Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN CIDERA KEPALA RINGAN

A. DEFINISI
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit
kepala, tulang tengkorak, dan otak. (Muttaqin, 2012). Cedera kepala adalah
suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin, 2008). Cedera kepala adalah suatu ruda paksa
(trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan
kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak
(Sastrodiningrat, 2009).
B. KLASIFIKASI
1. Cedera kepala menurut Gaslow Coma Skala
a. Cedera kepala ringan : CGS : 13-15, Tidak ada konklusi, pasien
dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing, pasien dapat menderita
abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala.
b. Cedera kepala sedang : CGS : 9-12, konkusi, amnesia pasca trauma,
muntah, tanda fraktur tengkorak, kejang.
c. Cedera kepala berat : GCS : kurang atau samadengan 8, penurunan
derajat kesadaran secara progresif, Tanda neurologist fokal.
(Muttaqin, 2012: 155)
2. Berdasarkan mekanisme
a. Trauma Tumpul
Trauma tumpul adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan
kendaraan bermotor, kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat
bekerja, jatuh, maupun cedera akibat kekerasaan (pukulan).
b. Trauma Tembus
Trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-
bendatajam/runcing.
C. ETIOLOGI

Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma


kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak
20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan
sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama
trauma kepala (Langlois & Thomas, 2006). Sedangkan menurut Coronado &
Thomas (2007), kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat
inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 dan 29,8 per100.000 populasi.
Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala. Penyebab
utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:

a. Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor
bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga
menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya.

b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur
ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan
turun maupun sesudah sampai ke tanah.

c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau
perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya
orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain
(secara paksaan).

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis gejala kepala ringan :
1. Gejala fisik:
a. Pingsan selama beberapa detik sampai beberapa menit
b. Terkadang tidak kehilangan kesadaran, tapi mungkin merasa
linglung, kebingungan, atau disorientasi
c. Sakit kepala
d. Mual atau muntah
e. Lelah atau mengantuk
f. Sulit tidur
g. Tidur lebih lama
h. Pusing atau kehilangan keseimbangan
i. Kejang-kejang
2. Gejala indra:
a. Gangguan indra, misalnya penglihatan buram, telinga berdenging,
mulut terasa buruk atau perubahan pada kemampuan untuk
mencium
b. Sensitivitas terhadap cahaya atau suara
E. PATOFISIOLOGI
Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua:
1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acclerasi-decelerasi otak)
yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi:
a. Gegar kepala ringan
b. Memar otak
c. Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti:
a. Hipotensi sistemik
b. Hipoksia
c. Hiperkapnea
d. Udema otak
e. Komplikai pernapasan
f. Infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada klien dengan cedera kepala
meliputi:
1. CT scan (dengan/tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler dan
perubahan jaringan otak.
2. MRI
Digunakan sama dengan CT scan dengan/tanpa kontras radioaktif.
3. Cerebral angiography
Menunjukan anomali sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak
sekunder menjadi edema, perdarahan dan trauma.
4. Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.
5. Sinar X
Mendeteksi parubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
6. BAER
Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil.
7. PET
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
8. CSS
Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarakhnoid
9. Kadar Elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan
tekanan intrakranial.
10. Screen Toxicology
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan penurunan
kesadaran
11. Rontgen Thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)
Rontgen thoraks menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
12. Toraksentesis menyatakan darah/cairan
13. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)
Analisa Gas Darah (AGD/ Astrup) adalah salah satu tes diagnostik untuk
menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan
melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan status asam
basa (Arif Muttaqin ; 2008 ).
H. Komplikasi
Komplikasi yang muncul dari CKR yaitu dapat menyebabkan kemunduran
pada kondisi pasien karena perluasan hematoma intrakranial, edema
serebral progressif dan herniasi otak. Edema serebral adalah penyebab
paling umum dari peningkatan tekanan intrakranial pada pasien yang
mendapat cedera kepala. Komplikasi lain yaitu defisit neurologi dan
psikologi (tidak dapat mencium bau-bauan, abnormalitas gerakan mata,
afasia, defek memori dan epilepsi) (Brunner & Suddarth, 2002).
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada
gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala
tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri, dan adanya komplikasi pada
organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan cedera kepala meliputi
anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik
dan pengkajian psikososial.
a. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia
muda), jenis kelamin (banyak laki – laki, karena sering ngebut –
ngebutan dengan motor tanpa pengaman helm), pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, diagnosis medis.
b. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma
kepala disertai penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit saat ini
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung
kekepala. Pengkajian yang didapat meliputi tingkat kesadaran
menurun (GCS >15), konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala,
wajah simetris atau tidak, lemah, luka dikepala, paralisis, akumulasi
sekret pada saluran pernapasan, adanya liquor dari hidung dan
telinga, serta kejang.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
dihubungkan dengan perubahan didalam intrakranial. Keluhan
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma.
d. Riwayat sebelumnya
Pengkajian yang perlu dipertanyakan meliputi adanya riwayat
hipertensi, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, penggunaan obat – obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, konsumsi alkohol
berlebihan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes melitus.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada
klien, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas,
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,
dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola
persepsi dan konsep diri didapatkan kllien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.
g. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan -
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukng
data dan pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya
dilakukan persistem (B1 – B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 (Brain) dan terarah dan dihubungkan dengan
keluhan – keluhan dari klien.
h. Keadaan umum
Pada keadaaan cedera kepala umumnya mengalami penurunan
kesadaran (cedera kepala ringan/cedera otak ringan, GCS 13 – 15,
cedera kepala berat/ cedera otak berat, bila GCS kurang atau sama
dengan 8 dan terjadi perubahan pada tanda-tanda vital.
1) B1 (Breathing)
Perubahan pada sistem pernapasan bergantung pada gradiasi
dari perubahan jaringa cerebral akibat trauma kepala.

2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan
(syok) hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera
kepala sedang dan berat.
3) B3 (Brain)
Cedera kepala menyebabkan berbagai defisit neurologis
terutama disebabkan pengaruh peningkatan tekanan
intrakranial akibat adanya perdarahan baik bersifat
intraserebral hematoma, subdural hematoma dan epidural
hematoma. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan
fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya.
 Tingkat kesadaran
 Pemeriksan fungsi serebral
4) B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik,
termasuk berat jenis. Penurunan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi ginjal.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu
makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual dan
muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam
lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan
nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang
berlanjut menunjukan kerusakan neurologis luas.
Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian
ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah
dapat menunjukan adanya dehidrasi. Pemeriksaan bising
usus untuk menilai ada atau tidaknya dan kualitas bising
usus harus dikaji sebelum melakukan palpasi abdomen.
Bising usus menurun atau hilang dapat terjadi pada
paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan observasi bising
usus selama ± 2 menit. Penurunan motilitas usus dapat
terjadi akibat tertelannya udara yag berasal dari sekitar
selang endotrakeal dan nasotrakeal.
6) Tulang (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada
seluruh ekstremitas. Kaji warna kulit, suhu kelembapan
dan turgor kulit. Adanya perubahan warna kulit warna
kebiruan menunjukan adanya sianosis (ujung kuku,
ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan membran mukosa).
Pucat pada wajah dan membran mukosa dapat
berhubungan dengan rendahnya kadar haemaglobin atau
syok. Pucat dan sianosis pada klien yang menggunakan
ventilator dapat terjadi akibat adanya hipoksemia.
Joundice (warna kuning) pada klien yang menggunakan
respirator dapat terjadi akibat penurunan aliran darah
portal akibat dari penggunaan pocked red cells (PRC)
dalam jangka waktu lama. Pada klien dengan kulit gelap.
Perubahan warna tersebut tidak begitu jelas terlihat. Warna
kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya demam
dan infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi dan
dekubitus. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensorik atau paralisis/ hemiplegia,
mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan (otak)
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Ketidakefektifan pola bafas
3. Intervensi keperawatan
1. Posisikan pasien untuk mepertahankan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas
3. Monitor status penapasan dan oksigenasi
4. Batasi gerakan pada kepala dan leher
5. Monitor adanya tromboplebitis.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk, 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius, Jakarta

Bulechek, G.,M., Butcher, H.,K., Dochterman, J.,M., & Wagner, C.,M. (2016).

Nursing intervention Classification (NIC). Edisi keenam (edisi Bahasa

Indonesia). Terjemahan oleh Nurjanah, I. & Roxsana, D.T. 2016. Indonesia:

Elsevier.

Heardman, T.,H., & Kamitsuru, S. ( 2015). NANDA international inc. diagnosis


keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai