Titik didih suatu cairan atau dikenal juga dengan temperatur saturasi adalah temperatur
dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan lingkungan sekitar cairan tersebut. Pada
titik ini cairan akan berubah fase menjadi uap. Temperatur saturasi dari air pada tekanan
atmosfer adalah 100 C. Pada titik inilah air akan berubah fase menjadi uap dengan
o
Pada kondisi tekanan kritis 3200 psi (22,1 MPa) misalnya, panas laten yang dibutuhkan
untuk membentuk uap air menjadi nol, dan pada kondisi ini tidak akan timbul gelembung-
gelembung uap pada saat proses evaporasi. Sehingga proses transisi perubahan fase air
menjadi uap air pada kondisi tersebut akan terjadi secara lebih smooth. Atas dasar
fenomena inilah dikenal sebuah teknologi boiler bernama critical boiler. Boiler ini bekerja
dengan mensirkulasikan air-uap air pada pipa-pipa boiler dengan tekanan kritis 22,1 MPa
(221 bar).
Kurva Didih (Boiling Curve)
Pada kesempatan kali ini saya ingin memperkenalkan kepada Anda sebuah kurva
bernama boiling curve (kurva didih). Kurva ini akan menjelaskan kepada kita bagaimana
karakteristik terjadinya proses pendidihan air. Penelitian dilakukan dengan jalan
mencelupkan sebuah logam (metal) panas yang dijaga temperaturnya, ke dalam sejumlah
air di suatu wadah. Kecepatan (rate) perpindahan panas tiap satuan luas atau disebut
dengan heat flux (fluks kalor) mengisi sumbu Y kurva. Sedangkan sumbu X diisi oleh
diferensial temperatur antara permukaan metal dengan air disekitarnya.
Dari titik A ke B, perpindahan panas secara konveksi akan mendinginkan metal sehingga
proses pendidihan akan tertahan. Pada saat sedikit melewati titik B, dikenal sebagai proses
awal proses pendidihan, dimana temperatur air secara cepat akan menyesuaikan dengan
temperatur permukaan metal dan semakin mendekati temperatur saturasinya. Gelembung-
gelembung uap air mulai terbentuk di permukaan metal. Secara periodik gelembung-
gelembung tersebut akan kolaps (mengecil) karena berinteraksi dengan air lainnya.
Fenomena ini disebut dengan subcooled boiling, dan ditandai dengan titik B dan S pada
kurva. Pada proses ini, kecepatan perpindahan panas cukup tinggi, namun masih belum
terbentuk sejumlah uap air. Dari titik S ke C, temperatur air sudah mencapai temperatur
saturasi dengan lebih merata. Gelembung uap tidak lagi mengalami kolaps dan mengecil, ia
akan semakin besar dan terbentuk semakin banyak gelembung uap. Kurva area ini biasa
diberi sebutan nucleate boilling region, yang memiliki kecepatan perpindahan panas cepat,
serta temperatur permukaan metal lebih besar sedikit dari temperatur saturasi air.
Mendekati titik C, permukaan evaporasi akan semakin luas. Pada saat ini proses
pembentukan uap terjadi sangat cepat sehingga menyebabkan uap yang terbentuk seakan-
akan menghalangi air untuk mendekati permukaan metal. Permukaan metal menjadi
terisolasi oleh semacam lapisan film yang tersusun oleh uap air, sehingga mengakibatkan
penurunan kecepatan perpindahan panas. Proses ini (C-D) dikenal dengan sebutan critical
heat flux (CHF), dimana proses perpindahan panas dari metal ke air menjadi lambat karena
adanya lapisan film yang terbentuk.
Lebih lanjut, seperti digambarkan dengan titik D ke E, disebut dengan proses unstable film
boilling. Dimana pada saat ini temperatur permukaan kontak metal-fluida tidak mengalami
kenaikan. Konsekuensinya adalah terjadinya penurunan performa perpindahan panas per
luas area serta penurunan proses transfer energi. Dari titik E melewati D’ ke F, lapisan
insulasi uap air pada permukaan metal menjadi sangat efektif. Sehingga perpindahan panas
dari permukaan metal melewati lapisan film ini terjadi dengan cara radiasi, konduksi, serta
mikro-konveksi ke permukaan air yang berbatasan dengan lapisan film. Pada fase ini proses
evaporasi berlanjut dengan ditandai terbentuknya gelembung-gelembung uap air. Fase ini
dikenal dengan sebutan stable film boiling.
Proses pembentukan uap air pada boiler pipa air secara teoritis mengacu juga pada boiling
curve. Secara lebih detail, proses pembentukan uap air tersebut dapat Anda lihat prosesnya
pada gambar di atas. Yang membedakan dengan proses pembentukan uap air biasa adalah,
proses pembentukan uap air pada boiler pipa air terjadi pada aliran air dengan kecepatan
debit aliran tertentu. Proses ini dikenal dengan istilah forced convection boiling, yang
prosesnya lebih kompleks dengan melibatkan aliran fluida dua fase, gaya gravitasi,
fenomena material, serta mekanisme perpindahan panas.
Gambar kedua di atas adalah sebuah proses pendidihan air pada pipa berpenampang
lingkaran yang panjang serta dipanasi secara merata. Pada saat mendekati titik (1), air
masuk ke pipa dan secara konveksi menjadi media pendingin pipa. Tepat pada titik (1)
mulai terbentuk gelembung-gelembung uap air, menjadi tanda bahwa proses awal
pendidihan dimulai. Pada titik (2) temperatur air semakin tinggi dan mencapai temperatur
saturasinya dan mencapai fase nucleate boiling region. Pada fase ini campuran air dengan
uap air membentuk sebuah aliran yang bergelembung, dan membentuk lingkaran seperti
gelang (annular flow). Fenomena ini sebagai hasil interaksi yang kompleks antara gaya
tegangan permukaan, fenomena dua permukaan, penurunan drastis tekanan, massa jenis
air-uap air, serta efek momentum dari proses pendidihan pada permukaan pipa.
Proses perpindahan panas terus berlangsung sehingga pada titik (3) annular
flow membesar dan terbentuk lapisan film air pada dinding pipa. Perpindahan panas
selanjutnya terjadi secara konduksi dan konveksi dengan melewati lapisan film tersebut,
sehingga proses evaporasi terjadi pada pertemuan lapisan air dengan uap air. Mekanisme
perpindahan panas ini disebut pendidihan konveksi, yang juga menghasilkan kecepatan
perpindahan panas yang tinggi.
Pada titik (4) proses perpindahan panas mencapai CHF (Critical Heat Flux), dimana lapisan
film air pada dinding pipa digantikan dengan lapisan film berupa uap air. Pada fase ini ada
beberapa resiko fenomena yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Kenaikan temperatur metal pipa yang terlalu tinggi sehingga dapat merusak pipa
tersebut.
2. Kerugian perpindahan panas. Dan,
3. Perubahan fluktuasi temperatur yang sangat mungkin dapat menyebabkan kerusakan
termal (thermal fatigue failures).
Dari titik (4) ke (5) disebut perpindahan panaspost-CHF, yang terjadi dengan sangat
kompleks. Setelah titik (5), semua air telah terevaporasi dan berubah fase menjadi uap air.
0
Cara Menghitung Efisiensi Boiler
2