Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya / hilangnya kontinuitas struktur jaringan tulang,


tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial,
umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung maupun tidak langsung.1

Trauma dapat langsung (direct), seperti terkena pukulan dari benda yang
bergerak atau kejatuhan maupun dipukul, atau tidak langsung (indirect), seperti
gaya memutar atau gaya membengkok pada tulang. Gaya ini juga sering
mengakibatkan terjadinya dislokasi.Apabila kondisi tulang tempat terjadi fraktur
tersebut terdapat kelainan patologis seperti tumor atau osteoporosis / osteomalacia
maka disebut fraktur patologis. Trauma lain yang menyebabkan fraktur adalah
gaya penekanan yang terus - menerus (chronic stress / overuse)yang disebut
fatique fracture.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari
5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta
orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki
prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari
insiden kecelakaan yang terjadi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Etiologi

Fraktur dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:

1. Trauma

Kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma yang mendadak dan keras yang
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

2. Fraktur Akibat Tekanan

Fraktur ini terjadi pada tulang yang terus menerus terkena beban berat
terutama pada atlet, penari atau petugas militer. Beban yang inggi ini meyebabkan
deformitas melalui inisiasi proses remodelling ulang yang terdiri dari resorpsi dan
pembenukan ulang baru. Ketika paparan tekananan terjadi terus menerus dalam
waku yang lama, maka proses resorpsi ulang akan lebih cepat daripada
pembentukan ulang baru yang mengakibakan are yang mudah unuk fraktur. Hal
ini juga terjadi pada individu dakam pengobaan yang mengganggu keseimbangan
resorpsi dan pembentukan tulang, misalnya individu yang mengkonsumsi steroid.

3. Fraktur Patologis
Fraktur yang dapat terjadi akibat tekanan normal karena adanya
kelemahan tulang akibat perubahan struktur tulang, misalnya pada osteoporosis,
osteogenesis imperfecta atau Paget penyakit ) atau melalui lesi litik ( misalnya
metastasis keganasan).1
2.2. Tipe Fraktur

1. Berdasarkan ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia


luar, fraktur di bagi menjadi 2 antara lain 1 :

 Fraktur tertutup (closed)

2
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Klasifikasi fraktur tertutup berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:

1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.

2) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.

3) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak


bagian dalam dan pembengkakan.

4) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.

 Fraktur terbuka (open/compound fraktur)

Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang
memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat
masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah.

Derajat patah tulang terbuka :

1) Derajat I : Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.


2) Derajat II : Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi
fragmen jelas.
3) Derajat III : Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.

2. Berdasarkan derajat kerusakan tulang, faktur dibagi menjadi 2 yaitu:

 Fraktur Tulang Lengkap (Complete Fracture)

3
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang
lainya, atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang
dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
 Fraktur Tulang tidak Lengkap (Incomplete Fracture)
Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu
sisi patah yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green
stick.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
ada 5 yaitu:
 Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
 Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
 Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di
sebabkan oleh trauma rotasi.
 Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kearah permukaan lain.
 Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang.

Gambar 1. Gambaran garis Fraktur

4. Berdasarkan jumlah garis patahan ada 3 antara lain:

 Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
 Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.

4
 Fraktur Multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.

Gambar 2. Gambaran garis fraktur

2.3. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk
pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung
dan melindungi organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Tulang
membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat . 2
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang
juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan
fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah. Tulang banyak
mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam kalsium )
yang membuat tulang keras dan kaku., tetapi sepertiga dari bahan tersebut
adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastic. 2

5
Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada
batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antra lain:
tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia, dan
falang. 2

a. Tulang Koksa (tulang pangkal paha)

OS koksa turut membentuk gelang panggul, letaknya disetiap sisi dan di


depan bersatu dengan simfisis pubis dan membentuk sebagian besar tulang pelvis.

b. Tulang Femur ( tulang paha)

Merupakan tulang pipa dan terbesar di dalam tulang kerangka pada


bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala
sendi yang disebut kaput femoris, disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris
terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Dibagian
ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut
kondilus lateralis dan medialis. Diantara dua kondilus ini terdapat lakukan
tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang di sebut dengan fosa
kondilus.

c. Osteum tibialis dan fibularis (tulang kering dan tulang betis)

Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang


membentuk persendian lutut dengan OS femur, pada bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut OS maleolus lateralis atau mata kaki luar. OS tibia
bentuknya lebih kecil dari pada bagian pangkal melekat pada OS fibula pada
bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan
terdapat taju yang disebut OS maleolus medialis.

6
Gambar 3. Anatomi os tibia dan fibula.

d. Tulang tarsalia (tulang pangkal kaki)

Dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi pergelangan kaki,


terdiri dari tulang-tulang kecil yang banyaknya 5 yaitu sendi talus,
kalkaneus, navikular, osteum kuboideum, kunaiformi.

e. Meta tarsalia (tulang telapak kaki)

Terdiri dari tulang- tulang pendek yang banyaknya 5 buah, yang


masing-masing berhubungan dengan tarsus dan falangus dengan perantara
sendi.

f. Falangus (ruas jari kaki)

Merupakan tulang-tulang pipa yang pendek yang masing-masing terdiri


dari 3 ruas kecuali ibu jari banyaknya 2 ruas, pada metatarsalia bagian ibu jari
terdapat dua buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut tulang bijian
(osteum sesarnoid).

2. Fisiologi

Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran dalam


pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligament, bursa,
dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut . Tulang
adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain :
osteoblast, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan

7
membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang dan
jaringan osteoid melalui suatu proses yang di sebut osifikasi. Ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid , osteoblas mengsekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peran penting dalam mengendapkan kalsium
dan fosfat kedalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali memasuki aliran
darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat
menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.

Ostesit adalah sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas adalah
sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang
dapat di absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit, osteklas mengikis
tulang. Sel-sel ini menghsilkan enzim-enzim proteolotik yang memecahkan
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

Secara umum fungsi tulang antara lain:

1. Sebagai kerangka tubuh.

Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.

2. Proteksi

Sistem musculoskeletal melindungi organ- organ penting, misalnya


otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat
pada rongga dada (cavum thorax) yang di bentuk oleh tulangtulang kostae (iga).

3. Ambulasi dan Mobilisasi

Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh


dan perpindahan tempat, tulang memberikan suatu system pengungkit yang di
gerakan oleh otot- otot yang melekat pada tulang tersebut ; sebagai suatu
system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot- otot yang melekat padanya.

4. Deposit Mineral

8
Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemen- elemen lain.
Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh

5. Hemopoesis

Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow. Untuk


menghasilkan sel- sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu.

Suplai darah
Arteri yang menutrisi tibia berasal dari arteri tibialis posterior, yang memasuki
korteks posterolateral distal sampai ke origin dari muskulus soleus. Pada saat
pembuluh darah memasuki kanalis intermedullaris, ia terbagi menjadi tiga cabang
asendens dan satu cabang desendens. Cabang-cabang ini yang kemudian
membentuk endosteal vascular tree, yang beranastomose dengan arteri periosteal
dari arteri tibialis posterior.
Arteri tibialis anterior bersifat rapuh terhadap trauma karena perjalanannya
yang melalui sebuah celah padah mebran interosseus.
Apabila arteri yang menutrisi mengalami ruptur akan terjadi aliran melalui
korterks, dan suplai darah periosteal akan menjadi lebih penting. Hal ini
menkankan pentingnya mempertahankan perlekatan periosteum selama fiksasi.
Fibula berperan sebesar 6% - 17% dalam menopang berat badan. Pada bagian
leher fibula berjalan nervus peroneus komunis yang sangat dekat dengan
permukaan kulit. Hal ini menyebabkan nervus peroneus komunisrentan terhadap
trauma langsung pada daerah leher fibula.3

2.4. Diagnosis

Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap


dan melakukan pemeriksaan fisik kemudian dikonfirmasikan dengan melakukan
pemeriksaan penunjang untuk membantu mengarahkan dan menilai secara
objektif keadaan yang sebenarnya.

a. Anamnesa

9
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik
yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena
fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi
ditempat lain. Penting untuk ditanyakan bagaimana mekanisme terjadinya trauma.
Penderita biasanya datang karena nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota
gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
a) Syok, anemia atau perdarahan.
b) Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.
c) Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget).

Pada pemeriksaan fisik lokal dilakukan:


1) Look (Inspeksi)
Deformitas: angulasi (medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi
(rotasi, perpendekan atau perpanjangan), bengkak atau kebiruan, fungsio laesa
(hilangnya fungsi gerak). Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat
jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh atau kulit robek dan
luka memiliki hubungan dengan fraktur,

2) Feel (Palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangat nyeri. Perlu diperhatikan
 temperatur setempat yang meningkat
 Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada
tulang.
 Krepitasi ; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan
secara hati-hati.
 Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi
arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai
dengan anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri
pada kuku.
3) Move (pergerakan)

10
Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif, adanya gerakan
yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya dan tidak dapat
mencapai ROM (Range of Movement). [1] [4]

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang wajib dilakukan pada fraktur adalah pemeriksaan X-


Rays, dengan menggunakan prinsip Rules of Two, diantaranya :

 Two View

Fraktur atau dislokasi mungkin tidak dapat terlihat pada foto satu posisi,
sehingga setidaknya butuh dua posisi foto yaitu anteroposterior dan lateral.

 Two Joint

Untuk melihat apakah terdapat angulasi pada sendi pada foto perlu
diperlihatkan sendi proximal dan distal dari fraktur.

 Two Limb

Pada anak-anak, gambaran epifisis imatur mungkin dapat meragukan


diagnosis patah tulang sehingga perlu dilakukan x-rays pada ekstrimitas yang
tidak terluka untuk perbandingan.

 Two Injuries

Beberapa trauma yang keras dapat menyebabkan fraktur lebih dari satu
level sehingga perlu dilakukan pemeriksaan pada tempat lain yang mungkin juga
terkena trauma.

 Two Occasion

Beberapa cedera sulit dideteksi bagian yang fraktur segera setelah trauma
oleh karena itu dibutuhkan dua kali pemeriksaan. [1] [6]

Pemeriksaan penunjang lain seperti Computed Tomography perlu


dilakukan terutama untuk melihat trauma pada tulang belakang atau pada fraktur

11
yang kompleks, Magnetic resonance imaging perlu dilakukan untuk melihat
apakah fraktur tulang belakang mengenai medula spinalis atau tidak.

2.5. Penatalaksanaan Fraktur

Penyembuhan fraktur (fracture healing) dapat terjadi melalui dua cara,


yaitu:

1. Dengan Callus

Merupakan penyembuhan alami dari tulang tubular di tubuh manusia yang


terjadi dalam 5 tahap, yaitu :

1) Destruksi Jaringan dan Pembentukan Hematome

Pembuluh darah robek dan terjadi hematoma di sekitar dan di dalam tulang
yang fraktur. Permukaan tulang kehilangan suplai darah.

2) Inflamasi dan pembentukan Sel

Dalam 8 jam setelah fraktur, terjadi reaksi inflames akut berupa migrasi
sel-sel inflamasi dan inisiasi proliferasi dan diferensiasi stem sel mesechimal dari
periosteum dan jaringan sekitarnya. Ujung fragmen dikelilingi jaringan selular
yang membentuk hubungan antar sisi fraktur. Beberapa mediator inflamasi seperti
cytokine dan berbagai mediator pertumbuhan juga berperan. Hematom yang
membeku secara perlahan akan diabsorbsi dan membentuk kapiler baru di sekitar
sisi fraktur.

3) Pembentukan Callus

Stem sel berdiferensiasi untuk membentuk sel sel chodrogenik dan


osteogenik sedemikian rupa dengan kondisi biologi dan biological yang baik
mulai membentuk tulang. Populasi sel kali ini terdiri atas osteclast yang mulai

12
menyerap sel sel mati. Masa sel yang tebal dengan tumpukan tulang immature
membentuk kalus di sekitar permukaan periosteum dan endosteum. Anyaman
serat tulang immature kemudian termineralisasi sehingga menjadi semakin padat.
Dalam kurang lebih 4 minggu fraktur akan kembali menyatu.

4) Konsolidasi

Aktifitas osteoclast dan osteoblast yang terus menerus akan merubah


penyatuan tulang yang masih bengkak menjadi semakin pipih. Pada fase ini
osteoclast semakin mengikis garis patahan sedangkan osteoblast mengisi
kekosongan pada fragmen tulang dengan tulang baru. Fase ini belangsung cukup
lama.

5) Remodelling

Setelah fraktur dijembatani dengan manset tulang padat, proses resorbsi


dan pembentukan tulang terus berlanjut hingga tulang benar-benar dapat menahan
tekanan.

2. Tanpa Callus

Studi klinis dan eksperimental telah menunjukkan bahwa kalus adalah


respon terhadap gerakan fracture site. Ini berfungsi untuk menstabilkan fragmen
secepat mungkin untuk menjembatani tulang. Jika fracture site benar-benar
immobile - misalnya, patah tulang berdampak pada tulang cancellous, atau patah
tulang yang benar-benar diimobilisasi dengan plat logam - tidak ada stimulus
untuk kalus. Sebaliknya, pembentukan tulang osteoblastik baru terjadi langsung
antara fragmen. Kesenjangan antara permukaan fraktur diserang oleh kapiler baru
dan sel-sel osteoprogenitor tumbuh dari tepi, dan tulang baru diletakkan di atas
permukaan fraktur. Di celah-celah sangat sempit, osteogenesis menghasilkan
tulang pipih kesenjangan yang lebih luas diisi pertama dengan anyaman tulang
yang kemudian direnovasi menjadi tulang pipih. Dalam 3-4 minggu fraktur cukup
padat untuk memungkinkan penetrasi dan penyatuan permukaan raktur dengan
unit renovasi tulang, yaitu osteoklastik yang mengerucut diikuti oleh osteoblas.1

13
Secara umum prinsip pengobatan fraktur ada 4:

1. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur


dengan anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan
perlu diperhatikan: Lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang
sesuai untuk pengobatan, dan komplikasi yang mungkin terjadi selama dan
sesudah pengobatan

3. Reduction;

Reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk


mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler
diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi
normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan
osteoartritis di kemudian hari.

3. Retention; imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Tatalaksana pada fraktur adalah sebagai berikut:

a) Non Operatif
1) Reduksi
Reduksi fraktur adalah restorasi fragemen tulang sesuai aligment dan rotasi
sesuai anatomi. Ada 3 jenis metode : closed reduction, Open reduction, traksi .
tetapi pada Open reduction dilakukan dengan operasi. Closed reduction adalah
mengembalikan fragmen tulang ke apposisi/ ke ujung kontak tulang melalui
manipulasi dan traksi manual.
2) Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips/
circular cast dalam 7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu.
Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen tiap
6 atau 8 minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi

14
ankle, memperkuat otot Quadrisep yang nantinya diharapkan dapat
mengembalikan ke fungsi normal
b) Operatif
Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:
1) Absolut
 Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan
operasi dalam penyembuhan dan perawatan lukanya.
 Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki
jalannya darah di tungkai.
 Fraktur dengan sindroma kompartemen.
 Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas
pasien, juga mengurangi nyeri.
2) Relatif, jika adanya:
 Pemendekan
 Fraktur tibia dengan fibula intak
 Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama

Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur diantaranya adalah


sebagai berikut:
1. Fiksasi
a. Fiksasi eksternal
Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel
yang hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur
terbuka dengan luka terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang dibuat
bisa lebih kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma tambahan yang
dapat memperlambat kemungkinan penyembuhan.

Gambar 4 Fiksasi Eksternal

15
b. Open reduction with internal fixation (ORIF)
Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke
metafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan
sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi
komplikasi pada penyembuhan luka operasi.

Gambar 5 ORIF
c. Intramedullary nailing
Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka
atau tertutup. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang
cidera dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak.

Gambar 6. Intramedullary nailing

2. Amputasi
Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya
nervus tibia dan pada crush injury dari tibia.

2.6. Komplikasi

16
1) Infeksi

Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa


internal fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena
luka yang tidak steril.

2) Delayed union

Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang


tetapi terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya
peredaran darah ke fragmen.

3) Non union

Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5


bulan mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan
pergerakan pada tempat fraktur.

4) Avaskuler nekrosis

Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya


defisiensi suplay darah.

5) Kompartemen Sindrom

Kompartemen sindrom merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan


terhadap syaraf, pembuluh darah dan otot didalam kompatement osteofasial yang
tertutup.Hal ini mengawali terjadinya peningkatan tekanan interstisial, kurangnya
oksigen dari penekanan pembuluh darah, dan diikuti dengan kematian jaringan.

6) Mal union

Terjadi penyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benar


seperti adanya angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan.

7) Trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis.

8) Gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki.

17
Gangguan ini biasanya disebakan karena adanya adhesi pada otot-otot
tungkai bawah.

BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. ZH

No. RM : 426814

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 53 tahun

Alamat : Penyabungan Kab. Mandailing Natal Sumatera

Utara

18
Tanggal Masuk : 22 November 2015

I. Anamnesis : 30 November 2015


Seorang pasien laki – laki berumur 53 tahun datang ke IGD RS Ahmad
Muchtar Bukittinggi pada tanggal 22 November 2015 dengan :

Keluhan Utama :

Penurunan kesadaran sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Penurunan kesadaran sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit


- Pasien tidak sadar post kecelakaan lalu lintas,pasien ditabrak mobil
kemudian terjatuh.
- Pasien muntah darah dan keluar darah dari telinga
- Demam tidak ada
- Pasien gelisah
- Trauma di tempat lain yaitu di tungkai bawah kiri, terdapat bengkak dan
nyeri. Nyeri semakin hebat jika digerakkan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga dengan kelainan yang sama.

II. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : Tampak sakit berat


- Kesadaran : GCS 11 (E3V3M5)
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 86 x/menit
- Nafas : 22x/menit
- Suhu : 37 º C

Status Generalis
- Kepala
Konjungtiva : Anemis (-/-)

19
Sklera : Ikterik (-/-)
Bibir : Tidak sianosis
Gusi dan gigi : Perdarahan (-) , karies (-)
Mata : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)

- Leher
KGB : Tidak ada pembesaran
Leher : JVP 5-2cmH2O
Trakea : Deviasi (-)

- Telinga: Otorhea (+)


- Hidung : Tidak ada kelainan

- Paru
Ins: simetris kiri dan kanan
Pal: nyeri tekan (-), massa (-), dan fremitus sama kiri dan kanan
Per: sonor R=L
Aus: vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-. Tidak terdapat suara tambahan

- Jantung
Ins: iktus kordis tidak nampak
Pal: iktus kordis teraba di ICS V MCV (S)
Per: batas jantung normal
Aus: tidak ditemukan murmur

- Abdomen
Ins: datar, sikatrik (-)
Pal: nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), massa (-)
Per: timpani
Aus: bising usus (+) normal

20
- Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik

Status Lokalis
Regio kruris (S)
- Look : Kulit utuh, swelling (+), deformitas (+)
- Feel : Nyeri tekan (+), perabaan hangat, krepitasi (+) NVD : sensibilitas
baik, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba, CRT < 2 detik.

- Move : Nyeri ketika digerakan ( baik gerak aktif maupun pasif) dan ROM
terbatas.

III. Diagnosis Kerja


- CK GCS 11 + Fraktur tertutup tibia fibula sinistra
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah (22 November 2015)
- HB : 10,5 g/dL
- Leukosit : 19.160 (5000-10.000) /µl
- Trombosit : 341.000 ( 150.000- 450.000) /µl
- Hematokrit : 32,5% (P = 40% - 54%)

Hasil Rontgen (22 November 2015)

21
Foto Cruris Sinistra AP-Lateral
Outline os tibia dan fibula sinistra berubah. Tampak fraktur segmental
pada os tibia dan fraktur transverse 1/3 tengah os fibula

Hasil CT Scan Kepala

22
Terdapat fraktur basis cranii.

V. Diagnosa Akhir
Fraktur Basis Cranii + Fraktur Tertutup Segmental Os Tibia Sinistra
+Fraktur Tertutup Transverse Os Fibula 1/3 Tengah Sinistra

VI. Tatalaksana
 O2 5 L
 IVFD NaCl 0,9%
 Inj Cefepime 2 x 1 gr
 Inj. Manitol 4 x 125 mg
 Inj. Ranitidin 2 x 1 mg
 Inj .Penithoin 3 x 100 mg
 Inj. Citicholin 2 x 500 mg
 Inj. Ketorolac 3 x 1 amp. Drip dalam NaCl 0,9%
 Immobilisasi fraktur dengan Posterior slab
 Rencana ORIF

BAB IV
DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 53 tahun dengan diagnosa Fraktur Basis


Cranii + Fraktur Tertutup Segmental Os Tibia Sinistra + Fraktur Tertutup

23
Transverse Os Fibula 1/3 Tengah Sinistra. Diagnosis ditegakan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (x-ray) dan CT scan kepala.

Dari anamnesis awal masuk didapatkan penurunan kesadaran sejak 6 jam


sbelum masuk rumah sakit, dan nyeri dan bengkak pada tungkai kiri bawah
dengan riwayat ditabrak mobil. Terdapat keterbatasan gerak pada tungkai kiri.
Penangan pertama di IGD, berupa pemasangan bidai dengan posterior slab.
Pemasangan bidai ini dilakukan untuk imobilisasi. Pasien direncanakan dilakukan
operasi pemasangan ORIF untuk memperbaiki frakturnya setelah keadaan
membaik dan masalah trauma kepala dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and


Fractures 9th edition. London: Hodder Arnold. 2010. 687-9, 897-904, 916-
8.
2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit, edisi ke- 6. Jakarta: EGC. 2006.
3. Hadiwidjaja, Satimin. Anatomi Extremitas (Suatu Pendekatan Anatomi
Regional) Jilid 2 Sei Extremitas Inferior . Sebelas Maret University Press.
Surakarta. 2004
4. Merck Manual; Medical information, Fracture, Dislocation and Sprain
2nd Home Edition published by Merck & Co.Inc. 2003

24
5. Muller AO Classification of Fracture – Long Bone ;Tibia / Fibula ;
Copyright © 2010 by AO Foundation, Switzerland.
6. Grainger RG, Allison DJ. Diagnostic Radiology A Textbook of Medical
Imaging. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Limited; 2008.

25

Anda mungkin juga menyukai