Anda di halaman 1dari 10

Familial Hemiplegic Migrain (FHM) adalah bentuk dari migrain dengan aura yang jarang

dijumpai dan berhubungan dengan gangguan cerebelar ataxia dan juga dihubungkan dengan
lokus 19p. Bukti ilmiah menyatakan bahwa lokus 19p pada FHM juga berhubungan dengan
pasien migrain bentuk lain. Terdapat tiga gen yang telah diidentifikasi sebagai penyebab FHM.
FHM tipe satu dengan gejala klinis berupa nistagmus dan cerebellar sign, gangguan ini
disebabkan adanya mutasi pada gen CACNA1A di lokus 19p13. FHM tipe-2 dengan gejala
berupa gangguan kejang merupakan akibat adanya mutasi pada gen ATP1A2 yang berlokasi
pada 1q21q23. FHM tipe-3 merupakan akibat dari mutasi dari gen SCN1A berlokasi di 2q24.
Mutasi pada SCN1A juga diketahui sebagai penyebab familial febrile seizure disorders dan
infantile epileptic encephalopathy.

Telah diketahui juga beberapa hal yang dapat mempresipitasi migrain yaitu, sebagai
berikut :

• Perubahan hormonal

• Stress

• Tidur berlebihan atau kurang tidur

• Dalam pengobatan dengan menggunakan obat vasodilator

• Merokok

• Eksposure cahaya yang terlalu menyilaukan

• Odor yang kuat

• Trauma kepala

• Perubahan cuaca

• Rasa mual

• Stimulus dingin
• Latihan yang kurang

• Puasa atau terlambat makan

• Red wine

Beberapa makanan dan minuman aditif yang juga berpotensi untuk mempresipitasi
migrain yaitu, sebagai berikut :

• Kafein

• Pemanis buatan

• MSG

• Perisa jeruk

• Makanan mengandung tiramin

• Daging yang mengandung nitrit

Patofisiologi

Mekanisme migrain masih belum diketahui sepenuhnya. Meskipun demikian teknologi


terbaru telah berhasil memformulasikan konsep terbaru dalam menjelaskan sindrom migrain.

Teori Vaskular

Pada tahun 1940 an dan 1950 an teori vascular diperkenalkan untuk menjelaskan sakit
kepala akibat migrain. Wolf et al meyakini iskemia menginduksi terjadinya vasokonstriksi pada
pembuluh darah intracranial sehingga bertanggung jawab terjadinya aura pada migrain dan
vasodilatasi pembuluh darah berulang serta mengaktivasi nervus di pembuluh darah maka
timbullah nyeri kepala. Teori berlandaskan dari pengamatan 3 hal yaitu :

• Ruang ekstrakranial yang menggembung dan berdenut ketika seranga migrain

• Stimulasi terhadap rongga intracranial menginduksi nyeri kepala


• Vasokontriktor

Siklus ini dimulai dengan peningkatan kadar norepinefrin dalam plasma, sehingga
menyebabkan platelet beragregasi dalam pembuluh darah otak. Platelet ini melepaskan
serotonin yang dapat menyebabkan konstriksi arteri maupun dilatasi kapiler. Arteri –arteri
tersebut pertama –tama pada satu sisi kepala berkonstriksi menyebabkan iskemia sehingga
menimbulkan gejala aura berupa gangguan visual, rasa tebal atau kelemahan pada satu sisi
tubuh. Platelet yang beragregasi ini juga melepas neurokinin – neurokinin yang mensensitisasi
reseptor nyeri di dinding pembuluh darah ekstrakranial. Hal ini menerangkan mengapa skalp
dan leher sering menjadi nyeri selama dan setelah serangan migrain.

