Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

TENSION HEADACHE ET CAUSA POST TRAUMA

Oleh:
dr. Mulya Ito Astari

Pembimbing:
dr. Toman Ria Sitorus

RS MARDI WALUYO
KOTA METRO LAMPUNG
TAHUN 2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KASUS
2.1 Identitas Penderita
2.2 Anamnesis
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.4 Pemeriksaan Penunjangg
2.5 Ringkasan
2.6 Diagnosis
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Follow Up

BAB III DISKUSI

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA


4.1 Definisi Cephalgia
4.2 Epidemiologi
4.3 Klasifikasi
4.4 Gambaran Klinik
4.5 Diagnosis
4.6 Penatalaksanaan

BAB V KESIMPULAN

BAB VI DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

Cephalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta
perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer terjadi antara lain migren, nyeri
kepala cluster, nyeri kepala tipe tegang dan nyeri kepala lain yang tidak berhubungan dengan
lesi struktural. Sedangkan nyeri kepala sekunder antara lain disebabkan oleh trauma kepala,
gangguan pembuluh darah, gangguan dalam tengkorak, kerusakan saraf kepala pemakaian
obat, infeksi, gangguan metabolik. Nyeri di sekitar wajah juga bisa menyebabkan nyeri
kepala sekunder, biasanya terkait kelainan tengkorak, leher, telinga, hidung, sinus.
Cedera pada kepala bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung. Trauma
tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau kekuatan yang merobek terkena
pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala langsung terluka.
Sindrom sakit kepala pasca-trauma adalah gejala sisa yang sangat umum berikut luka
pada kepala atau leher, dan sering terjadi setelah kecelakaan lalu lintas, terjatuh, terbentur
atau lainnya. Sakit kepala biasanya terbatas dan dapat hilang dengan cepat, berulang atau
bahkan menetap dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
BAB II
KASUS

2.1 IDENTITAS PENDERITA


Nama : Ny.W
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Status : menikah
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun Bernai RT 04/02 Kota Agung, Tegineneng
No. RM : 00365680
Tanggal Masuk RS : 05 November 2018
Tanggal keluar RS : 08 November 2018

2.2 ANAMNESIS
Jenis anamnesis : Autoanamnesis pada tanggal 06 November 2018 di Ruang Rawat
Inap Flamboyan
 Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 10 hari yang lalu setelah kepala terbentur karena jatuh
terpeleset di depan rumah.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 10 hari yang lalu setelah
jatuh terpelesat di depan rumah dan kepala terbentur di lantai. Nyeri kepala
dirasakan berdenyut-denyut dan keliyengan berlangsung terus menerus di seluruh
kepala terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher sehingga pasien sulit
tidur di malam hari. Pasien juga mengaku lehernya terasa tegang jika sakit kepala
timbul. Setelah jatuh timbul benjolan di belakang kepala namun sekarang sudah
hilang, tidak ada memar maupun luka hanya nyeri jika di pegang. Keluhan seperti
pingsan, muntah, mual maupun silau melihat cahaya disangkal. Keluhan semakin
berat bila dipakai beraktivitas, sedikit berkurang bila pasien berbaring atau
beristirahat. Sebelumnya pasien sering mengeluh nyeri kepala hilang timbul sejak 1
tahun belakang ini namun nyeri kepala semakin memberat setelah terjatuh tersebut.
Pasien sudah berobat dua kali ke dokter umum tapi tidak ada perubahan. Nafsu
makan baik, bab dan bak tidak ada keluhan. Pasien juga menderita hipertensi yang
tak terkontrol sejak 3 tahun yang lalu.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita gastritis dengan hasil endoskopi luka pada
lambung namun sekarang tak ada keluhan lagi

 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga pernah mengalami keluhan yang sama disangkal

 Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai buruh.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Present
KU : baik, compos mentis
Kesadaran : GCS E4V5 M6
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,7
Kepala : mesochepal, benjolan (-), luka (-)
Leher : simetris, pembesaran KGB (-)
Jantung : bising jantung
Paru-paru : suara nafas bronkovesikuler, tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Alat kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Status Psikis
a. Cara berpikir : baik, realistis
b. Tingkah laku : normoaktif
c. Afek : sesuai
d. Ingatan : baik
3. Status Neurologis
a. Tanda rangsangan selaput otak :
kaku kuduk : (-)
kernig : (-)
laseque : (-)
brudzunski I : (-)
brudinski II : (-)
b. Tanda peningkatan TIK
muntah proyektil : (-)
sakit kepala progresif : (-)
c. Saraf - saraf otak
1. Nervi Kranialis : tidak ada kelainan
2. Koordinasi cara berjalan : normal
3. Motorik :
Ekstremitas superior Dekstra Sinistra
Pergerakan aktif aktif
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus eutonus eutonus
Trofi eutrofi eutrofi

