Anda di halaman 1dari 9

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Analisa Lokasi

Kesehatan merupakan hak asasi bagi semua manusia, investasi sumber daya manusia,
dan memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh
karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat. Keadaan gizi yang baik mejadi
prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi
terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa
dan usia lanjut (Depkes RI 2007).
Masalah gizi masyarakat masih memerlukan perhatian, hal ini diketahui dari masih
tingginya status gizi kurang pada balita (28%), Kurang vitamin A 50% (kadar Vit A dalam
serum kurang dari 20mcg/dl), Anemia Gizi Besi berkisar 50% dari berbagai kelompok umur,
dan Gangguan Akibat kekurangan Yodium berdasarkan Total Goitre Rate (TGR) 9,8%. Selain
itu masalah gizi Indonesia terutama pada balita mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
yaitu masalah stunting atau pendek pada balita. Prevalensi pada balita stunting secara
nasional mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2013 yaitu 36.5% menjadi 37.2%.
(Kemenkes 2013). Prevalensi provinsi Riau sebesar 29% dan data Kabupaten Kampar pada
tahun 2016 yaitu 16.71% (Dinkes Kabupaten Kampar 2017). Jika dilihat di Kecamatan XIII
Koto Kampar prevalensi balita stunting mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke tahun
2016 yaitu sebesar 29% menjadi 35%. Penyebab utama lamanya penurunan prevalensi,
karena rendahnya kasadaran masyarakat terhadap upaya perbaikan gizi.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan
menetapkan 4 (empat) sasaran pembangunan kesehatan yaitu 1) Menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat; 2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas; 3) Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan
informasi kesehatan, dan 4) Meningkatkan pembiayaan kesehatan. Selanjutnya dari empat
strategi utama tersebut Menteri Kesehatan telah metapkan 17 sasaran prioritas, satu
diantaranya adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), sebagai
komponen Desa Siaga.. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang
baik yang dicirikan minimal dengan: 1) Menimbang berat badan secara teratur, 2)
memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eklusif), 3) Makan
beraneka ragam, 4) menggunakan garam beryodium dan 5) Minum suplemen gizi (Tablet
tambah darah, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran.
Desa Koto Tuo merupakan salah satu desa dari 8 (delapan) desa yang termasuk ke dalam
daerah genangan PLTA Koto Panjang . Batas-batas wilayah desa Koto Tuo yaitu sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Pangkalan Kabupaten Lima Puluh Koto Propinsi Sumatera Barat, sebelah Barat
berbatasan dengan desa Koto Tuo Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Binamang. Desa
Koto Tuo terdiri dari 4 (empat) dusun antara lain Dusun I Koto nan Sabar, Dusun II Pasar, Dusun III
Kampung Balai Pasar, Dusun IV Kampung Balai Pasar. Jarak antara Desa Koto dengan pusat
perekonomain (kota) di sekitarnya meliputi Jarak dengan ibukota kecamatan 7 km, Jarak dengan
ibukota kabupaten 50 km, Jarak dengan ibukota propinsi 120 km.

Desa Koto Tuo memiliki luas 16.000 Ha. Lahan terdiri dari Permukiman, Fasilitas Umum,
Sekolah, Ladang/Tegalan, Perkebunan, Hutan, dan Perikanan. Desa Koto Tuo bergerak disektor
perkebunan. Beberapa komoditas utama yang dikembangkan adalah Karet, dan Sawit. Dengan
demikian Desa Koto Tuo dapat juga digolongkan kepada tipe Desa Perkebunan. Jika dilihat dari
potensi pertanian. Desa koto Tuo memiliki pertanian seperti padi, bayam, kacang panjang, jagung, dan
semangka. Tetapi masih banyak lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Sektor perekonomian
potensial adalah budidaya perikanan kolam. Hal ini didukung oleh keadaan alam, dimana di desa ini
terdapat beberapa sumber air berupa anak sungai dan lahan irigasi sederhana yang dikembangkan
secara swadaya oleh masyarakat. Beberapa jenis ikan yang dibudidayakan antara lain patin, lele, nila
dan bawal. Tetapi pemnafaatan belum optimal untuk konsumsi masyarakat.
Koto Tuo merupakan daerah pindahan Penduduk Desa Koto Tuo (lama) yang wilayah desa
(lama) termasuk wilayah genangan PLTA Koto Panjang . sebahagian besar masyarakat masih
menggunakan rumah pembagian atau jatah pemindahan PLTA Koto Panjang. Sehingga kebanyakan
rumah penduduk masih terbuat dari papan . selain itu kondisi rumah penduduk pada umumnya dalam
keadaan kurang baik (tidak layak huni) meskipun sebahagian kecil diantaranya telah dibangun dan
dikembangkan menjadi rumah permanen (semen).

Desa ini akan diprioritaskan dalam pengembangan desa Bina Gizi dengan tujuan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sehingga diharapkan para anggota keluarga
mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Desa Koto Tuo
memiliki jumlah penduduk sebanyak 4245 jiwa, terdiri dari 861 kepala keluarga (KK) dengan
jumlah balita lebih kurang 200 jiwa. Rata-rata kepala keluarga memiliki pekerjaan Petani
memiliki mata pencaharian sebagian besar di bidang perkebunan, pertanian, dan perikanan.
Jika dilihat dari tingkat kesejahteraan penduduk sebagian besar (545 KK) termasuk sejahtera
KI1. Sarana Kesehatan di Desa Koto Tuo hanya terdapat satu buah sarana kesehatan berupa
Puskesmas Pembantu dengan pelayanan dan fasilitas yang terbatas. Umumnya masyarakat
menggunakan pelayanan Puskesmas Kecamatan yang terdapat di Desa Gunug Bungsu. Selain itu ,
Desa Koto Tuo memiliki dua Pos pelayanan terpadu (Posyandu), untuk sementara kegiatan Posyandu
masih menggunakan Fasilitas kantor Desa. Nama posyandu di Desa Koto Tuo adalah Posyandu Salasi
1 dan posyandu Salasi 2. Di dua posyandu terdapat 5 orang kader dan 1 bidan desa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kader, rata-rata pendidikan kader tamatan SMP,
kurang memperoleh pelatihan atau penyuluhan terkait kesehatan. Selain itu sarana dan
prasarana yang terdapat diposyandu masih terbatas dan bagunan yang belum layak. Jika
dilihat data dari posyandu hanya sebagian kecil (<70%) ibu yang datang ke posyandu untuk
menimbang berat badan anak setiap bulannya, lebih kurang 50% yang hanya memberikan
ASI eksklusif, ketersediaan makanan kurang beragam, jika dilihat dari perkarangan rumah
masih tersedianya lahan yang luas untuk bercocok tanam sebagai kebun gizi dalam
penyediaan bahan pangan. Rendahnya partisipasi ibu hamil yang datang ke posyandu dan
rendahnya ibu hamil yang mengonsumsi tablet tambah darah, rendahnya konsumsi Vitamin A
pada balita. Masih tingginya status gizi kurang pada balita (26%), balita stunting 35%,
Anemia Gizi Besi berkisar 40% dari berbagai kelompok umur, dan Gangguan Akibat
kekurangan Yodium.
Berdasarkan permasalahan diatas, Universitas Pahlawan terpanggil untuk melakukan
kegiatan yang dapat memperbaiki situasi lingkungan dan situasi gizi untuk peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di Desa Koto Tuo Kecamatan XIII Koto Kampar,
Kabupaten Kampar melalui peningkatan Kadarzi (melalui penyuluhan, pelatihan, praktek,
dan pengadaan sarana dan prasana penunjang) mulai dari tingkat posyandu. Diharapkan
meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan tenaga kesehatan dan masyarakat
khususnya ibu rumah tangga dan usaha-usaha perbaikan kesehatan lingkungan, maka dapat
berdampak pada menurunnya kejadian penyakit dan meningkatnya perbaikan status gizi
masyarakat.

1.2 Urgensi Penelitian

Mengacu kepada analisa situasi, urgensi pada pengabdian masyarakat ini berdasarkan
pengamatan di Desa Koto Tuo Sarana Kesehatan di Desa Koto Tuo hanya terdapat satu buah sarana
kesehatan berupa Puskesmas Pembantu dengan pelayanan dan fasilitas yang terbatas, posyandu yang
tidak memadai, rendahnya pendidikan, jaranngnya pelatihan atau penyuluhan terkait
kesehatan pada tenaga kesehatan, terbatasnya sarana dan prasarana diposyandu, rendahnya
kunjungan ibu dan balita ke posyandu, rendahnya pemberian ASI eksklusif, kurangnya
ketersediaan makanan beragam, rendahnya ibu hamil yang mengonsumsi tablet tambah
darah, rendahnya konsumsi Vitamin A pada balita. Masih tingginya status gizi kurang pada
balita balita stunting 35%, dan Gangguan Akibat kekurangan Yodium. Sumber penyebab
terjadinya permasahan yang dihadapi oleh masyarakat desa Koto Tuo adalah masih
rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya gizi dalam mewujudkan hidup sehat.
Jika dilihat dari potensi alam yaitu masih banyaknya lahan kosong yang belum dimanfaatkan,
padahala bisa digunakan sebagai kebun gizi untuk penyediaan pangan tingkat rumah tangga.
Dengan penerapan desa bina gizi diharapkan dapat menjawab permasalahan dan
menemukan solusi untuk percepatan pencapaian status gizi yang baik dan kondisi kesehatan
keluarga. Adapun penerapan desa bina gizi yang akan diaplikasikan dapat menyentuh
keinginan upaya mana yang tepat untuk tindakannya, karena masyarakat setempat lebih
mengenal situasi dan cara yang paling tepat untuk menjaga kesinambungan.
BAB III METODE PELAKSANAAN

Solusi yang ditawarkan kepada mitra untuk mengatasi adalah sebagai berikut:

Tahun I

1. Perbaikan sarana dan Prasarana posyandu


Sarana prasarana yang dimiliki posyandu di desa Koto Tua yang belum memadai dan
tidak lengkap. Kegiatan pengabdian masyarakat ini akan melakukan perbaikan gedung
posyandu dan melengkapi peralatan penunjang kegiatan posyandu seperti timbangan
berat badan bayi, balita, dan ibu hamil; microtoice; alat ukur lemak; Hb Sahli, Gluko DR,
poster, flipchart, booklet, food mode serta peralatan penunjang seperti kipas angin, dan
permainaan anak. Pengadaan alat-alat posyandu akan dilakukan secara bertahap pada
tahun pertama.

2. Penataan Ruang Posyandu


Ruang posyandu harus di buat senyaman mungkin, tidak harus mewah tapi rapi dan
tertata dengan baik sesuai dengan SOP posyandu. Dalam kegiatan pengabdian
masyarakat akan dilengkapi dan disusun dengan rapi sistem lima meja, dilengkapi poster-
poster yang informatif mengenai perkembangan bayi, balita, ibu hamil, dan lansia serta
informasi kesehatan lainnya. Ruang posyandu juga akan dilengkapi dengan permainan
edukatif, hal ini untuk merangsang perkembangan motorik anak, sambil menunggu
giliran menimbang maka balita dapat bermain di arena yang disediakan. Penataan ruang
posyandu akan dilakukan selama kegiatan pengabdian masyarakat secara bertahap pada
tahun pertama.
3. Pelatihan Pengelolaan Posyandu (1 kali)
Pelatihan pengelolaan posyandu dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada
bidan desa dan kader posyandu. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
dan simulasi dalam mengelola posyandu seperti : penyempurnaan
struktur organisasi posyandu, pencatatan pada Kartu Menuju Sehat (KMS),
pelaporan kegiatan posyandu kepada Puskesmas, dan penerapan posyandu 5
meja (pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS, konseling/penyuluhan,
pelayanan kesehatan). Pelatihan dilakukan oleh tim peneliti, sebanyak 1 kali, dengan
metode ceramah dan praktek langsung dengan peserta. Alat peraga yang akan digunakan
berupa PPT, poster, KMS.

4. Pelatihan Pengukuran status gizi/ antropometri


Kegiatan posyandu pada meja kedua adalah penimbangan. Dalam melakukan pengukuran
diperlukan ketelitian dan ketepatan karena hasilnya m e n e n t u k a n apakah bayi, balita,
dan ibu hamil, lansia dalam kondisi sehat. Oleh karena itu, kader harus mempunyai
keterampilan mengenai pengukuran antropometri seperti menimbang bayi, dan balita.
Pengukuran lingkar lengan atas bagi bayi dan ibu hamil. Pengukuran panjang badan bagi
bayi, dan tinggi badan bagi balita. Pelatihan pengukuran status gizi dengan metode
antropometri akan dilakukan 1 kali pada tahun perama dengan metode ceramah dan
diskusi serta praktik langsung. Pelatihan dilakukan oleh tim peneliti dengan membawa
alat-lat peraga untuk pengukuran status gizi dengan metode antropometri.

5. Pelatihan/ penyuluhan tentang desa bina gizi untuk mencapai keluarga sadargizi
(KADARZI)
Pelatihan ini meliputi 5 indikator yaitu:
a. Menimbang berat badan secara teratur,
b. memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eklusif),
c. Makan beraneka ragam,
d. menggunakan garam beryodium dan
e. Minum suplemen gizi (Tablet tambah darah, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai
anjuran
Kegiatan pelatihan ini akan dilakukan oleh tim peneliti dengan tema KADARZI
meliputi 5 indikator di atas. Metode pelaksanaaan ceramah, diskusi kelompok, dan
praktek langsung. Dengan responden kegiatan ini meliputi bidan desa, kader, ibu balita,
dan ibu hamil yang ada di desa koto tuo. Alat peraga yang akan digunakan berupa PPT,
Poster, Vidio. Kegiatan ini akan dilakukan selama 5 kali.
6. Pelatihan konseling pada bidan dan kader
Kegiatan posyandu pada meja keempat adalah pemberian konseling secara
individual atau penyuluhan secara berkelompok. Pada pelatihan ini selain
diberikan materi mengenai teknik konseling/penyuluhan juga diadakan
roleplay (simulasi) sehingga dapat terlihat keterampilan kader mitra dalam
memberikan konseling/penyuluhan. Penyuluhan ini dilakukan 1 kali pada tahun pertama
dengan peserta bidan desa dan kader. Pelatihan akan diberkan oleh tim peneliti, dengan
metode ceramah, diskusi dan praktek secara langsung. Alat peraga yang akan digunakan
PPT, Vidio, Poster, dan alat penunjang lainnya food model.
7. Penyuluhan untuk ibu hamil
Ibu hamil di desa Koto tuo jarang memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan baik
bidan ataupun dokter. Ibu hamil lebih suka memeriksa kehamilan ke dukun/tukang urut.
Penyuluhan untuk ibu hamil dilakukan oleh tim peneliti, dengan tema penyuluhan gizi
seimbang pada ibu hamil dilakukan 1 kali, metode dilakukan dengan metode ceramah,
diskusi. Peserta kader dan ibu hamil yang ada di Desa Koto Tuo.
8. Pelatihan pembuatan makanan tambahan (PMT) bagi bayi dan balita (2 kali)
Pemberian makanan tambahan (PMT) merupakan kegiatan rutin dalam posyandu.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang makanan yang sesuai untuk
bayi dan balita. Pembuatan PMT terutama berasal dari bahan makanan lokal yang
mudah diperoleh di wilayah setempat. Pelaksanaan akan dilakukan 2 kali selama tahun
pertama pelaksanaan pengabdian. Pelatihan akan dilaksanakan oleh tim peneliti dengan
pembuatan PMT lokal seperti mie, nugget, bakso, dll. Peserta yang mengikuti ibu-ibu
pkk, kader, dan ibu balita yang ada di Desa Koto Tuo
9. Pembuatan Modul dan Video, serta Buku Saku untuk kader dan Ibu Balita
Pembuatan media posyandu ini bertujuan untuk memudahkan kader posyandu untuk
melakukan tugasnya. Modul pengelolaan posyandu berisikan tentang materi-materi
pelatihan yang diberikan selama program pengabdian ini yang menunjang
berlangsungnya posyandu. Seperti pencatatan KMS, Pembuatan laporan kegiatan
posyandu, pengukuran antropometri, cara membuat PMT, dan beberapa materi kesehatan
seperti penanganan diare, gizi seimbang, demam berdarah. Selain berisi teori modul juga
dilengkapi gambar sehingga kader lebih mudah memahami. Buku saku kader
berisi tentang pelaksanaan teknis kegiatan posyandu, tugas-tugas yang harus dilakukan
kader posyandu. Pelaksananan akan dilakukan secara bertahap pada tahun pertama.
Pelaksanakan akan didampingi oleh tim peneliti.
10. Pembuatan Kebun Gizi
Pembuatan kebun gizi bertujuan untuk penyediaan makanan rumah tangga, tamanan
seperti sayur-sayuran, oabat-obatan, dan buah-buahan hasil dapat digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan anggota keluarga. Pembuatan kebun gizi akan dibuat untuk dua
posyandu, kegiatan ini akan dimulai pada tahun pertama secara bertahap. Alat dan bahan
yang digunakan akan disediakan oleh tim peneliti. Bahan yang digunakan seperti bibit,
pupuk, dan obat-obatan lainnya; dan alat-alat seperti cangkul, parang, dan lain-lain.
11. Program Balita Sehat
Program balita sehat bertujuan untuk menarik minat masyarakat untuk datang ke
posyandu. Program balita sehat yang akan dilakukan adalah lomba balita sehat, bagi
anak yang tidak naik timbangannya kemudian naik pada bulan berikutnya diberikan
reward/penghargaan. Program balita sehat akan dilakukan 1 kali pada tahun pertama.
Indikator yang akan dinilai pada balita yaitu status gizi, tingkta kepintaran motorik, dan
kelincahan.
Solusi Tahun 2
1. Pemeriksaan status gizi anak usia sekolah dasar
2. Penyuluhan tentang gizi seimbang anak sekolah dasar
3. Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usi sekolah dasar
4. Demonstrasi tentang makanan sehat dan bergizi pada anak usia sekolah dasar
5. Penyuluhan dan pelatihan pada aparatur Desa
6. Pelatihan pada tenaga kesehatan yang ada di puskesmas pembantu
7. Pemanfaatan lahan kosong sebagai kebun bersama yang ditananmi berbagai tanaman
untuk dijual untuk peningkatan pendapatan masyarakat
8. Pembudidayaan ikan patin yang merupakan potensi lokal khas Kampar untuk Desa
Solusi Tahun 3
1. Pembuatan kantin sehat bergizi
2. Pembuatan kebun gizi sekolah
3. Pembuatan produk berbahan dasar sumberdaya lokal yang ada berupa hasil
perkebunan dan pertanian
4. Pembuatan produk berbahan dasar sumberdaya lokal berupa hasil perikanan
5. Membantu packeging dari prodak yang dihasilkan
6. Membantu pemasaran dari produk yang dihasilkan

Anda mungkin juga menyukai