Saya dan tim ditugaskan ke Desa Dirung Pinang.Dirung Pinang adalah salah satu
desa yang terletak di Kecamatan Laung Tuhup Kabupaten Murung Raya,
Kalimantan Tengah. Desa Dirung Pinang bersebelahan dengan Desa Dirung
Pundu. Desa-desa ini terletak di pinggiran Sungai Barito, kurang lebih 2 jam
menyusuri sungai dari dermaga Desa Muara Laung.
Pertama kali saya naek klotok jaman SD di Lampung, perjalanan ke Rawa Pitu.
Itupun sekarang udah lupa rasanya gimana. Jadi agak takut mau naek klotok
lagi dan sangsi mau ngajak kakak, suami pun tak mengijinkan kakak dibawa,
tapi ternyata temen2 pada bawa anak2nya, akhirnya kakak pun mengantongi
ijin dari papa, alhamdulilah.
Persiapan dimulai dari malam hari. Persiapan baju kakak, bekal makanannya,
dan sederetan keperluannya, karna besok berangkat jam 06.00 wib. Nyempetin
diri buat bolu, perkedel jagung, goreng kerupuk, nasi+lauk, takut kakak
kelaperan. Kakak kan doyan makan 😂. Sembari disounding “kaaaak, besok
kakak ikut mama ya, kita naek klotok, jalan2 sambil bantuin mama kerja, kakak
besok yang pinter ya, kita berpetualang”
Pagi harinya super duper sibuk. Adek ga sempet dipegang. Cuma cium2 dikit
aja. Klotok berangkat kira2 jam 07.00 wib. Aaaahhhh...serruuuuuuuuuu.
Menyusuri sungai, merasakan cipratan airnya, udara segarnya, Subhanallah
indahnya alam ini. Sudah seperti jalan darat aja, kendaraan lalu lalang. Mulai
dari klotok besar bermuatan lemari2, klotok penumpang seperti yang kami
gunakan, klotok mesin kecil yang ga ada atapnya, pun banyak yang pake
sampan. Perempuan juga ada lo yang sendirian menyampan perahunya. Wonder
women 😍.
Ohya duduk di dalem klotok itu udah kayak ikan pepes, berbaris rapi berselang
seling biar kanan dan kiri seimbang. Ada yang bawa bantal segala biar enak
bobo. Aku mah ke kepikiran, jadi rasanya boyok memang lumayan krenyes2 😁
Satu jam berlalu kami tiba di Desa Biha, tim Biha turun. Lanjut lagi kurang lebih
1 jam kemudian sampe di Desa Dirung Pinang, saya dan tim turun. Temen2
lanjut terus sampai yang terjauh, Desa Tumbang Bana. Jadi pulangnya
tunggu2an. Dari Bana jemput yang di Tupuh, kemudian jemput kami di Dirung
Pinang, lanjut jemput di Biha.
Turun klotok lesu kakinya. Hahaha. Akifa digendong temen karna tangga naik ke
desanya lumayan tinggi dan imut2, mana pake nyebrang segelintir kayu juga.
Sampe di desa istirahat 15 menit, lanjut pemeriksaan kelas 1 SD. Jumlah SD
yang diperiksa 2 buah, SD Dirung Pinang siswanya 6 orang, absen 2. SD Dirung
Pundu siswanya 1 orang. Miris yah 1 orang 😯
Baiklah tugas selesai. Saatnya ishoma. Sampe jam 3 sore jemputan belum jg
datang. Akhirnya saya berkeliling desa, ditemani gadis cilik bernama Amah yang
sangat menyukai kakak. Amah menunjukkan kantor desa, masjid, TK, dan
rumah tumbuh. What?? Rumah tumbuh?? Penasaran banget kan aku. What the
meaning of Rumah Tumbuh?
Saya dan kakak terus mengikuti langkah Amah. Dan ternyataaaaa...dereng deng
deng…..rumah tumbuh adalah rumah yang baru dibangun 😂😂😂. Letaknya di
ujung desa, di perbatasan. Saya sempatkan bermain dengan anak salah satu
penduduk di sana dan bincang2 dengan orang tuanya.
“ohya, sepertinya rata2 disini nyadap ya pak. Tadi anak2 di sekolah saya tanya
juga jawabannya gitu”
“iya, tu liat dimana2 karet, di seberang juga (sambil nunjuk seberang sungai)”
Tak lama saya pamit karna sudah sore. Dan gak lama klotok kami tiba pukul
16.30 win. Kami pamitan dengan warga desa. Ada rasa haru dan bahagia
meninggalkan desa ini. Berharap bisa berjumpa lagi dengan mereka.
Hari gelap dan kami masih di perjalanan. Pukul 18.30 wib sampe di Muara
Laung. Ada yang beda rasanya. Kepalaku berputar tak mampu berjalan. Sesekali
mau roboh tapi pegangan temen. Akhirnya pulang diantar. Alhamdulilah kembali
ke rumah dengan selamat.
Luar biasa hari ini. Kakak juga nampak bahagia sekali. Ceria dan bersemangat.
Trimakasih teman2 atas kerjasamanya. Semoga setiap kejadian memberikan
banyak pelajaran untuk hidup kita ke depannya.
Jejak Petualang
Anis Ade Alinis