Anda di halaman 1dari 26

Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

BAB III
SISTEM PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

3.1 Sistem Pelaksanaan Proyek


Pelaksanaan fisik di lapangan merupakan kegiatan nyata dan hasil perencanaan
yang termuat dalam gambar kerja. Kegiatan-kegiatan tersebut dititik beratkan pada
pekerjaan fisik, mulai dari pekerjaan yang ringan sampai pada pekerjaan yang berat
dan didasarkan atas kemampuan serta cara kerja dengan prinsip-prinsip yang telah
ditentukan.
Pelaksanaan fisik pembangunan Gedung Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
NTT mulai dikerjakan pada Mei 2013. Adapun uraian pelaksanaan pekerjaan yang
ditinjau dalam kerja praktek adalah pekerjaan struktur yang meliputi pekerjaan
pondasi bored pile, sloof, dan kolom lantai satu.

3.1.1 Pekerjaan pondasi bored pile


Pekerjaan pondasi yang dikerjakan pada Gedung Perwakilan Bank Indonesia
ini memiliki tiga tipe pondasi yaitu pondasi tipe P1, P2, dan P3 di mana ketiga tipe
pondasi merupakan pondasi bored pile. Detail pekerjaan tiap pondasi sebagai
berikut :
1. Bored Pile
Pekerjaan bored pile untuk tipe P1, P2 dan P3 dilakukan dengan membor lubang
sedalam 8 m berdiameter 100 cm. Jumlah lubang yang dibor untuk masing-
masing tipe pondasi yaitu:
 Tipe P1 berjumlah 1 lubang
 Tipe P2 berjumlah 2 lubang
 Tipe P3 berjumlah 3 lubang
Setelah lubang selesai dibor, maka dilanjutkan dengan kegiatan pembersihan
lubang.
Bahan :
1) Gemuk
2) Bensin/Solar
3) Air
Alat :
1) Mesin Bor
2) Mesin pompa air 3dim untuk membersihkan lubang
Pekerja :
1) Tukang Bor

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 19


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.1Pengeboran bored pile


2. Pembesian
Bahan :
1) Tulangan utama adalah 20D19 mm dan sengkang spiral besi polos Φ13 –
200 mm dengan selimut beton 150 mm
2) Kawat
Alat :
1) Tang, untuk pengikat kawat
2) Gergaji,
3) Meter
4) Siku
5) Alat potong besi
Pekerja :
1) Tukang besi untuk pekerjaan tulangan

Gambar 3.2 Perakitan Besi untuk Pondasi


3. Pengecoran
Bahan :
1) Semen jenis Porland Cement Tipe I sebanyak 2 m3
2) Agregat kasar 2/3 cm dan 1/2 cm sebanyak 2 m3
3) Agregat halus sebanyak 1,5 m3
4) Air bersih dengan standar PDAM sebanyak 215 liter
Alat :
1) Truck ready mix untuk pencampuran beton

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 20


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

2) Concrete vibrator, untuk pengetar campuran


3) Ember
4) Sekop
Pekerja :
1) Mandor
2) Buruh

Gambar 3.3 Pengecoran Pondasi Bor Pile

Gambar 3.4 Bore Pile Yang Sudah Dicor

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 21


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.5 Diagram Alir Pekerjaan Pondasi P1, P2 dan P3

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 22


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

4. Metode Pekerjaan:

1) Pekerjaan persiapan, berupa penyediaan peralatan dan bahan, serta


mempersiapkan tenaga kerja.
2) Pengeboran
Pengeboran dilakukan untuk mengebor lubang sedalam 8 m dengan
diameter sebesar 70 cm.
3) Pembesian
Besi ulir 20D19 mm dipotong berdasarkan gambar kerja. Untuk
sengkangnya digunakan spiral Φ13–200 mm dimana sengkangnya
berbentuk spiral. Pembesian dilakukan tidak di lokasi pondasi karena tidak
adanya ruang gerak bagi pekerja. Setelah itu tulangan dibawa ke lokasi
untuk dipasang.
4) Pengecoran
Pencampuran material dilakukan dengan coran beton ready mix dimana
sesuai hasil mix design didapat untuk mutu beton K-300 dipakai komposisi
campuran untuk perbandingan PC : agregat halus : agregat kasar adalah 1 :
2 : 3. Material yang telah dicampur kemudian diangkut ke tempat
pengecoran menggunakan truck ready mix. Pengecoran dilakukan dengan
menuangkan campuran beton dari truck ready mix dengan menggunakan
talang ke lubang bor dan kemudian diratakan dan dipadatkan
menggunakan vibrator. Dalam pengecoran hindari terjadinya segregasi
atau degradasi butiran karena akan membuat ruang kosong pada beton
yang dicor. Akibatnya kekuatan beton berkurang.

5) Pembuatan sampel uji


Sampel uji kuat tekan dibuat dengan cara mengambil sampel pasta beton
yang digunakan untuk mengecor pondasi, kemudian menuangkannya ke
dalam 3 buah kotak berukuran 15 x 15 x 15 cm yang terbuat dari besi (mal
sampel uji standar laboratorium). Pada semen dalam setiap kotak
mempunyai nilai Faktor Air semen (FAS) yang berbeda. Setelah sampel
uji mengeras, sampel tersebut kemudian direndam dalam air selama 7 hari
sebelum diadakan pengujian kuat tekan di laboratorium.

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 23


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Sampel untuk uji slump dituangkan ke dalam cetakan berbentuk kerucut


dengan diameter alas bawah kerucut sebesar 20 cm, diameter alas atas
sebesar 10 cm, dan tinggi kerucut sebesar 30 cm (mal sampel uji standar
laboratorium). Sampel uji slump tersebut kemudian dilepaskan dari mall
dan diukur penurunannya sebesar 10-12 cm dengan menggunakan meter.

Gambar 3.6 Benda Uji Kuat Tekan

Gambar 3.7 Uji Slump

3.1.2 Pekerjaan Pile Cap


Pekerjaan pile cap sesuai dengan tipe pondasi, yakni tipe pondasi P1, P2 dan
P3. Pengerjaan pile cap dilakukan apabila beton pondasi bor pile sudah mengeras
atau minimal 7 hari setelah pengecoran. Tiang dipasang dengan bentuk geometri
yang baik untuk menanggulangi timbulnya momen pada pile cap yang terlalu besar.
Pile cap yang dikerjakan dengan dimensi yang disesuaikan dengan tipe pondasi.
Dimensi pada pile cap yaitu :
 Pile cap pondasi tipe P1

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 24


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.8 Sketsa Pile Cap Pondasi Tipe 1


(Tanpa Skala)
 Pile cap pondasi tipe P2

Gambar 3.9 Sketsa Pile Cap Pondasi Tipe 2


(Tanpa Skala)
 Pile cap pondasi tipe P3

Gambar 3.10 Sketsa Pile Cap Pondasi Tipe 2


(Tanpa Skala)

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 25


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Berikut detail pekerjaan pilecap:


1) Pekerjaan Bowplank Batako
Pemasangan bowplank batako dilakukan setelah lantai kerja pile cap selesai
dibuka.
Bahan:
a) Batako
b) Semen yang digunakan adalah Semen Kupang
c) Air bersih dengan standar PDAM
Alat:
a) Truck ready mix untuk pencampuran beton
b) Ember
c) Sendok campuran
d) Meter
2) Pembesian
Bahan:
a) Tulangan pokok untuk:
 P1 adalah 47D19-200 mm dengan rincian yaitu 18 tulangan atas, 19
tulangan bawah, dan 4 tulangan sengkang.
 P2 adalah 51D19-200 mm dengan rincian yaitu 26 tulangan atas, 25
tulang bawah dan 4 tulangan sengkang.
 P3 adalah 51D19-100 mm dengan rincian yaitu 26 tulangan atas, 25
tulang bawah dan 6 tulangan sengkang.
b) Kawat Pengikat
Alat:
a) Tang untuk pengikat kawat
b) Pemotong besi
c) Paku
d) Meter rol
Pekerja
a) Tukang besi
3) Pengecoran
Bahan:
a) Semen jenis Porland Cement Tipe I sebanyak 2 m3
b) Agregat kasar 2/3 cm dan 1/2 cm sebanyak 2 m3
c) Agregat halus sebanyak 1,5 m3
d) Air bersih dengan standar PDAM sebanyak 215 liter
Alat:
a) Truck ready mix
b) Concrete vibrator, untuk penggetar campuran

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 26


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

c) Ember
d) Sekop
e) Sendok Campuran
Pekerja:
a) Mandor
b) Buruh

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 27


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.11 Diagram Alir Pekerjaan Pile Cap

4) Metode Pekerjaan:

a) Pekerjaan persiapan, berupa penyediaan peralatan dan bahan, serta


mempersiapkan tenaga kerja.
b) Pembesian
Besi ulir D19 mm dipotong disesuaikan dengan gambar rencana. Setelah itu
besi diangkut ke lokasi pemasangan lalu dipasang.

Gambar 3.13 Penempatan Besi di dalam Pile Cap

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 28


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

c) Pembuatan bekisting
Pembuatan bekisting untuk pile cap P1, P2, dan P3 dengan menggunakan
bekisting dari bowplank dengan ukuran pile cap pada P1 adalah 2 m  2 m 
0,8 m P2 adalah 5 m x 2 m x 0,8 m sedangkan P3 adalah 5 m  5 m  1,176
m x 1,7 m. Bekisting dikerjakan setelah dilakukan pekerjaan pembukaan
lantai kerja.

Gambar 3.12 Bekisting Batako untuk Pile Cap


d) pengecoran
Pencampuran material dilakukan dengan truck ready mix di mana sesuai
hasil mix design didapat untuk mutu beton K-300 dipakai komposisi
campuran untuk perbandingan PC : agregat halus : agregat kasar adalah 1 : 2 :
3. Material yang telah dicampur kemudian diangkut ke tempat pengecoran.
Pengecoran dilakukan dengan cara menuangkan beton dari ready mix ke
dalam bekisting kemudian diratakan dan dipadatkan menggunakan vibrator.
Dalam pengecoran hindari terjadinya segregasi atau degradasi butiran karena
akan membuat ruang kosong pada beton yang dapat mengakibatkan
penurunan kekuatan beton.

Gambar 3.14 Pengecoran Pile Cap


e) Pembuatan sampel uji

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 29


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Sampel uji kuat tekan dibuat dengan cara mengambil sampel pasta beton yang
digunakan untuk mengecor pondasi, kemudian menuangkannya ke dalam 3
buah kotak berukuran 15 x 15 x 15 cm yang terbuat dari besi (mal sampel uji
standar laboratorium). Pada semen dalam setiap kotak mempunyai nilai
Faktor Air semen (FAS) yang berbeda. Setelah sampel uji mengeras, sampel
tersebut kemudian direndam dalam air selama 7 hari sebelum diadakan
pengujian kuat tekan di laboratorium.
Sampel untuk uji slump dituangkan ke dalam cetakan berbentuk kerucut
dengan diameter alas bawah kerucut sebesar 20 cm, diameter alas atas sebesar
10 cm, dan tinggi kerucut sebesar 30 cm (mal sampel uji standar
laboratorium). Sampel uji slump tersebut kemudian dilepaskan dari mall dan
diukur penurunannya dengan menggunakan meter dengan penurunan yang
diizinkan pada pengujian ini adalah 10-12 cm.

Gambar 3.16 Benda Uji Kuat Tekan

Gambar 3.17 Pengukuran pada Pengujian Slump

f) Perawatan beton
Perawatan dari bidang permukaan beton yang kelihatan harus segera
dilakukan setelah bidang permukaan tersebut cukup keras untuk menghindari
kerusakan-kerusakan dan dilanjutkan terus menerus tidak kurang dari 12 jam.

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 30


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Bidang permukaan beton harus terus menerus dibuat basah dengan cara
menyiramkan air di atasnya. Perawatan ini dilakukan terus menerus sampai
sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran.

3.1.3 Pekerjaan Sloof


Pekerjaan sloof dilakukan bertahap setelah pekerjaan pondasi bored pile dan
pile cap, mulai dari pembesian, pembuatan bekisting sampai pengecoran. Pada
pekerjaan sloof gedung penunjang ini, terdapat enam jenis sloof , yakni tipe G1, G2,
G3, dan G4 dengan dimensi (450 mm  750 mm), selanjutnya tipe B1 dan B1A
dengan dimensi (250 mm  600 mm). Adapun setiap tipe sloof memiliki jumlah
tulangan pokok yang berbeda. Bahan–bahan, alat–alat dan pekerja yang dipakai
dalam proses pengerjaan sloof adalah sebagai berikut:
1) Pekerjaan Bekisting Batako
Bahan:
a) Semen yang digunakan adalah Semen Kupang
b) Air bersih dengan standar PDAM
Alat:
a) Concrete mixer
b) Ember
c) Sekop
d) Sendok Campuran
e) Pekerja
f) Mandor
g) Buruh
2) Pembesian
Bahan:
a) Tulangan pada Sloof tipe G1 adalah:
Tulangan tumpuan:
1)) Tulangan tarik 5D19 mm
2)) Tulangan tekan 3D19 mm
3)) Torsi 2D10 mm
4)) Sengkang Φ10 mm – 100 mm
Tulangan lapangan:
1)) Tulangan tarik 3D19 mm
2)) Tulangan tekan 5D19 mm
3)) Torsi 2D10 mm
4)) Sengkang Φ10 mm – 200 mm
b) Tulangan pada Sloof tipe G2 adalah:
Tulangan tumpuan:
1)) Tulangan tarik 17D25 mm
2)) Tulangan tekan 8D25 mm
3)) Torsi 2D10 mm

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 31


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

4)) Sengkang Φ10 mm – 100 mm


Tulangan lapangan:
1)) Tulangan tarik 6D25 mm
2)) Tulangan tekan 12D25 mm
3)) Torsi 2D10 mm
4)) Sengkang Φ10 mm – 200 mm
c) Tulangan pada Sloof tipe G3 adalah:
Tulangan tumpuan:
1)) Tulangan tarik 15D25 mm
2)) Tulangan tekan 6D25 mm
3)) Torsi 2D10 mm
4)) Sengkang Φ10 mm – 100 mm
Tulangan lapangan:
1)) Tulangan tarik 4D25 mm
2)) Tulangan tekan 8D25 mm
3)) Torsi 2D10 mm
4)) Sengkang Φ10 mm – 200 mm
d) Tulangan pada Sloof tipe G4 adalah:
Tulangan tumpuan:
1)) Tulangan tarik 15D25 mm
2)) Tulangan tekan 6D25 mm
3)) Torsi 2D10 mm
4)) Sengkang Φ10 mm – 100 mm
Tulangan lapangan:
1)) Tulangan tarik 4D25 mm
2)) Tulangan tekan 8D25 mm
3)) Torsi 2D10 mm
4)) Sengkang Φ10 mm – 200 mm

e) Tulangan pada Sloof tipe B1 adalah:


Tulangan tumpuan:
1)) Tulangan tarik 6D19 mm
2)) Tulangan tekan 3D19 mm
3)) Torsi 2D10 mm
4)) Sengkang Φ10 mm – 100 mm
Tulangan lapangan:
1)) Tulangan tarik 3D19 mm
2)) Tulangan tekan 4D19 mm
3)) Torsi 2D10 mm
4)) Sengkang Φ10 mm – 200 mm
f) Tulangan pada Sloof tipe B1A adalah:
Tulangan tumpuan:
5)) Tulangan tarik 6D19 mm
6)) Tulangan tekan 3D19 mm
7)) Torsi 2D10 mm
8)) Sengkang Φ10 mm – 100 mm
Tulangan lapangan:

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 32


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

5)) Tulangan tarik 3D19 mm


6)) Tulangan tekan 4D19 mm
7)) Torsi 2D10 mm
8)) Sengkang Φ10 mm – 200 mm
g) Kawat Pengikat
Alat:
a) Tang untuk pengikat kawat
b) Pemotong besi
c) Paku
d) Meter rol
Pekerja:
a) Tukang besi
3) Pengecoran
Bahan
a) Semen sebanyak 2 m3, yang digunakan adalah jenis Porland Cement Tipe 1
b) Agregat kasar 2/3 cm dan 1/2 cm sebanyak 2 m3
c) Agregat halus sebanyak 1,5 m3
d) Air bersih dengan standar PDAM sebanyak 215 liter
Alat:
a) Truck ready mix
b) Concrete vibrator, untuk pengetar campuran
c) Ember
d) Sekop
e) Sendok Campuran
Pekerja:
a) Mandor
b) Buruh

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 33


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 34


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.18 Diagram Alir Pekerjaan Sloof

4) Metode Pekerjaan

a) Pekerjaan persiapan berupa penyediaan peralatan dan bahan, serta


mempersiapkan tenaga kerja.
b) Sebelum pekerjaan sloof dimulai, terlebih dahulu dilakukan pekerjaan urugan
tanah sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan setelah itu dibuat lantai
kerja.
c) Pembesian
Setelah lantai kerja untuk sloof selesai dibuka kemudian dilanjutkan dengan
pekerjaan pembesian untuk tulangan sloof. Tulangan dipasang sebagai
penopang. Tulangan pokok dan sengkang dipotong lalu dibawa ke lokasi
sloof. Jumlah dan panjang tulangan yang dipasang sesuai dengan gambar
rencana. Setelah tulangan terpasang, kemudian dilakukan pemasangan
sengkang. Jumlah dan jarak pemasangan sengkang berdasarkan gambar
rencana.

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 35


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.21 Tulangan Pada Soof

d) Pekerjaan bekisting
Setelah pemasangan tulangan untuk sloof selesai, dilanjutkan dengan
pembuatan bekisting. Pembuatan bekisting untuk sloof dengan menggunakan
bekisting dari pasangan batako.

Gambar 3.20 Bekisting Sloof

e) Pekerjaan Pengecoran
Pencampuran material dilakukan dengan truck ready mix di mana sesuai
hasil mix design didapat untuk mutu beton K-300 dipakai komposisi
campuran untuk perbandingan portland semen : agregat halus : agregat kasar
adalah 1 : 2 : 3, material yang telah dicampur kemudian dituangkan pada
bekisting yang disiapkan kemudian diratakan dan dipadatkan dengan
menggunakan vibrator.
f) Pembuatan sampel uji
Sampel uji kuat tekan dibuat dengan cara mengambil sampel pasta beton yang
digunakan untuk mengecor pondasi, kemudian menuangkannya ke dalam 3

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 36


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

buah kotak berukuran 15 x 15 x 15 cm yang terbuat dari besi (mal sampel uji
standar laboratorium). Pada semen dalam setiap kotak mempunyai nilai
Faktor Air semen (FAS) yang berbeda. Setelah sampel uji mengeras, sampel
tersebut kemudian direndam dalam air selama 7 hari sebelum diadakan
pengujian kuat tekan di laboratorium.
Sampel untuk uji slump dituangkan ke dalam cetakan berbentuk kerucut
dengan diameter alas bawah kerucut sebesar 20 cm, diameter alas atas sebesar
10 cm, dan tinggi kerucut sebesar 30 cm (mal sampel uji standar
laboratorium). Sampel uji slump tersebut kemudian dilepaskan dari mall dan
diukur penurunannya dengan menggunakan meter dengan penurunan yang
diizinkan pada pengujian ini adalah 10-12 cm.

