Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 148

PENGARUH IKLIM INSTITUSI PENDIDIKAN DAYAH TERHADAP


KEPRIBADIAN SANTRI

Nuriman

Abstract
Penelitian ini tentang pengaruh iklim institusi dayah terhadap
pembentukan kepribadian santri dayah. Permasalahan yang dikaji
iklim dalam sistem pendidikan dayah apakah mempengaruhi
proses pembinaan kepribadian santri. Dimana mengaplikasikan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari secara bertahap
diasumsi berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
masalah yang coba dinyatakan dalam penelitian ini adalah;
hubungan signifikan iklim institusi dayah terhadap pembentukan
kepribadian santri dan apakah terdapat perbedaan signifikan
pengaruh iklim institusi pendidikan terhadap kepribadian santri
dayah antara laki-laki dan perempuan? Berdasarkan teori
kepribadian bahwa tindakan manusia baik secara individu mau
pun komunal, ekonomi, politik, dan kebudayaan mengandung nilai
baik atau buruk sekaligus menjadi skop kajian ini. Metode
kuantitatif digunakan dalam penelitian ini; uji-t dan uji korelasi
perason (r2), dengan instrumen yang digunakan ialah instrumen
dari Eric Steven Krauss (2015) dengan skala likert. Data diambil
dari keseluruhan santri dayah Bustanussa’adah al-Muanawarah,
Kecamatan Blang Mangat yang berjunlah sebanyak 208 responden.
Hasil penelitian bahwa adanya pengaruh iklim institusi dayah
dalam membentuk kepribadian santri yang dibuktikan dengan
nilai; [t (98) = 2.186 p < 0.05]. dimana perbedaan skor mean
sebesar 4.7 % (eta2 = 0.047). Perbedaan pengaruh antara laki-laki
dan perempuan dijelaskan oleh skor mean laki-laki (mean: 48.05,
sd: 5.56), dan perempuan (mean: 45.7, sd: 5.12). Di samping itu,
hubungan iklim institusi dengan kepribadian santri dijelaskan
dengan uji korelasi pearson (r2), yaitu [r2 (88) = 0.280 p < 0.01,
r2=0.078 (7.84%)]. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel kepribadian (y) dengan variabel iklim
institusi (x), berdasarkan uji korelasi pearson (r 2) dengan skor
mean 0.28 persen. Justru itu, direkomendasi bahwa iklim institusi
perlu dirancang dengan suasana yang kondusif hormat-
menghormati serta berdisiplin yang baik karena semua itu
mempengaruhi kepribadian peserta didik dalam semua jenis
institusi pendidikan.

Kata Kunci: Iklim, Institusi, Pendidikan, Kepribadian

 Dosen STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


149 Nuriman
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dayah telah menampakkan kemampuannya dalam
membangun perilaku sosial yang Islami di samping juga mempertahankan
nilai-nilai tradisional dalam kerajaan Aceh kala itu. Sebagaimana sejarahnya
lembaga pendidikan dayah sukses menanam pilar-pilar ke-Islaman dan ke-
Imanan hingga telah melahirkan generasi yang bertakwa. Hal ini telah
mengubah wajah peradaban Aceh ke arah yang Islamis. Alasan itu, Briunessen,
menyebutkan sistem pendidikan dayah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sosial-budaya masyarakat yang Islami1. Karena itu, dayah telah melahirkan
intelektual masyarakat Aceh2. Oleh karena itu, institusi pendidikan dayah
menjadi sarana yang strategis dalam proses penyebaran ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu-ilmu agama dalam pranata sosial di Aceh. Konsep pendidikan
yang dilaksanakan di dayah menggunakan sistem kelas yang dibatasi sampai
kelas tujuh. Sehingga lulusan dari lembaga pendidikan dayah selalu mampu
merespon permasalahan sosial dalam mengontrol ideologi masyarakat di
Aceh3, hal ini nyata terlihat ketika menjawab permasalahan yang muncul
dalam masyarakat sehingga keresahan sosial terjawab4.
Menurut Abdurrahman, proses belajar mengajar di lembaga dayah
menggunakan sistem; halaqah, talaqqi, hiwar, baahtsul masa’il, muhawarah
fathul kutub, muqaranah, muthala’ah dan muhadharah, meudrah, meudeubat, 5
dan hafalan antara metode yang digunakan6. Ditinjau dari sisi materi
pembelajaran di dayah mencakup aspek kognitif, aspek psikomotor, aspek
nilai dan sikap (afektif) serta aspek jiwa sosial. Di antara aspek tersebut fokus
tertumpu pada aspek kepribadian dan amalan sehari-hari.
Menurut teori sosial kognitif dalam proses membentuk kepribadian
erat hubungannya dengan iklim institusi sekaligus menjadi ciri suatu lembaga
pendidikan dayah. Indikasi ini menunjukkan bahwa iklim lembaga menjadi

1 Briunessen, V., M. (1995) Kitab kuning; Pesantren dan tarekat, Jakarta: Mizan. h. 31

2 Alawy, Z. A. (1987). Pesantren di dalam intergritas dan isolasi: Studi kasus pesantren
riyadlush shalihin dan darul ma'arrif di Kabupaten Aceh Besar. Pusat Pengembangan Penelitian
Ilmu-Ilmu Sosial. Universitas Syiah Kuala. Darussalam Banda Aceh. h. 1-43

3 Amiruddin, P. D. M. H. (2008). Menatap masa depan dayah di Aceh (I ed.). Banda

Aceh: PeNA. h.17

4 Kurdi, M. (Ed.). (2010). Ulama Aceh dalam melahirka human resource di Aceh (1 ed.).

Banda Aceh: Yayasan Aceh Mandiri.h. 35

5 Mujiburrahman. (2010). Pelaksanaan sistem pendidikan pondok dan


perkembangannya di Aceh selepas peristiwa Tsunami. Doctor of Philosophy, UniversitasUtara
Malaysia, Sintok Kedah Darul Aman Malaysia. Retrieved from
http://etd.uum.edu.my/2421/1/Mujiburrahman.pdf..h. 32

6 Zamarkhasyi, D. (1983). Tradisi pesantren; Studi tentang pandangan hidup Kiyai.

Jakarta: LP3ES. h.201

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 150

penting dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu diasumsi ada nya
pengaruh iklim institusi pendidikan dalam proses membentuk kepribadian
santri?
Justru penelitian ini mengasumsi iklim dalam sistem pendidikan dayah
merupakan salah satu aspek utama yang mempengaruhi proses pembinaan
kepribadian santri. Bahkan peraturan-peraturan yang dibuat menyokong
proses dan tujuan pembelajaran yang dijalankan dalam membangun
kepribadian mulia. Justru lingkungan dan suasana institusi dapat
mengkatalisis motivasi dalam mengamal ilmu-ilmu yang dipelajari mereka.
Mungkin inilah yang disebut oleh Muttahari, semakin baik tahap pengetahuan
maka semakin tinggi motivasi dan tingkat usaha atau upaya dalam
mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari mereka7. Secara
bertahap pula membiasakan diri mereka dengan cara mempraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif santri karena ada nya proses asimilasi dan akomodasi sehingga nilai-
nilai kebaikan dan kemuliaan terealisasi. Di tinjau dari filsafat kalam, semua
yang diperintahkan Allah SWT adalah baik, dan melalui perintah Allah SWT
itulah yang menjadi sebab wujud nya nilai baik bagi individu8.
Oleh karena itu, sistem dan suasana yang ada dalam institusi dayah
mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif; berpikir, menalar, menganalisis
dan membentuk konsep dalam diri atau jiwa individu. Aspek afektif; minat,
nilai, sikap, keinginan, ketekunan dapat menentukan pencapaian tujuan.
Aspek psikomotor; dapat dilihat dalam aktivitas-aktivitas penggerak dalam
praktik sehari-hari9. Di mana relevansi unsur lingkungan di institusi dayah
adalah iklim secara serentak muncul dalam transfer of value dan sikap dalam
membentuk kepribadian santri. Walaupun secara umum proses pendidikan
mencakup ketiga aspek tersebut, namun unsur-unsur yang ada di institusi
dayah menjadi indikator yang membedakan karakter individu sekaligus
menjadi ciri suatu institusi. Umpamanya, perbedaan sikap, perilaku, kebiasaan
antara murid dari setiap lembaga pendidikan yang ada.
Berdasarkan fenomena di atas dapat diasumsikan bahwa adanya
pengaruh-pengaruh lain yang mungkin berkorelasi terhadap pembangunan
kepribadian santri, di antaranya; iklim dan lingkungan institusi dayah. Namun
demikian, fenomena dan indikasi itu belum bisa dijadikan hujah atau sandaran
ilmiah. Dalam perspektif ini, dasar penelitian perlu dibuat dengan mengacu
pada metode penelitian untuk mengungkapkan data secara ilmiah sehingga
dapat menemukan apakah pengaruh iklim dalam suatu lembaga pendidikan
dapat membentuk sikap, nilai, dan perilaku individu secara umum dan santri

7 Muttahhari, M. (2011). Tarbiyatul Islam (M. Baharuddin, Trans. 2 ed.). Jakarta: Sadra
Press. h. 78

8 Mutahhari, M. Ibid. h. 45.

9 Madon, M. S. A. Z. (2008). Tip pandai belajar: PTS Melinium Sdn.Bhd.h.32

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


151 Nuriman
dayah pada khususnya. Atau kah ada pengaruh-pengaruh lain yang
mempengaruhi kepribadian individu. Semua itu membutuhkan jawaban
secara rasional; logis, data, sistematis dan koheren. Oleh karena itu
pembuktian tersebut hanya dapat dilakukan dengan penelitian ilmiah. Justru
itu penelitian ini dibuat untuk menemukan fakta empiris tentang pengaruh
iklim institusi pendidikan dalam membentuk kepribadian santri.

1.2 Objektif Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi hubungan signifikan iklim lembaga
pendidikan dayah terhadap kepribadian santri.
2. Untuk mengidentifikasi perbedaan pengaruh iklim lembaga
pendidikan terhadap kepribadian santri dayah antara laki-laki
dan perempuan.

2.2 Selayang Pandang Sejarah Dayah di Aceh


Setelah hijrah Nabi SAW ke Madinah, pendidikan berpusat di mesjid-
mesjid. Mesjid Quba merupakan yang pertama dijadikan institusi pendidikan
kala itu. Dayah asal kata dari zawiyah10, bermakna sudut Masjid. Istilah
zawiyah pertama sekali digunakan di Afrika Utara pada permulaan Islam.
Sistem pembelajaran dengan metode halaqah para sufi. Oleh karena itu, para
sahabat duduk berbentuk halaqah untuk mendengarkan dan membahas
persoalan agama dan sosial11. Dari sistem halaqah inilah muncul istilah
zawiyah. Di dalam literatur bahasa Aceh istilah zawiyah itu berubah menjadi
dayah. Ini dipengaruhi oleh bahasa Aceh yang tidak memiliki konsonan ‘Z’ dan
cenderung gemar memendekkan perkataan12. Di dayah Tanoh Abee,
Seulimum di Aceh Besar istilah zawiyah masih digunakan hingga kini13. Dayah
adalah institusi pendidikan formal di Aceh bahkan menjadi pusat pendidikan
Islam terbesar di nusantara14.

10Zakaria, A., Muhammad Ibrahim, Rusdi Sufi, Nasrudin Sulaiman, Isa Sulaiman,

Muhammad Thamrin Z, Teuku Ibrahim Alfia. Sejarah Pendidikan Daerah Istimewa


Aceh.(1984).Jakarta:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan; Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah.hal.67

11 Nata,A. Sejarah Pendidikan Islam (I ed.Vol.I).(2011).Rawamangun,Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.hal.12

12 Idris, S. Refleksi Pewarisan Nilai-nilai Budaya Aceh, Peta Pendidikan Dulu dan

sekarang (Vol. 58). (1998). hal. 1-20

13 Said, H. M. Aceh Sepanjang Abad (1ed.Vol.1). (1981).Medan P.T. Percetakan dan

Penerbitan Waspada Medan.hal. 7

14 James Siegel.The Rope Of God, (1969) Los Angles:University of California Press,

1969, hal. 48.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 152

Bukti sejarah; ketika Islam pertama masuk ke Nusantara, telah


diketahui lahir tempat-tempat untuk memperdalam dan mengkaji agama,
yang disebut dengan institusi dayah15, 16, 17. Institusi dayah yang terkenal saat
itu ialah zawiyah Cot Kala, sejak abad ke-8 M18. Menurut Mohd. Said,
kehadiran institusi pendidikan dayah di Aceh pada era yang sama dengan
masuknya Islam ke Nusantara, yaitu akhir masa kekhalifahan Usman bin
Affan19; ketika saudagar Arab berhenti di Sumatera untuk menuju ke Negeri
Cina20.. Umumnya murid atau santri datang dari negeri dan kawasan jauh
untuk memperdalam ilmu; tafsir, hadits, fiqih, tauhid, tareqat dan ilmu tata
bahasa Arab (nahwu) serta mantiq. Bahkan dicatat dalam sejarah Syekh Yusuf
al-Banjari pernah menuntut ilmu di dayah Aceh, sebelum akhirnya beliau
menuju ke Mekkah21,22,23

2.3 Tradisi, dan Sistem Pembelajaran di Institusi Dayah


Tradisi ialah corak dan ciri budaya temurun, yang diwarisi dari satu
generasi ke generasi lain; seterusnya digunakan dan diamalkan24. Tradisi
dayah; sistem pendidikan yang diamal secara turun-temurun tentang proses
pembelajaran. Sistem pendidikan dayah merupakan sistem yang digunakan di
institusi-institusi pendidikan Islam secara umum. Bahkan hampir tidak

15Hasyimy, A. Ulama Acheh: Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangun Tamadun

Bangsa. (1997). Jakarta: Bulan Bintang.hal.72

16 A.Hasyimy Qanun Meukuta Alam. (1985) Banda Aceh: Perpustakaan


Hasyimi.hal.62

17 Amiruddin, M. H.Menatap Masa Depan Dayah Di Aceh (I ed.). (2008). Banda Aceh:

PeNA. Hal.15

18Said, H. M. Aceh Sepanjang Abad (1 ed.Vol.1). (1981).Medan P.T. Percetakan dan


Penerbitan Waspada Medan.hal.405

19 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (1985). Jakarta, LP3I, hal. 3.

