Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan


antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus
gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas.
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga
menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus ini masih menarik
dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor
predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya
andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan
parameter pelayanan kesehatan.

Berdasarkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)


tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359/100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32/1000 kelahiran
hidup. Sedangkan menurut data dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN 2015-2019, Perpres NO.2/2015), salah satu upaya untuk
meningkatkan status kesehatan ibu dan anak adalah menurunkan angka kematian
ibu menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019 dan angka
kematian bayi menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan khususnya akibat plasenta previa menurut WHO
dilaporkan berkisar 15-20% kematian ibudan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk
setiap kelahiran. Di Negara- negara berkembang berkisar antara 1-2,4% dan di
negara maju lebih rendah yaitu kurang dari 1%. Angka kejadian pada beberapa
rumah sakit umum pemerintah di Indonesia dilaporkan bahwa insidennya berkisar
antara 1,7% sampai dengan 2,9%. Di Indonesia, dari total 4.726 kasus plasenta
previa pada tahun 2009 didapati 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa.

1
Pada tahun 2010 dari total 4.409 kasus plasenta previa didapati 36 orang ibu
meninggal.

Pada studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan


terdapat ibu yang mengalami plasenta previa tahun 2006 - Juni 2010 sebanyak
167 orang dari 4633 persalinan. Berdasarkan laporan dari profil kab/kota, AKI
maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 hanya 106 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, AKI di
Sumatera Utara sebesar 328 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih cukup
tinggi dibandingkan dengan angka nasional SP (Sensus Penduduk) 2010 sebesar
259 per 100.000 kelahiran hidup. Angka di atas menunjukkan bahwa adanya
penurunan AKI dibandingkan dengan AKI pada tahun 2002 yang mencapai 307
per 100.000 kelahiran hidup
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya
rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.
Faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti namun dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi
pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi
sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko
timbulnya plasenta previa.

Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat perambahan pada os.


servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin terjadi selama
trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkem-bangan segmen bawah rahim
dan pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh kontraksi uterus, pemeriksaan
vagina juga dapat menyebabkan perdarahan antepartum. Faktor risiko untuk
pengembangan plasenta previa termasuk pengiriman sebelum seksio sesarea,
terminasi kehamilan, operasi intrauterine, merokok, kehamilan multi-fetal,
peningkatan paritas, usia ibu dan peningkatan tingkat seksio caesar. Plasenta
previa berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak,

2
seperti Intra-Uterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran prematur, antenatal
dan intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu dan histerektomi darurat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Plasenta previa adalah kedaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri interna) dan oleh
karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Plasenta previa
menurut Depkes RI yaitu plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Pada keadaan normal letak plasenta terletak pada bagian atas rahim.

B. Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas
tinggi dan pada usia di atas 30 tahun, Juga lebih sering terjadi pada kehamilan
ganda daripada kehamilan tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum
Pemerintah dilaporkan insidennya sekitar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di
Negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin
disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi.

C. Klasifikasi
Klasifikasi Umum:
1. Plasenta previa totalis: jika seluruh pembukaan jalan lahir tertutup
jaringan plasenta.
2. Plasenta previa parsialis: jika sebagian pembukaan jalan lahir tertutup
jaringan plasenta.
3. Plasenta previa marginalis: jika tepi plasenta berada tepat pada tepi
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta letak rendah: jika plasenta terletak pada segmen bawah uterus,
tetapi tidak sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm:

4
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostea.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi menjadi:
a. Plasenta previa lateralis posterior: bila sebagian menutupi ostea bagian
belakang.
b. Plasenta previa lateralis anterior: bila sebagian menutupi ostea bagian
depan.
c. Plasenta previa marginalis: bila sebagian kecil atau hanya pinggiran
ostea yang ditutupi plasenta.

D. Faktor Risiko
Etiologi plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya plasenta
previa yaitu:
a. Umur
Penelitian yang dilakukan oleh Wardana menyatakan usia wanita
produktif yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. 5
Wanita pada umur yang kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami plasenta previa karena endometrium belum matang,
dan kejadian plasenta previa juga sering pada ibu yang berumur diatas 35
tahun karena kesuburan endometrium berkurang. Wardana menyatakan
peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena
sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan arteriole miometrium menyebabkan
aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih
lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran
darah yang adekuat.

b. Paritas

5
Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara
daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi
yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa
lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannnya
sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.
c. Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, keguguran,
bekas persalinan berulang dengan jangka pendek, persalinan dengan berat
badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir meninggal dapat berakibat buruk pada
kehamilan yang sedang dialami.
d. Dari hasil penelitian sebelumnya, sebanyak 52% plasenta previa ditemukan
pada wanita dengan riwayat seksio sesarea. Beberapa studi lain telah
mengobservasi bahwa peningkatan frekuensi plasenta previa pada wanita
dengan riwayat seksio sesarea atau abortus berhubungan dengan prosedur
pembedahan yang merusak rongga uterus, sehingga menyebabkan plasenta
berimplantasi ditempat yang lebih rendah. Pada operasi seksio sesarea
dilakukan sayatan pada dinding uterus sehingga dapat mengakibatkan
perubahan atropi pada desidua dan berkurangnya vaskularisasi. Kedua hal
tersebut dapat menyebabkan aliran darah ke janin tidak cukup dan
mengakibatkan pelebaran tempat plasenta dan endometrium yang baik untuk
berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum.
e. Insiden plasenta previa meningkat sesuai jumlah abortus sebelumnya.
Insiden plasenta previa sebesar 0,32% pada wanita 1 kali abortus, dan 2,48%
pada mereka yang 4 kali melakukan abortus sebelumnya. Studi lain
mengatakan bahwa wanita dengan riwayat abortus ≥ 2 kali, 2,1 kali lebih
berisiko untuk terjadi plasenta previa.
f. Riwayat plasenta previa sebelumnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Cunningham pada tahun 2001 menyatakan bahwa ibu yang pernah memiliki
riwayat plasenta previa sebelumnya memiliki risiko 12 kali lebih besar untuk
mengalami plasenta previa kembali karena jaringan endometrium sejak hamil
sebelumnya sudah tidak baik.

6
g. Pada kehamilan kembar karena ukuran plasenta meningkat
h. Ibu dengan diabetes kemungkinan karena plasenta lebih besar dari ukuran
biasanya.
i. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

E. Gambaran Klinik
a. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan dapat
terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa dan perdarahan biasanya baru
terjadi pada akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama biasanya tidak
banyak sehingga tidak berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya. Pada plasenta letak rendah
perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan, perdarahan bisa sedikit
sampai banyak mirip pada solusio plasenta.
b. Tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester
kedua atau sesudahnya.
c. Pada ibu
Tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan
yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang
singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
d. Pada janin
Turun bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang akan terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan
dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam kandungan.

F. Patofisiologi

7
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak
ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian
atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk
berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat
vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung aliran darah balik. Pada
pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk
menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada
kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.
Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan
tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan
sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,
mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar
dan lebih mendekati lapisan tropoblast. Perdarahan antepartum yang
disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada trimester ketiga karena
saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan
semakin tuanya kehamilan.

G. Penegakkan Diagnosis
Jika plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester
kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Ini
dapat dilakukan pemeriksaan USG. Beberapa wanita mungkin bahkan tetap
tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus-kasus plasenta
previa sebagian.
1. Anamnesis
Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan
perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan,
apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan, frekuensi serta
banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22
minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada
multigravida.

8
2. Pemeriksaan luar
a. Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan
anemis.

b. Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering
dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun, apabila
letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) di atas
pintu atas panggul.

c. Ultrasonografi
Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini
ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan
janinnya, dan tidak rasa nyeri. USG abdomen selama trimester kedua
menunjukkan penempatan plasenta previa. Transvaginal Ultrasonografi
dengan keakuratan dapat mencapai 100% identifikasi plasenta previa.
Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95%.
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta
terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak
rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan
inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain.
d. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa
harus dicurigai.

9
H. Penatalaksanaan
Penderita plasenta previa datang dengan keluhan adanya perdarahan
pervaginam pada kehamilan trimester kedua dan trimester ketiga.
Penatalaksanaan plasenta previa tergantung dari usia gestasi penderita
dimana akan dilakukan penatalaksanaan aktif yaitu mengakhiri kehamilan,
ataupun ekspektatif yaitu mempertahankan kehamilan selama mungkin.

1. Terapi ekspektatif (pasif)


Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis
dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d. Janin masih hidup

2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan
plasenta previa adalah sebagai berikut:
a. Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

10
a) Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis
dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh
kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi
dengan infus oksitosin.

b) Versi Braxton Hicks


Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan
tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks
tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
c) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seingkali menyebabkan perdarahan
pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan tidak aktif.
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan kedaan darurat yang
memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta
adalah:
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu
dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
3. Mengambil sikap untuk melakukan rujukan ketempat yang mempunyai
fasilitas lengkap.

I. Komplikasi

11
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka
pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan
semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga
perderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang menipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan
invasinya menerobos kedalam miometrum bahkan sampai ke perimetrium dan
menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta,
Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi
vilinya masih belum masuk ke dalam miometrium. Walaupun biasanya tidak
seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan
tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang
sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea.
Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah
seksio sesarean satu kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila telah sesio
seksarea 3 kali.

3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh
karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat ini
misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah
rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio
plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak
terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperi penjahitan segmen
bawah rahim, ligasi arteria uterine, ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon,
atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat seperti
ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total.

12
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh
karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan preterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan
amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan pemberian
kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya
antisipasi.
6. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi.
7. Infeksi dan pembentukan bekuan darah.

J. Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa saat ini lebih baik
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini
dan tidak invasif dengan USG di samping ketersediaan transfusi darah dan
infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten. Penurunan
jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi
program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta
previa. Dengan demikian banyak komplikasi maternal yang dapat
dihindarkan.

BAB III

13
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas

Identitas Pasien

Nama : Ny. JS

Umur : 29 tahun

Tanggal Lahir : 26 Mei 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku / Bangsa : Batak / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. SM.Raja Sidikalang

Tgl masuk RS : 18 Januari 2019 ( Pukul 10:30 WIB )

No.MR : 13-25-31

Identitas Suami

Nama : Tn. LS

Umur : 31 Tahun

Suku / Bangsa : Batak / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

3.2 Anamnesis

14
Keluhan Utama : Keluar darah dan ketuban pecah.

Telaah :

Seorang wanita berusia 29 tahun datang ke VK RSUD Sidikalang


pukul 10:30 WIB dengan keluhan keluar darah dan ketuban sudah pecah.
Keluhan keluar darah sudah dikeluhkan pasien sejak usia kandungan
memasuki 32 minggu, namun pasien mengakui darah yang keluar sedikit,
setelah beberapa hari kemudian keluar darah dari kemaluan dalam jumlah
banyak dan bergumpal namun tidak dijumpai nyeri. Hal serupa terjadi
kembali pada tanggal 18 Januari 2019, keluar darah dan ketuban pecah
pada pukul 03.30 WIB dan perut terasa mulas. Dari pengakuan pasien, 2
tahun yang lalu pasien pernah keguguran. Tidak ada riwayat keluarga
berencana.

 Riwayat Penyakit Terdahulu : (-)


 Riwayat Pemakaian Obat : (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga : (-)
 Riwayat Menstruasi :

Menarche : 15 tahun

Siklus : 28 hari

Lama Haid : 6-7 hari

 Riwayat Perkawinan :
Menikah 1 kali saat usia 24 tahun, status masih menikah.
 Riwayat Persalinan
G2P0Ab1
I. abortus/2 tahun yang lalu.
 Riwayat KB : (-)

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

15
Tanda Vital :

TD : 110/70 mmHg

RR : 24 x/i

HR : 80x/i

T : 37°C

Kepala : Normocepali, rambut hitam, tidak mudah rontok


Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem
palpebra (-/-)
Leher : KGB (dbn), tiroid (dbn)
Toraks : Mamae; simetris, membesar,
aerola mamae hiperpigmentasi.
Pulmonal ; SP vesikuler (+/+), SF kiri=kanan, ST rhonkhi (-/-)
wheezing (-/-). Cor; S1-S2 regular, murmur (-),
gallop (-).
Abdomen : lihat status obstetri-
Ektremitas : akral hangat (+/+), oedema (-/-)

STATUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


 Payudara : papila mamae menonjol, hiperpigmentasi papila
mamae
 Abdomen:
Inspeksi : simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal,
Perkusi : Timpani
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), defens muscular (-)
• Genitalia:
– Vulva dbn
– Vagina : Darah (+) laserasi (-), mass (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang

16
Laboratorium
Hematologi (18-01-2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 11,2 12-16 g%

Leukosit 11,5 5-11 103/mm3

Eritrosit 4,05 3.8-5.8 103/mm3

Hematrokit 33,5 37-47 %

MCV 82,7 76-96 FL

MCH 27,7 27-32 Pg

MCHC 33,4 30-35 g%

Trombosit 415 150-450 103/mm3

Bleeding Time 3 < 5 menit

Clothing Time 6 5-11 menit

Golongan darah O (+)

KGD Ad Random : 96 mg% (≤ 200)

3.5 Diagnosa Kerja Sementara

Plasenta Previa + Gravida 39-40 minggu.