g) Perawatan beton
Perawatan dari bidang permukaan beton yang kelihatan harus segera
dilakukan setelah bidang permukaan tersebut cukup keras untuk menghindari
kerusakan-kerusakan dan dilanjutkan terus menerus tidak kurang dari 12 jam.
Bidang permukaan beton harus terus menerus dibuat basah dengan cara
menyiramkan air di atasnya. Perawatan ini dilakukan terus menerus sampai
sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran.

3.1 Pekerjaan Kolom


Pekerjaan kolom dilakukan bertahap setelah pekerjaan pondasi bored pile, pile
cap, dan pekerjaan sloof. Dimulai dari pembesian, pembuatan bekisting sampai
pengecoran. Pada pekerjaan struktur proyek ini terdapat dua tipe kolom, yakni K1
dengan dimensi 800 mm  1000 mm, K2 dengan dimensi 800 mm  800 mm, dan
Kp dengan dimensi 150 mm  150 mm. Bahan – bahan, alat – alat dan pekerja yang
dipakai dalam proses pengerjaan kolom adalah sebagai berikut :
1) Pekerjaan Pembesian
Bahan
a) Tulangan pada K1 adalah:
1)) Tulangan pokok 30 D 25 mm – 100 mm
2)) Sengkang 4 Φ 12 mm – 100 mm
b) Tulangan pada K2 adalah:
1)) Tulangan pokok 24 D 25 mm – 100 mm
2)) Sengkang 4 Φ 12 mm – 100 mm
c) Tulangan pada Kp adalah:

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 37


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

1)) Tulangan pokok 4 Φ 10 mm


2)) Sengkang Φ 8 mm – 150 mm
d) Kawat Pengikat
Alat
a) Tang untuk pengikat kawat
b) Pemotong besi
c) Paku
d) Meter rol
Pekerja
a) Tukang besi
2) Pekerjaan Bekisting
Bahan :
a) Tripleks phenol film faced plywood dengan dua permukaan dengan tebal 12
mm.. Untuk dimensi kolom adalah panjang 3,66 m  1 m, sedangkan dimensi
kolom pedestal adalah 0,8 m  0,8 m dengan tebal 12 mm.
b) Paku 5 cm
c) Usuk dengan dimensi 5 mm  12 mm
Alat
a) Gergaji
b) Meter roll
c) Hamar
Pekerja
a) Tukang kayu
3) Pekerjaan Pengecoran
Bahan
a) Semen jenis Porland Cement Bosowa sebanyak 2 m3
b) Agregat kasar 2/3 cm dan 1/2 cm sebanyak 2 m3
c) Agregat halus sebanyak 1,5 m3
d) Air bersih dengan standar PDAM sebanyak 215 liter
Alat
a) Truck ready mix
b) Concrete vibrator, untuk pengetar campuran
c) Ember
d) Sendok campuran
e) Sekop
Pekerja
a) Buruh
b) Mandor

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 38


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 39


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.24 Diagram Alir Pekerjaan Kolom

4) Metode Pekerjaan

a) Pekerjaan persiapan berupa penyediaan peralatan dan bahan, serta


mempersiapkan tenaga kerja.
b) Sebelum pembesian untuk kolom dimulai, maka terlebih dahulu dikerjakan
untuk pembesian dan pengecoran kolom pedestal dengan menggunakan
bahan dan alat yang sama dengan pekerjaan kolom.

