Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

Asfiksia Neonatrum di Ruang Perinatologi RS Wava Husada

LIA YUS FIANA


NIM. 1830028

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


STIKes KEPANJEN
TA 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan
atau persalinan (Sofian, 2012).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir
mengalami gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan karbondioksida
(Sarwono, 2010).
Asfiksia neonatorum merupakan kelanjutan dari kegagalan janin (fetal
distress) intrauteri. Fetal distress adalah keadaan ketidakseimbangan antara
kebutuhan O2 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolisme
janin menuju metabolisme anaerob, yang menyebabkan hasil akhir
metabolismenya bukan lagi CO2 (Manuaba, 2008).

2. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (Nurarif &
Kusuma, 2013):
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Faktor Disebabkan Keterangan


Maternal  Hipotensi  Aliran darah menuju plasenta akan
syok dengan berkurang sehingga O2 dan nutrisi makin
sebab apapun tidak seimbang untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
 Anemia  Kemampuan transportasi O2 turun
maternal sehingga konsumsi O2 janin tidak
terpenuhi
 Penekanan  Metabolisme janin sebagian menuju
respirasi atau metabolisme anaerob sehingga terjadi
penyakit timbunan asam laktat dan piruvat serta
paru menimbulkan asidosis metabolic
 Malnutrisi  Semuanya memberikan kotribusi pada
 Asidosis dan pertumbuhan konsentrasi O2 dan nutrisi
dehidrasi makin menurun.
 Supine
hipotensi
Uterus  Aktivitas  Menyebabkan aliran darah menuju
kontraksi plasenta makin menurun sehingga O2
memanjang/h dan nutrisi menuju janin makin
iperaktivitas berkurang
 Gangguan  Timbunan glukosanya yang
Vaskuler menimbulkan energy pertumbuhan
melalui O2 dengan hasil akhir CO2 atau
habis karena dikeluarkan melalui paru –
paru atau plasenta janin, tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan.
 Metabolisme beralih menuju
metabolisme anaerob yang menimbulkan
asidosis
Plasenta  Degenerasi  Fungsi plasenta akan berkurang sehingga
vaskuler tidak mampu memenuhi kebutuhan O2
 Solusio dan nutrisi metabolisme janin
plasenta  Menimbulkan metabolisme anaerob dan
 Pertumbuhan akhirnya asidosis dengan pH darah turun.
hypoplasia
primer
Tali  Kompresi  Aliran darah menuju janin berkurang
Pusat tali pusat  Tidak mampu memenuhi nutrisi O2 dan
 Simpul nutrisi
mati/lilitan  Metabolisme berubah menjadi
tali pusat metabolisme anaerob
 Hilangnya
jelly
Wharton
Janin  Infeksi  Kebutuhan metabolisme nutrisi makin
tinggi, sehingga ada kemungkinan tidak
dapat dipenuhi oleh aliran darah dari
plasenta
 Anemia janin  Aliran nutrisi dan O2 tidak cukup
menyebabkan metabolisme janin menuju
metabolisme anaerob, sehingga terjadi
timbunan asam laktat dan piruvat
 Kemampuan untuk transportasi O2 tidak
cukup sehingga metabolisem janin
berubah menjadi menuju anaerob yang
menyebabkan asidosis.
3. Klasifikasi
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik
sama pada asfiksia berat.
Pemeriksaan apgar untuk bayi :
Tabel 1. Nilai Apgar
NILAI APGAR SCORE
TANDA
0 1 2
Frekuensi Jantung Tidak ada Lambat, < 100 x/mnt > 100 x/mnt
Usaha Napas Tidak ada Tidak teratur Menangis kuat
Tonus Otot Lunglai Beberapa fleksi ekstremitas Gerakan aktif
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
napas dibersihkan
Warna Kulit Biru pucat Tubuh merah muda, Merah muda seluruhnya
ekstremitas biru

Keterangan :
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru
lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
Evaluasi gawat napas dengan menggunakan (PONEK, 2008) dapat
menggunakan Skor Downe adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Evaluasi gawat napas dengan menggunakan skor downe (Ponek,
2008)
Skor
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi napas <60 dpm 60-80 dpm >80 dpm
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang dengan Sianosis menetap
sianosis pemberian O2 walaupun diberi oksigen
Suara nafas Suara Suara nafas di kedua paru Tidak ada suara nafas di
nafas di menurun kedua paru
kedua
paru baik
Merintih Tidak Dapat didengar dengan Dapat di dengar tanpa
merintih stetoskop alat bantu
Evaluasi total nilai :
- <4 : gawat napas ringan
- 4-7 : gawat napas sedang
- >7 : gawat napas berat

4. Manifestasi Klinis
Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda-
tanda sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :
a. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada keadaan
umum normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit dan selama his
frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal setelah tidak ada his.
b. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan O2
merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin asfiksia.
c. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun sampai <7,2
karena asidosis menyebabkan turunnya pH.

5. Komplikasi
Komplikasi ini meliputi beberapa organ:
a. Edema otak dan Perdarahan otak
Pada penderita asfksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi aliran darah ke otak yang menurun. Keadaaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak.
Hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfksia. Keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan
ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2. Hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut
karena perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal, diantaranya : hipoksemia dan perdarahan pada otak.
Sedangkan akibat tindakan dari pemakaian bag and mask yang berlebihan
dapat menyebabkan pneumotoraks, dimana pada pengembangan paru yang
berlebihan dapat menyebabkan alveolus pecah atau robekan pada mediastinum
sehinga udara akan mengisi rongga pleura / mediastinum.

6. Patofisiologi dan Pathway


a. Patofisiologi
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif
dan akan terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila
proses adaptasi terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang
akan berefek pada gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-paru,
ginjal dan otak yang mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,
timbul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Maka timbul rangsangan dari nervus sispatikus
sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin
akan mengadakan pernafasan intrauteri dan bila kita periksa kemudian banyak
air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan dapat terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang (Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut,
bayi akan menunjukan pernafasan yang dalam, denyut jantung menurun terus
menerus, tekanan darah bayi juga mulai menurun, dan bayi akan terlihat lemas.
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekuner. Selama apneu sekunder denyut jantung, tekanan darang dan kadar O2
dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan tidak di mulai
segera (Manuaba, 2008).
b. Pathway
Menurut Manuaba (2008) :
Tali pusat
Plasenta (degenerasi (kompresi, lilitan
Maternal (hipotensi syok, anemia vaskuler, solusio tali pusat, Janin
Uterus (aktivitas plasenta, pertumbuhan (infeksi,anemia
maternal, penekanan hilangnya jelly
kontraksi, gangguan hypoplasia primer) janin,
respirasi,malnutrisi, asidosis, wharton)
vaskuler) sungsang)
supine hipotensi)

ASFIKSIA (sedang, berat)

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan ( misal : aspirasi


& kadar CO2 meningkat mekonium, air ketuban)

Gangguan metabolism &


perubahan asam basa

Napas cepat Suplai O2 dalam darah ↓ Suplai O2 ke paru ↓ Asidosis respiratorik

Apneu Hipoksia organ (jantung, Gangguan perfusi-ventilasi


otak paru)
Kerusakan otak
DJJ & TD ↓
sianosis
Napas cuping hidung,
sianosis, hipoksia
Ketidakefektifan Kematian bayi
Ketidakefektifan perfusi jaringan
pola napas perifer
(00032) (00204) Gangguan
Proses keluarga terhenti pertukaran gas
(00030)

Akral dingin

Resiko Cidera
(00035)
Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh (00005)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa
asfiksia pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2005), yaitu:
1) Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit.
Selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100
semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan
tanda bahaya.
2) Mekonium Dalam Air Ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan
harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban
pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3) Pemeriksaan Darah Janin
Alat yang digunakan : amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah
ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila
pH itu turun sampai di bawah 7.2, hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.
Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin
mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu diadakan
persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut jika terdapat asfiksia,
tingkatnya perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitasi yang sempurna.
Untuk hal ini diperlukan cara penilaian menurut APGAR.
4) Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/ Ht) : kadar
Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit.
5) Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.
8. Penatalaksanaan
a. Tindakan Keperawatan:
1) Bersihkan jalan nafas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir
mudah mengalir, bila perlu digunakan laringioskop untuk membantu
penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.
2) Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki
menekan tanda achiles.
3) Mempertahankan suhu tubuh.
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat: Berikan oksigen dengan tekanan positif dan intermiten
melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah
diperkaya dengan oksigen. Tekanan O2 yang diberikan tidak lebih dari 30
cmH2O. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan massage jantung
dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
2) Asfiksia sedang/ringan: Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang
nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog
breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri oksigen 1-2
l/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta
gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit. Penghisapan cairan
lambung untuk mencegah regurgitasi.
Konsep Asuhan Keperawatan
Asfiksia

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
 Pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal
mrs, tanggal pengkajian, ruangan, diagnosa medis no. rekam medik)
 Identitas penanggung jawab (nama orang tua, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, umur)
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : Kesulitan bernafas akibat bersihan jalan nafas atau
hipoksia janin akibat otot pernapasan yang kurang optimal.
 Riwayat kesehatan dahulu
Kaji riwayat kehamilan/persalinan (prenatal, natal, neonatal, posnatal)
 Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga pernah mengalami penyakit yang sama atau
penyakit lainnya.
c. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/menit. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
1) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal
tepat di kiri dari mediasternum pada ruang intercosta III/IV.
2) Murmur biasanya terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
3) Tali pusat putih dan bergelatin mengandung 2 arteri 1 vena.
d. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
e. Makanan/cairan
1) Berat badan: 2500-4000 gram.
2) Panjang badan: 44-45 cm.
3) Turgor kulit elastis (bervarias sesuai gestasi).
f. Neurosensori
1) Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan
asimetris (molding, edema, hematoma).
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukan
abnormalitas genetik, hipoglikemia atau efek nerkotik yang memanjang).
g. Pernafasan
1) Skor APGAR: skor optimal antara 7-10.
2) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
3) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya silindrik
thorak: kertilago xifoid menonjol umum terjadi.
h. Keamanan
Suhu rentan dari 36,50C -37,5oC. Ada vermiks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
i. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukan memar minor
(misal: kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herliquin, petekie
pada kepala/wajah (dapat menunjukan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak
mata, antara alis dan mata atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mingkin ada
(penempatan elektroda internal). (Mansjoer, 2007)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli, alveolar edema, alveoli-perfusi.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoksia
organ.
d. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan sianosis.
e. Resiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan.
3. Intervensi Keperawatan
Dx Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan NOC : NIC :
pertukaran gas b.d Respiratory status : Gas 1. Respiratory Monitoring
gangguan aliran Exchange (3350)
darah ke alveoli, Respiratory status : a. Monitor rata-rata
alveolar edema, ventilation kedalaman, irama dan
alveoli-perfusi Vital sign status usaha respirasi.
(00030) Setelah dilakukan b. Catat pergerakan dada,
tindakan keperawatan amati kesimetrisan,
selama 3 x 45 menit penggunana otot
gangguan pertukaran gas tambahan, retraksi otot
klien dapat teratasi subklavikular dan
dengan kriteria hasil : interkostal.
1. Klien mampu c. Monitor suara napas
menunjukkan seperti dengkur
peningkatan d. Monitor otot
ventilasi dan diafragma (gerakan
oksigenasi yang paradoksis)
adekuat e. Auskultasi suara
2. Memelihara napas, catat area
kebersihan paru- penurunan/ tidak
paru dan bebas dari adanya ventilasi dan
tanda-tanda distress suara tambahan.
pernapasan f. Auskultasi suara paru
3. Tanda-tanda vital untuk mengetashui
dalam rentang hasil tindakan
normal g. Kolaborasi pemberian
O2
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola napas (00032) Respiratory status : Gas 1. Oxygen Therapy (3320)
Exchange a. Monitor aliran oksigen
Respiratory status : b. Observasi adanya
ventilation tanda-tanda
Vital sign status hipoventilasi
Setelah dilakukan Pertahankan jalan
tindakan keperawatan napas yang paten
selama 3 x 45 menit c. Atur peralatan
ketidakefektifan pola oksigenasi
nafas klien dapat d. Pertahankan posisi
berkurang dengan kriteria pasien.
hasil :
1. Klien mampu
menunjukkan
peningkatan
ventilasi dan
oksigenasi yang
adekuat
2. Memelihara
kebersihan paru-
paru dan bebas dari
tanda-tanda distress
pernapasan
3. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
3. Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Tissue perfusion : Peripheral Sensation
perifer cerebral management
berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya daerah
dengan hipoksia tindakan keperawatan tertentu yang hanya peka
organ selama 3x24 jam terhadap panas/dingin
ketidkefektifan perfusi 2. Monitor adanya paratese
jaringan perifer dapat 3. Monitor adanya
teratasi dengan kriteria tromboplebitis
hasil : 4. Kolaborasi dengan dokter
1. menunjukkan fungsi
sensori motorik cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak
ada gerakan-gerakan
involunteer.
4. Resiko NOC : NIC :
ketidakseimbangan Thermoregulation 1. Temperature Regulation
suhu tubuh Thermoregulation: (3900)
(00005) newborn a. Monitor suhu tubuh
Setelah dilakukan minimal setiap 2 jam
tindakan keperawatan b. Rencanakan
selama 2 x 24 jam resiko monitoring suhu
ketidakseimbangan suhu secara kontinu
tubuh klien dapat c. Monitor TD,HR,RR
berkurang dengan kriteria d. Monitor warna dan
hasil : suhu kulit
Suhu kulit normal e. Tentukan intake cairan
1. Suhu badan 36o-37oC dan nutrisi
2. TTV dalam batas f. Selimuti pasien
normal g. Kolaborasi pemberian
3. Gula darah dalam antipiretik bila perlu
batas normal
4. Keseimbangan asam
basa dalam batas
normal
5. Bilirubin dalam batas
normal
6. Hidrasi kuat
5. Resiko cedera NOC : NIC :
berhubungan Risk Control 1. Environmental
dengan hipoksia Setelah dilakukan Management (6480)
jaringan tindakan keperawatan a. Sediakan lingkungan
selama 2 x 24 jam tidak yang aman untuk
ada resiko cedera pada pasien
klien dengan kriteria hasil b. Identifikasikan
: kebutuhan keamanan
1. Klien terbebas dari pasien sesuai dengan
cedera kondisi fisik dan
2. Keluarga mampu fungsi kognitif pasien
menjelaskan serta riwayat penyakit
cara/metode untuk terdahulu pasien
mencegah cedera c. Menghindarkan
3. Keluarga mampu lingkungan yang
menjelaskan faktor berbahaya
resiko lingkungan/ d. Memasang side rail
perilaku personal tempat tidur
4. Keluarga mampu e. Menyediakan tempat
memodifikasi gaya tidur yang bersih dan
hidup untuk nyaman
mencegah cedera f. Membatasi
5. Keluarga dapat pengunjung
menggunakan g. Menganjurkan
fasilitas kesehatan keluarga untuk
yang ada untuk klien menemani pasien
6. Keluarga mampu h. Mengontrol
mengenali lingkungan dari
perubahan status kebisingan
kesehatan klien i. Memindahkan barang
–barang yang dapat
membahayakan
j. Berikan penjelasan
kepada keluarga
tentang adanya status
kesehatan dan
penyebab penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M., et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. New
Jersey: Upper Saddle River.
Kementerian Kesehatan (2008) Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK)
Mansjoer,A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Mc Closkey, C.J., et all. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition.
New Jersey: Upper Saddle River.
Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1&2.Yogyakarta :
Mediaction Publishing.
Ralph dan Rosenberg. 2006. Nursing Diagnosis: Definition and Clasification 2005-
2006. Philadelphila, USA.
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2010. Pengantar Ilmu Kebidanan. Ed 3. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan. Ed 4. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri
Sosial Ed 3 Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asfiksia di ruang perinatologi Rumah Sakit Wava Husada Malang yang
Dilakukan Oleh :

Nama : Lia Yus Fiana

NIM : 18.30.028

Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Anak, yang dilaksanaka pada tanggal 21 – 26 Januari 2019, yang telah disetujui
dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang, Januari 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)

Kepala Ruang

(.............................................)
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Cerebral Palsy di ruang perinatologi Rumah Sakit Wava Husada
Malang yang Dilakukan Oleh :

Nama : Lia Yus Fiana

NIM : 18.30.028

Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Anak, yang dilaksanaka pada tanggal 14 – 19 Januari 2019, yang telah disetujui
dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang, Januari 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)

Kepala Ruang

(.............................................)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
Asfiksia di Ruang Perinatologi RS Wava Husada

LIA YUS FIANA


NIM. 1830028

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


STIKes KEPANJEN
TA 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan dengan Asfiksia di ruang perinatologi Rumah Sakit Wava Husada
Malang yang Dilakukan Oleh :

Nama : Lia Yus Fiana

NIM : 18.30.028

Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Anak, yang dilaksanaka pada tanggal 21 – 26 Januari 2019, yang telah disetujui
dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang, Januari 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)

Kepala Ruang

(.............................................)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
Cerebral Palsy di Ruang Perinatologi RS Wava Husada

LIA YUS FIANA


NIM. 1830028

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


STIKes KEPANJEN
TA 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan dengan Cerebral Palsy di ruang perinatologi Rumah Sakit Wava Husada
Malang yang Dilakukan Oleh :

Nama : Lia Yus Fiana

NIM : 18.30.028

Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Anak, yang dilaksanaka pada tanggal 14 – 19 Januari 2019, yang telah disetujui
dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang, Januari 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)

Kepala Ruang

(.............................................)

Anda mungkin juga menyukai