Anda di halaman 1dari 25

1

LAPORAN PENDAHULUAN
THYPOID

Oleh :
El Faza Hanindita
NIM. P1337420918043

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018
2

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri

Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit

menular (Cahyono, 2010). Demam typhoid atau sering disebut dengan

tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan

yang berpotensi menjadi penyakit multi sistemik yang disebabkan oleh

salmonella typhi (Muttaqin, A & Kumala, S. 2011)

Demam typhoid atau Typhoid Fever ialah suatu sindrom sistemik

terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam typhoid

merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis.Jenis lain dari demam

enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A,

S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S. hirschfeldii (semula

S. paratyphi C).Demam Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat

dibandingkan demam enterik yang lain (Widagdo, 2011).

2. Etiologi

Menurut Widagdo (2011), penyebab dari demam typhoid adalah

salmonella typhi, termasuk dalam genus salmonella yang tergolong

dalam family enterobacteriaceae. Salmonela bersifat bergerak,

berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-).

Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/ minggu

pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi

dan tinja. Salmonela mati pada suhu 54.4º C dalam 1 jam, atau 60º C
3

dalam 15 menit. Salmonela mempunyai antigen O (stomatik), adalah

komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas,

dan anti gen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas.

Pada S. typhi, juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat anti gen

Vi yaitu poli sakarida kapsul.

Menurut Sodikin (2011), penyebab penyakit demam typhoid adalah

jenis salmonella thyposha, kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Hasil gram negatif yang bergerarak dengan bulu getar dan tidak

berspora

b. Terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella),

dan antigen Vi. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoriun

pasien, biasanya terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga

macam antigen tersebut.

3. Tanda dan Gejala

Masa inkubasi demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari.

Gejala- gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai

dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas

disertai komplikasi hingga kematian.

Gejala klinis pada minggu pertama penyakit ini ditemukan keluhan

dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut lain yaitu demam, nyeri

kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau

diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada


4

pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat

demam adalah meningkat perlahan – lahan terutama pada sore hari

hingga malam hari. Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan

gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak

khas ) yaitu:

a. Perasaan tidak enak badan

b. Nyeri kepala

c. Pusing

d. Diare

e. Anoreksia

f. Batuk

g. Nyeri otot

Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam

ritmen, biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan

malam hari. Minggu kedua : demam terus. Minggu ketiga : demam

mulai turun secara berangsur-angsur, gangguan pada saluran

pencernaan, lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor,

ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa

membesar yang nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran,

kesadaran yaitu apatis-samnolen. Gejala lain ”RESEOLA” ( bintik-

bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit ) ( Kapita

selekta, kedokteran, jilid 2 ).


5

4. Komplikasi

Menurut sodikin (2011) komplikasi biasanya terjadi pada usus

halus,namun haal tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini terjadi

pada seorang anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus

halus dapat berupa :

a. Perdarahan usus

Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perdarahan

tersebut hanya dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses

dengan benzidin, jika perdarahan banyak maka dapat terjadi

melena yang bisa disertai nyeri perut dengan tanda- tanda renjatan.

Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketigaatau setelahnya

dan terjadi pada bagian usus distal ileum.

b. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila

terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang

dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen

abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis

Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi

tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri

perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defebce musculair) dan

nyeri tekan.
6

d. Komplikasi diluar usus

Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis (bacteremia), yaitu

meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain – lain. Komplikasi

diluar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu

bronkopneumonia.

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium.

1) Pemeriksaan Leukosit.

Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi dalam batas normal, malahan kadang

terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau

infeksi sekunder.

2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT.

Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali

normal setelah sembuh dari demam typhoid.

3) Tes Widal.

Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti

bodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella

terdapat dalam serum pasien demam typhoid, juga pada orang

yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah

divaksinasi terhadap demam typhoid.

Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.


7

Maksud tes widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin

dalam serum pasien yang disangka menderita demam typhoid.

Akibat infeksi oleh kuman salmonella, pasien membuat anti

bodi (aglutinin), yaitu:

- Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O

(berasal dari tubuh kuman).

- Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagella kuman).

- Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya,

makin besar kemungkinan pasien menderita demam typhoid.

Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada

pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5

hari.

4) Biakan Darah.

Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi

biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typhoid,

karena pada pemeriksaan minggu pertama penyakit

berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya pada waktu

kambuh biakan akan positif lagi.


