jalan napas dalam)
3) Pernapasan menggunakan otot-otot pernapasan
4) Pernapasan cepat lebih dari >50 x/menit
5) Irama pernapasan regular/ ireguler
c. Circulation
1) Tekanan darah hipotensi
2) Takikardia
3) Disritmia, detak jantung tidak beraturan
4) Edema jaringan
5) Kulit dingin, pucat
6) Akral dingin

B. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat kesehatan pasien
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan saat bermain bersama teman-temannya, anaknya tidak
sengaja memasukkan manik-manik ke dalam hidungnya dan susah untuk
bernafas karena hidungnya tersumbat, terdapat sedikit perdarahan dari lubang
hidung
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit seperti ini, jika sakit hanya
batuk pilek biasa saja
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 25 x/menit
Suhu : 38oc
c. Pengkajian fisik
B1(breathing) :Tidak teratur, suara nafas ronchi berhubungan dengan adanya
sumbatan pada hidung
B2 (blood) : Ada sedikit perdarahan pada lubang hidung
B3 (brain) : Pasien composmentis
B4 (bladder) : Normal
B5 (bowel) :Nafsu makan menurun, porsi makan menurun dan BB
menurun
B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise

C. Analisa data
No Data Problem Etiologi
1. Ds : pasien mengeluh nyeri
kepala, nyeri seperti tertusuk- Inflamasi pada sinus
tusuk setiap saat frontal
Do :
-pasien mengalakan nyeri pada peradangan
Nyeri
daerah kepala
- skala nyeri 8 dari rentang 1-10 Nyeri pada kepala
- pasien tampak gelisah
- RR: 25 x/mnt

2. Ds : pasien mengatakan banyak


secret yang keluar dan juga
mengental Peningkatan jumlah
Do : secret
Bersihan jalan
-ada pernafasan cuping hidung
nafas tidak efektif
-adanya retraksi dada Bersihan jalan nafas
-suara tambahan ronchi tidak efektif
-RR : 18 x/mnt
3. Ds : pasien merasakan demam Senyawa atau benda
Do : asing
-kesadaran : composmentis
-Suhu : 38OC Radang akut +
-Akral hangat kronis
-Membran mukosa kering
Hipertermi
Infeksi

Peningkatan leukosit

Hipertermi

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada sinus frontal
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah secret
3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi

E. Intervensi Keperawatan
 Diagnosa 1: Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada sinus frontal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
nyeri yang dirasakan klien berkurang atau menghilang
Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang menjadi skala 3 dari rentang 1-10
b. Respirasi dalam batas normal 16-20 x/mnt
c. Nadi dalam batas normal 60-100 x/mnt
d. Klien Nampak rileks
Intervensi keperawatan
1. Observasi tanda-tanda vital, keluhan klien serta skala nyeri
R/ untuk memastikan bahwa nyeri berkurang yang ditandai dengan respirasi
dalam batas normal
2. Ajarkan teknik distraksi atau relaksasi
R/ distraksi dan relaksasi diharapkan bisa menurunkan skala nyeri dan
membuat klien lebih rileks
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesic
R/ obat analgesic dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri
 Diagnosa 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
jumlah secret
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
jalan nafas kembali efektif
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada pernafasan cuping hidung
b. Tidak ada retraksi dinding dada
c. Tidak ada suara nafas tambahan
d. Respirasi dalam batas normal 16-20 x/mnt
Intervensi keperawatan
1. Observasi tanda vital
R/ untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien
2. Lakukan claping atau vibrasi
R/ mengakumulasi secret sehingga mudah di drainase
3. Ajarkan batuk efektif pada klien
R/ mengeluarkan secret dari jalan nafas khususnya pada pasien yang tidak
mengalami penurunan kesadaran
4. Lakukan kolaborasi untuk melakukan suction (pasien yang mengalami
penurunan kesadaran)
R/ mengeluarkan secret dari paru
5. Lakukan kolaborasi dalam pemberian nebulizer
R/ dapat mengencerkan secret dan berperan sebagai bronkodilator untuk
melebarkan jalan nafas
 Diagnosa 3 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 jam diharapkan demam
pasien menurun
Kriteria Hasil:
a. Suhu dalam batas normal 36,5-37,5oC
b. Akral hangat
c. Membrane mukosa lembab
Intervensi keperawatan
1. Monitor suhu tubuh pasien setiap 4 jam sekali
R/ suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan
dan kemajuan kesehatan pasien
2. Berikan kompres hangat pada axial
R/ dapat membantu menurunkan demam
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik
R/ mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Benda asing dalam suatu organ merupakan benda yang berasal dari luar tubuh
maupun dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang
berasal dari luar tubuh dikenal dengan benda asing eksogen yang biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh dikenal dengan
benda asing endogen (Yunizaf, 2012). Saluran pernapasan atas dapat tersumbat oleh
benda-benda asing seperti keratan daging yang terjebak di laring, yang superior
terhadap pita suara .penderita jelas tercekik dan akan menjadi sianosis, khususnya di
wajah dan leher.sering tak ada kehilangan kemampuan mengekspirasi. Sehingga paru
mampir-hampir seluruhnya terkuat kecuali udara yang tetap sebagai ruang rugi.
Aspirasi benda asing pada anak merupakan kasus gawat darurat yang
disebabkan sumbatan jalan napas oleh benda organik atau anorganik; keadaan ini
memerlukan diagnosis yang cepat dan tepat serta penanganan menyeluruh.
Kerjasama yang baik antara orang tua, tim medis, dokter anestesi, dan dokter ahli
bronkoskopi diperlukan untuk penanganan yang efektif.

B. Saran
1. Bagi akademis / perpustakaan
Diharapkan dapat menambah referensi mengenai asuhan keperawatan kegawat
daruratan
2. Bagi tenaga keperawatan
Diharapkan dapat menjadi masukan agar dapat melakukan asuhan keperawatan
kegawat daruratan dengan benar
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai