Ovk 09 PDF
Ovk 09 PDF
Supriyadi
Nana Sulaksana
Ismawan
Murni Sulastri
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadajran
Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor Telp/Fax. (022)7796545 Kode Pos 45363
Email : supriyadizircon94@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian difokuskan untuk mengetahui pengaruh litologi terhadap kajian morfotektonik Sub DAS
Cikapundung Bagian Hulu. Metode yang digunakan meliputi perhitungan Smf dan Vf melalui analisis
data topografi. Secara umum berdasarkan perhitungan kelokan muka pegunungan (SMF) serta
perbandingan lebar-tinggi lembah (VF) dari 10 Sub DAS Cikapundung menunjukan adanya nilai
indikasi patahan aktif kelas tektonik lemah, namun terdapat perbedaan variasi nilai SMF dan VF yang
signifikan menunjukan adanya pengaruh respon litologi terhadap kajian morfotektonik daerah
penelitian. Satuan litologi pasir tufaan (Qyd), tuffa berbatuapung (Qyt), dan endapan kolluvium (Qc)
memiliki nilai Smf dan Vf yang relatif lebih tinggi dibandingkan satuan litologi hasil vulkanik tua tak
teruraikan (Qvu), dan satuan hasil vulkanik muda tak teruraikan (Qyu) yang didominasi oleh lava dan
breksi. Nilai Smf dan Vf yang lebih besar tersebut terjadi akibat adanya faktor respon litologi yang
kurang resisten sehingga proses erosi berlangsung sangat tinggi dan mengubah bentuk lembah sungai
menjadi lebih lebar dengan berbentuk U akibat erosi lateral. Sedangkan nilai Smf dan Vf yang lebih
kecil terjadi akibat adanya faktor respon litologi yang lebih resisten sehingga proses erosi tidak terlalu
tinggi dengan bentuk lembah V dan erosi vertikal. Data keterjadian longsor dari Pusat Survei Geologi
(PSG) tahun 1952-2012 menunjukan satuan litologi Qyd, Qyt, dan Qc memiliki titik longsor paling
banyak dibandingkan di satuan litologi Qvu dan Qyu. Hal ini juga membuktikan bahwa satuan litologi
Qyd, Qyt, dan Qc memiliki sifat resistensi yang lebih rendah dibandingkan satuan litologi Qvu dan
Qyu.
Kata Kunci : Litologi, Morfotektonik, Smf, Vf
1. Pendahuuan
1.1 Latar Belakang
Studi morfotektonik mempelajari tentang segala hal menyangkut hubungan antara struktur
geologi dengan bentukan lahan (Stewart and Hancock, 1994 dalam Hidayat, 2010). Salah satu metode
yang dapat digunakan dalam analisis morfotektonik yaitu dengan perhitungan morfometri, berupa
perhitungan kelokan muka pegunungan (Smf) dan perbandingan lebar-tinggi lembah (Vf). Namun
kedua perhitungan tersebut selain dapat digunakan untuk mengetahui indikasi adanya pengaruh
tektonik aktif juga dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh litologi.
Cekungan Bandung merupakan cekungan (basin) yang dikelilingi oleh gunung api dengan
ketinggian 650 m sampai lebih dari 2000 meter. Sub DAS Cikapundung merupakan salahsatu sub
DAS yang masih termasuk dalam cekungan Bandung yang bermuara di sungai Citarum. Berdasarkan
ciri-ciri litologi, Cekungan Bandung terbagi atas 4 bagian berdasarkan batuan penyusunnya yaitu:
endapan tersier, hasil gunung api tua, hasil gunung api muda dan endapan danau (Narulita et al., 2008).
Oleh karena itu, parameter Smf dan Vf dapat digunakan sebagai kajian morfotektonik serta
keterkaitannya terhadap respon litologi di daerah penelitian tepatnya di Sub DAS Cikapundung
Bagian Hulu Kecamatan Lembang yang notabene didominasi oleh litologi gunungapi kuarter.
1414
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
1415
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Vf rendah akan merefleksikan lembah dalam dan mencerminkan penambahan aktivitas sungai, hal ini
berasosiasi dengan kecepatan pengangkatan (Keller dan Pinter, 1996).
3.Data
Data tertera pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.
1416
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Kesimpulan
Secara umum berdasarkan perhitungan kelokan muka pegunungan (SMF) serta perbandingan
lebar-tinggi lembah (VF) dari 10 Sub DAS Cikapundung menunjukan adanya nilai indikasi patahan
aktif kelas tektonik lemah, namun terdapat perbedaan variasi nilai SMF dan VF yang signifikan
menunjukan adanya pengaruh respon litologi terhadap kajian morfotektonik daerah penelitian. Satuan
litologi pasir tufaan (Qyd), tuffa berbatuapung (Qyt), dan endapan kolluvium (Qc) yang memiliki
resistensi pelapukan dan erosi lebih rendah dicirikan dengan nilai SMF dan VF yang relatif lebih
tinggi dibandingkan satuan litologi hasil vulkanik tua tak teruraikan (Qvu), dan satuan hasil vulkanik
muda tak teruraikan (Qyu) yang didominasi oleh lava dan breksi.
Daftar Pustaka
Anonim. 2001. Peta Rupa Bumi Skala I : 25000 Lembar Cimahi ( Lembar 1209 – 313 ) Edisi 1 .
Bakosurtanal. Bogor
...............2001. Peta Rupa Bumi Skala I : 25000 Lembar Bandung ( Lembar 1209 – 311 ). Edisi 1 .
Bakosurtanal. Bogor
..............2011. Peta Rupa Bumi Skala I : 25000 Lembar Lembang ( Lembar 1209 – 314 ) Edisi 1 .
Bakosurtanal. Bogor
Anwar, H.Z., dan Kesumadhama, S., 1991, Konstruksi Jalan di daerah Pegunungan tropis,
Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, PIT ke-20, Desember 1991, hal. 471- 481
El.Hamdouni, R., Irigaray, C., Fernandez, T., Chacón, J., Keller, E. (2007). Assessment of relative
active tectonics, southwest border of Sierra Nevada (southern Spain). Geomorphology 96:
150–173.
Hidayat,Edi.2009. Analisis morfotektonik sesar lembang, Jawa Barat. Master Theses, Institut
Teknologi Bandung. Bandung
Hirnawan, R. F., 1994, Peran faktor-faktor penentu zona berpotensi longsor di dalam mandala
geologi dan lingkungan fisiknya Jawa Barat, Majalah Ilmiah Universitas Padjadjaran, No.
2, Vol. 12, hal. 32-42.
Keller, E.A., and Pinter, N. 1996. Active Tectonic Earthquake, Uplift and Landscape, Prentice hall,
Upper saddle river, New Jersey
Koesoemadinata, R.P. & Hartono, 1981, Stratigrafi dan Sedimentasi daerah Bandung, Pros. PIT Ke X
IAGI, Jakarta, hal. 318-338.
Narulita, Ida, Arif Rahmat, dan Rizka Maria. 2008. “Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk
Menentukan Daerah Prioritas Rehabilitasi di Cekungan Bandung”. Jurnal Riset Geologi
dan Pertambangan Jilid.18, Nomer.1, Hal 23-35.
Pusat Sumber Daya Geologi.2017. Data Longsor Daerah Lembang dan Sekitarnya. Tidak
dipublikasi
Silitonga. 1973. Peta Lembar Geologi Skala 1:100000 Lembar Bandung. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi : Bandung
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, vol. I A: General Geology of
Indonesia and Adjacement Archipelagoes. Martinus Nijhoff. The Hague.
Van,Zuidam.1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorfologic
Mapping, Smith Publisher, The Haque, Amsterdam
1417
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 1. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian Skala 1: 200.000 (Berdasarkan Sebagian Peta
Geologi Skala 1 : 100.000 Lembar Bandung Oleh Silitonga, 1973)
Gambar 2. Metode perhitungan montain front sinuosity (Keller dan Pinter, 1996)
1418
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 3. Metode Perhitungan Rasio Lebar dan Tinggi Lembah (Keller dan Pinter, 1996)
Gambar 4. Peta kejadian longsor tahun 1952- 2017 yang dikorelasikan dengan peta geologi menurut
Silitonga (1973)
Sub Lmf Ls
DAS Kode (Km) (Km) Smf
Smf1_1 3,29 1,25 2,63
Smf1_2 2,47 0,74 3,34
1 Smf1_3 2,56 0,87 2,94
Smf2_1 1,88 0,78 2,41
Smf2_2 1,16 0,50 2,32
2 Smf2_3 1,22 0,40 3,05
Smf3_1 2,20 0,91 2,42
Smf3_2 1,88 0,90 2,08
3 Smf3_3 2,98 1,00 3,00
Smf4_1 0,88 0,45 1,97
4 Smf4_2 0,85 0,45 1,87
Smf4_3 1,10 0,70 1,57
Smf5_1 1,67 0,64 2,60
Smf5_2 1,30 0,48 2,72
5 Smf5_3 1,17 0,56 2,10
Smf6_1 2,16 1,80 1,20
Smf6_2 4,31 1,20 3,60
Smf6_3 2,20 1,50 1,47
Smf6_4 2,52 1,20 2,10
Smf6_5 3,52 1,80 1,96
6 Smf6_6 4,04 1,20 3,37
Smf7_1 1,30 0,78 1,68
Smf7_2 1,70 0,73 2,32
7 Smf7_3 1,60 0,75 2,12
Smf8_1 1,86 1,14 1,63
Smf8_2 2,63 1,14 2,31
8 Smf8_3 2,81 1,16 2,43
Smf9_1 3,32 0,81 4,09
Smf9_2 2,71 1,01 2,68
9 Smf9_3 4,36 1,77 2,46
Smf10_1 1,83 0,73 2,50
Smf10_2 3,13 1,10 2,85
10 Smf10_3 1,62 0,61 2,66
Rata- rata 2,44
1420
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Vf7 1662 1649 1625 40 1,31 Vf48 1100 1112 1087 17 0,89
Vf8 1937 1937 1875 72 1,16 Vf49 1237 1224 1199 56 1,78
Vf9 1737 1699 1686 33 1,03 Vf50 1074 1074 1049 18 0,72
Vf10 1662 1612 1599 14 0,37 Vf51 899 937 874 99 2,25
Vf11 1482 1400 1387 42 0,78 Vf52 999 999 974 68 2,72
Vf12 1362 1375 1324 47 1,06 Vf53 1024 1024 999 24 0,96
Vf13 1349 1362 1325 76 2,49 Vf54 1062 1062 1024 38 1,00
Vf14 1649 1662 1637 35 1,89 Vf55 1062 1074 1012 13 0,23
Vf15 1700 1687 1649 9 0,20 Vf56 1137 1124 1087 14 0,32
Vf16 1262 1262 1237 33 1,32 Vf57 1199 1237 1162 46 0,82
Vf17 1274 1248 1237 46 1,92 Vf58 1237 1249 1174 10 0,14
Vf18 1099 1100 1087 20 1,60 Vf59 1149 1187 1124 67 1,52
Vf19 1124 1137 111 181 0,18 Vf60 1274 1300 1250 64 1,73
Vf20 1287 1224 1211 63 1,42 Vf61 862 862 849 7 0,54
Vf21 1224 1224 1187 29 0,78 Vf62 912 862 849 30 0,79
Vf22 1337 1287 1274 64 1,68 Vf63 837 824 799 89 2,83
Vf23 1224 1175 1112 36 0,41 Vf64 986 887 862 95 1,28
Vf24 1162 1198 1137 44 1,02 Vf65 962 987 912 44 0,70
Vf25 1162 1162 1137 96 3,84 Vf66 1062 1062 1024 52 1,37
Vf26 1174 1174 1132 132 3,14 Vf67 1100 1112 912 18 0,09
Vf27 1199 1199 1162 92 2,49 Vf68 1212 1187 1175 44 1,80
Vf28 1225 1187 1174 72 2,25 Vf69 987 999 937 25 0,45
Vf29 1212 1250 1199 64 2,00 Vf70 1250 1224 962 10 0,04
Vf30 1325 1312 1287 28 0,89 Vf71 812 812 787 34 1,36
Vf31 1412 1412 1374 62 1,63 Vf72 912 924 874 21 0,48
Vf32 1387 1362 1337 21 0,56 Vf73 1024 1000 937 20 0,27
Vf33 1287 1312 1262 10 0,27 Vf74 1024 1024 987 15 0,41
Vf34 1424 1449 1387 13 0,26 Vf75 1075 1075 1049 40 1,54
Vf35 1687 1687 1675 54 4,50 Vf76 1124 1137 1062 10 0,15
Vf36 1599 1599 1587 43 3,58 Vf77 1149 1187 1124 37 0,84
Vf37 1487 1500 1467 5 0,19 Vf78 1100 1112 1087 17 0,89
Vf38 1287 1312 1262 10 0,27 Vf79 1237 1224 1199 56 1,78
Vf39 1237 1187 1162 188 3,76 Vf80 1074 1074 1049 18 0,72
Vf40 1462 1400 1346 90 1,06 average 1,19
Vf41 812 812 787 34 1,36
1421
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Tabel 3 Catatan Kejadian Longsor Tahun 1952- 2017 (PSG,ESDM.2017)
Position Position Tahun
Daerah Sumber
No latitude longitude Kejadian
1 06°49'46.95"S 107°41'36.19"T 1.952 Lembang PSG- ESDM
2 06°50'48.91"S 107°38'53.08"T 1.954 Cicadas PSG- ESDM
3 06°49'25.75"S 107°39'25.75"T 1.967 Lembang PSG- ESDM
4 06°49'29.02"S 107°36'49.23"T 1.968 Lembang PSG- ESDM
5 06°48'33.58"S 107°37'18.58"T 1.980 Lembang PSG- ESDM
6 06°48'22.70"S 107°38'06.48"T 1.981 Lembang PSG- ESDM
Gudang
06°49'51.84"S 107°36'05.21"T 1.983 PSG- ESDM
7 Kahuripan
8 06°49'29.02"S 107°36'49.23"T 1.968 Cikahuripan PSG- ESDM
9 06°51'48.78"S 107°37'06.86"T 2.009 Ciumbuleuit PSG- ESDM
10 06°49'46.95"S 107°41'36.19"T 1.952 Lembang PSG- ESDM
11 06°49'21.70"S 107°40'16.14"T 2.011 Cibodas PSG- ESDM
12 06°47'18.10"S 107°38'21.62"T 2.011 Cikole PSG- ESDM
13 06°49'53.10"S 107°42'05.76"T 2.012 Suntenjaya PSG- ESDM
14 06°48'48.5"S 107°42'48.1"T 2.017 Maribaya Survay
15 06°51'09.0"S 107°37'26.4"T 2.016 Ciumbuleuit Survay
1422