8

6. Penatalaksanaan

a. Tirah baring atau bed rest.

b. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan

buahan), kecuali komplikasi pada intestinal.

c. Obat-obat :

1) Antimikroba : - Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv

- Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral

- Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1

tablet = sulfametoksazol 400 mg +

trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv,

dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.

- Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB

sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.

Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari

bebas demam.

2) Antipiretik seperlunya

3) Vitamin B kompleks dan vitamin C

4) Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.


9

7. Pathways

Hipertermia

8.
Ansietas

(Muttaqin & Kumala, 2011; NANDA, 2012; &


Wilkinson, 2011)
10

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas pasien

Nama pasien, alamat, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan,

agama, suku, bangsa, nomor rekam medic, diagnose medis

b. Identitas penanggung jawab

Nama, umur, tanggal lahir, agama, jenis kelamin, pekerjaan,

hubungan dengan pasien

c. Keluhan utama

Sebagian besar keluhan utama pasien adalah panas naik turun.

Keluhan yang dirasakan pasien, kaji dengan lengkap dengan

PQRST antara lain:

1) Peningkatan suhu tubuh yang berfluktuasi

2) Tubuh lemah

3) Kurang nafsu makan

4) Perut kembung

5) Konstipasi/diare

6) Nyeri abdomen

d. Riwayat Penyakit

1) Riwayat penyakit sekarang

Thypoid biasanya didahului oleh infeksi pada saluran

pencernaan selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat


11

mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena

demam yang tinggi.

2) Riwayat penyakit dahulu

Pasien dengan thypoid sebelumnya pernah menderita penyakit

yang sama dan kapan terjadi.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Didalam keluarga adakah anggota keluarga yang pernah atau

sedang menderita penyakit yang sama.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dengan thypoid menurut Riyadi, 2009:

1) Kesadaran : composmentis sampai koma,

2) keadaan umum : baik atau lemah atau gelisah,

3) suhu tubuh pasien dengan thypoid 38-400C,

4) RR normal 18-20 x/menit, abnormal > 20 x/menit

5) Nadi cepat dan lemah,

6) Tekanan darah

7) BB sesuai dengan umur.

Pemeriksaan head to toe:

1) Kepala

a) bentuk kepala

b) warna rambut

c) distribusi rambut

d) ada lesi atau tidak


12

e) hygiene

f) ada hematoma atau tidak

2) Mata

a) sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)

b) kaji reflek cahaya

c) konjungtiva anemis atau tidak

d) pergerakan bola mata

3) Telinga

a) simetris atau tidak

b) kebersihan

c) tes pendengaran

4) Hidung

a) ada polip atau tidak

b) nyeri tekan

c) kebersihan

d) pernafasan cuping hidung

e) fungsi penciuman

5) Mulut

a) warna bibir

b) mukosa bibir lembab atau tidak

c) mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)

d) reflek mengisap

e) reflek menelan
13

6) Dada

a) Paru – paru

Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan

dangkal, penggunaan otot bantu napas

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : vaskuler

b) Jantung

Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah

kiri

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Suara jantung terdengar redup

Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup

7) Abdomen

Inspeksi : bentuk, lesi

Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri

tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3 detik

Perkusi : Suara abdomen timpani

Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)

8) Ekstremitas

a) pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)

b) kelelahan (malaise)

c) kelemahan
14

d) CRT <2 detik dan keluhan

9) Genetalia dan anus

a) kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia

minora, labia mayora, klitoris)

b) fungsi BAB

c) fungsi BAK

f. Pola Fisiologi

1) Persepsi tentang kesehatan dan menajemen kesehatan

Pasien dan keluarga pasien berharap tindakan keperawatan

yang dilakukan di rumah sakit membantu pasien untuk segera

sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasa.

2) Pola Nutrisi

Bagaimana asupan nutrisi pasien sebelum sakit dan saat sakit,

adakah perubahan dan perbedaan, dan bagaimana pola makan

pasien. Pasien mengalami mual dan muntah apa tidak. Makan

dan minum sehari berapa kali.

3) Pola Eliminasi

Bagaimana pola aliminasi BAB dan BAK pasien saat sakit dan

sebelum sakit, adakah perubahan dan perbedaan. Apakah

pasien mengalami konstipasi atau mengalami diare. Bagaimana

frekuensi, konsistensi, warna, bau dan jumlahnya.


15

4) Pola aktivitas dan latiahan

Bagaimana pola aktivitasdan latihan pasien dalam sehari-hari

saat sakit dan sebelum sakit, adakah perubahan dan perbedaan.

Saat askit apakah aktivitas dan ADLs pasien dibantu perawat

dan keluarga

5) Pola istirahat da tidur

Bagaimana pola istirahat dan tidur pasien saat sakit dan

sebelum sakit, adakah perubahan dan perbedaan, adakah

gangguan. Bagaimana frekuensi dan kualitas tidur pasien.

Pasien tidur berapa jam saat sakit dan sebelum sakit.

6) Pola toleransi dan koping stress

Bagaimana penerimaan pasien mengenai sakit yang

dialaminya, apakah pasien bisa menerima atau ada

penyangkalan. Bagaimana dukungan dari pihak keluarga.

7) Pola peran dan hubungan

Bagaimana peran dan hubungan pasien dalam keluarga dan

masyarakat, apakah ada gangguan dan masalah saat pasien

sakit

8) Pola nilai dan kepercayaan

Bagaimana pola nilai dan kepercayaan pasien terhadap

hubungan terhadap Tuhannya. Bagaimana pasien menjalani

ibadah selama sakit. Adakah perubahan dan gangguan pada

ibadah pasien saat sakit dan sebelum sakit.


16

g. Pemeriksaan penunjang

Kadar Hb, Ht, Leukosit dan Diff. Khas penurunan leukosit oleh

karena endotoxin kuman menekan RES dalam memproduksi

leukosit.

Pemeriksaan Penunjang Gaal cultur dan Widal

Mengukur kadar/titer antigen soma dan flagel ( titer O dan H ).

Yang lebih akurat adalah kadar titer O. Peningkatan kadar titer ini

menggambarkan virulensi kuman. Gaal adalah biakan cairan

empedu, hasil yang diharapkan adalah biakan caiarn empedu,hasil

yang diharapkan adalah berupa gaal positip/negatif.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi

endotoksin pada hipotalamus

b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh,berhubungan dengan anoreksia, gangguan digesti dan

absorbsi nutrien.

c. Gangguan rasa aman nyaman nyeri berhubungan dengan

peningkatan suhu tubuh akibat proses infeksi kuman Salmonella.

d. Resiko terjadi komplikasi ( perdarahan, ferforasi dan peritonitis )

berhubungan dengan perlukaan ulkus intestinal.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan

penurunan kesadaran
17

3. Intervensi Keperawatan

TUJUAN /
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA

Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu setiap Untuk mengetahui

behubungan tindakan 6 jam sekali dalam perkembagan suhu

dengan efek keperawatan sehari tubuh

langsung dari selama 3x24 jam 2. Monitor warna kulit Warna kulit

sirkulasi pasien 3. Monitor ttv dan ku menunjukkan

endotoksin menunjukka suhu 4. Ajarkan untuk perubahan suhu tubuh

pada tubuh dalam batas menambahkan Mengidentifikasi

hipotalamus normal, denga cairan atau minum tingkat keparahan

criteria hasil : yang cukup kepada Mencegah dehidrasi

1. Suhu 36- keluarga Menurunka suhu

37oC 5. Lakukan kompres tubuh

2. Tidak ada 6. Kolaborasi dengan Agar pasien mendapat

pusing tim medis untuk terapi yang tepat

3. Nadi dan pemberian terapi untuk proses

RR dalam penyembuuhan

rentan

normal

4. Tidak ada

perubahan
18

warna

kulit

Resiko Setelah dilakukan 1. Berikan diet tinggi Membantu mengganti

ketidakseimb tindakan kalori tinggi protein kalori yang hilang

angan nutrisi keperawatan 2. Upayakan serta mempercepat

kurang dari selama 3x24 jam peningkatan nafsu pemulihan.

kebutuhan pasien dapat makan Membantu

tubuh b/d mempertahankan 3. sajikan makanan meningkatkan

anorexia, kebutuhan nutrisi semenarik mungkin intake.dalam upaya

gangguan yang optimal 4. Porsi kecil sesuai pemenuhan nutrisi

digesti dan Kriteria : kemampuan pasien

absorbsi •Berat Badan 5. Lakukan oral

nutrien. dalam batas hygiene secara

normal teratur, 2x / hari dan

•Kadar Hb. Dan kumur-kumur

Albumni dalam sebelum dan

batas normal. sesudah makan

6. Kolaborasi Nutrisi parenteral

pemberian nutrisi ,berfungsi sebagai

parenteral, bila pengganti fungsi

nutrisi per oral sulit pencernaan

dicapai Evaluasi peningkatan

7. Timbang berat nutrisi.


19

badan setiap 3 hari

bila memungkinkan. Indikator kecukupan

8. Monitor nutrisi.

pemeriksaan Hb.

