Anda di halaman 1dari 3

⛵⛵ TRIP TO DIRUNG PINANG VILLAGE ⛵⛵

Kamis, 14 September 2017. Puskesmas Muara Laung mengadakan perjalanan


dinas ke beberapa desa, yaitu Desa Biha, Desa Dirung Pinang, Desa Muara
Tupuh, dan Desa Tumbang Bana. Kendaraan yang digunakan adalah klotok.

Saya dan tim ditugaskan ke Desa Dirung Pinang.Dirung Pinang adalah salah satu
desa yang terletak di Kecamatan Laung Tuhup Kabupaten Murung Raya,
Kalimantan Tengah. Desa Dirung Pinang bersebelahan dengan Desa Dirung
Pundu. Desa-desa ini terletak di pinggiran Sungai Barito, kurang lebih 2 jam
menyusuri sungai dari dermaga Desa Muara Laung.

Pertama kali saya naek klotok jaman SD di Lampung, perjalanan ke Rawa Pitu.
Itupun sekarang udah lupa rasanya gimana. Jadi agak takut mau naek klotok
lagi dan sangsi mau ngajak kakak, suami pun tak mengijinkan kakak dibawa,
tapi ternyata temen2 pada bawa anak2nya, akhirnya kakak pun mengantongi
ijin dari papa, alhamdulilah.

Persiapan dimulai dari malam hari. Persiapan baju kakak, bekal makanannya,
dan sederetan keperluannya, karna besok berangkat jam 06.00 wib. Nyempetin
diri buat bolu, perkedel jagung, goreng kerupuk, nasi+lauk, takut kakak
kelaperan. Kakak kan doyan makan 😂. Sembari disounding “kaaaak, besok
kakak ikut mama ya, kita naek klotok, jalan2 sambil bantuin mama kerja, kakak
besok yang pinter ya, kita berpetualang”

Pagi harinya super duper sibuk. Adek ga sempet dipegang. Cuma cium2 dikit
aja. Klotok berangkat kira2 jam 07.00 wib. Aaaahhhh...serruuuuuuuuuu.
Menyusuri sungai, merasakan cipratan airnya, udara segarnya, Subhanallah
indahnya alam ini. Sudah seperti jalan darat aja, kendaraan lalu lalang. Mulai
dari klotok besar bermuatan lemari2, klotok penumpang seperti yang kami
gunakan, klotok mesin kecil yang ga ada atapnya, pun banyak yang pake
sampan. Perempuan juga ada lo yang sendirian menyampan perahunya. Wonder
women 😍.

Ga cuma dihidangkan dengan pemandangan2 menakjubkan itu, kami juga


diajakin goyang dumang, eeh goyang gelombang maksudnya. Seru nih, jadi kalo
ada klotok dari arah lawan, setelah berpapasan kami akan berguncang2 karna
gelombang klotok lawan. Adrenaline junkies kayak saya pasti sukak nih yang
beginian 😆 (Jadi kangen watersport, rafting, banana boat, flying fish, etc).

Ohya duduk di dalem klotok itu udah kayak ikan pepes, berbaris rapi berselang
seling biar kanan dan kiri seimbang. Ada yang bawa bantal segala biar enak
bobo. Aku mah ke kepikiran, jadi rasanya boyok memang lumayan krenyes2 😁

Satu jam berlalu kami tiba di Desa Biha, tim Biha turun. Lanjut lagi kurang lebih
1 jam kemudian sampe di Desa Dirung Pinang, saya dan tim turun. Temen2
lanjut terus sampai yang terjauh, Desa Tumbang Bana. Jadi pulangnya
tunggu2an. Dari Bana jemput yang di Tupuh, kemudian jemput kami di Dirung
Pinang, lanjut jemput di Biha.

Turun klotok lesu kakinya. Hahaha. Akifa digendong temen karna tangga naik ke
desanya lumayan tinggi dan imut2, mana pake nyebrang segelintir kayu juga.
Sampe di desa istirahat 15 menit, lanjut pemeriksaan kelas 1 SD. Jumlah SD
yang diperiksa 2 buah, SD Dirung Pinang siswanya 6 orang, absen 2. SD Dirung
Pundu siswanya 1 orang. Miris yah 1 orang 😯

Pemeriksaan di SD selesai lanjut ke SMP. Pas pemeriksaan saya banyak tanya


sama mereka. Apa impian mereka, mata pencahariaan orang tuanya, tentang
sekolahnya, harapan2 mereka. Dan hasilnya menakjubkan. Impian mereka
sangat besar, ada yang ingin jadi guru agama, tentara, suster, dokter, ada juga
yang masih belom tau. Orangtuanya rata2 menyadap getah karet. Mereka
berniat melanjutkan SMA di Muara Laung karna di Dirung Pinang ga ada SMA.
Bahkan ada yang sambil kerja angkat2 barang di Muara Laung setiap minggu.
Mereka semangat menyambung pendidikan mereka, berharap ada ekskul di
sekolahnya, berharap impian mereka terfasilitasi. Mereka pun bercerita tentang
mata pelajaran kesukaan mereka, mereka giat belajar karna ingin mengejar
impian2nya. Kalo kutanya apakah orang tua mereka mendukung impian
mereka? YA. Jawaban mereka. Pe er untuk kita semua nih untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di desa2 terpencil.

Baiklah tugas selesai. Saatnya ishoma. Sampe jam 3 sore jemputan belum jg
datang. Akhirnya saya berkeliling desa, ditemani gadis cilik bernama Amah yang
sangat menyukai kakak. Amah menunjukkan kantor desa, masjid, TK, dan
rumah tumbuh. What?? Rumah tumbuh?? Penasaran banget kan aku. What the
meaning of Rumah Tumbuh?

“Amah, rumah tumbuh tu apa? Rumah tumbuh2an kah?”, tanyaku. Bayanganku


sih seperti hamparan tanah yang dibatasi oleh jaring2 berisi tanaman2, mungkin
TOGA atau tanaman lainnya.

“Bukan”, jawabnya ringkas.

Saya dan kakak terus mengikuti langkah Amah. Dan ternyataaaaa...dereng deng
deng…..rumah tumbuh adalah rumah yang baru dibangun 😂😂😂. Letaknya di
ujung desa, di perbatasan. Saya sempatkan bermain dengan anak salah satu
penduduk di sana dan bincang2 dengan orang tuanya.

“Bapak tiap harinya kerja apa?”


“Aaahh..ga ada aja..nyadap aja”

“ohya, sepertinya rata2 disini nyadap ya pak. Tadi anak2 di sekolah saya tanya
juga jawabannya gitu”
“iya, tu liat dimana2 karet, di seberang juga (sambil nunjuk seberang sungai)”

“Jualnya kemana pak?”


“di sini aja”

“harga berapa pak?”


“murah, 6000 aja sekilo”

“Biasanya tiap hari dapet brp kilo pak?”


“ah itu mah lain2, kalo banyak pohonnya ya bisa dapet banyak, tapi kalo dikit ya
sebentar aja udah pulang”

“pernah paling banyak dapet berapa kilo pak?”


“sampe 20 kg pernah”

Kemudian aku berhitung dalam hati


20 kg x Rp. 6000 = Rp. 120rb
Ini maksimal
Bagaimana hari lain2nya kalo cuma dapet dikit?
Duh sedih aku 😢😢😢

Tak lama saya pamit karna sudah sore. Dan gak lama klotok kami tiba pukul
16.30 win. Kami pamitan dengan warga desa. Ada rasa haru dan bahagia
meninggalkan desa ini. Berharap bisa berjumpa lagi dengan mereka.

Hari gelap dan kami masih di perjalanan. Pukul 18.30 wib sampe di Muara
Laung. Ada yang beda rasanya. Kepalaku berputar tak mampu berjalan. Sesekali
mau roboh tapi pegangan temen. Akhirnya pulang diantar. Alhamdulilah kembali
ke rumah dengan selamat.

Luar biasa hari ini. Kakak juga nampak bahagia sekali. Ceria dan bersemangat.
Trimakasih teman2 atas kerjasamanya. Semoga setiap kejadian memberikan
banyak pelajaran untuk hidup kita ke depannya.

Jejak Petualang
Anis Ade Alinis

Anda mungkin juga menyukai