Gambar 3.25 Pemasangan Bekisting pada Kolom Pedestal

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 40


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.26 Kolom Pedestal yang telah Selesai Dicor

c) Pekerjaan Pembesian
Tulangan yang digunakan adalah baja ulir D25 mm dengan sengkang
digunakan besi polos Φ 12-100 mm. Besi dipotong sesuai jumlah dan panjang
sesuai dengan gambar rencana. Setelah itu dibawa ke lokasi kolom lalu
dipasang. Bila terdapat sambungan maka dibuat overlap ± 1 m. Setelah
tulangan terpasang, kemudian dilakukan pemasangan sengkang. Seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini tulangan kolom yang telah didirikan

.
Gambar 3.27 Tulangan pada Kolom

d) Pekerjaan bekisting
Pembuatan bekisting untuk kolom dengan menggunakan phenol film faced
plywood dengan dua permukaan, 12 mm dan kayu usuk 5/10, dengan
menggunakan paku 5 cm bekisting dibuat dengan bagian – bagian antara
lain : suri – suri balok dan listplank. Bekisting dipasang setelah dipasang
pembesiannya. Lot digunakan untuk memperoleh kedudukan yang sesuai

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 41


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

gambar rencana. Setelah dipasang bekisting dilakukan pemasangan


scafholding untuk menahan bekisting. Seperti terlihat pada gambar dibawah
ini bekisting yang telah terpasang.

Gambar 3.28 Pemasangan Bekisting Kolom

e) Pekerjaan Pengecoran
Pencampuran material dilakukan dengan truck ready mix di mana sesuai
hasil mix design didapat untuk mutu beton K-300 dipakai komposisi
campuran untuk perbandingan portland semen : agregat halus : agregat kasar
adalah 1 : 2 : 3, material yang telah dicampur kemudian dituangkan pada
bekisting yang disiapkan kemudian diratakan dan dipadatkan secara manual
dengan menggunakan vibrator.

Gambar 3.29 Pengecoran Kolom

f) Pembuatan sampel uji

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 42


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Sampel uji kuat tekan dibuat dengan cara mengambil sampel pasta beton yang
digunakan untuk mengecor pondasi, kemudian menuangkannya ke dalam 3
buah kotak berukuran 15 x 15 x 15 cm yang terbuat dari besi (mal sampel uji
standar laboratorium). Pada semen dalam setiap kotak mempunyai nilai
Faktor Air semen (FAS) yang berbeda. Setelah sampel uji mengeras, sampel
tersebut kemudian direndam dalam air selama 7 hari sebelum diadakan
pengujian kuat tekan di laboratorium.
Sampel untuk uji slump dituangkan ke dalam cetakan berbentuk kerucut
dengan diameter alas bawah kerucut sebesar 20 cm, diameter alas atas sebesar
10 cm, dan tinggi kerucut sebesar 30 cm (mal sampel uji standar
laboratorium). Sampel uji slump tersebut kemudian dilepaskan dari mal dan
diukur penurunannya dengan menggunakan meter dengan penurunan yang
diizinkan pada pengujian ini adalah 10-12 cm.

g) Pembongkaran bekisting
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan pada waktu diperkirakan
bahwa pengikat beton sudah mencapai kuat tekan seperti dalam perencanaan
dan atas iji dari pengawas. Pembongkaran bekisting harus dilakuakn dengan
hati-hati agar tidak merusak permukaan beton dan material bekisting tidak
rusak sehingga dapat dipakai lagi pada pekerjaan selanjutnya.

h) Perawatan beton
Perawatan dari bidang permukaan beton yang kelihatan harus segera
dilakukan setelah bidang permukaan tersebut cukup keras untuk menghindari
kerusakan-kerusakan dan dilanjutkan terus menerus tidak kurang dari 12 jam.
Bidang permukaan beton harus terus menerus dibuat basah dengan cara
menyiramkan air di atasnya. Perawatan ini dilakukan terus menerus sampai
sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran.

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 43


Vista Greacely Ndoen Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.30 Perawatan Beton

Gedung Perwakilan Bank Indonesia 44

Anda mungkin juga menyukai