Ekstremitas inferior Dekstra Sinistra


Pergerakan aktif aktif
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus eutonus eutonus
Trofi eutrofi eutrofi
4. Sensorik : Sensibilitas halus dan kasar baik
5. Fungsi otonom : BAB dan BAK terkontrol, sekresi keringat (+)
6. Reflek fisiologis
Biseps : +/+
Triseps : +/+
7. Reflek patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaffer : -/-
Hoffman Trommer : -/-
8. Fungsi luhur : baik
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Leukosit : 10.900/ ul
- Eritrosit : 4,6 juta/ul
- Hemoglobin : 12, gr%
- Hematokrit : 40gr%
- MCV : 87fL
- MCH : 27 p
- MCHC : 32 gr%
- Trombosit : 370.000 ribu/uL
- Gula Darah Sewaktu : 90 mg%

2.5 RINGKASAN
Wanita 54 tahun dengan keluhan nyeri kepala sejak 10 hari yang lalu setelah
pasien jatuh terpelesat dan kepala terbentur. Nyeri dirasa berdenyut-denyut dan
keliyengan berlangsung terus menerus di seluruh kepala. Keluhan seperti pingsan,
muntah, mual maupun silau melihat cahaya disangkal. Sebelumnya pasien sering
mengeluh nyeri kepala hilang timbul sejak 1 tahun belakang ini namun nyeri kepala
semakin memberat setelah terjatuh tersebut. Pasien sudah berobat dua kali ke dokter
umum tapi tidak ada perubahan. Pasien juga menderita hipertensi tak terkontrol sejak 3
tahun yang lalu.
- Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis, GCS = E4M6V5
Tanda vital : TD : 150/90 RR : 22 x/menit
HR : 88 x/menit T : 36,7
Nn. Cranialis dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Motorik
Pemeriksaan Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan B B B B
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus N N N N
Trofi N N N N
Reflek fisiologi (+) (+) (+) (+)
Reflek patologis (-) (-) (-) (-)

2.6 DIAGNOSIS
Diagnosa Utama : Tension Headache et causa post trauma
Diagnosa Sekunder : Hipertensi stage I

2.7 PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa:
- IVFD Nacl 0,9% 500cc/24jam
- Ergotamin caffein (Ericaf) tab 2x1
- Irbesartan 1x150mg
- Paracetamol 3x500mg
2. Non medikamentosa
Edukasi :
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan yang bergizi dan kurang garam
- Minum obat yang teratur
- Kontrol penyakit hipertensi secara teratur

2.8 FOLLOW UP
Tanggal S : nyeri kepala sampai ke leher setelah jatuh terpeleset dan kepala terbentur
ke lantai, terasa berat dan pusing, tak bisa tidur
6 Nov 2018
O : Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,7

A: Tension Headache et causa post trauma + hipertensi stage I

P:
- IVFD Nacl 0,9% 500cc/24jam
- Ergotamin caffein (Ericaf) tab 2x1
- Irbesartan 1x150mg
- Paracetamol 3x500mg
Tanggal S : nyeri kepala sudah berkurang, pusing tidak lagi
7 Nov 2018 O : Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,3

A: Tension Headache et causa post trauma + hipertensi stage I

P:
- IVFD Nacl 0,9% 500cc/24jam
- Ergotamin caffein (Ericaf) tab 2x1
- Irbesartan 1x150mg
- Paracetamol 3x500mg

Tanggal S : tidak ada keluhan


8 Nov 2018 O : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,5

A: Tension Headache et causa post trauma + hipertensi stage I

P:
- Rencana pulang
- Aff infus
- Ergotamin caffein (Ericaf) tab 2x1
- Irbesartan 1x150mg
- Paracetamol 3x500mg
BAB III
DISKUSI

Pertanyaan I
Chepalgia mempunyai beberapa klasifikasi, kenapa Anda mengambil diagnosa tension
headache et causa post trauma?
Jawaban I
Secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala primer dan
nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer terjadi antara lain migren, nyeri kepala klaster,
nyeri kepala tipe tegang dan nyeri kepala lain yang tidak berhubungan dengan lesi struktural.
Sedangkan nyeri kepala sekunder antara lain disebabkan oleh trauma kepala, gangguan
pembuluh darah, gangguan dalam tengkorak, pemakaian obat, infeksi, gangguan metabolik.
Pada sakit kepala tipe tension headache, pasien akan merasakan kepalanya seperti
diikat dengan kain yang sangat erat, ketegangan/sakit pada otot-otot pundak/bahu, leher, kulit
kepala dan rahang. Sakit pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang
kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke kepala bagian depan.
Hal ini sesuai dengan keluhan pasien yaitu nyeri kepala dirasakan berdenyut-denyut
dan keliyengan berlangsung terus menerus di seluruh kepala terutama pada bagian belakang
kepala sampai ke leher dan lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul.

Pertanyaan II
Pada penatalaksanaan Anda mengambil terapi Ergotamin caffein (Ericaf), mengapa
demikian?

Jawaban II
Untuk penatalaksanaan nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetil salisilat dan
jika nyeri kepala sangat berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau
dihidroergotamin). Bila perlu dapat diberikan intravena dengan dosis 1 mg
dihidroergotaminmetan sulfat atau ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot ( mengandung kafein
100 mg dan 1 mg ergotamin) diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan dan diulangi ½ jam
berikutnya.
BAB IV
TEORI

3.1 DEFINISI CEPHALGIA


Cephalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata
serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.
Dorland’s Pocket Medical Dictionary menyatakan bahwa nyeri kepala adalah
nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai dengan
flushing dan mata dan hidung yang berair. Nyeri kepala timbul sebagai hasil
perangsangan terhadap bagian tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap
nyeri atau bisa dikatakan nyeri atau diskomfortasi antara orbital dan oksiput yang
berawalan dari pain –sensitive structure.
Struktur di kepala yang peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot,
arteri ekstra dan intraserebral, meningen, dasar fossa anterior, fossa posterior, tentorium
serebeli, sinus venosus, nervus V, VII, IX, X, radix posterior C2,C3, bola mata, rongga
hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa gigi.

3.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit
di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : Migren
tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%, Episodik Tension type Headache 31%,
Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache 0.5%, Mixed
Headache 14%.
Penelitian berbasis populasi menggunakan kriteria Internasional Headache
Society untuk Migrain dan Tension Type Headache (TTH), juga penelitian Headache in
General dimana Chronic Daily Headache juga disertakan . Secara global, persentase
populasi orang dewasa dengan gangguan nyeri kepala 46% , 11% Migren, 42% Tension
Type Headache dan 3% untuk Chronic daily headache.

3.3 KLASIFIKASI
Secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala primer
dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer terjadi antara lain migren, nyeri
kepala klaster, nyeri kepala tipe tegang dan nyeri kepala lain yang tidak berhubungan
dengan lesi struktural. Sedangkan nyeri kepala sekunder antara lain disebabkan oleh
trauma kepala, gangguan pembuluh darah, gangguan dalam tengkorak, pemakaian
obat, infeksi, gangguan metabolik. Nyeri di sekitar wajah juga bisa menyebabkan
nyeri kepala sekunder. Nyeri jenis ini biasanya terkait kelainan tengkorak, leher,
telinga, hidung, sinus. Kerusakan saraf kepala juga termasuk nyeri kepala sekunder.

Macam-macam sakit kepala :


