ABSES SUBMANDIBULA
Oleh:
Widya Astuti 1110312131
Mardatillah 1010312005
Lusi Khairunnisa 1110313015
Pembimbing:
Dr. Al Hafiz, SpTHT-KL
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potensial yang dibatasi oleh
fasia servikal. Fasia servikal dibagi menjadi dua yaitu fasia superfisial dan
fasia profunda. Kedua fasia ini dipisahkan oleh otot plastima yang tipis dan
meluas ke anterior leher. Otot platisma sebelah inferior berasal dari fasia
dada, dan tidak termasuk bagian dari daerah leher dalam. Fasia profunda
lapisan superfisial
lapisan tengah
lapisan dalam.
Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah
sepanjang leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid. Ruang yang melibatkan
ruang retrofaring
ruang prevertebra.
Ruang suprahioid terdiri dari1 :
ruang submandibula
ruang parafaring
ruang parotis
ruang mastikor
ruang peritonsil
ruang temporalis
Kedua ruangan ini dipisahkan oleh otot milohioid. Ruang submaksila selanjutnya
dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot
digastrikus anterior. Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang
Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak pada dasar
tengkorak dekat foramen jugularis dan puncaknya pada kornu mayus os hyoid.
Ruang ini dibatasi di bagian dalam oleh muskulus konstriktor faring superior,
batas luarnya adalah ramus asenden mandibula yang melekat dengan muskulus
Fossa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besar oleh os stiloid
dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior (prestiloid) adalah bagian
yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif akibat tonsil yang
meradang, beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, atau dari karies dentis.5
Bagian yang lebih sempit di bagian posterior (post stiloid) berisi arteri
karotis interna, vena jugularis interna, nervus vagus, yang dibungkus dalam suatu
sarung yang disebut selubung karotis. Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring
2.2 Definisi
Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial
di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber
infeksi, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher. Abses
leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring,
penyebaran infeksi dari gigi. Penyebab lain adalah infeksi kelenjar ludah, infeksi
saluran nafas atas, trauma, benda asing, dan 20% tidak diketahui fokus
infeksinya.6
2.3 Epidemiologi1
Huang dkk, dalam penelitiannya pada tahun 1997 sampai 2002, menemukan
kasus infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus. Abses submandibula (15,7%)
merupakan kasus terbanyak ke dua setelah abses parafaring (38,4), diikuti oleh
Yang dkk, pada 100 kasus abses leher dalam yang diteliti April 2001 sampai
Lokasi abses lebih dari satu ruang potensial 29%. Abses submandibula 35%,
parafaring 20%, mastikator 13%, peritonsil 9%, sublingual 7%, parotis 3%, infra
terakhir (Oktober 2009 sampai September 2010) didapatkan abses leher dalam
kasus, abses parafaring 6 (18%) kasus, abses retrofaring 4 (12%) kasus, abses
2.4 Etiologi
Infeksi pada ruang submandibula dapat bersumber dari gigi, dasar mulut,
faring, kelenjar liur, atau kelenjar limfa submandibula. Kuman penyebab infeksi
tubuh. Flora normal dapat tumbuh dan mencapai daerah steril dari tubuh baik
kekhasan flora normal yang ada di bagian tubuh tertentu maka kuman dari abses
yang terbentuk dapat diprediksi berdasar lokasinya. Sebagian besar abses leher
dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob,
dengan kuman aerob dan fakultatif, dengan perbandingan mulai 10:1 sampai
10000:1. Bakteriologi dari daerah gigi, oro-fasial, dan abses leher, kuman yang
paling sering pada abses leher dalam berasal dari infeksi tonsil dan gigi.
Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat
meluas melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya. Apek gigi molar I yang
dahulu ke daerah sublingual, sedangkan molar II dan III apeknya berada di bawah
Parhischar dkk mendapatkan, dari 210 abses leher dalam, 175 (83,3%) kasus
61% disebabkan oleh infeksi gigi. Yang dkk melaporkan dari 100 orang abses
23%.
Penyebab lain adalah infeksi kulit, sialolitiasis, trauma, tuberkulosis, dan kista
yang terinfeksi. Pola kuman penyebab abses leher dalam berbeda sesuai dengan
sumber infeksinya. Infeksi yang berasal dari orofaring lebih banyak disebabkan
kuman flora normal di saluran nafas atas seperti streptokokus dan stafilokokus.
Infeksi yang berasal dari gigi biasanya lebih dominan kuman anaerob seperti,
Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu hematogen,
limfogen, dan celah antar ruang leher dalam. Beratnya infeksi tergantung dari
bawah lidah baik unilateral atau bilateral, disertai rasa demam, nyeri tenggorok
dan trismus. Mungkin didapatkan riwayat infeksi atau cabut gigi. Pembengkakan
beberapa daerah leher dalam dan jika pasien sudah mendapatkan pengobatan
sebelumnya.6
Pada foto polos jaringan lunak leher anteroposterior dan lateral didapatkan
subkutis dan pendorongan trakea. Pada foto polos toraks, jika sudah terdapat
gambaran pneumomediastinum.6
infeksi leher dalam. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara selulitis dengan
abses, menentukan lokasi dan perluasan abses. Pada gambaran TK dengan kontras
akan terlihat abses berupa daerah hipodens yang berkapsul, dapat disertai udara di
dalamnya, dan edema jaringan sekitar. TK dapat menentukan waktu dan perlu
tidaknya operasi.6
dibandingkan TK, cepat dan dapat menilai lokasi dan perluasan abses.ade
Foto panoramik digunakan untuk menilai posisi gigi dan adanya abses
pada gigi. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada kasus abses leher dalam yang
merupakan tanda infeksi. Analisis gas darah dapat menilai adanya sumbatan jalan
nafas. Pemeriksaan kultur dan resistensi kuman harus dilakukan untuk mengetahui
2.8 Penatalaksanaan
Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan
secara parenteral. Hal yang paling penting adalah terjaganya saluran nafas yang
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang
dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam
dan luas.9 Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os
hyoid, tergantung letak dan luas abses. Eksplorasi dilakukan secara tumpul sampai
mencapai ruang sublingual, kemudian dipasang salir. Pasien dirawat inap sampai
Pada kasus demikian diperlukan tindakan trakeostomi dalam anastesi lokal. Jika
secara intranasal.6
2.9 Komplikasi
dan tidak adekuat. Komplikasi diperberat jika disertai dengan penyakit diabetes
mellitus, adanya kelainan hati dan ginjal dan kehamilan. Komplikasi yang berat
karotis atau menyebabkan trombosis vena jugularis interna. Infeksi yang meluas
Dapat juga terjadi obstruksi saluran nafas atas, mediastinitis, dehidrasi dan sepsis6
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 ANAMNESIS
IDENTITAS
Nama : Tn. D
Umur : 53 Th
Agama : Islam
Alamat : Indarung
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Bengkak di bawah dagu yang semakin membesar sejak 4 hari
yang lalu.
- Bengkak di bawah dagu yang semakin membesar sejak 4 hari yang lalu.
- Tidak ada anggota keluarga pasien yang mempunyai riwayat penyakit gula.
PEMERIKSAAN FISIK
Suhu : 37,6oC
PEMERIKSAAN SISTEMIK
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel kongenital Tidak ada Tidak ada
Daun telinga Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang (N) Cukup lapang(N)
Diding liang Sempit
telinga Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Ada / Tidak Ada Ada
Serumen Bau Tidak ada Tidak ada
Warna kekuningan Kekuningan
Jumlah Sedikit Sedikit
Jenis Lunak Lunak
Membran timpani
Warna Putih mengkilat Putih mengkilat
Reflek cahaya (+) arah jam 5 (+) arah jam 7
Utuh Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada
Perforasi Jenis Tidak ada Tidak ada
Kwadran Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada
Tanda radang Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Mastoid Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinne (+) (+)
Tes garpu tala Schwabach Sama dengan Sama dengan
pemeriksa pemeriksa
Weber Tidak ada lateralisasi
Kesimpulan Telinga N Telinga N
Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hidung
Pemeriksaan Kelainan
Deformitas Tidak ada
Kelainan kongenital Tidak ada
Hidung luar Trauma Tidak ada
Radang Tidak ada
Massa Tidak ada
Sinus paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Vestibulum Vibrise Ada Ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Lapang Lapang
Cavum nasi Sempit
Lapang
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Sekret Jenis
Jumlah
Bau
Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Cukup
Cukup Lurus
lurus/deviasi
Permukaan Licin
Septum Warna Merah muda
Spina Tidak ada
Krista Tidak ada
Abses Tidak ada
Perforasi Tidak ada
Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Massa Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor
Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Cukup lapang (N)
Koana Sempit Sukar dinilai Sukar dinilai
Lapang
Warna Sukar dinilai Sukar dinilai
Mukosa Edem Sukar dinilai Sukar dinilai
Jaringan granulasi Sukar dinilai Sukar dinilai
Ukuran Sukar dinilai Sukar dinilai
Konka superior Warna Sukar dinilai Sukar dinilai
Permukaan Sukar dinilai Sukar dinilai
Edem Sukar dinilai Sukar dinilai
Adenoid Ada/tidak Sukar dinilai Sukar dinilai
Muara tuba Tertutup sekret Sukar dinilai Sukar dinilai
eustachius Edem mukosa Sukar dinilai Sukar dinilai
Lokasi Sukar dinilai Sukar dinilai
Ukuran Sukar dinilai Sukar dinilai
Massa Bentuk Sukar dinilai Sukar dinilai
Permukaan Sukar dinilai Sukar dinilai
Post Nasal Drip Ada/tidak Sukar dinilai Sukar dinilai
Jenis Sukar dinilai Sukar dinilai
Laringiskopi Indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Bentuk Sukar dinilai
Warna Sukar dinilai
Epiglotis Edema Sukar dinilai
Pinggir rata/tidak Sukar dinilai
Massa Sukar dinilai
Warna Sukar dinilai
Ariteniod Edema Sukar dinilai
Massa Sukar dinilai
Gerakan Sukar dinilai
Warna Sukar dinilai
Ventrikular band Edema Sukar dinilai
Massa Sukar dinilai
Warna Sukar dinilai
Plica vokalis Gerakan Sukar dinilai
Pingir medial Sukar dinilai
Massa Sukar dinilai
Subglotis/trakea Massa Sukar dinilai
Sekret Sukar dinilai
Sinus piriformis Massa Sukar dinilai
Sekret Sukar dinilai
Valekula Massa Sukar dinilai
Sekret ( jenisnya ) Sukar dinilai
FOTO KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium darah
Hb : 15,5 gr/dl
Leukosit : 18.100/mm3
Trombosit : 228.000/mm3
PT : 11,2
APTT : 43,1
b. CT SCAN
RONTGEN THORAK
DIAGNOSIS BANDING :-
TATALAKSANA
- Ranitidin 2 x 1 amp IV
- Ceftriaxone 2 x 1 gram IV
- Metronidazole 3 x 500 mg IV
P/ Redressing 2x/hari
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Metronidazole 3 x 500 mg IV
Ranitidin 2 x 50 mg IV
Dexamethasone 3 x 5 mg IV
P/ redressing 2x/hari
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Metronidazole 3 x 500 mg IV
Ranitidin 2 x 50 mg IV
Batuk (+)
Nyeri menelan (-)
P/ redressing 2x/hari
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Metronidazole 3 x 500 mg IV
Ranitidin 2 x 50 mg IV
Asetil sistein 3 x 1
P/ redressing 2x/hari
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Metronidazole 3 x 500 mg IV
Ranitidin 2 x 50 mg IV
Asetil sistein 3 x 1
Dexamethasone 3 x 5 mgIV
BAB III
DISKUSI
adanya pembengkakan di bawah dagu sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
penyebab, salah satunya karena infeksi pada leher dalam. Setelah dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis pasien ini dengan abses
Pada pasien ini, didapatkan adanya riwayat nyeri pada gigi sejak 10 hari
sebelum masuk rumah sakit. Di literatur disebutkan bahwa sumber infeksi yang
dapat menyebaban infeksi pada leher dalam bisa berasal dari gigi, dasar mulut,
faring, kelenjar liur atau kelenjar limfa submandibula.3 Kuman penyebab infeksi
ini dilakukan dengan cara melakukan insisi pada tempat yang paling berfluktuasi
atau setinggi os hioid. Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal
maupun anestesi umum tergantung pada letak dan luasnya abses. Pada pasien ini,
dilakukan anestesi umum karena abses yang dalam dan luas. Yang perlu
dilakukan intubasi pada pasien.7 Pada pasien ini, sebelum dilakukan persiapan
operasi, telah dipersiapkan alat-alat trakeostomi terlebih dahulu. Insisi dari luar.
Setelah operasi selesai, pasien dirawat di ICU selama 4 hari. Setelah itu
pasien dipindah rawat ke bangsal THT. Tatalaksana yang diberikan pada pasien
ini adalah analgetik berupa tramadol 1 ampul dalam NaCl 0,9% dihabiskan dalam
luas karena kuman penyebabnya dapat berupa kuman aerob dan anaerob. Setelah
dilakukan insisi dan drainase pus, sebaiknya dilakukan kultur pus tersebut agar
pemberian antibiotik dapat disesuaikan dengan hasil kultur. Pada pasien ini
diberikan antibiotik. Pasien diberikan ceftriaxon inj 2 x 1, metronidazol drip 3 x
500 mg.
Pemberian steroid ini untuk mengurangi udem pada area jalan napas. Salah satu
fungsi steroid pada pasien ini adalah untuk mengatasi inflamasi akibat dari
intubasi endotrakea yang dilakukan saat evakuasi abses. Ulserasi dan inflamasi
pada mukosa glotis dan subglotis dapat terjadi akibat trauma pada tindakan
intubasi itu sendiri dan akibat penekanan atau iritasi oleh pipa endrotrakea.8
belum dilakukan insisi dan drainase, tujuannya adalah untuk mencegah aspirasi
Abses yang terjadi pada pasien ini kemungkinan besar dibsebabkan oleh
karena infeksi dari giginya. Oleh karena itu, sebaiknya pasien dikonsulkan ke
bagian gigi.
DAFTAR PUSTAKA
2. Bansal, M. 2013. Disease of Ear, Nose, and Throat Head and Neck Surgery.
Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi ke 7. Jakarta: Balai
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher.Edisi. Jakarta:
Padang
L, Boies L, Higler P. Boies buku ajar penyakit THT Edisi keenam. Jakarta:
Pasca Ekstubasi pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 1, 2011: 14 – 20.