3.6 Penatalaksanaan
- Observasi tanda-tanda vital
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxime 1gr/12 jam
- drip metronidazole 500 mg/12 jam
- inj. Tramadol 1 amp/8 jam

17
- Inj Asam Tranexamat 500 mg amp/8 jam
- Inj Ranitidin 50 mg amp/12 jam
- Proster tab II/rectal
3.7 Resume
Seorang wanita G2P0A1 berusia 29 tahun datang ke VK RSUD
Sidikalang pukul 10:30 WIB dengan keluhan keluar darah dan ketuban
sudah pecah. Keluhan keluar darah sudah dikeluhkan pasien sejak usia
kandungan memasuki 32 minggu, namun pasien mengakui darah yang
keluar sedikit, setelah beberapa hari kemudian keluar darah dari kemaluan
dalam jumlah banyak dan bergumpal namun tidak dijumpai nyeri. Hal
serupa terjadi kembali pada tanggal 18 Januari 2019, keluar darah dan
ketuban pecah pada pukul 03.30 WIB dan perut terasa mulas. Dari
pengakuan pasien, 2 tahun yang lalu pasien pernah keguguran. Tidak ada
riwayat keluarga berencana. HPHT tanggal 07 April 2018. Bayi lahir
segera menangis, namun bayi tersebut di observasi di ruang neonatologi
untuk dipantau kondisinya. BBL : 2800 gr, Lk, anus +, PB :49 cm.

Status Generalisata

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital :

TD : 110/70 mmHg

RR : 24 x/i

HR : 80x/i

T : 37°C

Status Obstetri :

Genitalia : DBN

Pemeriksaan Lab :

18
Hemoglobin 11,2 (↓) 12-16 g%
Leukosit 11,5 ( ) 5-11.103/mm3
Hematrokit 33,5 (↓) 37-47 %

Diagnosis : Plasenta Previa + Gravida 39-40 minggu

FOLLOW UP
Tanggal S O A P
19-01-2019 Nyeri post OP TD : 110/90 Post SC hari - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxime 1
+. Mual -, HR : 78x/i II +Plasenta
gr/12 jam
muntah -. RR : 20x/i Previa
- Drip metronidazole
T :
500 mg/12 jam
36,5°C - Inj. Ranitidine 1
amp/8 jam
- Inj. Ketorolac 1
amp/8 jam
- Inj. As.Tranexamat
1 gr/12 jam.
20-01-2019 Nyeri Post OP TD : Post SC hari - AFF IV LINE
- AFF Kateter
berkurang 120/80 III +Plasenta
- Ciprofloxacin tab
HR : 76 x/i Previa
2x500 mg
RR : 22 x/i - Metronidazole tab
T : 2x500 mg
- As.Mefenamat
37,2°C
3x500 mg
- Antasida tab 3x1
- Vit b Comp 3x1
21-01-2019 Nyeri post op TD : Post SC hari - Ciprofloxacin tab
berkurang, 120/90 IV+Plasenta 2x500 mg
PBJ - Metronidazole tab
mual, muntah HR : 80x/i Previa
2x500 mg
tidak RR : 24x/i
- As.Mefenamat
dijumpai. T :
3x500 mg
36,7°C - Antasida tab 3x1

19
- Vit b Comp 3x1

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO, 2011. Data AKI dan AKB


2. Kemenkes RI,2015, Rencana Strategi Kementrian KesehatanTahun 2015-
2019, Jakarta.
3. Saifuddin, Abdul Bari, 2008, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono, Jakarta.
4. Kemenkes RI 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
5. Kemenkes RI 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
6. Kemenkes RI 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta : SUMUT
2014 Departemen Kesehatan RI.
7. Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC; 1998. hal. 253-7
8. Sastrawinata S. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II.
Jakarta. EGC; 2005. hal. 83-91

20
9. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2009. hal. 495-502
10. Rustam Mochtar, Dr, Prof, Snopsis Obstetri, Edisi Ke-2, Jilid I, Jakarta
1998 : 269-279.
11. Yoon Y, Placenta previa, Available at
http://www.emedicine.com/emerg/topic427.html.
12. Dinata F. Plasenta previa. Available from URL:http//www.google.com/.

21

Anda mungkin juga menyukai