Dan Albumin.

Gangguan Setelah dilakukan 1. Upayakan Proses konveksi

rasa nyaman tindakan penurunan suhu

b/d keperawatan tubuh dengan

peningkatan selama 3x24 jam berbagai cara; Proses konduksi

suhu tubh pasien dapat 2. Pertahankan

akibat proses mempertahankan ventilasi udara

infeksi rasa nyaman yang cukup di

kuman Kriteria ruangan.

Salmonella. Peningkatan suhu 3. Beri komprers

tubuh dapat hangat pada

terkontrol. daerah Proses evaporasi

kuduk,axilla

atau lipatan paha

4. Gunakan Peningkatan suhu

pakaian yang tubuh satu derajat

tipis dan celcius membutuhkan

menyerap tambahan hidrasi 5-10

keringat cc / kg BB / hari
20

5. Bila suhu tubuh Menurunkan suhu

sangat tubuh.

tinggi,dimana

kompres hangat

tidak berhasil,

gunakan lah

kompres hangat

seluruh tubuh.

6. Tempatkan

pasien pada

ruangan yang

sejuk

7. Tingkatkan

hidrasi per oral

bila kesadaran

baik dan tidak

ada k i.

8. Kolaborasi

pemberian obat-

obatan;

golongan

analgetik bila

dengan
21

intervensi

perawatan suhu

tubuh tidak

turun.

Resiko Setelah dilakukan 1. Diskusikan Mencegah terjadinya

terjadi tindakan pentingnya istirahat ferforasi

komplikasi keperawatan total di tempat tidur Evaluasi

(perdarahan, selama 3x24 jam sampai 3 hari bebas keseimbangan cairan

ferforasi atau komplikasi tidak panas Mengantisipasi

peritonitis ) terjadi 2. Ukur intake cairan komplikasi yang lebih

b/d Kriteria ; baik per oral hebat

perlukaan Fungsi maupun parenteral. Mengurangi peristaltik

ulkus hemodinamik 3. Monitor secara ketat Obat pilihan untuk

intestinal baik tanda-tanda penanganan typhus

Perdarahan tidak komplikasi seperti; Abdominalis

terjadi hematemesis, (sensitivitas tinggi

Tanda-tanda melena, distensi dan terhadap Salmonella).

ferforasi tidak defens muskuler Penanganan cepat,

terjadi. abdomen, mengurangi

penurunan mortalitas.

kesadaran, Mencegah terjadinya

hipotensi, komplikasi, sampai

takhikardia, bradi tiga hari bebas panas.


22

kardi, dan

peningkatan suhu

tubuh yang terlalu

tinggi.

4. Hindarkan intake

makanan yang

keras, merangsang

serta bergas.

5. Berikan obat-obatan

sesuai dengan

program terapi

dokter.misalnya

kloramfenikol dan

roborantia.

6. Kolaborasi dengan

dokter bila ada

tanda-tanda

komplikasi.

Intoleransi Setelah dilakukan 1. Bantu semua Agar kebutuhan

aktivitas b/d tindakan aktivitas klien di aktivitas pasien

kelemahan keperawatan tempat tidur{ terpenuhi

fisik, selama 3x24 jam 2. Mandikan pasien s/d Memenuhi kebutuhan

penurunan kebutuhan kebutuhan ganti hygine pasien


23

kesadaran aktivitas sehari- pakaian setiap hari Agar pasien merasa

hari terpenuhi dan sewaktu-waktu nyaman

Kriteria ; jika kotor, buang air Melatih pasien uantuk

Klien dapat besar dan kecil mandiri agar dapat

menjaga dibantu ditempat memenuhi ADLs

kebersihan diri. tidur ,suapi pasien Meminilmalkan resiko

Klien dapat jika makan, jatuh pada pasien

melakukan miringkan pasien Meningkatkan

aktivitas sesuai secara teratur setiap keamanan pasien di

dengan 3 jam, lakukan rumah sakit

kemampuan dan massage pada

kebutuhan. daerah yang tertekan

Makan / minum, dan beri minyak

eliminasi pelembab, lakukan

terpenuhi. latihan fisik pasif

pada extremitas

2X/hari.

3. Kaji respon pasien

setiap kali

melakukan

aktivitas,bila terjadi

peningkatan suhu,

batasi aktivitas.
24

4. Beri penghalang

disisi tempat tidur,

bila kesadaran

menurun.
25

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika

Widagdo. (2011). Masalah dan Tatatlaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta
: Sagung Seto

Sodikin, (2011). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal


Dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai