PENDAHULUAN
Trauma dapat langsung (direct), seperti terkena pukulan dari benda yang
bergerak atau kejatuhan maupun dipukul, atau tidak langsung (indirect), seperti
gaya memutar atau gaya membengkok pada tulang. Gaya ini juga sering
mengakibatkan terjadinya dislokasi.Apabila kondisi tulang tempat terjadi fraktur
tersebut terdapat kelainan patologis seperti tumor atau osteoporosis / osteomalacia
maka disebut fraktur patologis. Trauma lain yang menyebabkan fraktur adalah
gaya penekanan yang terus - menerus (chronic stress / overuse)yang disebut
fatique fracture.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari
5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta
orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki
prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari
insiden kecelakaan yang terjadi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Etiologi
1. Trauma
Kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma yang mendadak dan keras yang
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Fraktur ini terjadi pada tulang yang terus menerus terkena beban berat
terutama pada atlet, penari atau petugas militer. Beban yang inggi ini meyebabkan
deformitas melalui inisiasi proses remodelling ulang yang terdiri dari resorpsi dan
pembenukan ulang baru. Ketika paparan tekananan terjadi terus menerus dalam
waku yang lama, maka proses resorpsi ulang akan lebih cepat daripada
pembentukan ulang baru yang mengakibakan are yang mudah unuk fraktur. Hal
ini juga terjadi pada individu dakam pengobaan yang mengganggu keseimbangan
resorpsi dan pembentukan tulang, misalnya individu yang mengkonsumsi steroid.
3. Fraktur Patologis
Fraktur yang dapat terjadi akibat tekanan normal karena adanya
kelemahan tulang akibat perubahan struktur tulang, misalnya pada osteoporosis,
osteogenesis imperfecta atau Paget penyakit ) atau melalui lesi litik ( misalnya
metastasis keganasan).1
2.2. Tipe Fraktur
2
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Klasifikasi fraktur tertutup berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
2) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
4) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang
memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat
masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah.
3
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang
lainya, atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang
dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
Fraktur Tulang tidak Lengkap (Incomplete Fracture)
Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu
sisi patah yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green
stick.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
ada 5 yaitu:
Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di
sebabkan oleh trauma rotasi.
Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kearah permukaan lain.
Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang.
Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
4
Fraktur Multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
1. Anatomi
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk
pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung
dan melindungi organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Tulang
membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat . 2
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang
juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan
fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah. Tulang banyak
mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam kalsium )
yang membuat tulang keras dan kaku., tetapi sepertiga dari bahan tersebut
adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastic. 2
5
Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada
batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antra lain:
tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia, dan
falang. 2
6
Gambar 3. Anatomi os tibia dan fibula.
2. Fisiologi
7
membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang dan
jaringan osteoid melalui suatu proses yang di sebut osifikasi. Ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid , osteoblas mengsekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peran penting dalam mengendapkan kalsium
dan fosfat kedalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali memasuki aliran
darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat
menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
Ostesit adalah sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas adalah
sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang
dapat di absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit, osteklas mengikis
tulang. Sel-sel ini menghsilkan enzim-enzim proteolotik yang memecahkan
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
2. Proteksi
4. Deposit Mineral
8
Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemen- elemen lain.
Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh
5. Hemopoesis
Suplai darah
Arteri yang menutrisi tibia berasal dari arteri tibialis posterior, yang memasuki
korteks posterolateral distal sampai ke origin dari muskulus soleus. Pada saat
pembuluh darah memasuki kanalis intermedullaris, ia terbagi menjadi tiga cabang
asendens dan satu cabang desendens. Cabang-cabang ini yang kemudian
membentuk endosteal vascular tree, yang beranastomose dengan arteri periosteal
dari arteri tibialis posterior.
Arteri tibialis anterior bersifat rapuh terhadap trauma karena perjalanannya
yang melalui sebuah celah padah mebran interosseus.
Apabila arteri yang menutrisi mengalami ruptur akan terjadi aliran melalui
korterks, dan suplai darah periosteal akan menjadi lebih penting. Hal ini
menkankan pentingnya mempertahankan perlekatan periosteum selama fiksasi.
Fibula berperan sebesar 6% - 17% dalam menopang berat badan. Pada bagian
leher fibula berjalan nervus peroneus komunis yang sangat dekat dengan
permukaan kulit. Hal ini menyebabkan nervus peroneus komunisrentan terhadap
trauma langsung pada daerah leher fibula.3
2.4. Diagnosis
a. Anamnesa
9
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik
yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena
fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi
ditempat lain. Penting untuk ditanyakan bagaimana mekanisme terjadinya trauma.
Penderita biasanya datang karena nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota
gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
a) Syok, anemia atau perdarahan.
b) Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.
c) Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget).
2) Feel (Palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangat nyeri. Perlu diperhatikan
temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada
tulang.
Krepitasi ; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan
secara hati-hati.
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi
arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai
dengan anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri
pada kuku.
3) Move (pergerakan)
10
Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif, adanya gerakan
yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya dan tidak dapat
mencapai ROM (Range of Movement). [1] [4]
c. Pemeriksaan Penunjang
Two View
Fraktur atau dislokasi mungkin tidak dapat terlihat pada foto satu posisi,
sehingga setidaknya butuh dua posisi foto yaitu anteroposterior dan lateral.
Two Joint
Untuk melihat apakah terdapat angulasi pada sendi pada foto perlu
diperlihatkan sendi proximal dan distal dari fraktur.
Two Limb
Two Injuries
Beberapa trauma yang keras dapat menyebabkan fraktur lebih dari satu
level sehingga perlu dilakukan pemeriksaan pada tempat lain yang mungkin juga
terkena trauma.
Two Occasion
Beberapa cedera sulit dideteksi bagian yang fraktur segera setelah trauma
oleh karena itu dibutuhkan dua kali pemeriksaan. [1] [6]
11
yang kompleks, Magnetic resonance imaging perlu dilakukan untuk melihat
apakah fraktur tulang belakang mengenai medula spinalis atau tidak.
1. Dengan Callus
Pembuluh darah robek dan terjadi hematoma di sekitar dan di dalam tulang
yang fraktur. Permukaan tulang kehilangan suplai darah.
Dalam 8 jam setelah fraktur, terjadi reaksi inflames akut berupa migrasi
sel-sel inflamasi dan inisiasi proliferasi dan diferensiasi stem sel mesechimal dari
periosteum dan jaringan sekitarnya. Ujung fragmen dikelilingi jaringan selular
yang membentuk hubungan antar sisi fraktur. Beberapa mediator inflamasi seperti
cytokine dan berbagai mediator pertumbuhan juga berperan. Hematom yang
membeku secara perlahan akan diabsorbsi dan membentuk kapiler baru di sekitar
sisi fraktur.
3) Pembentukan Callus
12
menyerap sel sel mati. Masa sel yang tebal dengan tumpukan tulang immature
membentuk kalus di sekitar permukaan periosteum dan endosteum. Anyaman
serat tulang immature kemudian termineralisasi sehingga menjadi semakin padat.
Dalam kurang lebih 4 minggu fraktur akan kembali menyatu.
4) Konsolidasi
5) Remodelling
2. Tanpa Callus
13
Secara umum prinsip pengobatan fraktur ada 4:
3. Reduction;
a) Non Operatif
1) Reduksi
Reduksi fraktur adalah restorasi fragemen tulang sesuai aligment dan rotasi
sesuai anatomi. Ada 3 jenis metode : closed reduction, Open reduction, traksi .
tetapi pada Open reduction dilakukan dengan operasi. Closed reduction adalah
mengembalikan fragmen tulang ke apposisi/ ke ujung kontak tulang melalui
manipulasi dan traksi manual.
2) Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips/
circular cast dalam 7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu.
Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen tiap
6 atau 8 minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi
14
ankle, memperkuat otot Quadrisep yang nantinya diharapkan dapat
mengembalikan ke fungsi normal
b) Operatif
Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:
1) Absolut
Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan
operasi dalam penyembuhan dan perawatan lukanya.
Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki
jalannya darah di tungkai.
Fraktur dengan sindroma kompartemen.
Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas
pasien, juga mengurangi nyeri.
2) Relatif, jika adanya:
Pemendekan
Fraktur tibia dengan fibula intak
Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama
15
b. Open reduction with internal fixation (ORIF)
Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke
metafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan
sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi
komplikasi pada penyembuhan luka operasi.
Gambar 5 ORIF
c. Intramedullary nailing
Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka
atau tertutup. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang
cidera dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak.
2. Amputasi
Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya
nervus tibia dan pada crush injury dari tibia.
2.6. Komplikasi
16
1) Infeksi
2) Delayed union
3) Non union
4) Avaskuler nekrosis
5) Kompartemen Sindrom
6) Mal union
17
Gangguan ini biasanya disebakan karena adanya adhesi pada otot-otot
tungkai bawah.
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. ZH
No. RM : 426814
Umur : 53 tahun
Utara
18
Tanggal Masuk : 22 November 2015
Keluhan Utama :
Status Generalis
- Kepala
Konjungtiva : Anemis (-/-)
19
Sklera : Ikterik (-/-)
Bibir : Tidak sianosis
Gusi dan gigi : Perdarahan (-) , karies (-)
Mata : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
- Leher
KGB : Tidak ada pembesaran
Leher : JVP 5-2cmH2O
Trakea : Deviasi (-)
- Paru
Ins: simetris kiri dan kanan
Pal: nyeri tekan (-), massa (-), dan fremitus sama kiri dan kanan
Per: sonor R=L
Aus: vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-. Tidak terdapat suara tambahan
- Jantung
Ins: iktus kordis tidak nampak
Pal: iktus kordis teraba di ICS V MCV (S)
Per: batas jantung normal
Aus: tidak ditemukan murmur
- Abdomen
Ins: datar, sikatrik (-)
Pal: nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), massa (-)
Per: timpani
Aus: bising usus (+) normal
20
- Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Lokalis
Regio kruris (S)
- Look : Kulit utuh, swelling (+), deformitas (+)
- Feel : Nyeri tekan (+), perabaan hangat, krepitasi (+) NVD : sensibilitas
baik, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba, CRT < 2 detik.
- Move : Nyeri ketika digerakan ( baik gerak aktif maupun pasif) dan ROM
terbatas.
21
Foto Cruris Sinistra AP-Lateral
Outline os tibia dan fibula sinistra berubah. Tampak fraktur segmental
pada os tibia dan fraktur transverse 1/3 tengah os fibula
22
Terdapat fraktur basis cranii.
V. Diagnosa Akhir
Fraktur Basis Cranii + Fraktur Tertutup Segmental Os Tibia Sinistra
+Fraktur Tertutup Transverse Os Fibula 1/3 Tengah Sinistra
VI. Tatalaksana
O2 5 L
IVFD NaCl 0,9%
Inj Cefepime 2 x 1 gr
Inj. Manitol 4 x 125 mg
Inj. Ranitidin 2 x 1 mg
Inj .Penithoin 3 x 100 mg
Inj. Citicholin 2 x 500 mg
Inj. Ketorolac 3 x 1 amp. Drip dalam NaCl 0,9%
Immobilisasi fraktur dengan Posterior slab
Rencana ORIF
BAB IV
DISKUSI
23
Transverse Os Fibula 1/3 Tengah Sinistra. Diagnosis ditegakan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (x-ray) dan CT scan kepala.
DAFTAR PUSTAKA
24
5. Muller AO Classification of Fracture – Long Bone ;Tibia / Fibula ;
Copyright © 2010 by AO Foundation, Switzerland.
6. Grainger RG, Allison DJ. Diagnostic Radiology A Textbook of Medical
Imaging. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Limited; 2008.
25