TENTANG
PERATURAN INTERNAL
(HOSPITAL BY LAWS, MEDICAL STAFF BY LAWS, CORPORATE BY LAWS)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR. H. M. CHATIB QUZWAIN
KABUPATEN SAROLANGUN
BUPATI SAROLANGUN,
1
2. Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten
Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3903)
sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang
Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten
Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 81, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3969);
2
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4502);
3
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan
Praktik Dokter dan Dokter Gigi;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN INTERNAL
(HOSPITAL BY LAWS, MEDICAL STAFF BY LAWS, CORPORATE
BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR. H. M.
CHATIB QUZWAIN KABUPATEN SAROLANGUN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
5
18. Staf medis pengganti adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan
dokter gigi spesialis yang telah terikat perjanjian dengan rumah sakit
maupun yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan penempatan di
rumah sakit dari pejabat yang berwenang dan hanya memiliki
kewenangan untuk melakukan tindakan medis di rumah sakit dalam
rangka menggantikan tugas profesi seorang staf medis yang
berhalangan.
19. Staf medis konsultan tamu adalah seorang dokter, dokter gigi, dokter
spesialis, dan dokter gigi spesialis yang telah diketahui memiliki reputasi
tinggi dibidang keahliannya yang diminta oleh rumah sakit untuk
melakukan tindakan medis tertentu untuk jangka waktu tertentu.
20. Komite Medik adalah wadah non-struktul fungsional yang sedang di beri
tugas mengkordinasikan kegiatan Komite Medik dalam rangka menjaga
mutu etika profes.
21. Komite Medik adalah wadah professional medis yang anggotanya terdiri
dari ketua-ketua staf Medik Fungsional dan atau yang mewakili disiplin
ilmu tertentu.
22. Panitia / Sub Komite adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh Komite
Medik untuk mengatasi masalah khusus Panitia ditetapkan dengan
surat keputusan Direksi atas usul Komite Medik.
23. Hak Klinis adalah kewenangan yang diberikan oleh Direktur melalui
Komite Medis melalui surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun.
24. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan direktur
rumah sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok
pelayanan medis tertentu berdasarkan daftar kewenangan klinis yang
telah ditetapkan.
25. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk
menentukan kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
26. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis tersebut.
27. Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan
rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.
28. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi
dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang
terkait dengan profesi medis
Bagian Kedua
Nama, Visi dan Misi
Pasal 2
(1) Nama Rumah Sakit ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H.
M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun, merupakan Rumah Sakit
milik Pemerintah Kabupaten Sarolangun.
6
(2) Visi Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun adalah menjadikan Rumah Sakit rujukan pilihan
jambi wilayah barat pada tahun 2016.
(3) Misi Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun adalah:
a. memberikan pelayanan kesehatan perorangan yang bermutu tinggi
dan terjangkau sesuai perkembangan IPTEKDOK;
b. menjadi pusat rujukan spesialistik dijambi wilayah barat dan
sekitarnya;
c. menjadi pusat diklat tenaga kesehatan dan Litbang teknologi
kesehatan;
d. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
(4) Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun untuk memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilatif serta menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat.
(5) Filosofi Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun merupakan Rumah Sakit Pemerintah Daerah
yang melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan, menjadi pusat
rujukan spesialistik, menjadi pusat diklat tenaga kesehatan dan litbang
teknologi kesehatan serta meningkat kesejahteraan karyawan.
(6) Motto Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun yaitu masyarakat puas adalah kebanggaan kami.
(7) Naskah ini adalah Hospital By Laws, Medical Staff By Laws dan
Corporate By Laws) Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib
Quzwain Kabupaten Sarolangun yang disingkat sebagai statuta.
BAB II
DIREKTUR RUMAH SAKIT
Pasal 3
7
(5) Direktur mempunyai tugas dan wewenang untuk:
a. Memimpin dan mengelola Rumah Sakit sesuai dengan tujuan Rumah
Sakit dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan
hasil guna;
b. Memelihara dan mengelola kekayaan Rumah Sakit Umum Daerah
Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun;
c. Mewakili Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib
Quzwain Kabupaten Sarolangun di dalam dan di luar pengadilan;
d. Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola
Rumah Sakit sebagaimana yang telah digariskan oleh Rumah Sakit
Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten
Sarolangun;
e. Menetapkan kebijakan operasional Rumah Sakit Umum Daerah Prof.
DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun; dan
f. Menyiapkan Rencana Jangka Penjang dan Rencana Kerja dan
anggaran Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib
Quzwain Kabupaten Sarolangun.
(6) Mengadakan dan memelihara pembukuan Rumah Sakit Umum Daerah
Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun sesuai dengan
standar yang berlaku.
(7) Menerapkan Struktur Organisasi dan tata kerja Rumah Sakit lengkap
dengan rincian tugasnya.
(8) Mengangkat dan memberhentikan tenaga honorer sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(9) Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan Hak dan Kewajiban tenaga
honorer sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(10) Menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala.
Pasal 4
BAB III
KEWENANGAN DIREKTUR
Pasal 5
8
Pasal 6
9
f. Memperhatikan syarat-syarat umum praktek klinis yang berlaku di
Rumah Sakit.
BAB IV
MEDICAL STAFF BY LAWS
NAMA, TUJUAN
Pasal 7
(1) Nama kelompok Dokter dan Dokter Gigi yang berhak memberikan
pelayanan medik di Rumah Sakit ini adalah Staff Medik Fungsional
(SMF) Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun.
(2) Pengelompokan anggota SMF berdasarkan bidang spesialisasi medik
yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun.
(3) Untuk Kelompok Dokter Umum masuk dalam SMF dokter umum dan
untuk Kelompok Dokter gigi dan dokter gigi speasialis masuk dalam SMF
dokter gigi.
(4) Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) masuk dalam SMF
sesuai dengan spesialisasi yang sedang diikuti.
(5) Nama wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari ketua-
ketua staf medis fungsional dan atau yang mewakili disiplin ilmu
tertentu adalah Komite Medik Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H.
M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun.
Pasal 8
Tujuan dan pengorganisasian Staf Medis Fungsional adalah agar staf medis
di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten
Sarolangun dapat lebih menata diri dengan fokus terhadap kebutuhan
pasien sehingga menghasilkan pelayanan medis yang berkualitas dan
bertanggung jawab.
Pasal 9
BAB V
PENERIMAAN, PENERIMAAN KEMBALI DAN PEMBERHENTIAN
ANGGOTA SMF
10
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
(1) Apabila seorang anggota SMF dengan alasan tertentu pindah/cuti diluar
tanggungan negara sehingga tidak bisa menjalankan tugas sebagai
anggota SMF.
(2) Apabila yang bersangkutan akan kembali anggota SMF maka yang
bersangkutan diharuskan untuk mendaftar ulang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
(3) Bagi anggota SMF yang pensiun bila ingin bekerja kembali di Rumah
Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten
Sarolangun maka satu (1) bulan sebelum SK pensiun keluar yang
bersangkutan diharuskan untuk mengajukan permohonan untuk
bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun sebagai dokter tidak tetap.
Pasal 13
Tenaga Medik anggota staf Medik Fungsional di Rumah Sakit Umum Daerah
Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun dapat diberhentikan
keanggotaanya oleh Direktur apabila:
a. meninggal dunia.
b. memasuki masa pensiun.
c. pindah bertugas dari lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR.
H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun.
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 14
11
(3) Memiliki surat keputusan penugasan sebagai anggota SMF dari Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten
Sarolangun.
(4) Mengikuti program pengenalan tugas lingkungan kerja di Rumah Sakit
Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun.
(5) Bersedia hanya bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M.
Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun pada jam kerja.
(6) Dokter tamatan Pendidikan luar Negeri yang ingin bekerja di Rumah
Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten
Sarolangun harus mematuhi persyaratan sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.
Pasal 15
Pasal 16
12
g. merujuk ke staf medis yang mempunyai kemampuan/keahlian yang
lebih baik apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau
pengobatan;
h. merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia;
i. melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila
ia yakin ada orang lian yang bertugas dan mampu melakukannya;
j. meningkatkan pengetahuan dan mempuannya secara terus menerus
dengan ikut serta secara aktif dalam program pendidikan, pelatihan,
dan penelitian yang berkesinambungan dan program-program
pengembangan medik lainnya yang diatur SMF dan Rumah Sakit;
k. membangun dan membina kerjasama yang baik dengan sesama
sejawat anggota SMF, paramedis dan pegawai rumah sakit lain demi
kelancaran pelayanan medik;
l. bersedia ikut dalam panitia-panitia Komite Medik dan Rumah Sakit;
m. ikut dan aktif pada penelitian yang diprogram oleh SMF dan Rumah
Sakit; dan
n. tidak melibatkan diri dalam kegiatan yang patut diduga dapat
merugikan penderita dan Rumah Sakit.
Pasal 17
Pasal 18
13
Pasal 19
(1) Komite Medik bila memandang perlu dapat memberi rekomendasi agar
anggota SMF dibatasi hak kliniknya kepada Direktur (Utama), atas
rekomendasi dari Panitia Kredensial agar anggota SMF dilakukan
pembatasan hak kliniknya.
(2) Pembatasan hak klinik ini dapat dipertimbangakan bila anggota SMF
tersebut dalam pelaksanaan tugasnya di Rumah Sakit Umum Daerah
Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun dianggap tidak
melaksanakannya sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku,
dapat dipandang dari sudut kinerja klinik, sudut etik profesi dan sudut
hukum.
(3) Panitia Kredensial membuat rekomendasi pembatasan hak klinik
anggota SMF setelah terlebih dahulu :
a. ketua SMF mengajukan surat untuk mempetimbangkan pencabutan
hak klinik dari anggota SMF nya kepada ketua Komite Medik;
b. komite Medik meneruskan permohonanan tersebut kepada panitia
kredensial untuk meneliti kinerja klinis dan etika profesi dan anggota
SMF yang bersangkutan; dan
c. panitia kredensial berhak memanggil anggota SMF yang
bersangkutan untuk memberikan penjelasan dan membela diri
setelah sebelumnya diberi kesempatan untuk membaca dan
mempelajari bukti-bukti tertulis tentang pelanggaran yang dibuatnya;
Panitia kredensial dapat meminta pendapat dari pihak lain yang
terkait.
Pasal 20
Pasal 21
BAB VII
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL
Pasal 22
14
c. Koordinator Pelayanan merangkap anggota; dan
d. Koordinator Penelitian dan Pemgembangan merangkap anggota.
(3) Masa bakti kepengurusan SMF adalah 5 tahun.
Pasal 23
(1) Pemilihan Calon Ketua SMF dilakukan dalam rapat pleno SMF dengan
prosedur yang telah ditetapkan oleh Komite Medik.
(2) Ketua SMF ditentukan oleh Direktur dari 2 (dua) calon yang diajukan.
(3) Dalam menetukan ketua SMF tersebut, bila dianggap perlu Direktur
dapat meminta pendapat Komite Medik.
(4) Bila anggota SMF kurang dari 3 orang , maka penentuan ketua SMF
dilakukan oleh Direktur setelah mendapat saran/masukan dari Komite
Medik.
(5) Ketua SMF terpilih menjadi anggota Komite Medik.
(6) Tugas Ketua SMF adalah mengkoordinasikan semua kegiatan anggota
SMF serta menyusun uraian tugas, wewenang dan tata kerja anggota
SMF dalam SMF yang dipimpinnya.
(7) Ketua SMF mempunyai kewenangan mengatur anggota SMF yang
mempunyai jabatan rangkap di struktural. Bila dianggap perlu maka
ketua SMF dapat membebas tugaskan yang bersangkutan dari kegiatan
rutin di SMF dan menerima kembali setelah yang bersangkutan selesai
dengan tugas jabatan strukturalnya.
Pasal 24
(1) Sekretaris dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF.
(2) Sekretaris SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam bidang
administrasi dan manajemen.
Pasal 25
(1) Koordinator Pelayanan dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF.
(2) Koordinator Pelayanan SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam
mengkoordinir kegiatan pelayanan medis.
Pasal 26
(1) Koordinator Penelitian dan Pengembangan dipilih oleh Ketua SMF dan
anggota tetap SMF.
(2) Koordinator Penelitian dan Pengembangan SMF bertugas membantu
Ketua SMF dalam mengkoordinasikan kegiatan penelitian,
pengembangan dan pelatihan anggota SMF.
15
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
BAB VIII
CORPORATE BY LAWS
Bagian Kesatu
Kedudukan Rumah Sakit
Pasal 30
16
Pasal 31
Bagian Kedua
Tujuan, Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Bagian Ketiga
Kewenangan Dan Tanggung Jawab Pemerintah Daerah
Pasal 35
17
Pasal 36
Pasal 37
Bagian Keempat
Struktur Organisasi
Pasal 38
18
BAB VIII
KOMITE MEDIK
Bagian Kesatu
Nama dan struktur Organisasi
Pasal 39
(1) Nama organisasi : Komite Medik adalah wadah profesional medis yang
anggotanya terdiri dari Ketua-ketua Staf Medis Fungsional dan atau yang
mewakili disiplin ilmu tertentu.
(2) Komite Medik mempunyai otoritas tertinggi dalam pengorganisasian staf
medis.
(3) Susunan kepengerusan Komite Medik terdiri dari :
a. Ketua merangkap anggota;
b. Wakil Ketua merangkap anggota;
c. Sekretaris buka anggota;
d. Anggota.
(4) Masa bakti kepengurusan Komite Medik adalah 5 tahun.
(5) Kepengurusan Komite Medik dipilih melalui rapat pleno untuk memilih
ketua, wakil ketua dan sekretaris.
(6) Pemilihan dilaksanakan sesuai prosedur tetap yang telah diatur di dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten
Sarolangun .
Bagian Kedua
Tugas, Fungsi dan Wewenang
Pasal 40
19
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
20
(8) Jumlah panitia/sub komite dapat ditambah atau di kurang sesuai
dengan kebutuhan.
Bagian Ketiga
Pola Hubungan Komite Medik Dengan Direktur
Pasal 44
(1) Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi komite medik.
(2) Ketua komite medik bertanggungjawab kepada direktur rumah sakit.
(3) Komite medik wajib memberikan laporan tahunan dan laporan berkala
tentang kegiatan keprofesian yang dilakukan kepada direktur.
(4) Direktur bersama komite medik untuk menyusun pengaturan layanan
medis (medical staff rules and regulations) agar pelayanan yang
profesional terjamin mulai saat pasien masuk hingga keluar dari rumah
sakit.
Bagian Keempat
Panitia Adhoc
Pasal 45
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat dibantu
oleh panitia adhoc.
(2) Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
direktur rumah sakit berdasarkan usulan ketua komite medik.
(3) Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari staf medis
yang tergolong sebagai mitra bestari.
(4) Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan dokter
spesialis/dokter gigi spesialis, kolegium dokter/dokter gigi, kolegium
dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dan/atau institusi pendidikan
kedokteran/kedokteran gigi.
BAB IX
RAPAT KOMITE MEDIK
Bagian Kesatu
Jenis Rapat
Pasal 46
(1) Rapat komite medik terdiri atas rapat rutin, rapat khusus, dan rapat
pleno.
(2) Setiap rapat komite medik dinyatakan sah hanya bila undangan telah
disampaikan secara pantas kecuali seluruh anggota komite medik yang
berhak memberikan suara menolak undangan tersebut.
21
Paragraf 1
Rapat Rutin Komite Medik
Pasal 47
(1) Komite menyelenggarakan rapat rutin satu bulan sekali pada waktu dan
tempat yang ditetapkan oleh komite medik.
(2) Sekretaris komite medik menyampaikan pemberitahuan rapat rutin
beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling
lambat lima hari kerja sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(3) Rapat rutin dihadiri oleh pengurus komite medik.
(4) Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu.
(5) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh sekretaris komite medik
sebagaimana diatur dalam ayat (2) harus melampirkan:
a. satu salinan agenda rapat;
b. satu salinan risalah rapat rutin yang lalu; dan
c. satu salinan risalah rapat khusus yang lalu
Paragraf 2
Rapat Khusus Komite Medik
Pasal 48
Paragraf 3
Rapat Pleno Komite Medik
Pasal 49
(1) Rapat pleno komite medik diselenggarakan satu kali satu tahun.
(2) Rapat pleno dihadiri oleh seluruh staf medis Rumah Sakit Umum Daerah
Prof DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun.
22
(3) Agenda rapat pleno paling tidak memuat laporan kegiatan yang telah
dilaksanakan komite medik, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
komite medik, dan agenda lainya yang ditetapkan oleh komite medik.
(4) Sekretaris komite medik menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan
secara tertulis beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak
hadir paling lambat empat belas hari sebelum rapat tersebut
dilaksanakan.
Bagian Kedua
Kuorum
Pasal 50
Bagian Ketiga
Pengambilan Putusan Rapat
Pasal 51
Kecuali telah diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By
Laws) ini, maka:
Bagian Keempat
Tata Tertib Rapat
Pasal 52
(1) Setiap rapat komite medik berhak dihadiri oleh seluruh pengurus komite
medik.
(2) Rapat dipimpin oleh ketua komite medik atau yang ditunjuk oleh ketua
komite medik.
(3) Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas perintah
ketua.
(4) Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai.
(5) Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin
pimpinan rapat.
(6) Setiap peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.
23
(7) Hal-hal lain yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan
oleh ketua sebelum rapat dimulai.
Bagian Kelima
Notulen Rapat
Pasal 53
BAB X
SUBKOMITE KREDENSIAL
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 54
24
Bagian Kedua
Konsep Kredensial
Pasal 55
Bagian Ketiga
Keanggotaan
Pasal 56
Bagian Keempat
Mekanisme Kredensial dan
Pemberian Kewenangan Klinis
Pasal 57
(1) Direktur rumah sakit menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur bagi
staf medis untuk memperoleh kewenangan klinis.
(2) Tahapan pemberian kewenangan klinis meliputi:
a. Staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada
direktur dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis
yang telah disediakan rumah sakit dengan dilengkapi bahan-bahan
pendukung.
25
b. Berkas permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh
direktur rumah sakit kepada komite medik.
c. Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang
telah diisi oleh pemohon.
d. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk
panel atau panitia ad-hoc dengan melibatkan mitra bestari dari
disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta
berdasarkan buku putih (white paper).
e. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel
atau panitia ad-hoc dengan mempertimbangkan reputasi, adanya
konflik kepentingan, bidang disiplin, dan kompetensi yang
bersangkutan.
f. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen:
1. kompetensi:
3. kompetensi mental/perilaku;
BAB XI
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 58
Bagian Kedua
Konsep Mutu Profesi
Pasal 59
(1) Kualitas pelayanan medis yang diberikan oleh staf medis sangat
ditentukan oleh semua aspek kompetensi staf medis dalam melakukan
penatalaksanaan asuhan medis (medical care management).
28
(2) Untuk mempertahankan mutu dilakukan upaya pemantauan dan
pengendalian mutu profesi melalui :
a. memantau kualitas, misalnya morning report, kasus sulit, ronde
ruangan, kasus kematian (death case), audit medis, journal reading;
b. tindak lanjut terhadap temuan kualitas, misalnya pelatihan singkat
(short course), aktivitas pendidikan berkelanjutan, pendidikan
kewenangan tambahan.
Bagian Ketga
Keanggotaan
Pasal 60
Bagian Keempat
Mekanisme Kerja
Pasal 61
29
a) sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap
kompetensi masing-masing staf medis pemberi pelayanan di
rumah sakit;
b) sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis (clinical
privilege) sesuai kompetensi yang dimiliki;
c) sebagai dasar bagi komite medik dalam merekomendasikan
pencabutan atau penangguhan kewenangan klinis (clinical
privilege); dan
d) sebagai dasar bagi komite medik dalam merekomendasikan
perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis seorang staf
medis.
6. Langkah-langkah pelaksanaan audit medis dilaksanakan sebagai
berikut:
a) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit memperhatikan
jumlah kasus atau epidemiologi penyakit yang ada di rumah
sakit dan adanya keinginan untuk melakukan perbaikan;
b) Pemilihan dan penetapan topik atau masalah yang ingin
dilakukan audit dipilih berdasarkan kesepakatan komite
medik dan kelompok staf medis;
c) Penetapan kriteria dan standar profesi yang jelas, obyektif dan
rinci terkait dengan topik tersebut;
d) Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit;
e) Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan
pelayanan;
f) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan
kriteria;
g) Kasus-kasus tersebut di analisis dan didiskusikan apa
kemungkinan penyebabnya dan mengapa terjadi
ketidaksesuaian dengan standar;
h) Tim pelaksana audit dan Mitra bestari (peer group) melakukan
tindakan korektif terhadap ketidak sesuaian secara kolegial,
dan menghindari “blaming culture”. Hal ini dilakukan dengan
membuat rekomendasi upaya perbaikannya, cara-cara
pencegahan dan penanggulangan, mengadakan program
pendidikan dan latihan, penyusunan dan perbaikan prosedur
yang ada dan lain sebagainya;
i) Rencana reaudit untuk topik yang sama untuk mengetahui
apakah sudah ada upaya perbaikan.
j) Memilih topik yang lainnya.
BAB XII
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 62
Subkomite etika dan disiplin profesi pada komite medik di rumah sakit
dibentuk dengan tujuan:
31
Bagian Kedua
Konsep Etika Dan Disiplin Profesi
Pasal 63
(1) Setiap staf medis dalam melaksanakan asuhan medis di rumah sakit
harus menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme kedokteran sehingga
dapat memperlihatkan kinerja profesi yang baik sehingga pasien akan
memperoleh asuhan medis yang aman dan efektif.
(2) Upaya peningkatan profesionalisme staf medis dilakukan dengan
melaksanakan program pembinaan profesionalisme kedokteran dan
upaya pendisiplinan berperilaku profesional staf medis di lingkungan
rumah sakit.
(3) Dalam penanganan asuhan medis tidak jarang dijumpai kesulitan dalam
pengambilan keputusan etis sehingga diperlukan adanya suatu unit
kerja yang dapat membantu memberikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan etis tersebut.
(4) Pelaksanaan keputusan subkomite etika dan disiplin profesi di rumah
sakit merupakan upaya pendisiplinan oleh komite medik terhadap staf
medis di rumah sakit yang bersangkutan.
(5) Landasan kerja Subkomite ini antara lain:
a. peraturan internal rumah sakit;
b. peraturan internal staf medis;
c. etik rumah sakit; norma etika medis dan norma-norma bioetika.
(6) Tolak ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis,
antara lain adanya:
a. pedoman pelayanan kedokteran di rumah sakit;
b. prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
c. daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
d. pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis
(white paper) di rumah sakit;
e. kode etik kedokteran Indonesia;
f. pedoman perilaku profesional kedokteran (buku penyelenggaraan
praktik kedokteran yang baik);
g. pedoman pelanggaran disiplin kedokteran;
h. pedoman pelayanan medik/klinik;
i. standar prosedur operasional asuhan medis.
Bagian Ketiga
Keanggotaan
Pasal 64
(1) Subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf medis yang memiliki surat
penugasan klinis (clinical appointment) di rumah sakit tersebut dan
berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
(2) Pengorganisasian subkomite etika dan disiplin profesi sekurang-
kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan
oleh dan bertanggung jawab kepada ketua komite medik.
32
Bagian Keempat
Mekanisme Kerja
Pasal 65
33
3. Pemeriksaan
a) dilakukan oleh panel pendisiplinan profesi;
b) melalui proses pembuktian;
c) dicatat oleh petugas sekretariat komite medik;
d) terlapor dapat didampingi oleh personil dari rumah sakit
tersebut;
e) panel dapat menggunakan keterangan ahli sesuai
kebutuhan;
f) seluruh pemeriksaan yang dilakukan oleh panel disiplin
profesi bersifat tertutup dan pengambilan keputusannya
bersifat rahasia.
4. Keputusan
a) Keputusan panel yang dibentuk oleh subkomite etika dan
disiplin profesi diambil berdasarkan suara terbanyak, untuk
menentukan ada atau tidak pelanggaran disiplin profesi
kedokteran di rumah sakit;
b) Bilamana terlapor merasa keberatan dengan keputusan
panel, maka yang bersangkutan dapat mengajukan
keberatannya dengan memberikan bukti baru kepada
subkomite etika dan disiplin yang kemudian akan
membentuk panel baru;
c) Keputusan ini bersifat final dan dilaporkan kepada direksi
rumah sakit melalui komite medik.
5. Tindakan Pendisiplinan Perilaku Profesional, pemberian
Rekomendasi tindakan pendisiplinan profesi pada staf medis
oleh subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit berupa:
a) peringatan tertulis;
b) limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege);
c) bekerja dibawah supervisi dalam waktu tertentu oleh orang
yang mempunyai kewenangan untuk pelayanan medis
tersebut;
d) pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara
atau selamanya.
6. Pelaksanaan Keputusan, Ketua komite medik memberikan
rekomendasi hasil keputusan subkomite etika dan disiplin
profesi tentang pemberian tindakan disiplin profesi diserahkan
kepada direktur rumah sakit untuk ditindaklanjuti.
b. Pembinaan Profesionalisme Kedokteran
1. Subkomite etika dan disiplin profesi menyusun materi kegiatan
pembinaan profesionalisme kedokteran.
2. Pelaksanaan pembinaan profesionalisme kedokteran dapat
diselenggarakan dalam bentuk ceramah, diskusi, simposium,
lokakarya, dsb yang dilakukan oleh unit kerja rumah sakit
terkait seperti unit pendidikan dan latihan, komite medik, dan
sebagainya.
c. Pertimbangan Keputusan Etis
1. Staf medis dapat meminta pertimbangan pengambilan
keputusan etis pada suatu kasus pengobatan di rumah sakit
melalui kelompok profesinya kepada komite medik;
34
2. Subkomite etika dan disiplin profesi mengadakan pertemuan
pembahasan kasus dengan mengikutsertakan pihak-pihak
terkait yang kompeten untuk memberikan pertimbangan
pengambilan keputusan etis tersebut.
BAB XIII
MUTU ASUHAN PROFESIONAL KEPADA PASIEN
Bagian Kesatu
Pemeliharaan Rekam Medis
Pasal 66
(1) Staf medis harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin
kelengkapan rekam medis tiap pasien yang ditanganinya di Rumah Sakit
Umum Daerah Prof DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun
terpelihara dengan baik, adekuat dan dalam waktu yang secukupnya;
(2) Pelanggaran atas ketentuan ini, staf medis dapat dikenakan sanksi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pengiriman Jaringan Untuk Pemeriksaan Patologi
Pasal 67
(1) Staf medis wajib mengirimkan jaringan yang dikeluarkan pada waktu
operasi untuk pemeriksaan patologi.
(2) Staf medis wajib melakukan pemeriksaan secara cermat dan teliti pada
waktu masuk rawat dan mencatat diagnosa pra-bedah.
Bagian Ketiga
Kesempatan Konsultasi
Pasal 68
Staf medis wajib memberikan kesempatan yang cukup bagi pasien yang
hendak melakukan konsultasi mengenai penyakit dan/atau keluhan yang
dideritanya sebelum dilakukan upaya medis.
Bagian Keempat
Persetujuan Tindakan Medis
Pasal 69
(1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara
tertulis maupun lisan.
35
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan
kedokteran dilakukan.
(4) Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang dibuat dalam bentuk pernyataan
yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu dan
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
(5) Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diberikan dengan
persetujuan lisan dan diberikan dalam bentuk ucapan setuju atau
bentuk gerakan menganggukkan kepala yang dapat diartikan sebagai
ucapan setuju.
(6) Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan
tertulis.
(7) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien
dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan
kedokteran, tindakan yang dilakukan dicatat di dalam rekam medik,
dan dokter atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera
mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau kepada keluarga
terdekat.
(8) Dokter dan/atau staf medis yang akan melakukan tindakan medik
mempunyai tanggungjawab utama memberikan informasi dan penjelasan
yang diperlukan kepada pasien dan/atau keluarga pasien.
(9) Informasi dan penjelasan atas persetujuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c. Altematif tindakan lain, dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Perkiraan pembiayaan.
BAB XIV
KERAHASIAN, INFORMASI MEDIS
Pasal 70
36
Pasal 71
BAB XV
AMANDEMEN/PERUBAHAN
Pasal 72
BAB XVI
PEMBIAYAAN
Pasal 73
Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan peraturan ini dibebankan pada
anggaran Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun.
37
BAB XVII
PENUTUP
Pasal 74
BUPATI SAROLANGUN,
CEK ENDRA
Diundangkan di Sarolangun
Pada tanggal 2013
THABRONI ROZALI
38