20 Mattulada, I., Baihaqi, A.K, Abu Hamid. Agama Dan Perubahan Sosial (I ed.). (1983).

Jakarta: CV.Raja Wali.hal. 108

21 Tarmizi, H. M. Aceh Melawan Penjajahan Belanda (I ed.). (2004). Jakarta: Global

Maharnika Netama.hal.17

22 Hurgronje, C. S. De Athehers, deel I en II (S. Maimoen, Trans. II ed. Vol. II). (1997).

Batavia; E.Brill, Leiden 1893-1894: Landsdrukkerij. hal.204

Kurdi, M. Ulama Aceh Dalam Melahirka Human Resource di Aceh (1 ed.). (2010).
23

Banda Aceh: Yayasan Aceh Mandiri.hal.78

24 Ismail, F., Salimin, R. H., & Ismail, R. The Organisational Environment-Behaviour

Factor's Towards Safety Culture Development. (2012). Procedia Social and Behavioral Sciences,
35(0), 611-618. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.02.128

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


153 Nuriman
berbeda dengan sistem pembelajaran di Mekkah, Madinah, Mesir dan Afrika
Urata. Justru, dicatat dalam beberapa buku sejarah Aceh bahwa pada paruh
pertama kesultanan Islam institusi-institusi pendidikan dayah didirikan
secara formal di Aceh.
Ditinjau dari perspektif Islam; tujuan pendirian institusi pendidikan
untuk penyebaran agama di mana ia berkorelasi dengan tujuan pendidikan
yang dijalankan di dayah. Menariknya sistem pembelajaran di dayah
berbentuk halaqah. Halaqah adalah metode pembelajaran yang telah dikenal
dalam sistem pendidikan Islam. Murid dalam sistem pembelajaran ini duduk
berbentuk bundar (berkeliling). Lebih jauh, sistem halaqah merupakan
bentuk pembelajaran yang bukan hanya menyentuh perkembangan kognitif
saja. Akan tetapi cenderung menyentuh perkembangan emosi dan spiritual
murid25. Sistem pembelajaran halaqah di institusi zawiyyah dijalankan untuk
mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, yang di dalam nya juga ada
diskusi, perdebatan atau meudrah yang alot. Disebabkan keadaan demikian,
halaqah ini dipindahkan ke pojok-pojok di samping mesjid, akhirnya dikenal
dengan istilah zawiyah; sebagai institusi pendidikan formal dalam tamadun
Islam26.
Dari segi media belajar, institusi dayah terdiri dari unsur mesjid, balee,
asrama dan rangkang. Sementara dapur untuk memasak berjauhan dengan
asrama. Umumnya balee berukuran empat meter lebar dan lima atau enam
meter panjang. Unsur ini turut membedakan sistem pendidikan dayah dengan
institusi pendidikan Islam lainya. Sehubungan dengan aktivitas-aktivitas olah
raga hanya seadanya saja, bahkan tidak menjadi bahagia kurikulum atau ko-
kurikulum dalam sistem pembelajaran di institusi dayah. Sistem pendidikan
dayah ini memiliki ciri yang sangat kentara adalah pemondokan murid dalam
sebuah kompleks secara bersama-sama. Tradisi dayah umumnya membuat
pemondokan kepada murid hingga dewasa ini.
Ditinjau dari perspektif filsafat pendidikan, pemondokan signifikan
dalam pendidikan dan pembinaan moral murid. Pemondokan murid dan guru
secara bersama-sama sebagai pembentukan komunitas terpadu27. Proses
asimilasi dan interaksi sebagai suatu pembelajaran untuk membentuk nilai-
nilai, etika dan budaya. Ciri lain sistem pendidikan dayah pengajarannya
terfokus pada ilmu-ilmu agama saja dewasa ini. Tradisi pendidikan dayah

25 Zuhairini, K., M. Ghafir. A & Fajar. Sejarah Pendidikan Islam. (1982). Jakarta Bumi

Aksara.hal. 5

26 Idris, S. Refleksi Pewarisan Nilai-nilai Budaya Aceh, Peta Pendidikan Dulu dan

sekarang (Vol. 58). (1998). hal. 1-20

27 Mujiburrahman. Pelaksanaan Sistem Pendidikan Pondok dan Perkembangannya di

Aceh Selepas Peristiwa Tsunami. (2010). Doctor of Philosophy, Universiti Utara Malaysia, Sintok
Kedah Darul Aman Malaysia. Retrieved from
http://etd.uum.edu.my/2421/1/Mujiburrahman.pdf

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 154

dilaksanakan dan mendapat sumbangan biaya dari masyarakat. Institusi


pendidikan ini didirikan oleh para ulama dan disokong oleh kerajaan kala itu.
Terdapat metode tersendiri dalam sistem pembelajaran yang digunakan di
dayah; halaqah, talaqqi, hafalan, hiwar, baahtsul masa’il, muhawarah fathul
kutub, muqaranah, muthala’ah dan muhadharah, meudrah dan meudebat.
Metode pembelajaran tersebut digunakan di institusi dayah Aceh28.

2.4 Lingkungan Sosial Institusi Dayah


Suasana lingkungan sosial di dayah menekankan pada perkembangan
akal, pemurnian ideologi, pemantapan rohani dan iman sebagai satu paket
yang mantap29. Lingkungan sosial institusi dayah dari aspek rohani, emosi dan
sosial menyokong dan mengukuhkan (penguatan) aqidah dan akhlak yang
berlandaskan; ilmu, benar, amanah, ikhlas dan menghormati kemaslahatan
umum, kerja sama dan ketaatan tanpa maksiat kepada perintah Allah 30.
Timbulnya suasana yang harmonis dalam hubungan manusia dengan Allah
dan hubungan sesama manusia manusia berdasar pada ajaran tauhid,
manusia akan dapat memahami hakikat ilmu dengan baik dan menguatkan
identitas serta fungsi31 yaitu ilmu sebagai alat yang dapat membawa
kebenaran.
Justru itu, lingkungan sosial dini institusi dayah merupakan bagian
dari sistem pendidikan yang terintegrasi dalam dimensi utama insan; rohani,
intelek dan jasmani agar murid dan guru mengamalkan dan menghayati
ajaran Islam dalam semua aktivitas di institusi dan meningkatkan motivasi
belajar32. Ini bermakna ada kaitan lingkungan institusi pendidikan dengan
pembentukan etika murid33. Lingkungan sosial di dayah bercirikan kontrol
yang dijalankan untuk melancarkan program pembelajaran. Suasana
kerohanian nyata terlihat dalam aktivitas murid.

28 al-Nahlawy, A. Usul al Tarbiyah wa Islamiyah, fi al bayyity wa al Madratsti wa al

Mujatmi' . (1996). Libanon: Dar al Fikri.hal.78

29 Majid, M. K. A., & Rahim, R. A. A. Perubahan sosial dan impaknya terhadap

pembentukan modal insan menurut Ibn Khaldun. (2009). Jurnal Hadhari, 1, 45-76.

30 Clapper, T. C. Beyond Knowles: What Those Conducting Simulation Need to Know

About Adult Learning Theory. (2010). Clinical Simulation in Nursing, 6(1), e7-e14. doi:
10.1016/j.ecns.2009.07.003

31 Demirel, M. Lifelong learning and schools in the twenty-first century. (2009).

Procedia Social and Behavioral Sciences, 1(1), 1709-1716. doi: 10.1016/j.sbspro.2009.01.303

32 Chang, C. L.-h. (2011). The effect of an information ethics course on the information

ethics values of students – A Chinese guanxi culture perspective. Computers in Human Behavior,
27(5), 2028-2038. doi: 10.1016/j.chb.2011.05.010

33 Wahid, A. Bunga Rampai Pesantren (Vol. 1). (1978). Jakarta: CV.Darma Bakti.hal.56

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


155 Nuriman
2.5 Dinamika Kepribadian dalam Psikologi Islam
Sebelumnya telah dikatakan bahwa struktur jasmani atau jasad bukan
dipersiapkan untuk membentuk tingkah laku tersendiri, melainkan sebagai
wadah atau tempat singgah struktur roh. Struktur jasmani sendiri tidak akan
mampu membentuk suatu tingkah laku lahiriah apalagi tingkah laku batiniah.
Struktur jasmani memiliki daya dan energi yang membangkitkan proses
fisiknya. Energi ini lazim disebut sebagai daya hidup (al-hayah). Daya ini
kendatipun sifatnya abstrak, tetapi ia belum mampu menggerakkan suatu
tingkah laku. Suatu tingkah laku dapat terwujud apabila struktur jasmani telah
ditempati struktur roh.
Manusia dalam konsepsi kepribadian Islam merupakan makhluk mulia
yang memiliki struktur kompleks. Banyak di antara psikolog kepribadian
barat, khususnya aliran behavioristik, kurang memperhatikan substansi jiwa
manusia. Manusia hanya dipandang dari sudut jasmaniah saja yang
mengakibatkan penelitian yang dilakukan seputar masalah lahiriah. Mereka
banyak melakukan eksperimen terhadap tingkah laku binatang dan hasilnya
digunakan untuk memotret tingkah laku manusia. Teori tingkah laku binatang
disamakan dengan teori tingkah laku manusia. padahal struktur kepribadian
manusia selain struktur jasmaniah juga terdapat struktur roh yang mana
keduanya merupakan substansi yang menyatu dalam struktur nafsani. Oleh
karena itu, pemahaman kepribadian manusia tidak hanya tertumpu pada
struktur jasmani melainkan harus juga meliputi struktur roh.

3.1 Sorotan Tentang Pembelajaran di Institusi Dayah


Komunitas dayah di Aceh mempunyai sistem nilai khas yang
membedakan dengan sistem pembelajaran di institusi-institusi dan
universitas-universitas. Sistem nilai di dayah memiliki corak dan karakter
yang dikenal dengan sub-cultural34 Pimpinan institusi dayah (tengku cheik)
menjadi model (uswahtun) dalam setiap aktivitas yang dijalankan apakah
secara langsung ataupun bukan. Seterusnya menjadi teladan bagi seluruh
murid dan guru adalah bentuk budaya yang diamalkan pada dayah di Aceh35.
Apabila dijelajahi lebih jauh itu bukan sekedar sub-cultural bahkan
nilai dasar yang berkembang dalam komunitas dayah ialah seluruh peri hidup
dilihat dari perspektif ibadah36. Nilai-nilai yang diamalkan oleh murid adalah

34 Abdullah, Z. Alumni Pesantren: Antara Pengukuhan Nilai-Nilai Tradisional dan

Tantangan Modernitas Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya. (1997). Universitas Syiah
Kuala. Darussalam-Banda Aceh. hal.1-15

35Izzah,I. Y. U. Perubahan Pola Kiai dan Santri Pada Masyarakat Muslim Tradisonal
Pedesaan. (2011) Sosiologi Islam, I, hal.21-33.

36 Alawy, Z. A. Pesantren Di Dalam Intergritas Dan Isolasi: Studi Kasus Pesantren

Riyadlush Shalihin dan Darul Ma'arrif di Kabupaten Aceh Besar. Pusat Pengembangan Penelitian
Ilmu-Ilmu Sosial. Universitas Syiah Kuala. (1987). Darussalam Banda Aceh. hal.1-16

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 156

taat kepada guru atau teungku chiek (ulama), kecintaan kepada ilmu agama,
rajin bekerja, kesiapan mengembangkan dalam lingkungannya selain juga
memiliki sifat ikhlas. Pertimbangan nilai-nilai inilah yang membentuk sub-
cultural komunitas sosial dilingkungan dayah. Adapun ciri-ciri lain yang
melekat pada individu murid; mengamalkan gaya hidup sederhana, kerja
sama yang baik dalam komunitas mereka, serta memiliki tanggung jawab
yang tinggi.37
Perspektif lain pula, lingkungan dayah merupakan jalinan kerja sama
dengan masyarakat lebih terbuka. Di samping itu hubungan guru dengan
murid cenderung dalam suasana keakrab-akraban38. Suasana pembelajaran
dalam lingkungan dayah juga dapat membawa kesan posistif pada psikologi
mereka. Adanya pengaruh terhadap kognitif murid disebabkan oleh interaksi
antara guru dan murid serta teman sejawat39.

3.2 Sorotan: Pengaruh Lingkungan Institusi Pendidikan Terhadap


Pembinaan Kepribadian Individu
Lingkungan institusi pendidikan turut menyumbang nilai-nilai dan
pengetahuan terhadap pembinaan kepribadian individu40. Cousins
menyebutkan institusi pendidikan sebagai agen perubahan sosial menerusi
sistem pendidikan formal; kurikulum dan ko-kurikulum. Sistem dan
kurikulum pendidikan dapat berkesan luas terhadap kepribadian individu. Hal
ini disebabkan oleh agen-agen sosialisasi dapat mempengaruhi proses
pembentukan kepribadian seperti latar belakang guru, kebijakan
kependidikan dan keadaan kelas41. Kepribadian dapat juga dipengaruhi oleh
budaya, kepakaran guru, kurikulum institusi dan komunitas. Beberapa kajian
melaporkan keyakinan guru, ideologi, nilai-nilai, aspek organisasi institusi dan

37 Qurniati, T. Motivasi Santriwati Mengikuti Pendidikan Pada Dayah Putri (Studi Kasus

Dayah Putri Muslimat Mesjid Raya Samalanga). Laporan Penelitian Lembaga Penelitian dan
Pusat Penelitian Ilmu Sosial Dan Budaya (PPISB). Universitas Syiah Kuala. . (1995). Darussalam
Banda Aceh. hal.1-21

38 Hassan, A., Suhid, A., Abiddin, N. Z., Ismail, H., & Hussin, H. (2010). The role of

Islamic philosophy of education in aspiring holistic learning. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 5(0), 2113-2118. doi: 10.1016/j.sbspro.2010.07.423

39 Gegenfurtner, A., & Vauras, M. Age-related differences in the relation between

motivation to learn and transfer of training in adult continuing education. (2012). Contemporary
Educational Psychology, 37(1), 33-46. doi: 10.1016/j.cedpsych.2011.09.003

40Cousins, P. D., & Menguc, B. (2006). The implications of socialization and integration

in supply chain management. Journal of operations management, 24(5), 604-620.

41 Alhija, F. N.-A., & Fresko, B. (2010). Socialization of new teachers: Does induction

matter? Teaching and Teacher Education, 26(8), 1592-1597.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


157 Nuriman
iklim institusi turut mempengaruhi pembinaan kepribadian 42. Justru ada tiga
bentuk sosialisasi dalam lingkungan institusi pendidikan; interaksi murid
dengan murid, interaksi guru dengan murid dan interaksi antara pegawai 43.
Justru institusi pendidikan mampu mencirikan tingkah laku santri sesuai nilai,
norma yang diletakkan menurut keinginan sosial dalam membina
kepribadian. Senada itu, pembinaan kepribadian terjadi secara formal atau
pun bukan karena guru merupakan model bagi santri dan bertanggung-jawab
dalam membina kepribadian santri.
Karena itu pendidikan formal bertujuan untuk perubahan dan
pembangunan nilai-nilai budaya yang dianut oleh komunitas sekaligus sebagai
agen dalam pembinaan kepribadian. Oleh karena itu institusi pendidikan
bukan sekedar tempat memperkaya intelektual tetapi juga menjadi agen
pengukuhan nilai-nilai dan budaya dalam mencirikan kepribadian.
Aspek lain juga dipelajari dalam institusi pendidikan ialah aturan-
aturan mengenai kemandirian atau independence, prestasi atau achievement,
universalisme, dan specificity. Bertolak kepada kenyataan tersebut
difahamkan bahawa semua itu dapat mempengaruhi kepribadian individu
setelah melalui proses dan tahap-tahap yang wujud di institusi pendidikan.
Oleh yang demikian dalam pembinaan kepribadian sering dihubung-kait
dengan ciri institusi institusi yang dilalui individu bahkan dikenal pasti
institusi pendidikan dapat mencirikan corak kepribadian seseorang.

3.3 Sorotan Pengaruh Sosialisasi Teman Sejawat Terhadap


Kepribadian Individu
Teman pergaulan atau juga disebut sebagai teman bermain adalah
orang pertama kali yang didapatkan individu apabila mula mampu bepergian
ke luar rumah. Wenner dan Jackson menyebutkan teman sejawat adalah
kumpulan individu yang seusia dan memiliki komunitas sosial yang sama 44.
Oleh itu teman sejawat menjadi orang yang rapat dengan mereka. Teman yang
baik boleh membimbing mereka kepada kebaikan. Yahaya dan Hassan
menyebutkan apabila mereka merasakan teman-teman mereka lebih rapat
dan lebih memahami, dengan mudah mereka mengikut-ikut apa-apa yang
dilakukan oleh teman-temannya45. Peranan rekan sejawat turut menyumbang

42 Alhija, F. N.-A., & Fresko, B. (2010). Mentoring of new teachers: Correlates of

activities and mentors’ attitudes. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 2(2), 2497

43 Suad Nasir, N. i., & Kirshner, B. (2003). The cultural construction of moral and civic

identities. Applied Developmental Science, 7(3), 138-147.


44 Wenner, L. A., & Jackson, S. J. (2009). Sport, beer, and gender: Promotional culture

and contemporary social life (Vol. 17): Peter Lang.

45 Yahaya, A., & Hassan, M. S. H. Pelaksanaan Komunikasi Kepemimpinan Dalam

Organisasi Pengamal Pengurusan Kualiti Msiso 9001 Di Malaysia Raja Roslan Bin Raja Abd.
Rahman Abu Bakar Mohd. Yusof Institut Pengurusan Teknologi Dan Keusahawanan.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 158

dalam pembinaan kepribadian individu. Sumbangan teman sejawat


mempunyai erti yang sangat penting bagi pembentukan nilai-nilai dan
kepribadian apabila mereka berinteraksi. Apabila remaja bergabung dalam
suatu kumpulan komunitas mereka mempunyai peluang untuk dihargai sama
ada dalam rupa kebendaan mau pun secara psikologi dan emosi.
Justru karena teman sejawat dapat menyokong penyesuaian nilai-
nilai yang menyumbang kepada perkara yang baik atau pun bukan. Pengaruh
teman sejawat dapat membentuk nilai-nilai dan kepribadian individu.
Interaksi antara teman sejawat memberi tumpuan ke atas nilai-nilai yang
wujud dalam lingkungan mereka46. Puncak pengaruh teman bermain berlaku
dalam masa remaja bahkan lebih banyak peranan dalam membentuk
kepribadian atau perilaku seseorang. Komunitas teman sejawat adalah
merupakan agen sosialisasi nilai-nilai, perilaku, dan moral yang pada akhirnya
membentuk kepribadian47. Sosialisasi dalam kumpulan bermain berlaku
dengan cara mempelajari pola dan jenis interaksi dengan orang-orang yang
setara dan sederajat dengan dirinya. Bowman dan kawan-kawan menjelaskan
faktor hubungan dengan teman sejawat yang dikait-kaitkan dengan baik
ataupun buruk teman sejawat karena ia boleh membawa pengaruh terhadap
pembinaan kepribadian mereka sesuai dengan kadar nilai-nilai yang dibawa
olehnya48.
Oleh itu, kumpulan bermain merupakan agen yang mempelajari
peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang keadaannya seusia serta
mempelajari nilai-nilai, budaya sehingga mempengaruhi dalam pembinaan
kepribadian remaja. Teman bermain merupakan kumpulan yang dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi dalam membina kepribadian melalui
sosialisasi dan interaksi.

4.1 Metodologi Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang
memfokuskan pada penentuan bagaimanakah variabel-variabel dapat
dijelaskan dengan sempurna dan sistematik. Penelitian ini dijalankan di di
Dayah Bustanussa’adah al-Muanawarah, Kecamatan Blang Mangat.
Keseluruhan santri dayah tersebut telah dijadikan sampel penelitian ini yaitu
208 santri.

46 Newman, R. S. (2000). Social influences on the development of children's adaptive

help seeking: The role of parents, teachers, and peers. Developmental Review, 20(3), 350-404.

47 Brody, L. E., & Benbow, C. P. (1986). Social and emotional adjustment of adolescents
extremely talented in verbal or mathematical reasoning. Journal of Youth and adolescence, 15(1),
1-18.
48 Bowman, M. A., Prelow, H. M., & Weaver, S. R. (2007). Parenting behaviors,

association with deviant peers, and delinquency in African American adolescents: A mediated-
moderation model. Journal of Youth and adolescence, 36(4), 517-527.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


159 Nuriman
4.2 Indeks Skor Mean Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian untuk menafsirkan skor
mean dengan menggugurkan indikator yang tidak memenuhi mean item butir
kuisioner (dalam construct dan indicator item). Hal ini dibuat agar dapat
meningkatkan nilai reliabilitas terhadap alat ukur. Adapun tahap α = 0.71 –
0.99 adalah tahap yang terbaik (71% - 99% reliabilitas item) (Konting ,
1993). Nilai pekali reliabilitas instrumen bergantung pada homogenitas item
dan isi yang terkandung dalam item kuisioner. Rumus statistik yang
digunakan, ialah:
K (SD\ )²
α =
K -1 (SD² )²

K : bilangan item
(SD\)² : variance of total scores (variance of the scores of all
the samples on one item)
∑(SD²)² : sum of item variances

5.1 Hasil Penelitian: Jenis Kelamin dan Umur Responden


Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin ditemukan 59.0 %
laki-laki dan 41.0 responden adalah perempuan. Dari semua santri ditemukan
lebih banyak laki-laki dengan perempuan. Sedangkan frekuensi umur
responden ditemukan 80.0% berumur antara 15 sampai 17 tahun. Hanya
20.0% responden yang berumur rata-rata 18 sampai 20 tahun. Menurut
Havighurst usia 18 sampai 20 tahun merupakan usia dalam pencarian
identitas sosial.

Tebel 4.1: Frekuensi dan persentase demografi responden


Bil Huraian Frekuensi Peratus (%)
1. Laki-Laki 59 59.0
2. Perempuan 41 41.0
5. 15-17 tahun 80 80.0
6. 18-20 tahun 20 20.0

4.4.1 Pertanyaan; Apakah terdapat perbedaan signifikan pengaruh


iklim lembaga pendidikan terhadap kepribadian santri dayah antara laki-
laki dan perempuan
Uji statistik t buat untuk membandingkan skor mean pengaruh iklim
institusi dayah terhadap kepribadian santri dan perbedaan pengaruh iklim
lembaga dayah antara laki-laki dan perempuan.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 160

Tabel 4.2: Uji Statistik t untuk mengetahui perbedaan perolehan pengalaman


antara Laki-laki dan perempuan
Sumber F Sig. t df Sig. (2-tailed)

y 1.185 .279 2.186 98 .031


Laki-laki : mean: 48.05, sd:5.56, Perempuan: mean: 45.7, sd:5.12

Penelitian menemukan bahwa santri laki-laki memperoleh perubahan


perilaku dan kepribadian lebih baik daripada santri perempuan. Ini dijelaskan
oleh skor mean laki-laki (mean: 48.05, sd: 5.56), dan perempuan (mean: 45.7,
sd: 5.12), di mana nilai [t (98) = 2.186 p < 0.05]. yaitu perbedaan skor mean
sebesar 4.7 % (eta2 = 0.047).

4.4.2 Pertanyaan; Apakah terdapat hubungan signifikan iklim lembaga


pendidikan dayah terhadap kognitif santri.
Uji korelasi (r2) untuk mengetahui hubungan iklim lembaga dayah
apakah mempunyai korelasi dengan perkembangan kognitif santri. Menurut
Dornyei menyebutkan bahwa uji r2 atau koefisien menunjukkan perkongsian
variabel independen dapat dijelaskan oleh variabel terikat49. Tabel 4.3
menunjukkan temuan penelitian uji korelasi antara variabel penelitian seperti
berikut:

Tabel 4.3: Uji korelasi (r2) bagi varibel untuk mengetahui hubungan variabel
bebas (x) dengan variabel terikat (y).
N Sig. (2-tailed) r2
100 .005 .280(**)
**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil penelitian menemukan nilai r2 adalah [r2 (88) =


0.280 p < 0.01, r2=0.078 (7.84%)]. Ini bermakna terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel kognitif (y) dengan variabel iklim (x). Temuan
penelitian dalam uji korelasi pearson (r 2) adalah 0.28 persen. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa ada hubungan positif antara iklim institusi pendidikan
dengan kepribadian santri.

5.1 Pembahasan
Perbedaan pengaruh iklim institusi pendidikan dayah ditemukan
hampir sederhana. Hal ini disebabkan dari jumlah 208 responden 38.0% yang
secara langsung dipengaruhi oleh iklim institusi. Hanya 33.0% responden
yang memperoleh pengaruh iklim institusi lebih baik. Selebihnya adalah

49 Dornyei, Z. (2007). Research methods in applied linguistics: Quantitative, qualitative,

and mixed methodologies: Oxford University Press Oxford.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


161 Nuriman
responden yang memperoleh pengaruh iklim rendah. Dari segi jenis kelamin
perolehan pengaruh ditemukan laki-laki lebih tinggi pengaruh dibanding
perempuan. Walaupun demikian temuan penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian di mana ia menemukan pengaruh iklim institusi terhadap laki-laki
lebih baik jika dibandingkan perempuan. Ia juga menemukan bahwa tidak ada
perbedaan pengaruh iklim antara usia yang berbeda50.
Berdasarkan temuan penelitian yang telah dibuat, pengaruh iklim
institusi bagi laki-laki dan perempuan ditemukan berbeda. Hal ini dapat
dirujuk pada hasil uji t dengan skor min adalah 2.39231. Oleh karena itu,
temuan ini memberi makna bahwa semua responden mendapat pengaruh
iklim institusi, namun mengalami tahap kesignifikanan pengaruh yang
berbeda.
Uji korelasi (r2) untuk mengetahui hubungan iklim institusi dayah
terhadap kepribadian santri. Menurut Ghozali dan Ikhsan uji r2 atau koefisien
menunjukkan perkongsian variabel bebas dapat dijelaskan oleh variabel
terikat. Penelitian menemukan bahwa nilai r2 sebesar [r2 (88) = 0.280 p < 0.01,
r2=0.078 (7.84%)]. Indikasi ini memberi maksud bahwa terdapat hubungan
signifikan antara variabel iklim institusi (x) dengan variabel kepribadian (y)
santri. Di mana temuan hasil uji korelasi pearson (r 2) sebesar 0.28 %. Oleh
karena itu, ada hubungan positif antara iklim dengan kepribadian santri.

5.2 Kesimpulan
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa iklim suatu institusi
pendidikan mempengaruhi kepribadian peserta didik. Pembelajaran yang
berlangsung dalam institusi pendidikan telah diletakkan sesuai tujuan
instruksional. Namun perlu diperhatikan suasana institusi pendidikan
mempengaruhi signifikan terhadap kepribadian peserta didik. Dapat
disimpulkan bahwa iklim institusi suatu pendidikan perlu direformasi agar
suasana dilingkungan institusi pendidikan dapat membantu dalam
membentuk kepribadian yang lebih sempurna. Hasil penelitian menunjukkan
iklim institusi pendidikan mempengaruhi pembentukan kepribadian pada
taraf signifikan. Terdapat beberapa implikasi yang dapat dirumuskan dari
penelitian ini. Temuan penelitian menunjukkan iklim institusi pendidikan
mengubah cara dan karakter peserta didik. Oleh karena itu, fokus perlu
diberikan pada iklim institusi bukan hanya mentransfer pengetahuan belaka.
Hasil penelitian dapat membawa pengaruh bagi individu bahkan komunitas
sosial karena mereka bahagian dari sistem sosial. Di samping itu, temuan ini
berimplikasi positif bagi institusi pendidikan dayah khususnya dan institusi
pendidikan pemerintah pada umumnya.

50 Aboebakar, N., M. 1989. Manajemen pendidikan orang dewasa dalam penataran P-4

di Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi. Tesis Sarjana. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Bandung.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 162

Bibliografi
A.Hasyimy Qanun Meukuta Alam. (1985) Banda Aceh: Perpustakaan Hasyimi

Abdullah, Abdul Lateef, Hamzah, Azimi, Suandi, Turiman, Mohd Noah, Sidek,
Mastor, Khairul Anwar, Juhari, Rumaya, Manap, Jamiah. (2005). The
Muslim Religiosity-Personality Measurement Inventory (MRPI)'s
Religiosity Measurement Model: Towards Filling the Gaps in
Religiosity Research on Muslims. Pertanika Journal of Social Sciences &
Humanities, 13(2) 131-145.

Abdullah, Yatimin. (2007). Studi akhlak dalam perspektif Al Qur’an. Jakarta:


Jakarta.
Abdullah, Z. Alumni Pesantren: Antara Pengukuhan Nilai-Nilai Tradisional dan
Tantangan Modernitas Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya.
(1997). Universitas Syiah Kuala. Darussalam-Banda Aceh.

Aboebakar, N., M. 1989. Manajemen pendidikan orang dewasa dalam


penataran P-4 di Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi. Tesis Sarjana.
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Alawy, Z. A. (1987). Pesantren di dalam intergritas dan isolasi: Studi kasus


pesantren riyadlush shalihin dan darul ma'arrif di Kabupaten Aceh
Besar. Pusat Pengembangan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Universitas
Syiah Kuala. Darussalam Banda Aceh.

Alhija, F. N.-A., & Fresko, B. (2010). Mentoring of new teachers: Correlates of


activities and mentors’ attitudes. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 2(2), 2497

Alhija, F. N.-A., & Fresko, B. (2010). Socialization of new teachers: Does


induction matter? Teaching and Teacher Education, 26(8), 1592-1597.

al-Nahlawy, A. Usul al Tarbiyah wa Islamiyah, fi al bayyity wa al Madratsti wa


al Mujatmi' . (1996). Libanon: Dar al Fikri.

Amiruddin, M. H. Menatap Masa Depan Dayah Di Aceh (I ed.). (2008). Banda


Aceh: PeNA.

Arif, A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. . (2002). Jakarta:


Ciputat Press.

Baba, S. Tajdid Ilmu dan Pendidikan (Vol. 1). Taman Setiawangsa. (2011).
Kuala Lumpur: Technowlogic Trading Bussiness Suites.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


163 Nuriman

Baidlawi, H Moh. (2013). Modernisasi pendidikan Islam (Telaah Atas


Pembaharuan Pendidikan di Pesantren). Jurnal TADRIS, 1(2), 154-167.

Balwi, M., & Koharuddin, M. (2004). Tradisi keilmuan dan pendidlkan dalam
tamadun melayu di Nusantara. Jurnal Kemanusiaan, 1, 48-62.

Briunessen, V., M. (1995) Kitab kuning; Pesantren dan tarekat, Jakarta: Mizan.

Chang, C. L.-h. (2011). The effect of an information ethics course on the


information ethics values of students – A Chinese guanxi culture
perspective. Computers in Human Behavior, 27(5), 2028-2038. doi:
10.1016/j.chb.2011.05.010
Clapper, T. C. Beyond Knowles: What Those Conducting Simulation Need to
Know About Adult Learning Theory. (2010). Clinical Simulation in
Nursing, 6(1), e7-e14. doi: 10.1016/j.ecns.2009.07.003

Cousins, P. D., & Menguc, B. (2006). The implications of socialization and


integration in supply chain management. Journal of operations
management, 24(5), 604-620.

Darmadi, H. (2007). Konsep dasar pendidikan moral. Bandung: Alfabeta.

Demirel, M. Lifelong learning and schools in the twenty-first century. (2009).


Procedia Social and Behavioral Sciences, 1(1), 1709-1716. doi:
10.1016/j.sbspro.2009.01.303

Djalil, Sofyan A, & Megawangi, Ratna. (2006). Peningkatan mutu pendidikan di


Aceh melalui implementasi model pendidikan holistik berbasis
karakter. Makalah orasi ilmiah pada rapat senat terbuka dalam rangka
dies natalis ke, 45.

Dornyei, Z. (2007). Research methods in applied linguistics: Quantitative,


qualitative, and mixed methodologies: Oxford University Press Oxford.

Gegenfurtner, A., & Vauras, M. Age-related differences in the relation between


motivation to learn and transfer of training in adult continuing
education. (2012). Contemporary Educational Psychology, 37(1), 33-46.
doi: 10.1016/j.cedpsych.2011.09.003

Ghozali, I., & Supomo, B. (2000). Metodologi Penelitian: Bahan kuliah Program
Studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro (tidak
dipublikasikan).

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 164

Gray, D. E. (2013). Doing research in the real world: Sage.

Haidt, J., Graham, J., & Joseph, C. (2009). Above and below left–right:
Ideological narratives and moral foundations. Psychological Inquiry,
20(2-3), 110-119.

Hashim, M. Y. Pensejarahan Melayu; Penelitian tentang tradisi sejarah Melayu


Nusantara (1 ed.). (1992). Kampong Baru: Watan Sdn.Bhd.

Hassan, A., Suhid, A., Abiddin, N. Z., Ismail, H., & Hussin, H. (2010). The role of
Islamic philosophy of education in aspiring holistic learning. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 5(0), 2113-2118. doi:
10.1016/j.sbspro.2010.07.423
Hasyimy, A. Ulama Acheh: Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangun
Tamadun Bangsa. (1997). Jakarta: Bulan Bintang.

Hawley, Patricia H. (2003). Strategies of control, aggression, and morality in


preschoolers: An evolutionary perspective. Journal of experimental
child psychology, 85(3), 213-235.

Hurgronje, C. S. De Athehers, deel I en II (S. Maimoen, Trans. II ed. Vol. II).


(1997). Batavia; E.Brill, Leiden 1893-1894: Landsdrukkerij.

Hursen, C. Evaluation in terms of content analysis of lifelong learning research.


(2011). Procedia Social and Behavioral Sciences, 28(0), 972-976. doi:
10.1016/j.sbspro.2011.11.179

Idris, S. Refleksi Pewarisan Nilai-nilai Budaya Aceh, Peta Pendidikan Dulu dan
sekarang (Vol. 58). (1998).

Ikhsan, A., & Ghozali, I. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi Dan
Manajemen. PT. Madju Medan Cipta, Medan.

Ismail, F., Salimin, R. H., & Ismail, R. The Organisational Environment-


Behaviour Factor's Towards Safety Culture Development. (2012).
Procedia Social and Behavioral Sciences, 35(0), 611-618. doi:
10.1016/j.sbspro.2012.02.128

Izzah, I. Y. U. Perubahan Pola Kiai dan Santri Pada Masyarakat Muslim


Tradisonal Pedesaan. (2011) Sosiologi Islam, I,.

James Siegel.The Rope Of God, (1969) Los Angles:University of California Press.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


165 Nuriman
Khan, A., & Azli, M.N. (2003). Graduan berakhlak mulia dan beretika
pemangkin generasi madani. Jurnal Kemanusiaan, 17(2), 1-17.

Killen, M., & Smetana, J.G. (2006). Handbook of moral development: Lawrence
Erlbaum.

Krauss, S. E., Hamzah, A., & Juhari, R. (2005). The muslim religiosity-
personality inventory (MRPI): Towards understanding differences in
the Islamic religiosity among the Malaysian youth. Pertanika Journal of
Social Sciences & Humanities, 13(2), 173-186.

Kurdi, M. (Ed.). (2010). Ulama Aceh dalam melahirka human resource di Aceh
(1 ed.). Banda Aceh: Yayasan Aceh Mandiri.

MacIntyre, A. (1981). After virtue: A study in moral theory. London, UK.


Madon, M. S. A. Z. (2008). Tip pandai belajar: PTS Melinium Sdn.Bhd.

Majid, M. K. A., & Rahim, R. A. A. Perubahan sosial dan impaknya terhadap


pembentukan modal insan menurut Ibn Khaldun. (2009). Jurnal
Hadhari, 1, 45-76.

Mattulada, I., Baihaqi, A.K, Abu Hamid. Agama Dan Perubahan Sosial (I ed.).
(1983). Jakarta: CV.Raja Wali.

Mujiburrahman. Pelaksanaan Sistem Pendidikan Pondok dan


Perkembangannya di Aceh Selepas Peristiwa Tsunami. (2010). Doctor of
Philosophy, Universiti Utara Malaysia, Sintok Kedah Darul Aman
Malaysia. Retrieved from
http://etd.uum.edu.my/2421/1/Mujiburrahman.pdf

Muttahhari, M. (2011). Tarbiyatul Islam (M. Baharuddin, Trans. 2 ed.). Jakarta:


Sadra Press.

Nasir,M.Copyright © 2012 Serambinews XHTML 1.0 CSS 2.0). Aceh


Kembangkan Enan Dayah Manyang, Serambi News, (2011,). Retrieved
from http://serambinews.net/news/view/62175/aceh-kembangkan-
enam-dayah-manyang.

Nata,A. Sejarah Pendidikan Islam (I ed.Vol.I).(2011).Rawamangun,Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Qurniati, T. Motivasi Santriwati Mengikuti Pendidikan Pada Dayah Putri (Studi


Kasus Dayah Putri Muslimat Mesjid Raya Samalanga). Laporan

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


Pengaruh Iklim Institusi Pendidikan Dayah Terhadap Kepribadian Santri 166

Penelitian Lembaga Penelitian dan Pusat Penelitian Ilmu Sosial Dan


Budaya (PPISB). Universitas Syiah Kuala. . (1995). Darussalam Banda
Aceh.

Raja’al-Azdi, A. (2006). ‘Abd Allah Ibn ‘Awn (d. 151/768). Early Islam Between
Myth and History: Al-Ḥaṣan Al-Baṣrī (d. 110H/728CE) and the
Formation of His Legacy in Classical Islamic Scholarship, 62, 303.

Razaq, A. History, Trends, And Significant Development Of Adult Education In


Malaysia. Journal of Historical Studies, (2006). 7(31).

Reid, A. (2005). An Achene’s and other histories of Sumatra. Singapore:


Singapore University Press Pte.Ltd.

Said, H. M. Aceh Sepanjang Abad (1 ed.Vol.1). (1981).Medan P.T. Percetakan


dan Penerbitan Waspada Medan.
Shaleh, A.R. (2005). Pendidikan agama & pembangunan watak bangsa:
RajaGrafindo Persada.

Suad Nasir, N. i., & Kirshner, B. (2003). The cultural construction of moral and
civic identities. Applied Developmental Science, 7(3), 138-147.

Tarmizi, H. M. Aceh Melawan Penjajahan Belanda (I ed.). (2004). Jakarta:


Global Maharnika Netama.hal.17

Tarmizi, R. A., Konting, M. M., & Ali, W. Z. W. (2009). Instructional efficiency of


the integration of graphing calculators in teaching and learning
mathematics. International Journal of Instruction, 2(2).

Umar, H. (1999). Metodologi Penelitian. Aplikasi dalam Pemasaran, PT


Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Wahid, A. Bunga Rampai Pesantren (Vol. 1). (1978). Jakarta: CV.Darma


Bakti.hal.56

Wenner, L. A., & Jackson, S. J. (2009). Sport, beer, and gender: Promotional
culture and contemporary social life (Vol. 17): Peter Lang.

Yahaya, A., & Hassan, M. S. H. Pelaksanaan Komunikasi Kepemimpinan Dalam


Organisasi Pengamal Pengurusan Kualiti Msiso 9001 Di Malaysia Raja
Roslan Bin Raja Abd. Rahman Abu Bakar Mohd. Yusof Institut
Pengurusan Teknologi Dan Keusahawanan.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016


167 Nuriman
Yaljan, Miqdad. (2003). Kecerdasan moral (Aspek pendidikan yang terlupakan).
Jogjakarta: Talenta.

Zakaria, A., Muhammad Ibrahim, Rusdi Sufi, Nasrudin Sulaiman, Isa Sulaiman,
Muhammad Thamrin Z, Teuku Ibrahim Alfia. Sejarah Pendidikan
Daerah Istimewa Aceh.(1984).Jakarta:Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan; Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah.

Zamarkhasyi, D. (1983). Tradisi pesantren; Studi tentang pandangan hidup


Kiyai. Jakarta: LP3ES.

Zuhairini, K., M. Ghafir. A & Fajar. Sejarah Pendidikan Islam. (1982). Jakarta
Bumi Aksara.

AL – MABHATS VOL. I. NO.I TAHUN 2016

Anda mungkin juga menyukai