Anda di halaman 1dari 11

Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan

Pendekatan Need for Help Wiedenbach dan Self Care Orem

Tutik Rahayu1
1Fakultas Ilmu Keperawatan Departemen Keperawatan Maternitas

Article Info Abstract


Article History: Abortus merupakan salah satu bentuk komplikasi dalam kehamilan.
Accepted November 23rd Penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus inkomplet
2018 menggunakan Teori “Need for help“. Menurut Wiedenbach keperawatan
klinik (clinical nursing) mempunyai empat komponen, yaitu filsafat
Key words: (philosophy), kemanfaatan/kegunaan (purpose), praktik, dan kiat (art).
Teori model Need for help Pada klien yang mengalami abortus inkomplet, klien datang ke rumah sakit
Wiedenbach dan self care dengan keluhan diantarnya adanya perdarahan. Perdarahan cenderung
Orem, Abortus Inkomplet lebih banyak dari darah menstruasi dan kadang berlebihan yang dapat
menyebabkan syok. Klien Kondisi pada klien tersebut tentu harus segera
mendapatkan pertolongan agar klien dapat selamat dan terhindar dari
komplikasi dan kematian, sehingga “Need for help“ tepat digunakan pada
klien yang mengalami abortus inkomplet. Selain menggunakan konsep
teori need for help pada klien dengan abortus inkomplit juga menggunakan
teori self care yang dikembangkan oleh Orem. self care merupakan
kemampuan individu untuk memprakarsai dirinya dalam melakukan
perawatan diri sendiri dalam rangka mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan. Self care yang dilakukan secara efektif dapat
membantu menjaga fungsi tubuh serta berkontribusi seperti pada
perkembangan individu. Supportif educatif yang diberikan pada klien
dengan abortus inkomplet dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang
kesehatan reproduksi seperti mempersiapkan kondisi baik fisik dan mental
pada kehamilan yang akan datang.

PENDAHULUAN bentuk komplikasi dalam kehamilan.


Abortus berhubungan dengan berbagai
Tingginya angka kematian maternal dan faktor yaitu faktor ibu 65%, faktor janin
perinatal masih menjadi masalah yang 20%, dan faktor plasenta 15%. Diantara
besar di dunia. Dilaporkan bahwa kematian ketiga faktor tersebut, penyebab paling
maternal diakibatkan oleh berbagai banyak terjadinya abortus adalah faktor ibu
komplikasi selama kehamilan, persalinan, yang meliputi umur, paritas, anemia,
dan nifas. Abortus merupakan salah satu

Corresponding author:
Tutik Rahayu
Tutikrahayu02@gmail.com
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018
DOI:
e-ISSN 2621-2994
30
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
penyakit ibu, dan sosial ekonomi (Sugiarti, praktik keperawatan terdapat tiga kegiatan,
2010). yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien,
melaksanakan bantuan yang diperlukan,
Ada tiga penyebab klasik kematian ibu yaitu mengevaluasi dan menyatakan
perdarahan, keracunan kehamilan dan (mensyahkan) bahwa bantuan yang
infeksi. Sebenarnya ada penyebab ke 4 yaitu diberikan memang bermanfaat
abortus. Menurut Organisasi Kesehatan (Wiedenbach, 1963).
Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu
disebabkan oleh abortus. Komplikasi Pada klien yang mengalami abortus
abortus berupa perdarahan atau infeksi inkomplet, klien datang ke rumah sakit
dapat menyebabkan kematian. Itulah dengan keluhan diantaranya adanya
sebabnya rnengapa kematian ibu yang perdarahan. Perdarahan cenderung lebih
disebabkan abortus sering tidak muncul banyak dari darah menstruasi dan kadang
dalam laporan kematian, tapi dilaporkan berlebihan yang dapat menyebabkan syok.
sebagai perdarahan atau sepsis (Azhari, Selama jaringan sisa tetap melekat pada
2002, Abraham, 2010). sebagian dinding uterus maka kontraksi
miometrium akan terganggu. Nyeri kram
Abortus inkompletus adalah berakhirnya suprapupik terjadi akibat kontraksi uterus
kehamilan sebelum janin cukup dalam usaha mengeluarkan isi uterus. Mula-
berkembang untuk hidup diluar kandungan mula nyeri cenderung ringan intermiten
terdapat sisa jaringan yang masih tetinggal tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat
didalam rahim dengan usia kehamilan (Qunynh, 2011). Kondisi pada klien
kurang dari 20 minggu dan berat janin tersebut tentu harus segera mendapatkan
kurang dari 500 gram (Noerjasin, Kuswano, pertolongan agar klien dapat selamat dan
Wirakusumah, 2010). terhindar dari komplikasi dan kematian,
sehingga “Need for help“ tepat digunakan
Perempuan yang mengalami abortus sering pada klien yang mengalami abortus
menunjukan respon psikologis seperti rasa inkomplet.
kehilangan, depresi dan kecemasan
(Rowsell, Kricmaerr & Osford, 2001). Ada Selain menggunakan konsep teori need for
beberapa penelitian melaporkan mengenai help dari Wiedenbach pada kasus kelolaan
reaksi psikologis abortus diantaranya ini juga menggunakan teori self care yang
muncul reaksi psikologis pada wanita pasca dikembangkan oleh Orem. Menurut Orem
abortus meliputi rasa bersalah (2007) self care merupakan kemampuan
(61%),depresi (52,5%), menyesal (52,1%), individu untuk memprakarsai dirinya
malu (52%), sedih (55,3%) (Mardiyah, dalam melakukan perawatan diri sendiri
Prawiroharjo,Tiro, 2011). dalam rangka mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan. Model konsep
Penerapan asuhan keperawatan pada klien Self care dari Orem merupakan suatu
dengan abortus inkomplet menggunakan pendekatan yang dinamis, dimana perawat
Teori “Need for help“ Wiedenbach melakukan asuhan keperawatan untuk
Perhatian utama teori Ernestine meningkatkan kemampuan klien dalam
Wiedenbach adalah kepeda aspek kiat merawat dirinya sendiri. Self care yang
(praktik) dari keperawatan. Menurut dilakukan secara efektif dapat membantu
Wiedenbach keperawatan klinik (clinical menjaga fungsi tubuh serta berkontribusi
nursing) mempunyai empat komponen, seperti pada perkembangan individu.
yaitu filsafat (philosophy), Supportif educatif yang diberikan pada
kemanfaatan/kegunaan (purpose), praktik, klien dengan abortus inkomplet dapat
dan kiat (art). Pandangan ini yang meningkatkan pengetahuan klien tentang
melandasi pendapatnya bahwa pada kesehatan reproduksi seperti

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem
31
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
mempersiapkan kondisi baik fisik dan Untuk mengatasinya masalah keperawatan
mental pada kehamilan yang akan datang. cemas maka disusun rencana keperawatan
yang bertujuan agar kecemasan klien dapat
HASIL berkurang, klien dapat beradaptasi
sehingga dapat kooperatif terhadap
Implementasi yang dilakukan oleh perawat prosedur yang akan dilakukan. Adapun
yang pada dasarnya memberikan bantuan secara garis besar tindakan keperawatan
fisiologis dan psikologis untuk menciptakan meliputi Memberikan dukungan mental
kenyamanan bagi klien dalam pelaksanaan dengan memberikan support dan
tindakan keperawatan yaitu mengkaji menemani klien dan menganjurkan klien
sumber dan sifat nyeri dengan menanyakan untuk tidak terlalu khawatir terhadap
pada klien bagian mana yang dirasakan prosedur tindakan yang akan dilakukan
nyeri, kapan waktunya, nyeri yang dengan memberikan penjelasan dari tujuan
diaraskan seperti apa, mengobservasi tindakan kuretase, memberikan informasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital, tentang kondisi yang dialaminya,
Menjelaskan tentang penyebab nyeri bahwa menjelaskan setiap prosedur yang akan
nyeri yang dialami klien disebabkan oleh dilakukan termasuk tindakan kuretase
masih adanya sisa jaringan didalam rahim dengan memberikan informasi bahwa kuret
sehingga rahim berkontraksi untuk akan dilakukan dan sebelumnya klien akan
berusaha mengeluarkan sisa jaringan yang dilakukan anestesi sehingga klien tidak
dianggap benda asing, mengobservasi skala sadar saat kuret dilakukan, memotivasi
nyeri (dengan skala 0-10), Mengajarkan dan keluarga untuk mendampingi klien,
anjurkan menggunakan teknik pernapasan memberikan kesempatan klien untuk
dan relaksasi, serta distraksi dengan mengungkapkan perasaannya.
menganjurkan pada klien untuk menarik menganjurkan klien untuk berdoa dan
nafas panjang melalui hidung dan berserah diri kepada Allah SWT. Dari
mengeluarkan perlahan-lahan lewat mulut evaluasi yang telah dilakukan setelah
jika nyeri sedang berlangsung, menjelaskan diberikan tindakan keperawatan maka
pada klien tentang tehnik distraksi yang kecemasan dapat teratasi, dan klien dapat
bisa digunakan untuk mengurangi nyeri bersikap kooperatif terhadap tindakan
seperti mengobrol dengan suami atau medis maupun keperawatan yang dilakukan
keluarga, Menganjurkan klien untuk untuk menolong klien.
istirahat yang cukup, Memberikan analgesik
pada klien. Diagnosa keperawatan berduka
berhubungan dengan kehilangan janin
Diagnosa keperawatan cemas berhubungan sekunder terhadap abortus inkompletus
dengan krisis situasi dan kurang dapat ditegakkan pada klien dengan
pengetahuan tentang prosedur tindakan abortus inkomplit, karena klien mengalami
kuretase merupakan diagnosa keperawatan keadaan berduka dan kesedihan akibat dari
yang dapat muncul pada klien dengan keguguran dan kehilangan janin yang
abortus inkomplit. Cemas adalah suatu mereka alami.
keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami suatu perasaan gelisah dan Untuk mengatasi rasa berduka yang dialami
aktivasi sistem saraf autonom dalam klien maka dilakukan implementasi
berespon terhadap ancaman yang keperawatan yang bertujuan agar klien dan
nonspesifik, tetapi individu mungkin dapat keluarga mampu mengungkapkan, klien
mengidentifikasi situasi (misalnya akan dan keluarga mampu mengungkapkan
operasi atau kanker) (Carpenito, 2006). perasaan dan kebutuhan berkenaan dengan
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
Adapun implementasi keperawatannya

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem
32
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
adalah: Memberikan kesempatan klien/ Penelitian yang dilakukan oleh Sejourne,
keluarga baik secara verbal maupun non Callahan, dan Charbol,(2010), tentang apa
verbal dalam mengungkapkan rasa berduka yang diinginkan perempuan setelah
akibat kehilangan janinnya, mendengarkan mengalami keguguran, ditemukan hasil
keluhan klien dengan sungguh-sungguh, penelitian yaitu, sebagian besar perempuan
menjelaskan tentang kondisinya yang menginginkan adanya support sosial,
dialami klien, menjelaskan masih adanya adanya penyediaan informasi yang baik dan
harapan klien untuk dapat hamil kembali, edukasi dari petugas kesehatan tentang apa
menggunakan komunikasi terapeutik dan yang harus dilakukan pasca mengalami
keterampilan konseling untuk mendukung keguguran.
respons berduka, membantu keluarga dan
membantu dalam membuat keputusan. PEMBAHASAN

Pada fase pemeliharan yaitu pasca kuret Pengelolaan klien abortus inkomplet dibagi
diagnosa keperawatan yang dapat muncu menjadi dua fase yaitu akut dan
diantaranya adalah keterbatasan mobilitas pemeliharan. Pada fase akut penulis
fisik berhubungan dengan pengaruh mengaplikasikan teori need for help
anestesi. Diagnosa keperawatan ini muncul Wiedenbach. Dalam teorinya, Wiedenbach
karena adanya data seperti klien mengeluh mengemukakan tentang aspek kiat atau
pusing pasca tindakan kuret, klien belum seni (praktik) dalam keperawatan, dimana
mampu beraktifitas seperti berjalan secara individu memerlukan bantuan karena
mandiri, klien harus diantar menggunakan stimulasi perilaku. Menurut Wiedenbach
brankat untuk menuju ruang perawatan keperawatan klinik mempunyai 4
pasca menjalani prosedur kuret dan klien komponen yaitu: 1) filsafat (philosophy); 2)
belum mampu melaksanakan pemenuhan tujuan atau kemanfaatan atau kegunaan
kebutuhan berpakaian dan personal higiene (purpose); 3) praktik; 4) kiat atau seni (art).
secara mandiri. Etiologi dari diagnosa Teori keperawatan Ernestine Wiedenbach
keperawatan ini adalah adanya efek dari dikenal sebagai “the helping art of clinical
anestesi. Klien saat dilakukan tindakan nursing“.
bedah mendapatkan anestesi intravena
yaitu diberikan diazepam 5 mg dan sulfas Praktik keperawatan adalah tindakan yang
atropin 0,25 mg. Jenis obat ini memiliki efek diamati dan dipengaruhi oleh keyakinan
samping diantaranya berupa sakit kepala, dan perasaan untuk memenuhi kebutuhan
pusing diare, mual dan muntah. Untuk klien yang membutuhkan bantuan. Praktek
mengatasi diagnosa keperawatan keperawatan memiliki 3 komponen yaitu 1)
keterbatasan mobilitas fisik berhubungan identifikasi kebutuhan klien 2) pertolongan
dengan efek dari anestesi maka yang diberikan pada klien 3) validasi atau
implementasi keperawatan dilakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan. Pada
dengan tujuan klien dapat beraktifitas identifikasi kebutuhan klien dengan abortus
mandiri secara bertahap. inkomplet, langkah awal yang harus
dilakukan perawat yaitu perawat harus
Diagnosa keperawatan sejahtera yaitu benar benar mampu mengenali perilaku
potensial peningkatan pengetahuan pada yang ditunjukkan klien sehingga dapat
klien dan keluarga dalam perawatan mengidentifikasi kebutuhan klien, seperti
kehamilan yang akan datang juga dapat adanya risiko defisit volume cairan akibat
ditegakkan karena klien mengungkapkan adanya pengeluaran pervaginam yaitu
adanya keinginan untuk mendapatkan perdarahan yang berasal dari adanya sisa
informasi tentang apa saja yang perlu plasenta dalam uterus, adanya rasa nyeri
dipersiapkan dan dilakukan untuk akibat dari kontraksi uterus dan adanya
menghadapi kehamilan yang akan datang. kecemasan berkaitan dengan prosedur

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem
33
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
medis yang harus dijalani seperti kuretase memberikan pendidikan kesehatan atau
dan berduka akibat kehilangan janin. penjelasan untuk memotivasi melakukan
self care, tetapi yang melakukan self care
Langkah selanjutnya dalam identifikasi adalah pasien sendiri. Kehamilan
adalah perawat mengeksplorasi merupakan hal yang diharapkan pada
kemampuan klien dalam menyelesaikan setiap pasangan yang baru menikah atau
masalah. Bila klien mengindikasikan pada keluarga yang ingin merencanakan
ketidakmampuan berarti klien berada memiliki anak lagi. Para pasangan tentunya
dalam kondisi membutuhkan bantuan. mendambakan bahwa kehamilan yang
Bantuan atau pelaksanaan intervensi dialami dapat berjalan dengan lancar tanpa
keperawatan direncanakan dengan tujuan mengalami komplikasi, namun sayangnya
memberikan yang terbaik untuk memenuhi tidak semua harapan itu dapat terwujud.
kebutuhan klien dan keluarganya. Sebagian dari perempuan yang hamil ada
yang mengalami masalah seperti terjadi
Pengelolaan klien pada fase pemeliharan abortus inkomplet (Brief, 2008).
digunakan teori self care Orem. Teori self
care Orem ini dapat digunakan dalam Seorang calon ibu atau ibu yang mengalami
memberikan asuhan keperawatan dan keguguran tentu akan mengalami perasaan
membantu hubungan antara perawat-klien berduka karena kehilangan janin yang
dengan lingkungannya yang berdampak sebenarnya sangat diharapkan
pada status kesehatan serta kebutuhan kehadirannya ditengah keluarga mereka
akan keperawatan. Didalam memandirikan (Epstein, Leichtenttrif, Benyamini, 2009).
klien, pelayanan keperawatan yang Apalagi bila penantian kehamilan ini sudah
diberikan diklasifikasikan pada tiga sistem cukup lama waktunya. Selain itu perasaan
keperawatan (Orem, 2001) yaitu, sistem berduka akibat kehilangan janin juga dapat
Wholly atau Totally compensatory nursing dialami bagi pasangan yang baru menikah
system, tindakan keperawatan diberikan kerena kehamilannya sangat diharapkan
dan dibutuhkan ketika perawat harus dan hal ini biasanya sebagai bukti bahwa
menjadi peringan bagi ketidakmampuan mereka mampu menghasilkan keturunan
total seorang pasien dalam hubungan sehingga akan dapat meningkatkan konsep
kegiatan merawat yang membutuhkan diri pada pasangan. Persiapan dan
tindakan-tindakan penyembuhan dan penyesuaian diri yang sudah ibu lakukan
manipulasi. Perawat mengambil alih selama hamil dan ketika ternyata
pemenuhan kebutuhan self carenya secara kehamilannya tidak dapat dipertahankan
menyeluruh kepada pasien yang tidak menjadikan hal ini sebagai stressor yang
mampu melakukannya. berat tidak hanya bagi ibu, tetapi juga
pasangan dan anak-anak mereka yang lain.
Sistem kedua yaitu Partially atau Partly
compensatory nursing system: Perawat Respon keguguran sangat beragam bagi
mengambil alih beberapa aktifitas yang setiap perempuan, ada yang menunjukkan
tidak dapat dilakukan oleh pasien dalam dampak emosional yang minimal, tetapi
memenuhi kebutuhan self carenya, bagi sebagian perempuan dapat mengalami
dijalankan pada saat, baik perawat dan depresi dan kecemasan pasca keguguran
pasien menjalankan ukuran-ukuran (Rowland & Cristine, 2010). Rendahnya
perawatan atau tindakan-tindakan lain yang penyesuaian diri yang dimiliki perempuan
melibatkan tugas-tugas manipulatif atau pasca keguguran dapat berdampak pada
penyembuhan. aspek psikologis, sosial dan reproduksi.
Pada tingkat psikososial, adanya riwayat
Sistem yang ketiga adalah Supportif atau gangguan mental berhubungan dengan
Educatif nursing system: Perawat ketidakmampuan menyesuaikan diri pada

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem
34
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
perempuan setelah mengalami keguguran resiko terjadinya abortus meningkat
(Rowland & cristine, 2010). Kondisi depresi menjadi 74,7%. Diduga makin tinggi usia
dan kecemasan lebih besar ditunjukkan makin tinggi kelainan pada kromosom
bagi perempuan yang belum memiliki anak ovarium. Hal ini dapat diterangkan dengan
dibanding yang sudah mempunyai anak peningkatan angka kelainan kromosom
(Rowland & Cristine, 2010). pada usia yang lebih tinggi. Wanita subfertil
mempunyai resiko lebih tinggi untuk
Beberapa alasan klien datang kerumah sakit abortus ( Wijayanegara, 2009). Mekanisme
untuk meminta pertolongan adalah klien pasti yang menyebabkan abortus tidak
mengalami perdarahan, perdarahan banyak selalu jelas, tetapi pada bulan–bulan awal
berupa gumpalan dan disertai mulas–mulas kehamilan, ekspulsi ovum secara spontan
pada perut bagian suprapubik. Pada hampir selalu didahului oleh kematian
pemeriksaan inspekulo terlihat ada mudigah atau janin. Karena itu
perdarahan, osteum uteri eksternal terbuka pertimbangan etiologis pada abortus dini
dan ada yang menutup, terlihat sebagian antara lain mencakup pemastian kausa
jaringan. Tanda dan gejala dari abortus kematian janin (apabila mungkin)
inkompletus adalah terdapat perdarahan (Alamsyah,2009).
bisa sedikit atau banyak disertai gumpalan
(Snell, 2009), rasa mulas atau kontraksi Etiologi yang lain seperti faktor ibu
bertambah, osteum uteri eksternal terbuka, misalnya adanya penyakit kronis TBC,
pada pemeriksaan vaginal jaringan dapat pnemonia akut, thpus abdominalis,
diraba dalam kavum uteri atau kadang toksoplasmosis, gangguan endokrin,
sudah menonjol dari eksternum atau malnutrisi, keracunan obat, gangguan
sebagian jaringan keluar dan perdarahan hormonal, kelainan anatomi alat reproduksi
tidak berhenti sebelum sisa janin mosional seperti kista dan mioma, faktor
dikeluarkan dan dapat menyebabkan syok psikologis dan stress emosional, paparan
(Tarigan, 2004). alkohol dan rokok (Alamsyah, 2009,
Khusnah, 2010).
Faktor yang menyebabkan terjadinya
abortus inkompletus, lebih dari 80% Diagnosa keperawatan yang muncul pada
abortus terjadi pada 12 minggu pertama fase akut antara lain adalah risiko defisit
dan setengahnya disebabkan anomali volume cairan berhubungan dengan
kromosom. Resiko abortus spontan perdarahan pervagina. Kekurangan volume
meningkat seiring paritas serta usia ibu dan cairan adalah suatu keadaan dimana
ayah (Alamsyah, 2009). Kasus abortus seorang individu yang tidak berpuasa
inkomplit dapat terjadi pada usia ibu antara mengalami resiko dehidrasi vaskuler
20-40 tahun dan usia pasangan antara 24- intestitial atau intravaskuler (Carpenito,
43 tahun. Berdasarkan faktor umur secara 2006). Pada abortus inkomplet manifestasi
teori satu klien dan pasangan merupakan yang dapat terjadi adalah adanya
resiko tinggi untuk terjadinya abortus. perdarahan bisa sedikit atau banyak dan
Frekuensi abortus secara klinis terdeteksi dapat berupa bekuan darah. Osteum uteri
meningkat dari 12% pada wanita usia eksternum membuka, pada pemeriksaan
kurang dari 20 tahun dan menjadi 26 % vaginal jaringan dapat diraba dalam cavum
pada mereka yang usianya lebih dari 40 uteri atau kadang-kadang sudah menonjol
tahun. Untuk usia ayah yang sama atau sebagain jaringan keluar. Perdarahan
peningkatannya adalah 12 sampai 20 % tidak berhenti sebelum sisa janin
(Alamsyah, 2009). Wanita dengan resiko dikeluarkan (Murray & Mckinney,2007).
abortus meningkat sesuai umur. Resiko
abortus wanita usia 20-24 tahun adalah Adapun untuk mengatasi masalah risiko
8,9%, wanita berumur 45 tahun atau lebih defisit volume cairan berhubungan dengan

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem
35
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
perdarahan pervagina diantaranya adalah mengeluh nyeri pada perut bagian bawah,
Melakukan pengkajian terkait dengan nyeri seperti diremas-remas, skala nyeri
riwayat perdarahan, durasi, jumlah, warna bervariasi antara 5-7. Rasa nyeri juga
dan karakteristik perdarahan, mengukur disertai adanya keluaran darah dari jalan
tanda-tanda vital, mengkaji kontraksi lahir. Nyeri kram suprapubik terjadi akibat
uterus, mendeteksi adanya tanda-tanda kontraksi uterus dalam usaha
syok menganjurkan klien untuk rehidrasi mengeluarkan isi uterus. Pada awalnya
oral dengan minum yang cukup yang terdiri nyeri cenderung ringan dan intermiten,
dari teh manis dan hangat, cairan yang tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat.
mengandung elektrolit dan air putih, Perdarahan pervaginam merupakan gejala
memantau balance cairan, memantau yang paling khas dari abortus inkompletus.
kepatenan akses cairan intravena Jumlah perdarahan cenderung lebih banyak
memantau nilai laboratorium seperti daripada darah haid biasa. Perdarahan
hemoglobin, hematrokrit, eritrosit, mungkin hebat dan bahkan cukup
trombosit. berlebihan untuk menyebabkan syok
hipovolemik (Taber,2000). Sebuah
Implementasi intra bedah dan pasca kuret penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
diantaranya adalah membantu Maker dan Ogden (2003), menemukan
mempersiapkan prosedur kuret seperti thema yaitu partisipan mengungkapkan
menyiapkan alat dan obat obatan untuk mengalami perdarahan yang datang secara
anestesi seperti diazepam 5 mg, tiba-tiba pada malam hari disertai rasa
sulfasatropin 0,25 mg (IV), lidokain 40 mg tidak nyaman dan nyeri yang berbeda dari
untuk anestesi paracervical, menganjurkan yang pernah ia rasakan dan hal ini belum
klien untuk mengosongkan kandung kemih pernah partisipan alami sebelumnya.
sebelum dilakukan kuret, membantu
memposisikan klien dengan posisi litotomi Implementasi dilakukan oleh perawat yang
selama prosedur kuret dilakukan, pada dasarnya memberikan bantuan
memberikan O2 kanul 5 liter/menit pada fisiologis dan psikologis untuk menciptakan
klien dan mengobservasi kepatenan jalan kenyamanan bagi klien dalam pelaksanaan
nafas, mengukur tanda–tanda vital klien tindakan keperawatan yaitu mengkaji
sebelum pelaksanaan kuret, melakukan sumber dan sifat nyeri dengan menanyakan
kolaborasi pemberian methergin 0,2 mg pada klien bagian mana yang dirasakan
(IM) untuk mencegah terjadinya nyeri, kapan waktunya, nyeri yang
perdarahan, membantu, mengukur tanda- diaraskan seperti apa, mengobservasi
tanda vital pasca kuret, melakukan keadaan umum dan tanda-tanda vital,
observasi adanya perdarahan pasca kuret, Menjelaskan tentang penyebab nyeri bahwa
melakukan observasi kontraksi uterus nyeri yang dialami klien disebabkan oleh
pasca kuret, memberikan motivasi pada masih adanya sisa jaringan didalam rahim
klien untuk rehidrasi cairan oral secara sehingga rahim berkontraksi untuk
adekuat kurang lebih 1500 cc/ hari. berusaha mengeluarkan sisa jaringan yang
dianggap benda asing, mengobservasi skala
Diagnosa keperawatan lain yang muncul nyeri (dengan skala 0-10), Mengajarkan dan
pada klien dengan abortus inkomplit yaitu anjurkan menggunakan tehnik pernapasan
nyeri akut berhubungan dengan kontraksi dan relaksasi, serta distraksi dengan
uterus, sisa hasil konsepsi. Nyeri akut menganjurkan pada klien untuk menarik
adalah keadaan dimana individu mengalami nafas panjang melalui hidung dan
dan melaporkan adanya rasa mengeluarkan perlahan-lahan lewat mulut
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi jika nyeri sedang berlangsung, menjelaskan
yang tidak menyenangkan selama enam pada klien tentang teknik distraksi yang
bulan atau kurang (Carpenito,2006). Klien bisa digunakan untuk mengurangi nyeri

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem
36
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
seperti mengobrol dengan suami atau dalam intrvena cairan, prostalgladin dengan
keluarga, Menganjurkan klien untuk berbagai analognya seperti prostalgladin
istirahat yang cukup, Memberikan E2, Prostaglandin F2a dll dan misoprostol
analgesik pada klien. banyak dipakai sebagai obat induksi
abortus. Prostagladin dapat bekerja secara
Diagnosa keperawatan cemas berhubungan efektif pada serviks dan uterus apabila a).
dengan krisis situasi dan kurang dimasukkan ke vagina sebagai supositoria
pengetahuan tentang prosedur tindakan atau pesarium tepat didekat serviks. b).
kuretase merupakan diagnosa keperawatan Diberikan sebagai gel melalui sebuah
yang dapat muncul pada klien dengan kateter ke dalam kanalis serviksalis dan
abortus inkomplit. Cemas adalah suatu bagian paling bawah uterus. c). Disuntikan
keadaan dimana individu atau kelompok intramuskuler. d). Disuntikan kedalam
mengalami suatu perasaan gelisah dan kantong amnion melalui amniosentesis. e).
aktivasi sistem saraf autonom dalam diminum peroral (Irianti, 2009).
berespon terhadap ancaman yang
nonspesifik, tetapi individu mungkin dapat Untuk mengatasinya masalah keperawatan
mengidentifikasi situasi (misalnya akan cemas maka disusun rencana keperawatan
operasi atau kanker) (Carpenito, 2006). yang bertujuan agar kecemasan klien dapat
berkurang, klien dapat beradaptasi
Penatalaksanaan pada abortus inkompletus sehingga dapat kooperatif terhadap
dapat dilakukan dengan tehnik medis prosedur yang akan dilakukan. Adapun
maupun bedah. Tehnik bedah dilatasi secara garis besar tindakan keperawatan
serviks diikuti oleh evakuasi uterus dapat meliputi Memberikan dukungan mental
berupa kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dengan memberikan support dan
dan evakuasi ( D&E), dilatasi dan ekstrasi menemani klien dan menganjurkan klien
(D&X). Tehnik kuretase dapat dengan untuk tidak terlalu khawatir terhadap
menggunakan kuret tajam maupun vakum prosedur tindakan yang akan dilakukan
(Irianti,2009). Untuk mengurangi dengan memberikan penjelasan dari tujuan
komplikasi kuretase seperti perforasi usus, tindakan kuretase, memberikan informasi
laserasi serviks, perdarahan, pengeluaran tentang kondisi yang dialaminya,
janin dan plasenta yang tidak lengkap dan menjelaskan setiap prosedur yang akan
infeksi, maka kuretase dianjurkan pada dilakukan termasuk tindakan kuretase
kehamilan dibawah 14 minggu. Untuk usia dengan memberikan informasi bahwa kuret
gestasi diatas 16 minggu, dilakukan dilatasi akan dilakukan dan sebelumnya klien akan
dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa dilakukan anestesi sehingga klien tidak
dilatasi serviks lebar diikuti oleh distruksi sadar saat kuret dilakukan, memotivasi
dan evakuasi mekanis bagian-bagian janin. keluarga untuk mendampingi klien,
Setelah janin seluruhnya dikeluarkan, memberikan kesempatan klien untuk
dengan menggunakan kuret vacum mengungkapkan perasaannya.
berlubang besar untuk mengeluarkan menganjurkan klien untuk berdoa dan
plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi berserah diri kepada Allah SWT. Dari
dan ekstrasi (D&X) serupa dengan (D& E), evaluasi yang telah dilakukan setelah
kecual pada (D& X) bagian janin pertama diberikan tindakan keperawatan maka
kali diektrasi melalui serviks yang telah kecemasan dapat teratasi, dan klien dapat
membuka untuk mempermudah tindakan. bersikap kooperatif terhadap tindakan
Pemasangan laminaria dapat dilakukan medis maupun keperawatan yang dilakukan
untuk pembukaan serviks (Irianti, 2009). untuk menolong klien.

Tehnik medis dalam penatalaksanaan Diagnosa keperawatan berduka


abortus yaitu dengan pemberian oksitosin berhubungan dengan kehilangan janin

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem
37
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
sekunder terhadap abortus inkompletus akibat kehilangan janinnya, mendengarkan
dapat ditegakkan pada klien dengan keluhan klien dengan sungguh-sungguh,
abortus inkomplit, karena klien mengalami menjelaskan tentang kondisinya yang
keadaan berduka dan kesedihan akibat dari dialami klien, menjelaskan masih adanya
keguguran dan kehilangan janin yang harapan klien untuk dapat hamil kembali,
mereka alami. Berduka adalah suatu menggunakan komunikasi terapeutik dan
keadaan dimana individu atau keluarga keterampilan konseling untuk mendukung
mengalami respon manusia yang alami yang respons berduka, membantu keluarga dan
melibatkan reaksi psikososial dan fisiologis membantu dalam membuat keputusan.
pada kehilangan aktual atau yang dirasakan
(orang, objek, fungsi, status, hubungan) Pada fase pemeliharan yaitu pasca kuret
(Carpenito,2006). diagnosa keperawatan yang dapat muncu
diantaranya adalah keterbatasan mobilitas
Banyak perempuan yang mengalami fisik berhubungan dengan pengaruh
keguguran mengungkapkan kesedihan anestesi. Diagnosa keperawatan ini muncul
akibat kehilangan bayinya, harapan dan karena adanya data seperti klien mengeluh
gairah hidup (Swanson et al, 2006). Gejala pusing pasca tindakan kuret, klien belum
seperti berduka, kecemasan, depresi, atau mampu beraktifitas seperti berjalan secara
trauma dapat mereka alami dari hari mandiri, klien harus diantar menggunakan
pertama sampai satu tahun setelah brankat untuk menuju ruang perawatan
mengalami keguguran (Swanson et pasca menjalani prosedur kuret dan klien
al,2006). Penemuan dalam beberapa belum mampu melaksanakan pemenuhan
penelitian kualitatif menyebutkan bahwa kebutuhan berpakaian dan personal higiene
pengalaman perempuan yang mengalami secara mandiri. Etiologi dari diagnosa
keguguran merupakan peristiwa yang yang keperawatan ini adalah adanya efek dari
sangat sulit dalam kehidupan mereka anestesi. Klien saat dilakukan tindakan
(Swanson et.al,2006). Para perempuan bedah mendapatkan anestesi intravena
mendiskripsikan beberapa hal seperti yaitu diberikan diazepam 5 mg dan sulfas
berupaya mencari makna dari atropin 0,25 mg. Jenis obat ini memiliki efek
kehilangannya, kebingunan dan harapan samping diantaranya berupa sakit kepala,
terhadap kesehatan kehamilan dimasa yang pusing diare, mual dan muntah. Untuk
akan datang, merasakan adanya mengatasi diagnosa keperawatan
kekosongan, rasa bersalah, kesedihan, keterbatasan mobilitas fisik berhubungan
mengharapkan dukungan, keinginan untuk dengan efek dari anestesi maka
mendengarkan dan pemberian informasi implementasi keperawatan dilakukan
secara jujur tentang apa yang terjadi serta dengan tujuan klien dapat beraktifitas
apa yang harus dilakukan dimasa yang akan mandiri secara bertahap.
datang (Swanson et al, 2006).
Diagnosa keperawatan sejahtera yaitu
Untuk mengatasi rasa berduka yang dialami potensial peningkatan pengetahuan pada
klien maka dilakukan implemetasi klien dan keluarga dalam perawatan
keperawatan yang bertujuan agar klien dan kehamilan yang akan datang juga dapat
keluarga mampu mengungkapkan, klien ditegakkan karena klien mengungkapkan
dan keluarga mampu mengungkapkan adanya keinginan untuk mendapatkan
perasaan dan kebutuhan berkenaan dengan informasi tentang apa saja yang perlu
persetujuan tindakan yang akan dilakukan. dipersiapkan dan dilakukan untuk
Adapun implementasi keperawatannya menghadapi kehamilan yang akan datang.
adalah: Memberikan kesempatan klien/ Penelitian yang dilakukan oleh Sejourne,
keluarga baik secara verbal maupun non Callahan, dan Charbol (2010), tentang apa
verbal dalam mengungkapkan rasa berduka yang diinginkan perempuan setelah

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem
38
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
mengalami keguguran, ditemukan hasil mendasari perawat untuk memberikan
penelitian yaitu, sebagian besar perempuan bantuan, yaitu: total, partial dan supportif.
menginginkan adanya support sosial,
adanya penyediaan informasi yang baik dan REFERENSI
edukasi dari petugas kesehatan tentang apa
yang harus dilakukan pasca mengalami Abraham, Petter. (2010). Panduan kesehatan dalam
kehamilan,Alih bahasa Victor setyadi, editor
keguguran. Lyndon Saputra, penerbit Kharisma,Jakarta

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan Alam Naureen. (2007). Obstetrics and gynecology,
berdasarkan teori keperawatan menurut By Mosby, Inc, an affiliate of Elsevier
Wiedenbach seorang perawat harus mampu
mengidentifikasi kebutuhan passien Alamsyah M. (2009). Abortus berulang; editor , Budi
terhadap bantuan dengan melakukan Handono, Firman F.w, Johanes C; PT refika
Aditama. Bandung
langkah–langkah seperti mengobservasi
kesesuaian perilaku klien terhadap Anonim. (2011). Management of misscarriage and
ketidaknyamanan yang ia rasakan, ectopic pregnancy, Emergency nurse,Volume
mengeksplorasi makna gejala perilaku yang 9,No : 7
ditunjukkan klien, menentukan penyebab
dari ketidaknyamanan tersebut, Azhari. (2002). Masalah abortus dan kesehatan
mengidentifikassi kemampuan klien dalam reproduksi perempuan. Bagian Obstetri dan
Ginecologi FK. Unsri Palembang.
menyelesaikan masalah atau kebutuhan
klien terhadap bantuan dari perawat atau Benson.C.R, Pernol,L.M. (2008). Buku saku obstetric
profesi kesehatan lain. Jika klien dan ginecologi; alih bahasa,susiani Wijaya;
membutuhkan bantuan untuk editor edisi bahasa Indonesia Srie Sisca , - Ed
menyelesaikan permasalahannya, perawat 9. EGC. Jakarta
memfasilitasi perencanaan pelayanan
medis dan juga membuat perencanaan Brierf.N. (2008). Grief following misscariage : A
comprehensive riview of the literature,
keperawatan berdasarkan kebutuhan dan Journal of women health, volume 17, no : 3
keinginan klien. Kemampuan perawat
dalam mengeksplorasi informasi dari klien Bui Quynh. (2011). Management options for early
sangat bervariasi. Perawat dituntut untuk incomplete miscarriage, American Family
berfikir kritis dalam berinteraksi dengan Physician, Volume 83, No : 3.
klien dengan mengembangkan seni dalam
memberikan bantuan. Carpenito. L.J. (2006). Buku saku diagnosa
keperawatan alih bahasa Yasmin Asih. Editor
Monica Ester. Penerbit EGC. Jakarta.
Menurut Orem keperawatan merupakan
rangkaian aktifitas yang bersifat Chandranita, Fajar, Manuaba. (2004). Gawat darurat
therapeutik didasari oleh teori obstetric ginekologi dan obstetric ginekologi
keperawatan. Sistem keperawatan diartikan social untuk profesi bidan, EGC, Jakarta.
sebagai produk atau hasil dari aktifitas
perawat sebagai agent self care pasien serta Depkes RI. (2009). Profil kesehatan Indonesia 2008,
Depkes, Jakarta
memenuhi kebutuhan self care secara
therapeutik. Didalam sistem keperawatan, E. Rousell, Kerchmer, Orford. (2011). The
perawat memberi gambaran, merancang psychological impact of recurrent mis cariage
dan memfasilitasi kebutuhan self care and the rate of counselling at a pre-pregnancy
pasien dan mencari cara bentuk terapeutik counselling clinik. Journal of Reproduksi and
perawat sehingga dapat mengeliminir self infant Psychology. Vol 19 No. 1.
care defisit dari pasien. Terdapat tiga
Epsteint, Leichtenttrif, Benyamini.(2009). The
kategori sistem keperawatan yang experience of misscarriage in first pregnancy :
the women voice, Death studies,33: 1-29

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem
39
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 29-39
Gilbert, Harmon Judith Smith. (2003). Manual of high Reproductive and infant psychology, Vol. 17,
risk pregnancy and delivery. 3rd Mosby, St, No. 3.
Louis, Missouri.
Penyebab angka kematian ibu di Indonesia. (2012,
Husnah. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi Maret). http\\www.tribunnews.com
kejadian abortus di RSUD. Lamaddukelleng \2012\03\08\
Sengkang Kabupaten Wajo Periode Januari –
Juni 2010. Jurnal Medi Kebidanan Poltekes Rowlands I, Lee Christina. (2010). Adjusment after
Makasar No. 7, Edisi Juli – Desember 2010. miscarriage predicting positive mental health
trajectories among young Australians women.
Indrayani. (2011). Buku ajar asuhan kehamilan, CV Psycology and Medicine. Vol. 15. No. 1. Januari
Trans Info Media, Indonesia 2010. 34 – 49.

Irianti S. (2009). Abortus berulang; editor , Budi Rowlands I, Lee Christina. (2010). The silence was
Handono, Firman F.w, Johanes C; PT refika deafening : Social and health service support
Aditama. Bandung after mis carriage. Journal of Reproductive
and Infant Psycology. Vol 28, No. 3 August
Kaunonen, M. (2000). Support for a family in grief. 2010, 274 – 286.
University of Tempere.
Sugiarti. K.R. (2010). Analisis faktor-faktor yang
Mardhiyah, Prawirodihardjo, Tiro E. (2011). Analisa mempengarui abortus di RSIA. Amanah
derajat depresi menggunakan parameter Zung Sumpyuh kelurahan Bokopura Kecamatan
Self Rating Depresian pada abortus Sumpyuh kabupaten Bayumas.

Maker. C and Odgen. J. (2003). The mis carrage Sejourne, Callahan, dan Charbol,(2010). Supporting
experience more than just a trigger to following misscarriage : what women want,
psychological morbidity. Psycology and Journal of Reproductive and Infant
Health. Vol. 18 no. 3. Pp 403-415. Psychology, Vol : 28, No : 4 ,403-411

Marrines, Tommy A. (1994). A nursing thourist and Swanson, M.K. (1998). Caring made visible. Journal
their work. 3rd cd St. Louis Company. Creatif Health Care Management.

Maryunani , Yulianingsih. (2009). Asuhan Swanson, K.M. (1993). Nursing as informed caring
keperawatan dalam kebidanan. Trans Info for the well being of others. Journal of Nursing
Media, Jakarta Scholarship.

Mc Ewen. (2007). Theoritical Basic for Nursig. Ed. 3. Swanson. M.K. at. Al. (2006). Context and evaluation
Lpincott Williams & wilkins. Philadelphia. of women’s responses to mis caring during
the first year after loss. Research in Nursing
Murray, McKinney.(2007). Foundation of maternal and Health. 30, 2-16.
newborn nursig 4 th edition, Saunders An
imprint of Elsevier Inc Tarigan. (2009). Perdarahan selama kehamilan.
Universitas Sumatra Utara
Noerjasin H, Handono B, Kuwino H, Wirakusuma F.
(2010). The correlation between serum The helping art of clinical nursing. (2012, January
protein. Bcl 2 and caspase 3 level. 31), http://nursingcurrent.com

Norwitz, Schorge. (2008). At a glance obstetry and Tomey and Alligood. (2006). Nursing theorist and
gynecology 2th, penerbit Airlangga dan pusat their work theory of caring. Mosby Inc.
berbukuab Depdiknas
Varney, Kreibs, Gegor. (1998). Buku saku bidan
Parisaei, Shailendra, Dutta, Broadbent. (2008). (Varney’s poket midwife), EGC, Jakarta.
Obstetrics and gynaecology, Mosby Elseivier
Wijayanegara, H. (2009). Abortus berulang; editor ,
Paton, F.,Wood, R., Bor, R., Nitsun, M., (2000) Grief in Budi Handono, Firman F.w, Johanes C; PT
miscarriage patients and satisfaction with refika Aditama. Bandung
care in a London hospital, Journal of

Tutik Rahayu - Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for
Help Wiedenbach dan Self Care Orem

Anda mungkin juga menyukai