Case
Case
KELUARGA BERENCANA
Oleh:
Khairunisa
1210312031
PRESEPTOR:
DR.dr. Rosfita Rasyid, M.Kes
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
2002-2012 menunjukkan stagnasi yaitu 2,6 (angka kelahiran per 1000 wanita).
Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010
sebanyak 237 juta jiwa.1 Pada tahun 2014 didapatkan jumlah penduduk Indonesia
yang semakin meningkat yaitu 252 juta jiwa dengan estimasi jumlah penduduk
perempuan 125 juta jiwa.2 Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Indonesia
menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang telah dimulai sejak tahun
keluarga dapat mengatur waktu, jumlah, jarak kelahiran anak secara ideal sesuai
dengan keinginan atau tanpa unsur paksaan dari pihak manapun. Dampak
yang merupakan metode kontrasepsi dengan masa efektif yang relatif lama.
2
(tubektomi/vasektomi), alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD dengan masa
berlaku sampai tiga tahun, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implan
tahun jarak kehamilan. Resiko kegagalan IUD adalah 0,8 tiap 100 wanita. Oleh
karena itu pemakaian IUD diharapkan berlangsung selama mungkin agar jarak
kehamilan dapat diatur dan membantu wanita memiliki anak yang sehat dan
suntik, pil, dan susuk, sedangkan wanita yang lebih tua cenderung menggunakan
fertilitas.1
KB didominasi oleh peserta yang menggunakan Non MKJP yaitu sebesar 81,83%
dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan peserta baru yang menggunakan MKJP
hanya sebesar 18,17%. Pencapaian peserta KB baru pada bulan Februari 2015
mencapai 28,33% dari target yang harus dicapai pada bulan Februari 2015. 5
3
1.2 Rumusan Masalah
a. Tujuan Umum
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur dan laporan Puskesmas Ambacang, analisis, dan diskusi bersama
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu upaya pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak, c. meningkatkan
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur dan sel sperma tersebut.
tinggi, efek samping yang minimal, reversible, melindungi dari penyakit menular
adalah8:
a. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau obat-obatan
b. Kontrasepsi secara mekanis
c. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
5
d. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
e. Kontrasepsi dengan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) / IUD
(Intrauterine Device).
f. Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
Jenis Kontrasepsi Non-Hormonal
1. Kontrasepsi tanpa Menggunakan Alat/Obat
a. Senggama Terputus
Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya
Kegagalan cara ini dapat disebabkan oleh: adanya pengeluaran air mani sebelum
dengan atau tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus.
Tujuan dari cara ini adalah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari
vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga
keasaman vagina. 8
c. Perpanjangan Masa Menyusui Anak
Pencegahan kehamilan dapat dilakukan dengan memperpanjang masa
amenorea postpartum. Akan tetapi, ovulasi dapat terjadi lagi dan mendahului haid
pertama setelah partus. Jika hal ini terjadi maka konsepsi dapat terjadi selagi
6
Fase ovulasi dimulai sejak 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir setelah
24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu perempuan tersebut
berada dalam masa tidak subur. Kesulitan cara ini adalah sulit untuk menentukan
waktu yang tepat dari ovulasi. Ovulasi umumnya terjadi 14 + 2 hari sebelum hari
koitus dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka dan ujung yang buntu
kondom adalah bocor atau koyaknya alat tersebut atau tumpahnya sperma yang
umum Pessarium dapat dibagi dua golongan yaitu diafragma vaginal dan cervical
cap. Diafragma vagina terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan
koitus untuk menjaga jangan sampai masuk ke dalam uterus. Diafragma paling
cocok dipakai perempuan dengan dasar panggul yang tidak longgar dan dengan
tonus dinding vagina yang baik. Servical cap dibuat dari karet atau plastik dan
mempunyai bentuk mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet
7
yang tebal. Ukuran servical cap ini lebih kecil dari diafragma vagina. Cap
yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoon dan vehikulum yang
nonaktif . Makin erat hubungan antara zat kimia dan sperma makin tinggi
efektivitas obat. Oleh sebab itu obat yang paling baik ialah yang dapat membuat
serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat
implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya
estrogen dalam pil menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dalam
ovarium. Pengaruh estrogen dari ovarium terhadap hipofisis menjadi tidak ada
sehingga tidak terjadi pengeluaran LH. Pada pertengahan siklus haid kadar FSH
estrogen untuk mencegah ovulasi. Pil kombinasi yang berjumlah 21-22 pil
diminum mulai dari hari ke-5 haid tiap hari satu terus menerus. Sebaiknya pil
8
lebih besar apabila ada faktor predisposisi seperti minum minuman keras,
wanita yang memiliki tumor yang dipengaruhi estrogen dan penyakit hati yang
amenorea. 8
Kelebihan pil kombinasi antara lain: efektivitas 95-98%, frekuensi koitus
tidak perlu diatur, siklus haid jadi teratur. Kekurangannya adalah pil harus
diminum tiap hari, motivasi harus kuat, adanya efek samping seperti mual, sakit
kombinasi dan pemakaiannya hanya dianjurkan pada hal-hal tertentu saja. Pil
diminum yang hanya mengandung estrogen saja untuk 14-16 hari disusul dengan
diminum setiap hari. Pil ini pilihan baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum
pada minggu ke-6 setelah melahirkan. Pil ini memiliki kemungkinan yang lebih
kecil untuk terjadinya peningkatan tekanan darah dan lebih jarang menyebabkan
perempuan berumur dengan perdarahan uterus yang tidak jelas, riwayat kehamilan
tujuan kontrasepsi parenteral mempunyai efek progestagen yang kuat dan efektif.
gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus. Selain itu lendir serviks akan
9
bertambah kental sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri.
seperti hormon alami pada tubuh perempuan. Preparat yang dipakai adalah
Bila mendapatkan suntikan tepat waktu, angka kehamilannya kurang dari 1 per
pertama. 8
f. Implant
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel
sehingga menyulitkan penetrasi sperma. Metode ini cocok untuk wanita yang
diindikasikan untuk wanita yang ingin memakai kontrasepsi dalam jangka waktu
kehamilan telah dikenal sejak dahulu kala. Pada awalnya banyak mendapat
10
Hingga kini jenis AKDR yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah
AKDR jenis cooper T dan spiral (Lippes loop). AKDR dapat dibagi dalam bentuk
yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. AKDR golongan terbuka
linear antara lain Lippes loop, Saf-T-coil, Dalkon Shield, Cu-7, Cu-T, Spring coil,
motivasi
Tidak menimbulkan efek sistemik
Alat ekonomis dan cocok untuk penggunaan massal
Efektivitas cukup tinggi
Reversibel
Efek Samping AKDR
Efek samping yang dapat timbul akibat penggunaan AKDR adalah8:
a. Perdarahan
b. Rasa nyeri dan kejang di perut
c. Gangguan pada suami
d. Ekspulsi (Pengeluaran Sendiri)
Komplikasi AKDR
Infeksi
Infeksi dapat disebabkan oleh adanya infeksi yang subakut atau menahun
kemudian. Awalnya hanya ujung AKDR saja yang menembus dinding uterus
perut.8
Waktu Pemasangan AKDR
Sewaktu Haid sedang Berlangsung
Pemasangan pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau hari
terakhir haid. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain
ialah: pemasangan lebih mudah karena serviks pada waktu ini agak terbuka
11
dan lembek, tidak terlalu nyeri, perdarahan yang timbul sebagai akibat
masa tiga bulan setelah partus atau abortus atau dilakukan pada saat yang
dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Namun, jika ditemukan septic
efektivitasnya IUD Copper 7 atau Copper T sebaiknya diganti tiap 2-3 tahun.8
Cara Mengeluarkan AKDR
Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang
AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum (OUE) dengan dua cara yaitu:
dengan pinset atau dengan cunam jika benang AKDR tampak di luar OUE. Bila
benang AKDR tidak terlihat, maka hal tersebut disebabkan oleh: akseptor menjadi
hamil, perforasi uterus, ekspulsi yang tidak disadari akseptor, dan perubahan letak
AKDR.8
6. Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi)
Sterilisasi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Fallopi perempuan
atau kedua vas deferens laki-laki yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak
12
motivasi hanya dilakukan satu kali saja, efektivitas hampir 100%, tidak
persalinan atau pada masa interval. Waktu yang terbaik untuk melakukan
karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko infeksi.
dan kontrasepsi permanen. Untuk menutup lumen dalam tuba dapat dilakukan
pemotongan tuba dengan berbagai macam tindakan operatif seperti cara Pomeroy,
cara Irving, cara Uchida, cara Aldrige. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong.
Selain itu penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba,
kontrasepsi dilakukan pada dirinya. Kontraindikasi tidak ada kecuali apabila ada
kelainan lokal yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi. Setelah operasi,
setelah enam hari. Itupun wajib menggunakan kondom selama 12 kali hubungan
granuloma.. 8
2.3 Indikator Cakupan Pelayanan Program KB
13
Berikut ini bebrapa indikator cakupan pelayanan yang ditetapkan oleh
Pasangan Usia Subur adalah pasangan yang istrinya berumur antara 15-49
tahun dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya lebih dari 49 tahun
bantu yang disebut ABPK (Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber KB). 9
Indikator peserta KB baru dapat disajikan menurut metode kontrasepsi per
bukan jangka panjang seperti pil, suntik, kondom, obat vaginal, maka
mampu memilih alat kontrasepsi yang betul-betul efektif dan efisien bagi
14
mereka dalam mencegah kehamilan yang tidak diinginkan seperti
memakai alat kontrasepsi terus menerus hingga saat ini untuk menjarangkan
terlindungi dari kejadian kehamilan. Bila angka ini rendah atau di bawah
terjadi pada kelompok PUS dengan “4 Terlalu” atau PUS dari keluarga
15
Persentase peserta KB yang mengalami komplikasi (per metode
Interpretasi:
Target dari indikatorJumlah Kasus Komplikasi
ini digunakan x 100%
adalah agar semua kasus komplikasi
Jumlah Peserta KB Aktif
dapat diidentifikasi dan dapat tertangani. Bila angka ini tinggi atau diatas
pelayanan maka perlu dianalaisis kontrasepsi apa saja yang paling banyak
Kegagalan ini juga disebabkan oleh ketidaktahuan pada aturan pakai atau
16
cara pakai yang keliru sehingga menyebabkan efektifitas mencegah
tersebut. 9
e. Cakupan PUS Miskin Ber-KB
Definisi Operasional:
PUS Miskin adalah PUS yang memenuhi kriteria sebagai keluarga miskin
Bila angka yang diperoleh rendah atau menurun, hal ini dapat menunjukkan
akses keluarga miskin untuk ber-KB rendah. Rendahnya akses ini dapat
tahun; 2. Berusia lebih 35 tahun; 3. Telah memiliki anak hidup lebih dari 3
orang; atau 4. Jarak kelahiran antara satu anak dengan lainnya kurang dari 2
tahun. 9
Perhitungan:
Interpretasi:
Jumlah PUS
Kehamilan atau kelahiran 4Tkondisi
pada ber-KB x4T100%
memiliki resiko terjadinya
Jumlah PUS dengan 4T
kesakitan bahkan kematian ibu. Oleh karena itu pada PUS yang berpotensi
hamil pada kondisi 4T harus dicegah dengan kontrasepsi. Bila angka ini
17
rendah atau menurun maka program pemberian konseling perlu ditingkatkan
sebagian besar penyebabnya adalah karena ingin hamil lagi, mengalami efek
samping, ingin metode yang lebih efektif dan kurangnya akses. Petugas
karena semua obat kontrasepsi pasti ada efek samping yang tidak
Definisi:
PUS dengan penyakit kronis adalah PUS yang istrinya menderita salah satu
penyakit kronis berikut: kencing manis, jantung, asma berat, malaria, TBC,
18
Perhitungan:
Interpretasi:
Kehamilan atau kelahiran pada PUS yang memiliki salah satu penyakit
karena itu kondisi tersebut harus dicegah dengan kontrasepsi. Bila angka ini
Definisi:
melahirkan). 9
Perhitungan:
berikut:
Jumlah sasaran ibu bersalin = CBR x 1,05 x jumlah penduduk di
wilayah tersebut
19
CBR (Crude Birth Rate) = angka kelahiran kasar.
Interpretasi: Bila angka ini rendah (tidak mencapai 100%) maka program
BAB III
ANALISIS SITUASI
dan +100° 23' 50.14" Lintang Utara. Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji adalah sekitar 12 km2 meliputi empat kelurahan, yaitu: Kelurahan Pasar
Lintah.10
20
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Andalas
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Puskesmas Ambacang hingga Juli 2016 dapat dilihat pada tabel berikut.11
21
2 Anduring 2779 152 5,4 1713 61,6 - - 46 2,6 60 21,5
.
rendah yaitu rata-rata 6,1% dari 4 kelurahan yang berada dalam wilayah kerja
Namun angka pencapaian peserta KB aktif termasuk tinggi yaitu rata-rata 71%
dari seluruh wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Hal ini menunjukkan target dari
nasional tidak tercapai yaitu 75%. Selain itu, penggunaan KB pasca persalinan
1 Ps.Ambaca 778 259 756 262 263 525 67,4 8 7 132 16,9 5 6 93 11,9
. ng
2 Anduring 654 218 131 163 205 368 56,2 9 8 115 17,5 6 7 90 13,7
.
3 Lb.Lintah 701 234 740 226 163 389 55,4 6 5 113 16,1 7 5 97 13,8
.
Total 2800 933 560 855 854 170 61 30 28 452 16,1 24 23 36 12,9
22
9 2
terdapat pada kelurahan Pasar Ambacang (778) dengan peserta KB Aktif Gakin
Lintah.
Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB aktif yang
Andurin 2779 186 10,8 34/5 1,98 102 5,95 794 46,3 163 9,51 33 1,92 - 1317
g /0,2
9
Lb.Linta 2072 167 9,88 44/1 2,60 86 5,08 866 51,2 617 36,5 29 1,71 - 1810
h /0,0
5
Ampang 1534 223 17,5 39/- 3,06 64 5,02 424 33,3 390 30,6 88 6,91 - 1228
/-
Total 9821 722 7,3 152/ 1,5 348 3,5 3974 40,4 142 14,5 290 2,9 - 6921
6 9
23
Sumber: Laporan Lokakarya Mini Puskesmas Ambacang 2016 11
Berdasarkan tabel 3.3 diatas menunjukkan bahwa penggunaan alat
kontrasepsi yang terbanyak pada peserta KB Aktif adalah kontrasepsi non MKJP
yaitu suntik (40,4%) dan pil (14,5%). Kelurahan Pasar Ambacang merupakan
(82,2%). AKDR merupakan kontrasepsi MKJP yang paling banyak yaitu 7,3%.
24
BAB 4
PEMBAHASAN
Program KB merupakan suatu program UKM esensial yang masuk kedalam program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Ambacang. Dalam pelaksanaannya tim ini
tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, sehingga dalam pelaksanaanya
tim ini melakukan kerjasama lintas program. Tim ini berperan penting dalam
Program KB dan KIA ini melakukan pendataan ke kader untuk melakukan pemetaan
penggunaan kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas Ambacang. Selain itu juga dilakukan
konseling terhadap PUS terkait dengan jenis kontrasepsi yang akan dipilih sekaligus
Ambacang masih rendah yaitu 6,1%. Namun hal ini berbanding terbalik dengan angka
peserta KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Ambacang yang tinggi yaitu 71%. Rendahnya
jumlah peserta KB baru ini disebabkan karena banyaknya PUS yang memasang KB di
fasilitas kesehatan lain sehingga tidak termasuk dalam pencatatan KB baru di Puskesmas
Ambacang namun tetap tercatat sebagai peserta KB aktif. Namun angka pencapaian KB
motivasi dari wanita pasca persalinan baik itu karena malu ataupun takut menggunakan
kontrasepsi terutama kontrasepsi MKJP. Selain itu angka peserta KB aktif 4T dan KB aktif
dengan penyakit kronik juga menunjukkan angka yang rendah. Hal ini disebabkan karena
rendahnya efektivitas penggunaan kontrasepsi pada alat ini sehingga juga menurunkan
25
Berdasarkan jenis kontrasepsi yang dipakai peserta KB aktif banyak menggunakan
alat kotrasepsi non MKJP yaitu suntik dan pil KB. Tingginya penggunaan alat tersebut
disebabkan oleh banyaknya peserta yang merasa penggunaan dengan pil dan suntik lebih
efektif bagi dirinya untuk mencegah kehamilan. Selain itu masih rendahnya motivasi peserta
kontrasepsi MKJP lainnya masih rendah. Jumlah petugas yang sedikit di program KB ini
juga menyebabkan sosialisasi KB terhadap PUS tidak berjalan maksimal. Ditandai dengan
mengetahui dengan baik kelebihan ataupun kekurangan dari setiap jenis alat kontrasepsi
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Pencapaian program KB berdasarkan jumlah peserta pada peserta KB Baru dan
persalinan.
26
2. Pencapaian program KB berdasarkan kontrasepsi di Puskesmas Ambacang
menunjukkan penggunaan kontrasepsi non MKJP yaitu suntik dan pil lebih banyak
masyarakat dalam menggunakan KB, dan jumlah tenaga kesehatan yang sedikit
pada PUS agar dapat memilih kontrasepsi yang efektif dam efisien.
2. Sebaiknya puskesmas mengajukan penambahan SDM Puskesmas, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
1. Manurung, S. Model Pengambilan Keputusan Meningkatan Akseptor Keluarga
7:11.
2. Yudianto, Budijanto D, Hardhana B, Soenardi T A. Profil Kesehatan Indonesia.
Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai Kota Padang.
27
8. Sarwono. Kontrasepsi; dalam Ilmu Kandungan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Sarwono. 2011.
9. Besral, Yuniar P, Ferinawati. Pedoman Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan
Keluarga Berencana. Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. 2009. Hal 18-21.
10. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan 2015. Padang; 2015.
11. Puskesmas Ambacang. Laporan Bulanan Juli 2016. Padang; 2016.
28