DEXTRA
Diajukan untuk memenuhi tugas responsi kepaniteraan di Bagian Ilmu Penyakit
Dalam
Disusun oleh :
Tara Titian
4151171479
Pembimbing:
Yudith Yunia K, dr., M.Kes, SpPD
A. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
b. Keadaan sirkulasi
Tekanan darah kanan : 110/80 mmHg
Tekanan darah kiri : 110/80 mmHg
Nadi kanan : 88x/menit, regular, equal, isi cukup
Nadi kiri : 88x/menit, regular, equal, isi cukup
Suhu : 37,7C
Sianosis : Tidak ada
Keringat dingin : Tidak ada
c. Keadaan pernafasan
Tipe : Thorakoabdominal
Frekwensi : 19 x/ menit
Corak : normal
Hawa/bau napas : tidak ada kelainan
5
Bunyi nafas : Tidak ada
PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Kepala
1. Tengkorak
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada kelainan
2. Muka
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada kelainan
3. Mata
Letak : Simetris
Kelopak Mata : Tidak ada kelainan
Kornea : Jernih
Refleks Kornea :+/+
Pupil : Simetris, bulat, isokor
Reaksi Konvergensi : + / +
Lensa mata : Jernih +/+
Sklera : Ikterik -/-
Konjungtiva : Anemis -/-
Iris : Tidak ada kelainan
Pergerakan : Normal ke segala arah
Reaksi Cahaya : Direk + / +, Indirek +/+
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Telinga
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada kelainan
Pendengaran : Tidak ada kelainan
5. Hidung
Inspeksi : Epistaksis -/-
6
Sumbatan : Tidak ada
Ingus : Tidak ada
6. Bibir
Sianosis : Tidak ada
Kheilitis : Tidak ada
Stomatitis angularis : Tidak ada
Rhagaden : Tidak ada
Perleche : Tidak ada
7. Gigi dan gusi
8 7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7 8
Gusi : tidak ada kelainan
8. Lidah
- Besar : Normal
- Bentuk : Tidak ada kelainan
- Pergerakan : Tidak ada kelainan
- Permukaan : Basah
9. Rongga Mulut
- Hiperemis : Tidak ada
- Lichen : Tidak ada
- Aphtea : Tidak ada
- Bercak : Tidak ada
10.Rongga leher
- Selaput lendir : Tidak ada kelainan
- Dinding belakang pharynx : Tidak hiperemis
- Tonsil : T1 – T1 tenang
b. Leher
-Inspeksi
Trachea : Tidak ada deviasi
Kelenjar Tiroid : Tidak terlihat pembesaran
Pembesaran vena : Tidak ada
7
Pulsasi vena leher : Tidak ada
-Palpasi
· Kel. Getah bening : Tidak teraba membesar
· Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
· Tumor : Tidak ada
· Otot leher : Tidak ada kelainan
· Kaku kuduk : Tidak ada
· Tekanan vena jugular : 5 + 2 cm H2O
· Hepato Jugular refluks : Negatif
c. Ketiak
-Inspeksi
· Rambut ketiak : Tidak ada kelainan
· Tumor : Tidak ada
-Palpasi
· Kel. Getah bening : Tidak teraba membesar
· Tumor : Tidak ada
d. Pemeriksaan thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
- Bentuk umum : Simetris
- Sela iga : Tidak melebar ,tidak menyempit
- Sudut epigastrium : <90
- Ø Frontal & Sagital : Ø Frontal < Ø Sagital
- Pergerakan : Simetris
- Muskulatur : Tidak ada kelainan
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Tumor : Tidak ada
- Ictus cordis : Tidak terlihat
- Pulsasi lain : Tidak ada
- Pelebaran vena : Tidak ada
8
2. Palpasi
- Kulit : Tidak ada kelaian
- Muskulatur : Tidak ada kelainan
- Mammae : Tidak ada kelainan
- Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit
- Paru kanan kiri
Pergerakan : Simetris Simetris
Vocal fremitus : normal normal
- Ictus cordis : Teraba
· Lokalisasi : ICS V linea midclavicularis sinistra
· Intensitas : Normal
· Pelebaran : Tidak ada
· Thrill : Tidak ada
3. Perkusi
- Paru kanan kiri
· Suara perkusi : Sonor Sonor
· Batas paru hepar : ICS V linea midclavicularis dextra
· Peranjakan : 1 sela iga
- Jantung
Batas Kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
4. Auskultasi
- Paru-paru Kanan Kiri
Suara pernafasan pokok : Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan : Wheezing - Wheezing -
Ronkhi - Ronkhi-
Vocal resonansi : Normal Normal
- Jantung
· Irama : Regular
· bunyi jantung pokok : M1 > M2 P1 < P2
9
T1 > T2 A1 < A2 A2>P2
· Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
· Bising jantung : Tidak ada
· Bising gesek jantung : Tidak ada
Thorax belakang
1. Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Pergerakan : Simetris
- Kulit : tidak ada kelainan
- Muskulatur : Tidak ada kelainan
2. Palpasi kanan kiri
- Muskulatur : tidak ada kelainan tidak ada kelainan
- Sela iga : tidak ada kelainan tidak ada kelainan
- Vocal fremitus : normal normal
3. Perkusi kanan kiri
- Perkusi : Sonor Sonor
- Batas bawah : vertebra Th. X vertebra Th. XI
- Peranjakan : 1 sela iga
4. Auskultasi kanan kiri
- Suara pernapasan : Vesikuler Vesikuler
- Suara tambahan : Wheezing - wheezing -
Ronkhi - Ronkhi -
- Vocal resonansi : normal normal
e. Abdomen
1. Inspeksi
Bentuk : Datar
Otot dinding perut : Tidak ada kelainan
Kulit : Tidak ada kelainan
Umbilikus : menjorok kedalam
10
Pergerakan usus : Tidak terlihat
Pulsasi : Tidak ada
Venektasi : Tidak ada
2. Auskultasi
- Bising usus : Ada, normal (+)
- Bruit : Tidak ada
- Lain – lain : Tidak ada kelainan
3. Perkusi
Suara perkusi : Tympani
Ascites : Tidak ada
Pekak samping :-
Pekak pindah :-
Fluid wave :-
4. Palpasi
- Dinding perut : Lembut
- Nyeri tekan lokal : Tidak ada
- Nyeri tekan difus : Tidak ada
- Nyeri lepas : Tidak ada
- Defance musculair : Tidak ada
- Hepar :
· Besar : Tidak teraba
· Konsistensi :-
· Permukaan :-
· Tepi :-
· Nyeri tekan :-
- Lien :Tidak teraba, Ruang Traube kosong
· Pembesaran : -
· Kosistensi : -
· Permukaan : -
· Insisura : -
· Nyeri tekan : -
11
- Tumor/massa : Tidak teraba
- Ginjal : Tidak teraba, Ballotement ginjal: -/-
f. CVA(Costo vertebral angel) : Nyeri ketok +/ -
g. Lipat paha
1. Inspeksi
- Tumor : Tidak ada
- Kel. Getah bening : Tidak teraba pembesaran
- Hernia : Tidak ada
2. Palpasi
- Tumor : Tidak ada
- Kel. Getah bening : Tidak teraba pembesaran
- Hernia : Tidak ada
- Pulsasi A. Femoralis : Tidak ada
3. Auskultasi
- A. Femoralis : Ada
h. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
i. Sacrum : Tidak ada kelainan
j. Rectum & anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
k. Ekstremitas ( anggota gerak ) atas bawah
1. Inspeksi
- Bentuk : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Pergerakan : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Kulit : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Otot – otot : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Edema : Tidak ada Tidak ada
- Clubbing finger : Tidak ada Tidak ada
- Palmar eritem : Tidak ada Tidak ada
2. Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada Tidak ada
Tumor : Tidak ada Tidak ada
Edema : Tidak ada Tidak ada
12
Pulsasi arteri : A.Radialis+/+ A.dorsalis pedis -/+
l. Sendi-sendi
Inspeksi
- Kelainan bentuk : Tidak ada
- Tanda radang : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada kelainan
Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak Ada
- Fluktuasi : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada kelainan
m. Neurologik
Refleks fisiologis
KPR : +/+
APR : +/+
Refleks patologis : -/-
Rangsang meningen : Tidak ada
Sensorik :+/+
Motorik : 5 5
5 5
13
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah Rutin
- Hb : 12,8 gr%
- Leukosit : 15.800 /uL
- Eritrosit : 4,3 x 106/uL
- Hematokrit : 37,0 %
- Trombosit : 167.000/mm3
· Basofil :0%
· Eosinofil :1%
· Neutrofil Segmen : 51,8 %
· Limfosit : 31.7 %
· Monosit : 16.5 %
b. Urine Rutin
• URINE
Makroskopis:
• Warna: Kuning Keruh
• Berat Jenis: 1020
• pH: 6.0
Kimiawi:
• Protein : +2
• Glukosa : Negatif
• Bilirubin : Negatif
• Urobilinogen : 0,2
• Keton Urin : negative
• Darah samar : +2
• Nitrit : Positif
Sedimen Urin:
• Lekosit : 8-10/LPB
• Eritrosit : 10-15/LPB
14
• Epitel : 5-8
• Silinder : negative
- RESUME
Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan :
Seorang wanita berusia 37 tahun, sudah menikah datang dengan keluhan
adanya nyeri pada bagian pinggang kanan sejak kurang lebih 4 hari yang lalu.
Keluhan nyeri pinggang kanan dirasakan terus menerus. Keluhan nyeri pinggang
kanan disertai adanya mual namun tidak disertai muntah sebanyak 1x berisi
makanan.
Sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien memiliki keluhan nyeri saat
BAK, BAK menjadi lebih sering tetapi setiap BAK hanya keluar sedikit-sedikit dan
adanya nyeri perut bagian bawah, sehingga mengganggu tidur pasien karena sering
tiba tiba ingin BAK saat malam hari tetapi tidak keluar, pasien sudah berobat ke
klinik dokter umum dan oleh dokter tersebut didiagnosis mengalami infeksi saluran
kemih dan setelah berobat keluhan membaik.
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki kebiasaan
banyak duduk dan jarang meminum air putih. Pasien juga mengaku sering menahan
saat merasa ingin BAK.
Riwayat adanya benturan di pinggang kanan tidak ada. Riwayat bekerja
berat dan suka mengangkat beban berat dalam kegiatan sehari hari tidak ada.
Riwayat adanya kelainan kulit di daerah pinggang tidak ada. Nyeri melilit di
pinggang kanan yang menyebar ke pangkal paha tidak ada. Riwayat BAK keluar
batu tidak ada. Riwayat BAK berdarah tidak ada.
15
Suhu : 38,5 oC
Sianosis : Tidak ada
Keringat dingin : Tidak ada
V. DIAGNOSIS KERJA
Pyelonefritis Akut Simpleks Dextra
VII. PENGOBATAN
Non-Farmakologi :
16
2. Istirahat
3. Edukasi tentang Pyelonefritis Akut
4. Banyak minum air putih
5. Edukasi cara cebok yang baik
6. Jangan menahan kencing
Farmakologi :
1. Ciprofloxacin 2x500 mg, selama 7 hari
2. Paracetamol 3x500 mg
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
DISKUSI
Diskusi keterangan umum
"Seorang wanita berumur 37 tahun, sudah menikah"
Secara epidemiologi penyakit ISK lebih banyak mengenai perempuan karena pada
perempuan jarak antara urethra dan anus dekat. Pasien yang sudah menikah dan
aktif berhubungan seksual merupakan salah satu faktor risiko ISK.
17
Diskusi Anamnesa khusus
“Pasien juga mengeluhkan adanya demam sejak 8 hari yang lalu, keluhan
demam dirasakan terus menerus dan meningkat perlahan terutama pada malam
hari. Keluhan disertai adanya dengan adanya nyeri kepala bagian depan, nyeri
perut, nyeri otot, mual tetapi tidak disertai dengan muntah, dan BAB cair sebanyak
2x/hari.”
Pada pasien terdapat tanda dan gejala dari demam tifoid, yaitu adanya demam lebih
dari 7 hari dengan pola semakin hari semakin meningkat terutama pada malam hari,
disertai nyeri kepala bagian depan dan terdapat gejala saluran cerna.
“Sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien memiliki keluhan nyeri saat
BAK, BAK menjadi lebih sering tetapi setiap BAK hanya keluar sedikit-sedikit dan
adanya nyeri perut bagian bawah, sehingga mengganggu tidur pasien karena
sering tiba tiba ingin BAK saat malam hari tetapi tidak keluar, pasien sudah
berobat ke klinik dokter umum dan oleh dokter tersebut didiagnosis mengalami
infeksi saluran kemih dan setelah berobat keluhan membaik.”
Keluhan tersebut menunjukkan adanya tanda dan gejala ISK bagian bawah. Adanya
riwayat ISK bagian bawah dapat menjadi faktor risiko terjadinya ISK atas karena
terjadi ascending infection.
“ Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki kebiasaan banyak
duduk dan jarang meminum air putih. Pasien juga mengaku sering menahan saat
merasa ingin BAK.”
Keterangan diatas menunjukkan adanya faktor risiko terjadinya ISK pada pasien.
Pasien sering menahan BAK, sehingga kandung kemih pasien penuh dengan urin
dan ini merupakan media pertumbuhan yang baik untuk berkembangbiaknya
bakteri. Pasien juga jarang minum air putih, sehingga menurunkan mekanisme
flushing uretra dan memudahkan terjadi nya infeksi.
18
“Riwayat bekerja berat dan suka mengangkat beban berat dalam kegiatan sehari
hari tidak ada.”
Keterangan ini menyingkirkan myalgia.
“Nyeri melilit di pinggang kanan yang menyebar ke pangkal paha tidak ada.
Riwayat BAK keluar batu tidak ada. Riwayat BAK berdarah tidak ada.”
Keterangan ini menyingkirkan adanya batu di saluran kemih.
“Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis. Pasien masih mengalami
haid dan saat ini sedang tidak hamil.”
Keterangan ini untuk menentukan klasifikasi dari ISK yang dapat memengaruhi
prognosis pada pasien.
19
Pada pemeriksaan fisik lebih lanjut, didapatkan adanya nyeri ketok CVA +/-. Nyeri
ketok CVA kanan positif menunjukkan adanya inflamasi pada ginjal sebelah kanan.
Pada pemeriksaan Laboratorium didapatkan :
1. Darah rutin : leukositosis. Leukositosis menunjukkan adanya infeksi sistemik.
Diskusi diagnosa
Pyelonefritis Akut Simpleks Dekstra. Diagnosis ini ditegakkan karena pada pasien
terdapat keluhan nyeri pinggang sebelah kanan, disertai panas badan, menggigil,
mual, dan muntah. Pada pasien ini juga tidak didapatkan riwayat penyakit kencing
manis dan pasien tidak sedang hamil, serta masih mengalami haid, sehingga dapat
dimasukkan kedalam klasifikasi pyelonefritis simpleks. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri ketok CVA +/-. Pada pemeriksaan lab darah rutin didapatkan
leukositosis dan urin rutin didapatkan protein+2 dan nitrit + yang menandakan
adanya infeksi pada saluran kemih.
Diskusi Pengobatan
Non farmakologi:
1. Edukasi kepada pasien mengenai pyelonefritis akut.
2. Minum banyak air putih, untuk meningkatkan mekanisme
flushing uretra sehingga dapat menurunkan terjadi nya
infeksi saluran kemih.
20
3. Tidak menahan BAK, agar kandung kemih tidak penuh
dengan urin sehingga tidak menjadi media bakteri untuk
berkembang biak.
Farmakologi:
1. Ciprofloxacin 2x500 mg
Antibiotik first line therapy Gol. Florokuinolon
Mekanisme kerja:
Menghambat topoisomerase II (DNA Gyrase) dan topoisomerase IV yang
diperlukan oleh bakteri untuk replikasi DNA. Obat ini membentuk ikatan kompleks
dengan masing-maisng enzim dan DNA bakteri. Hambatan ini menghasilkan efek
sitotoksik dalam sel target.
Diskusi Prognosis
Quo ad vitam dubia ad bonam karena pyelonefritis akut tidak dapat menyebabkan
kematian apabila diobati dengan baik dan tidak sampai menimbulkan komplikasi
yang berat. Quo ad functionam ad bonam karena pada pyelonefritis simpleks tidak
menimbulkan sekuele dan kerusakan yang permanen.
21
TAMBAHAN TATALAKSANA
Non farmakologi
1. Istirahat
2. Edukasi tentang Pyelonefritis Akut
3. Banyak minum air putih
4. Edukasi cara cebok yang baik
5. Jangan menahan kencing
22
TINJAUAN PUSTAKA
B.Patofisiologi
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme
atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembangbiak di dalam media urin. Mikroorganisme
memasuki saluran kemih melalui 4 cara, antara lain ascending, hematogen
limfogen, langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara
ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis,
kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui
uretra – prostat – vas deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter dan sampai ke
ginjal.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari
kedua cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi :
a.Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahantubuh yang
rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang
mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul
akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal
bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel,
atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus
23
sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen. Walaupun
jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang
berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.
b.Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu : Kolonisasi
mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina Masuknya
mikroorganisme ke dalam buli-buli
Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih Naiknya
mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal. Masuknya kuman secara ascending
ke dalam saluran kemih, kolonisasi kuman di sekitar uretra, masuknya kumen
melaui uretra ke buli-buli, penempelan kuman pada dinding buli- buli, masuknya
kumen melaui ureter ke ginjal. Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya
gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen)
sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini
disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena
virulensi agent yang meningkat.
a.Faktor host
24
Adanya zat antibakterial pada kelenjar prostat ata PAF (Prostatic
Antibacterial Factor) yang terdiri dari unsur Zn uromukoid (protein tamn- Horsfall)
yang menghambat penempelan bakteri pada urotelium
Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme
wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang
ada di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah
sekali untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Agar aliran urin adekuat
dan mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika jumlah urin cukup dan tidak
ada hambatan didalam saluran kemih.
Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin
yang tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.
Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme
wash out adalah adanya :
Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan
kencing, obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih
yang tidak dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya
dilatasi atau refluk sistem urinaria.
Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada
dipermukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang
mempunyai virulensi berbeda, yaitu tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada
sistitis dan tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.
25
C.Komplikasi
Nekrosis papila ginjal sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada
area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada
penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
Fionefrosis terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat
sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks
mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas
ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai
dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut),
hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme
pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu)
D.Penatalaksanaan
Non farmakologi
6. Istirahat
7. Edukasi tentang Pyelonefritis Akut
8. Banyak minum air putih
9. Edukasi cara cebok yang baik
10. Jangan menahan kencing
26
Menghambat topoisomerase II (DNA Gyrase) dan topoisomerase IV yang diperlukan
oleh bakteri untuk replikasi DNA. Obat ini membentuk ikatan kompleks dengan masing-
maisng enzim dan DNA bakteri. Hambatan ini menghasilkan efek sitotoksik dalam sel
target.
Dosis: Ciprofloxacin 2 x 500 mg
E.Prognosis
Quo ad vitam dubia ad bonam karena pyelonefritis akut tidak dapat
menyebabkan kematian apabila diobati dengan baik dan tidak sampai menimbulkan
komplikasi yang berat. Quo ad functionam ad bonam karena pada pyelonefritis
simpleks tidak menimbulkan sekuele dan kerusakan yang permanen
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukandar, Enday. 2013. Buku ajar nefrologi klinik edisi IV. Bandung. Pusat
Informasi ilmiah departemen ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran
unpad/RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.
2.Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2001
28