PENDAHULUAN
sedang dalam usia reproduktif. Hal ini merupakan hasil dari kesalahan dalam
berimplantasi dan matang diluar kavitas endometrium, yang secara langsung akan
berakhir pada kematian fetus. Tanpa diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat,
sampai pertengahan abad ke-18, biasanya berakibat fatal. John Bard melaporkan
kehamilan ektopik di New York pada tahun 1759. Angka keselamatan pada awal
abad ke-19 sangat kecil, satu laporan mengatakan hanya 5 dari 30 yang dapat
antibiotik, dan transfusi darah berperan dalam menurunkan angka kematian ibu.
Pada awal pertengahan abad ke-20, tercatat 200-400 kematian per 10.000 kasus.
1
Sejak tahun 1970, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mulai
17.800 kasus. Pada tahun 1992, angka kehamilan ektopik meningkat menjadi
108.000 kasus. Namun, angka kematian menurun dari 35,5 per 10.000 kasus pada
tahun 1970 menjadi 2,6 per 10.000 kasus pada tahun 1992.
wawasan dan pengetahuan mengenai kehamilan ektopik baik untuk penulis pada
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
di dalam saluran tuba tetapi jika dibiarkan maka perkembangan embrio tersebut
karena berkembang melebihi kapasitas ruang tempat implantasi. Jika ini terjadi
maka akan terjadi perdarahan hebat akibat ruptura saluran tersebut, perdarahan
tersebut akan mengumpul di dalam rongga perut seorang wanita dan jika
dibiarkan maka wanita tersebut akan meninggal karena perdarahan tidak diatasi,
Tuba Fallopii
Ovarium
Intraligamenter
Abdominal
terjadi di Tuba ( 97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di
3
isthmus, dan 17 % di fimbriae. Sisa 3 % berlokasi di uterus, ovarium, abdominal,
namun pendapat ini tidaklah tepat karena kehamilan di kornu, servik uterus
2. 2 Epidemiologi
kehamilan ektopik per 1000 konsepsi. Denominator lainnya adalah jumlah wanita
dalam usia produktif, yang digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per
10.000 wanita dalam rentang usia 14-44 tahun, dan jumlah total kelahiran yang
Akan sangat baik bila dapat menghitung insiden kehamilan ektopik per
1000 total konsepsi. Namun, bagaimanapun juga, sejak abortus spontaneous dan
4
banyak abortus yang direncanakan tidak dilaporkan, denominator itu selalu lebih
kecil dibandingkan dengan angka yang sebenarnya, dan juga sejak kehamilan
ektopik asimptomatis yang tidak diketahui sehingga tidak dilaporkan. Hal ini
sebenarnya tidak akan dapat diukur secara tepat. Jumlah insiden yang dilaporkan
merupakan penyebab terbesar pada kematian ibu hamil trimester pertama. Hampir
Serikat, jumlah kejadian setiap tahunnya menurun dari 58.178 pada tahun1992
menjadi 35.382 pada tahun 1999. Di Norwegia, diperkirakan angka kejadian ini
(PID).8
diketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 20 kasus setiap 1.000 kehamilan
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2007 terdapat 153 kehamilan
2.3 Etiologi
penyebabnya masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan
pembuahan di dalam ampulla tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur
5
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih berada di tuba, atau
penggunaan IUD, dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba. Faktor-faktor ini
fungsional, atau keduanya. Pastinya, sangat sulit untuk menilai penyebab dari
Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan
mengganggu fungsi normal dari tuba fallopii selama proses ini meningkatkan
Graaf yang baru pecah dan membuahi sel telur yang masih tinggal dalam folikel,
atau apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di daerah endometriosis di ovarium.
kehamilan ovarial yang mengalami ruptur dan mudigah masuk di antara 2 lapisan
beriwayat pernah mengalami abortus atau operasi pada rahim termasuk seksio
6
1. Faktor dalam lumen tuba :
endosalping;
c) Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan
7
b) Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat
tuba.
4. Faktor lain :
a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri atau
implantasi prematurs.
b) Fertilisasi in vitro.
utama.
peran dalam kehamilan ektopik. Ovulasi yang berasal dari arah kontralateral dari
dan oleh Breen, dilaporkan bahwa ovulasi dari arah kontralateral ditemukan pada
sepertiga dari gestasi tuba yang diobati dengan laparatomi. Bagaimanapun juga,
Saito dkk. mengamati bahwa bagian dari tuba dimana terjadi implantasi pada
wanita dengan kehamilan ektopik adalah sama pada apakah korpus luteum berada
8
hipotesis dari mereka adalah ada banyak insiden terjadinya kehamilan di distal
yang mana peningkatan kadar estrogen atau progesterone yang beredar dapat
dapat terjadi peningkatan estrogen dan progesterone setelah induksi ovulasi baik
yang lebih besar untuk menjadi ektopik dibandingkan pada wanita yang hamil
karena tidak memakai alat kontrasepsi. Wanita yang menjadi hamil sewaktu
memakai IUD Copper T380 atau kontrasepsi oral progestin saja, mempunyai
sekitar 25%, bahkan bila dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai alat
9
kontrasepsi sama sekali, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih besar dua
menunjukkan metode statistik yang digunakan untuk mengontrol efek dari faktor-
faktor resiko, riwayat dari satu aborsi yang diinduksi tidak meningkatkan secara
bermakna kemungkinan terjadi kehamilan ektopik. Efek itu baru akan nyata bila
2.4 Patofisiologi
yang paling umum terjadi adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian
berturut-turut adalah isthmus (12%), fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah
intersisial tuba (2%), dan seperti yang disebut pada bagian diatas, kehamilan
ektopik non tuba sangat jarang.1,2,7. Kehamilan pada daerah intersisial sering
berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru mengeluarkan gejala yang
muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan biasanya
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya
sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan diresorbsi. Pada nidasi secara
tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
10
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan
mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot
dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
gravidatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium dapat
ektopik dalam tuba. Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik untuk
pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin dapat tumbuh secara utuh
seperti di uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan
ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya saja yang terlambat
11
2. Abortus tuba
didorong oleh darah kearah ostium tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam
tuba tergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum
tuba oleh villi koriales ke arah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan
pars isthmika. Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars amoullaris lebih
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahan
menjadi mola kruenta. Perdarahan akan keluar melalui fimbriae dan masuk
rongga abdomen dan terkumpul secara khas di kavum Douglas dan akan
3. Ruptur tuba
12
korionik gonadotropin tersedia, banyak kasus kehamilan tuba berakhir pada
trimester pertama oleh rupture intraperitoneal. Pada kejadian ini lebih sering
terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan biasanya muncul pada
muncul pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara
spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau pemeriksaan vagina.
Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan ostium tuba
tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis karena invasi dari
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila
robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.
Bila pasien tidak mati dan meninggal karena perdarahan, nasib janin
bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin
mati dan masih kecil, dapat diresorbsi kembali, namun bila besar, kelak dapat
diubah menjadi litopedion. Bila janin yang dikeluarkan tidak mati dengan
13
masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta yang utuh,
Bila terjadi kehamilan ektopik namun belum muncul gejala, maka kita
Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias kehamilan ektopik
menjadi sangat penting dalam memikirkan diagnosis pada pasien yang datang
Seperti mual, muntah, uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai
2.Nyeri abdomen
Nyeri yang dapat dirasakan pada satu sisi atau kedua sisi perut bagian atas,
bawah, atau seluruh bagian perut. Nyeri yang diakibatkan ruptur tuba berintensitas
tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Penderita dapat jatuh pingsan dan syok. Nyeri
akibat abortus tuba tidak sehebat nyeri akibat ruptur tuba, dan tidak terus-
menerus. Pada awalnya nyeri terdapat pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke
14
3. Amenorhea
menyangka bahwa dirinya hamil, atau menyangka dirinya hamil normal, atau
4.Perdarahan pervaginam
Perdarahan per vaginam berasal dari pelepasan desidua dari kavum uteri dan dari
abortus tuba. Umumnya perdarahan tidak banyak dan berwarna coklat tua.
5.Tanda-tanda syok
Penderita pucat, kesadaran menurun atau lemah, Nadi lemah, tekanan darah
6. Gangguan vasomotor
Berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum douglas menonjol dan nyeri pada
perabaan.
9.Pada USG
15
Gambar 3 :Kehamilan Ektopik dilihat dari pemeriksaan USG
2.6 Diagnosis
belum terganggu sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau
pemeriksaan fisik yang cermat dan dibantu dengan alat bantu diagnostik. 2
Terdapat nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus.
Perdarahan pervaginam dapat terjadi, dan biasanya terjadi setelah muncul keluhan
nyeri perut bagian bawah, berapa jumlah perdarahannya, warna dari darahnya,
apakah mengalir seperti air atau hanya seperti tetesan saja, dan apakah keluar
Pemeriksaan umum. Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan
kesakitan. Pada perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda
syok dan pasien merasakan nyeri perut yang mendadak. Pada jenis yang tidak
16
mendadak, mungkin hanya terlihat perut bagian bawah yang sedikit
Pemeriksaan ginekologi.
Perabaan serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri. Bila uterus dapat diraba,
maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping
uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas juga teraba menonjol
dan nyeri raba yang menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Kadang terjadi
Pemeriksaan laboratorium.
trofoblas dan dapat dideteksi dalam serum pada kira-kira 1 minggu sebelum haid
kehamilan. Hanya ada sedikit sekali kasus yang dilaporkan pasien dengan tes
kadar β-hCG dua kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai
puncaknya 100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai
nilai puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan USG.
pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar hemoglobin yang dapat rendah
17
bila terjadi perdarahan yang sudah lama. Juga dinilai kadar leukosit untuk
membedakan apakah terjadi infeksi yang bisa disebabkan oleh kehamilan ektopik
ini atau dugaan adanya infeksi pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya lebih tinggi
kematian pada kasus kehamilan ektopik. Pada saat ini, yang merupakan acuan
1. Kuldosentesis
Penemuan hasil darah yang tidak membeku pada kuldosentesis dan terutama
2. Laparaskopi
18
Gambar 4 : Teknik laparaskopi
Dalam penelitian oleh Samuellson dan Sjovall, didapatkan ada 4 dari 166
kehamilan ektopik yang tidak dapat dilihat oleh laparaskopis karena hal
negatif.
hCG pada kehamilan normal. Uji hCG tunggal kuantitatif tidak dapat
ovulasi dan konsepsi terjadi tidak diketahui pada banyak wanita. Pada
kehamilan yang abnormal seperti kehamilan ektopik ini, kadar hCG biasanya
persentase kenaikan kadar hCG tidak lebih dari 66%, maka kemungkinan
4. Progesteron
korpus luteum pada kehamilan normal. Stern dkk. mengukur sampel kadar
19
progesterone pada beberapa wanita hamil di minggu gestasi ke 4, 5, dan 6.
Mereka melaporkan bahwa pada minggu ke-4 dengan kadar kurang dari 5
ng/ml, sensitifitas yang didapat 100% dan spesifitasnya 97% dan menurun
5. Ultrasonography
pada tahun 1981 bahwa jika level hCG lebih besar dari 6500 mIU/ml dan
tidak ada kantong gestasi pada uterus, hampir pasti kehamilan ektopik. Tapi,
teknik ini tidak berguna secara klinik, karena banyak wanita (90%) dengan
kehamilan ektopik mempunyai level hCG yang jauh dibawah nilai diatas.
sampai 7.0 MHz, lebih mampu melihat lebih tepat organ pelvis pada awal
mencapai 1500 mIU/ml dan selalu bila kadar hCG sudah mencapai 2000
mIU/ml pada sekitar 5 atau 6 minggu setelah haid terakhir. Karena kombinasi
ditemukan dan kadar hCG lebih dari 1500 mIU/ml, lebih mungkin terjadi
20
dikenali pada saluran telur saat kehamilan ektopik muncul yang
gestasi sudah lebih dari 38 hari, dan/atau kadar hCG diatas ambang
1. Appendisitis akut
Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka kanan.
terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba. Demam lebih tinggi
dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan menunjukkan hasil negatif.
21
2. Salpingitis
Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan tes
Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba umumnya
terasa menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat demam
dengan sendirinya
4. Abortus Inkomplit
ada nyeri perut. Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada
kehamilan ektopik. Nyeri perut umumnya bersifat kolik dan kejang (kram).
6. Endometriosis
2.8 Penatalaksanaan
Ada banyak opsi yang dapat dipilih dalam menangani kehamilan ektopik,
yaitu terapi bedah dan terapi obat. Ada juga pilihan tanpa terapi, namun hanya
bisa dilakukan pada pasien yang tidak menunjukkan gejala dan tidak ada bukti
adanya rupture atau ketidakstabilan hemodinamik. Namun pada pilihan ini pasien
harus bersedian diawasi secara lebih ketat dan sering dan harus menunjukkan
22
perkembangan yang baik. Pasien juga harus menerima segala resiko apabila
tindakan bedah. Tindakan bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif
(biasanya salpingotomi) dan tindakan itu dilakukan dengan jalan laparaskopi atau
laparatomi. Laparatomi merupakan teknik yang lebih dipilih bila pasien secara
fasilitas dan persediaan untuk melakukan laparaskopi kurang, atau ada hambatan
kasus saja salpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien kehamilan ektopik yang
ektopik yang belum ruptur dan besarnya tidak lebih dari 5 cm pada diameter
23
Gambar 6 : Terapi bedah menggunakan tehnik laparatomi pada kehamilan ektopik
antimesenterik dari tuba dengan kauter kecil, gunting, atau laser. Kemudian
dikeluarkan secara perlahan melalui insisi dan tempat yang berdarah di kauter.
24
Gambar 7 : Linear salpingektomi di permukaan antimesenterik tuba pada kehamilan ektopik di pars
ampullaris.
Pasien dengan implantasi pada isthmus akan mendapatkan hasil yang lebih
baik dari reseksi segmental dan anastomosis lanjut. Bagaimanapun juga, jika
diagnosis ditegakkan lebih awal, maka pada tempat isthmus dapat dilakukan
salpingotomi. Pada kehamilan ektopik yang berlokasi pada ujung fimbriae, dapat
Tuba kanan yang membesar karena terdapat kehamilan ektopik ada disebelah kanan di E.
Tuba kiri yang tersumbat terlihat pada L- wanita ini pernah dilakukan ligasi tuba
25
2.8.2 Terapi Farmakologi
dan fungsi tuba, dan biaya yang lebih murah. Zat-zat kimia yang telah diteliti
1. Methotrexate
dkk. untuk kehamilan pada intersisial. Kemudian diikuti oleh Miyazaki (1983)
dan Ory dkk. yang menggunakannya sebagai terapi pertama pada kehamilan
ektopik. Sejak itu banyak dilaporkan pemakaian methotrexate pada berbagai jenis
obat ini bekerja pada jaringan trofoblastik, dan juga berefek pada mukosa bukal,
26
ektopik telah ditegakkan dan massa ektopik memiliki dimensi terbesar kurang dari
karena itu belum ada protokol standar. Terdapat beberapa cara pemberian, antara
lain pemberian dosis tunggal, dosis variabel, dosis rendah, serta injeksi langsung.
terjadi penurunan kadar β-hCG sebesar 15% pada hari ke 4-7 setelah injeksi. Bila
pasien.11
2.9 Prognosis
dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Namun bila pertolongan
kehamilan ektopik biasanya akan mati dan tidak dapat dipertahankan karena tidak
ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka
terapi yang ada sekarang, kemungkinan ibu untuk dapat hamil kembali membesar,
27
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.D
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status : Menikah
KELUHAN UTAMA
› Nyeri pada seluruh lapangan perut sejak 4 hari yang lalu. Nyeri seperti
28
› HPHT : lupa, pasien tidak mengetahui dirinya hamil
Tidak ada riwayat penyakit jantung, hati, ginjal, HT, DM, alergi
menular.
RIWAYAT OBSTETRI
Sekarang
PEMERIKSAAN FISIK
29
KU : Sakit sedang
Kesadaran : CMC
VS :
BP : 110/70 mmHg
HR : 78 x/menit
T : af
RR : 20 x/menit
STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen :
Genitalia :
30
Inspekulo : tidak dilakukan
VT bimanual :
- Porsio : MP, sebesar jempol kaki dewasa, tumor (-), nyeri goyang
- AP : sulit dinilai
- CD : menonjol
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PLT : 244.000/mm3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Plano test +
USG
31
DIAGNOSA
( Hb =4,7 g/dL)
SIKAP
RENCANA
Laparatomi cyto
32
Dilakukan ekspirasi ternyata sumber perdarahan berasal dari rupture tuba kiri
Uterus : bentuk dan ukuran lebih besar dari normal, tuba falopii kanan dan
DIAGNOSIS POST OP
ampularis sinistra.
S/ nyeri bekas operasi (+), demam (-), pusing (-), mual (+), muntah (-), BAK
O/
KU KES TD HR RR T
sedang Cmc 100/70 80 18 af
33
Genitalia : V/U tenang, PPV (+)
P/ Kontrol KU, VS
S/ nyeri bekas operasi (+), demam (-), pusing (-), mual (-), muntah (-) BAK (+)
via kateter
O/
KU KES TD HR RR T
Sedang Cmc 110/70 88 20 af
34
A/ P1A1H1 post salfingooforektomi sinistra ai akut abdomen ec ruptur tuba
P/ Kontrol KU, VS
S/ nyeri bekas operasi (+), demam (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK
(+)
O/
KU KES TD HR RR T
Sedang Cmc 110/70 86 17 af
P/ Kontrol KU, VS
35
Cefixime 2 x 100 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Vit. C 3 x 50 mg
SF 1 x 1
36
BAB IV
DISKUSI
37
tidak dilakukan karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik (inspeksi dan
palpasi), yaitu usia produktif, anemis, dan nyeri perut telah mengarah ke KET.
Berdasarkan kepustakaan, pada pemeriksaan fisik didaptkan tanda-tanda
akut abdomen berupa nyeti tekan, nyeri lepas, defans muscular, dan anemis. Pada
pemeriksaan VT bimanual didapatkan nyeri goyang portio dan cavum douglas
menonjol, hal ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosis antara lain konfirmasi menggunakan USG untuk membuktikan bahwa
implantasi dari embrio memang diluar tempat implantasi seharusnya, yaitu di tuba
falopii pars ampularis sinistra.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan laboratorium, hasil yang didapatkan
adalah Hb 4,7 g/dL (anemia berat). Hasil ini yang menyebabkan pada inspeksi,
pasien tampak anemis. Keadaan ini disebabkan karena adanya perdarahan di
dalam abdomen yang berasal dari ruptur tuba.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasien tersebut
adalah G2P1A0H1 gravid 9 - 10 minggu + akut abdomen ec KET + anemia
gravis ( Hb =4,7 g/dL).
Pada kasus ini pasien ditatalaksana secara radikal, yaitu dengan melakukan
salfingooforektomi sinistra (SOS). Selain itu juga perlu dilakukan kontrol keadaan
umum dan tanda vital. Informed consent dilakukan dengan menjelaskan kepada
pasien dan keluarga mengenai penyakit, tatalaksana yang akan dilakukan serta
komplikasi yang mungkin terjadi. Pada kasus ini harus dilakukan laparatomi cito
karena bahaya terhadap ibu.
Sebelum dilakukan laparatomi cito, injeksi antibiotik harus dilakukan
untuk pencegahan infeksi dan meminta keluarga pasien untuk segera
menyediakan setidaknya 4 unit PRC untuk mengganti darah yang hilang akibat
perdarahan pada KET.
Setelah laparatomi dilakukan, tampak ruang abdomen tampak penuh
dengan darah dan bekuan darah. Setelah dilakukan penarikan cairan dengan
suction, tampak ada ruptur tuba pars ampularis sinistra sehingga tindakan yang
harus dilakukan adalah salfingooforektomi sinistra.
38
Berdasarkan kepustakaan, pada kehamilan ektopik terganggu (KET)
dilakukan tindakan pemebedahan berupa laparatomi untuk mengeksplorasi dan
menentukan lokasi rupture, lalu dapat dilakukan beberapa jenis tindakan bedah
yaitu salfingotomi, salfingektomi, ooforektomi, salfingooforektomi, atau
histerektomi. Tindakan salfingotomi dilakukan pada kehamilan ektopik yang
belum mengalami ruptur, sedangkan salfingektomi dilakukan pada kehamilan
ektopik yang mengalami rupture. Salfingooforektomi dilakukan pada rupture tuba
pars ampularis seperti kasus Ny. D atau pada fimbrae. Ooforektomi dilakukan
pada kehamilan dalam ovarium. Histerektomi dilakukan pada kehamilan sevikal
atau interstisial atau kehamilan kornu.
Pada kasus ini setelah dilakukan laparotomi tampak adanya ruptur tuba
pars ampularis sinistra sehingga tindakan yang harus dilakukan adalah
salfingooforektomi sinistra yaitu dilakukan pengangkatan tuba fallopii dan
ovarium sinistra. Setelah operasi selesai, pasien diberikan transfusi PRC sebanyak
4 unit.
39
BAB V
KESIMPULAN
penunjang.
2. Penatalaksanaan kasus Ny. D sudah tepat, yaitu dengan laparatomi cito dan
Hb Ny. D.
40
DAFTAR PUSTAKA
www.emedicine.com/health/topic3212.html
338.
Jakarta.2005.hal 250-260.
2000.hal 198-210.
December 2004.
41
10. Lemus, Julio. Ectopic Pregnancy:an update. Current Opinion in
Obstetrics, 21st ed. Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange.
Connecticut. 2006.
42