Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh

perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan keperawatan untuk

meningkatkan dan melindungi pasien, yang akan mempengaruhi kemampuan

pasien untuk sembuh (Watson, 2007). Caring juga dapat diartikan sebagai

sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi

perhatian dan mempelajari kesukaan seseorang serta bagaimana seseorang

berfikir dan bertindak (Sitorus, 2006). Dengan demikian, caring dapat

disimpulkan sebagai perilaku perawat yang berupa sikap rasa peduli dan

menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

lebih kepada pasien tersebut.

Perilaku caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh

perawat dalam praktek keperawatan yang memiliki tujuan meningkatkan derajat

kesehatan dan membantu kesembuhan pasien (Putinah, 2012). Dalam

memberikan asuhan keperawatan, perilaku caring perawat sangat berpengaruh

bagi pasien terutama pada pasien dengan penyakit kronis, seperti meningitis,

stroke, lbp (low back pain), hepatitis, ataupun pasien dengan keadaan pasca

operasi (Patambo, 2014). Caring merupakan esensi dari intervensi keperawatan

1
dimana perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati, salah

satunya dengan menggunakan komunikasi terapeutik.

Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina

hubungan terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan yang

diberikan perawat kepada klien. Kelemahan dalam berkomunikasi masih

menjadi masalah bagi perawat maupun klien karena proses keperawatan tidak

berjalan secara maksimal dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien.

Pasien sering mengeluh terhadap pelayanan keperawatan dimana pelayanan

yang kurang memuaskan dan membuat pasien jadi marah, hal tersebut terkadang

disebabkan kesalahpahaman komunikasi dengan tenaga keperawatan yang tidak

mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien (Sya’diyah, 2013).

Komunikasi perawat yang baik, akan meningkatkan citra

profesionalisme pada dirinya. Sebaliknya, jika komunikasi perawat kurang baik,

hal ini akan berimbas pada penilaian klien terhadap perawat. Karena dalam

komunikasi khususnya komunikasi terapeutik ada beberapa karakteristik

seorang perawat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan dan

memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik. Kejujuran (trustworthy) yang

dimiliki oleh seorang perawat, ekspresif dalam dalam menyampaikan pesan,

bersifat positif sehingga pasien merasa diperhatikan, memiliki sikap empati dan

bukan simpati, mampu melihat permasalahan pasien dari sudut pandang pasien,

sensitif terhadap perasaan pasien, tidak terpengaruh oleh masa lalu klien

maupun diri perawat.

2
Di dunia, perilaku caring perawat sudah mulai baik, namun masih ada

beberapa negara yang perilaku caring perawatnya buruk. Penelitian Aiken

(2012) menunjukkan persentase perawat yang memiliki kualitas pelayanan

caring yang buruk terdapat pada Negara Irlandia 11%, dan Yunani 47%.

International Association of Human Caring (Asosiasi Internasional untuk

Kepedulian Terhadap Manusia) menjelaskan bahwa keperawatan selalu meliputi

empat konsep yaitu merawat adalah apa yang perawat lakukan, manusia adalah

sasaran dari apa yang perawat lakukan, kesehatan adalah tujuannya dan

lingkungan adalah tempat dimana perawat merawat

Studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Saraf dan Bedah RSUD dr.

Soedarso mendapatkan hasil bahwa 12 dari 16 keluarga pasiem mengungkapkan

jika perawat hanya melakukan intervensi KDM jika keluarga pasien tidak ada

sama sekali. Keluarga pasien rata-rata mengatakan bahwa perawat kebanyakan

hanya menganjurkan dari pihak yang menunggu untuk melakukan KDM pada

pasien. Keluarga dan pasien juga mengatakan bahwa akan jauh lebih baik jika

dari pihak perawat dapat membantu untuk melakukan KDM pada pasien saraf

atau bedah karna takut jika mereka salah untuk melaksanakan tekniknya terutama

pada pasien pasca operasi. Pernyataan keluarga dan pasien didukung oleh hasil

observasi peneliti yaitu perawat memang tidak melakukan intervensi KDM dan

hanya sekedar menganjurkan kelaurga saja untuk melaksanakan kebutuhan pasien

tersebut.

3
Menurut uraian latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak

ada pemberian intervensi KDM pada pasien di ruangan bedah, sehingga peneliti

merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Performa

Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) Dengan

Kepuasan Pasien Di Ruang Bedah Rumah Sakit Dr. Soedarso Kalimantan

Barat”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan

suatu masalah yang dapat diangkat dalam penelitian yaitu : Apakah ada

Hubungan Performa Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia

(KDM) Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Bedah Rumah Sakit Dr. Soedarso

Kalimantan Barat?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus

seperti yang diuraikan berikut ini.

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan

Performa Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia(Kdm)

Pasien Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Bedah Rumah Sakit Dr.

Soedarso Kalimantan Barat.

4
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan perawat,

dan lama bekerja perawat di ruang rawat inap Ruang Bedah

Rumah Sakit dr. Soedarso Kalimantan Barat.


2. Mengidentifikasi kualitas perawat dalam pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien di Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Soedarso

Kalimantan Barat.
3. Mengetahui hubungan pemberian personal hygiene pada pasien di

Ruang Bedah Rumah Sakit dr. Soedarso Kalimantan Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

rumah sakit, perawat, institusi pendidikan dan penelitiaan.

1.4.1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi

rumah sakit sebagai dasar untuk menentukan kebijakan, sebagai media

informasi bagi institusi, dan evaluasi, serta sebagai masukan guna

meningkatkan kinerja perawat dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri yang dilakukan oleh perawat

1.4.2. Bagi Perawat

Sebagai masukan bagi perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan yang efektif (khususnya dalam hal pelaksanaan pemenuhan

5
kebutuhan kebersihan diri) pada pasien rawat inap dan sebagai evaluasi

jalannya pelaksanaan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri.

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat yang bisa diperoleh bagi institusi pendidikan

adalah diharapkan dapat memberi informasi untuk pengembangan

pendidikan keperawatan khususnya tentang kebersihan diri. Penelitian

ini dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran yang

diberikan kepada peserta didik dan diharapkan dalam pelaksanaan

perkuliahan memperbanyak latihan atau simulasi dalam penerapan

kebersihan diri sehingga peserta didik dapat termotivasi nantinya untuk

menerapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

1.4.4. Bagi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan dapat sebagai dasar penelitian yang berkaitan dengan motivasi dan

kebersihan diri.

Anda mungkin juga menyukai