Familial Hemiplegic Migrain (FHM) adalah bentuk dari migrain dengan aura yang jarang
dijumpai dan berhubungan dengan gangguan cerebelar ataxia dan juga dihubungkan dengan
lokus 19p. Bukti ilmiah menyatakan bahwa lokus 19p pada FHM juga berhubungan dengan
pasien migrain bentuk lain. Terdapat tiga gen yang telah diidentifikasi sebagai penyebab FHM.
FHM tipe satu dengan gejala klinis berupa nistagmus dan cerebellar sign, gangguan ini
disebabkan adanya mutasi pada gen CACNA1A di lokus 19p13. FHM tipe-2 dengan gejala
berupa gangguan kejang merupakan akibat adanya mutasi pada gen ATP1A2 yang berlokasi
pada 1q21q23. FHM tipe-3 merupakan akibat dari mutasi dari gen SCN1A berlokasi di 2q24.
Mutasi pada SCN1A juga diketahui sebagai penyebab familial febrile seizure disorders dan
infantile epileptic encephalopathy.

Telah diketahui juga beberapa hal yang dapat mempresipitasi migrain yaitu, sebagai
berikut :

• Perubahan hormonal

• Stress

• Tidur berlebihan atau kurang tidur

• Dalam pengobatan dengan menggunakan obat vasodilator


• Merokok

• Eksposure cahaya yang terlalu menyilaukan

• Odor yang kuat

• Trauma kepala

• Perubahan cuaca

• Rasa mual

• Stimulus dingin

• Latihan yang kurang

• Puasa atau terlambat makan

• Red wine

Beberapa makanan dan minuman aditif yang juga berpotensi untuk mempresipitasi
migrain yaitu, sebagai berikut :

• Kafein

• Pemanis buatan

• MSG

• Perisa jeruk

• Makanan mengandung tiramin

• Daging yang mengandung nitrit

Patofisiologi

Mekanisme migrain masih belum diketahui sepenuhnya. Meskipun demikian teknologi


terbaru telah berhasil memformulasikan konsep terbaru dalam menjelaskan sindrom migrain.
Teori Vaskular

Pada tahun 1940 an dan 1950 an teori vascular diperkenalkan untuk menjelaskan sakit
kepala akibat migrain. Wolf et al meyakini iskemia menginduksi terjadinya vasokonstriksi pada
pembuluh darah intracranial sehingga bertanggung jawab terjadinya aura pada migrain dan
vasodilatasi pembuluh darah berulang serta mengaktivasi nervus di pembuluh darah maka
timbullah nyeri kepala. Teori berlandaskan dari pengamatan 3 hal yaitu :

• Ruang ekstrakranial yang menggembung dan berdenut ketika seranga migrain

• Stimulasi terhadap rongga intracranial menginduksi nyeri kepala

• Vasokontriktor

Siklus ini dimulai dengan peningkatan kadar norepinefrin dalam plasma, sehingga
menyebabkan platelet beragregasi dalam pembuluh darah otak. Platelet ini melepaskan serotonin
yang dapat menyebabkan konstriksi arteri maupun dilatasi kapiler. Arteri –arteri tersebut pertama
–tama pada satu sisi kepala berkonstriksi menyebabkan iskemia sehingga menimbulkan gejala
aura berupa gangguan visual, rasa tebal atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Platelet yang
beragregasi ini juga melepas neurokinin – neurokinin yang mensensitisasi reseptor nyeri di
dinding pembuluh darah ekstrakranial. Hal ini menerangkan mengapa skalp dan leher sering
menjadi nyeri selama dan setelah serangan

Teori neurovaskular

Teori ini menyatakan bahwa serangkaian saraf dan vascular dapat menginisiasi terjadinya
migrain. Menurut teori ini migrain adalah proses neurogenik yang disertai perubahan sekunder
perfusi serebral. Pada awal, sebuah migrain yang tidak sakit kepala setiap memiliki keadaan
hipereksitabilitas neuronal di korteks serebral, terutama di korteks oksipital. Temuan ini telah
dibuktikan dalam studi stimulasi magnetik transkranial dan dengan functional magnetic
resonance imaging (MRI ). Pengamatan ini menjelaskan kerentanan khusus dari otak migrain
sakit kepala.

igrain.
Cortical Spreading Depression

Pada tahun 1944, Leao memperkenalkan teori cortical spreading depression untuk
menjelaskan mekanisme migrain dengan aura. CSD menjelaskan dengan baik gelombang
eksitasi neuron pada serabut kortikal di substansia grisea, menyebar dengan rata-rata 2-6
mm/menit. Sekarang diperkirakan kelainan primer di otak. Sedangkan kelainan di
pembuluh darah sekunder. Ini didasarkan atas tiga percobaan binatang : (2,4)

• Penekanan aktivitas sel neuron otak yang menjalar dan meluas (cortical spreading
depression theory dari Leao)

Teori depresi yang meluas Leao (1944), dapat menerangkan timbulnya aura
pada migrain klasik. Leao pertama melakukan percobaan pada kelinci. Ia menemukan
bahwa depresi yang meluas timbul akibat reaksi terhadap semacam rangsang lokal
pada jaringan korteks otak. Depresi yang meluas ini adalah gelombang yang
menjalar akibat penekanan aktivitas sel neuron otak spontan. Perjalanan dan
meluasnya gelombang sama dengan yang terjadi waktu kita melempar batu ke dalam
air. Kecepatan perjalanannya di perkirakan 2-5 mm/menit dan didahului oleh fase
rangsangan sel neuron otak yang berlangsung cepat. Jadi sama dengan perjalanan
aura pada migrain klasik, perubahan dalam aliran korteks otak pada serangan migrain
klasik menyebar dalam cara dan kecepatan yang sebanding dengan serangan CSD
sebagai mekanismenya. Hipotesis saat ini serangan migrain klasik dicetuskan oleh
CSD yang berasal dari bagian posterior otak. CSD maju ke depan dengan kecepatan
2-3 mm/detik, menyebabkan aura dan penurunan aliran darah korteks otak dalam
jangka waktu panjang.

Percobaan ini di tunjang oleh penemuan Oleson, Larsen dan Lauritzen (1981).
Dengan pengukuran aliran darah otak regional pada penderita-penderita migrain
klasik. Pada waktu serangan migrain klasik, mereka menemukan penurunan aliran
darah pada bagian belakang otak yang meluas ke depan dengan kecepatan yang sama
seperti pada depresi yang meluas. Mereka mengambil kesimpulan bahwa penurunan
aliran darah otak regional yang meluas kedepan adalah akibat dari depresi yang
meluas.
Terdapat persamaan antara percobaan binatang Leao dan migrain klinikal, akan tetapi
terdapat juga perbedaan yang penting, misalnya tidak ada fase vasodilatasi pada pengamatan
pada manusia, dan aliran darah yang berkurang berlangsung terus setelah gajala aura. Meskipun
demikian, eksperimen perubahan aliran darah memberikan kesan bahwa manifestasi migrain
terletak primer di otak dan kelainan vaskular adalah sekunder.

Teori Kaskade Migrain(5)

Serangan migrain timbul dari interaksi antara faktor pencetus intrinsik atau lingkungan dengan

sistem saraf yang rentan. Penelitian klinik menyatakan bahwa serangan migrain melibatkan 9

tahapan, beberapa tahapan terjadi berurutan sedangkan yang lain terjadi secara bersamaan.

Kemungkinan pada beberapa pasien didapatkan variasi pada tahap awal dan variasi dari satu

serangkaian serangan lainnya pada pasien yang sama. Tahapan ini meliputi :

• Fase awal

Lokasi dan sifat fase awal dari neurokimiawi migrain belum diketahui, meskipun

gejala prodormal (euphoria, depresi) dan gejala vegetatif (mengidam makanan,

retensi cairan) yang timbul beberapa jam sebelum serangan menunjukkan lokasinya

pada aerah subkortikal atau limbik.

• Kejadian kortikal

Terjadi pada migrain aura, yang menonjol adalah gejala neurologik yan menunjukkan

lokalisasi di korteks serebri. Gejala klinik yan bersifat menyebar lambat dan

penurunan aliran darah otak dijumpai selama migrain aura dimana perhatian

difokuskan pada “spreading depression” Penting peranan ion H dan K, faktor


metabolik seperti adam arakhidonat yang dilepaskan oleh SD, dapat mengaktivasi

neuron perivaskuler nosiseptif. Penelitian terbaru menunjukkan pada binatang SD

dapat mengaktivasi sistem nyeri kepala dengan pengeluaran gen Cfos.

• Faktor pembuluh darah dan autonom

Meningen dan pembuluh darah meningen merupakan struktural intrakranial peka

nyeri utama, banyak mengandung serabut nosiseptif, parasimpatis dan simpatis.

Penderita migrain dengan aura, serangan dapat disebabkan bahan kimia

eksogen(misal makanan yang mengaktifkan serabut nosiseptif pada pembuluh darah).

Pada penderita migrain terdapat abnormalitas sistem simpatis parasimpatis, sehingga

stimulasi pada ganglion sphenopalatina pada tikus menyebabkan peningkatan

ekstravasasi dura. Hal serupa dapat terjadi setelah stimulasi ganglion trigeminal.

Penelitian terbaru membuktikan bahwa valproat memodulasi inflamasi neurogenik.

• Aktivasi aferen primer

Serabut nosiseptif pada vasa meningeal berasal dari sel pada ganglion trigeminal

melewati saraf ke V. Aktifasi neuron aferen trigeminal menyebabkan dua kejadian

kemudian pada kaskade.

• Pelepasan neuropeptid vasoaktif


Dari terminal saraf sensorik dilepaskan mediator pada proses inflamasi neurogenik,

yaitu : SP, NKA, CGRP. Kadar CGRP pada vena jugularis meningkat selama

serangan migrain. Akibat pelepasan neuropeptid, timbul respon yaitu : kebocoran

plasma dan protein plasma dari pembuluh darah kecil ke jaringan sekitar,

vasodilatasi, aktivasi mast sel, respon neurogenik inflamasi/N I : respon ini bersifat

maldaptid, bila terjadi pada meningen dapat merubah sensitifitas serabut perivaskuler

menyebabkanstimulasi normal diterima sebagai nyeri.

• Transmisi melalui saraf trigeminal

Proses ini akan mengaktivasi serabut aferen mengingeal menghantarkan informasi

nosiseptif melalui ggl trigeminal dan kemudian ke nukleus trigeminal di medula

khususnya nukleus kaudalis.

• Integrasi pada nukleus kaudalis trigeminal (TNC)

Pada TNC sinap serabut afferen primer dan sinyal nosiseptif dimodulasi oleh

interneuron dan sistem inhibisi desenden. Aktivasi dalam TNC dapat diperiksa secara

tak langsung dengan tekhnik imunohistokimia saat aktivasi neuron sekunder dalam

TNC melepaskan gen efos. Pelepasan efos merupakan tanda khas aktivasi neuron

fungsional.
• Proyeksi rostral dari TNC

Dari TNC, proyeksi neuron sekunder ke nukleus pontin parabrakhial dan serebelum

dan juga thalamus ventrobasal, posterior dan medial. Dari rostral batang otak

informasi nyeri ditransmisikan ke area otak lain seperti area limbik yang berperan

pada emosi dan respon vegetatif.

• Nyeri sampai di kortek somatosensori dan frontal

Proyeksi berasal dari talamus ventrobasal dan naik ke kortek omatosensori untuk melokalisasi
dan membedakan nyeri. Proyeksi talamus medial ke kortek frontal mengatur aspek afektif dan
motivasi nyeri.

Anda mungkin juga menyukai