a. Sakit kepala karena tegang (Tension Headache)
Merupakan yang paling umum pada sakit kepala primer yakni sebanyak 90% dari
orang dewasa telah memiliki atau akan memiliki ketegangan sakit kepala.
Ketegangan sakit kepala yang lebih umum di kalangan wanita daripada pria. Pada
sakit kepala jenis ini, pasien akan merasakan kepalanya seperti diikat dengan kain
yang sangat erat, ketegangan/sakit pada otot-otot pundak/bahu, leher, kulit kepala
dan rahang. Sakit kepala tegang sering dihubungkan dengan stress, depresi,
kecemasan, bekerja secara berlebihan, tidur yang kurang, telat makan, peminum
alkohol serta pengguna obat-obatan. Gejala sakit kepala bisa timbul dengan dipicu
oleh konsumsi coklat, keju dan penyedap masakan (MSG). Orang yang terbiasa
minum kopi akan mengalami sakit kepala bila yang bersangkutan lupa untuk minum
kopi. Penyebab lain dari sakit kepala tipe ini adalah posisi kepala yang menetap pada
jangka waktu yang lama seperti saat duduk di depan komputer, mikroskop atau
mesin ketik. Kesalahan dalam posisi tidur, dan terlalu memaksakan diri untuk
melakukan sesuatu. Sakit pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang
kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke kepala bagian
depan. Sakit yang dirasakan pada kedua sisi kepala seperti kepala sedang diikat oleh
kain yang sangat ketat.
b. Migrain
Merupakan salah satu sakit kepala dengan gejala yang cukup berat dan berulang.
Selain sakit kepala yang khas pada satu sisi kepala (beberapa kasus bisa menyerang
kedua sisi kepala), bersamaan dengan itu pasien juga akan merasakan gejala lain
seperti gangguan pada penglihatan dan mual-mual. Sebelum pasien merasakan sakit
kepala migren, terlebih dahulu mereka akan merasakan semacam aura (gejala
peringatan akan timbulnya migren) seperti kepala terasa berdenyut.
c. Sakit Kepala Cluster
Merupakan jenis langka pada sakit kepala primer, mempengaruhi 0,1% dari
populasi. Diperkirakan 85% dari penderita sakit kepala cluster adalah laki – laki.
Usia rata-rata penderita sakit kepala cluster adalah usia 28-30 tahun, walaupun sakit
kepala mungkin dimulai pada masa kanak-kanak. Sakit kepala ini terasa seperti
ditusuk-tusuk, sangat menyakitkan dan sering kambuh menurut periode tertentu.
d. Sakit kepala sinus.
Sakit dirasakan terutama di bagian depan kepala dan wajah sesuai dengan lokasi
sinus yang terkena. Sakit kepala sinus disebabkan oleh karena peradangan yang
terjadi pada rongga sinus yang terletak pada dahi, hidung dan sekitar mata. Sakit
akan bertambah berat bila kepala ditundukkan ke depan dan saat bangun tidur di
pagi hari. Sakit kepala yang disebabkan oleh karena factor fisik juga timbul saat kita
menderita demam, flu, atau mengalami gejala premenstrual syndrome. Pada orang
yang berumur diatas 50 tahun yang mengalami sakit kepala hebat untuk pertama
kali, bisa jadi yang bersangkutan menderita apa yang disebut dengan temporal
arteritis. Selain sakit kepala, penderita juga akan merasakan gangguan penglihatan,
dan sakit saat mengunyah. Terdapat resiko mengalami kebutaan bila gejala ini
dibiarkan maka dari itu perlu penanganan dokter dengan segera. Penyebab lain dari
sakit kepala yang relatif jarang adalah Anuresma otak yaitu suatu keadaan di mana
terjadi gangguan kekuatan pada dinding pembuluh darah otak sehingga pembuluh
darah tersbeut mudah pecah dan menimbulkan perdarahan pada otak, Tumor Otak,
Stroke atau TIA, dan Infeksi otak seperti meningitis atau encephalitis. Sakit kepala
sering tampak sederhana karena umumnya merupakan gejala penyakit ringan.
Sekitar 70 % sakit kepala memang disebabkan oleh ketegangan otot. Meski begitu,
sakit kepala tak bisa disepelekan, apalagi kalau sampai mengganggu pekerjaan (Med
Express, 2009).
Cephalgia Sekunder
Nyeri kepala sekunder merupakan sakit kepala yang disebabkan adanya suatu
penyakit tertentu (underlying disease). Pada sakit kepala kelompok ini, rasa nyeri di
kepala merupakan tanda dari berbagai penyakit.
1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.
Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau kronik. Nyeri akut
dapat terjadi setelah trauma yang menyebabkan trauma ringan atau berat. Trauma
berat dapat menyebabkan perdarahan otak, perdarahan subdural atau epidural. Nyeri
kepala setelah trauma biasanya merupakan bagian dari sindrom pasca trauma yang
meliputi dizziness, kesulitan konsentrasi, gelisah , perubahan kepribadian, dan
insomnia. Pemeriksaan penunjang untuk kasus ini adalah foto tulang tengkorak AP
dan lateral, CT-Scan, dan EEG. Penatalaksanaan dilakukan sesuai jenis nyeri kepala
yang muncul pada pasca trauma.
2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau servikal
a. Nyeri kepala pada hipertensi
Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan keluhan nyeri kepala. Semua
penderita nyeri kepala harus mengetahui tekanan darahnya. Minum obat sakit
kepala tanpa menurunkan tekanan darah dapat berbahaya, karena hipertensi
merupakan ancaman bagi terjadinya kerusakan organ target hipertensi (ginjal,
otak, jantung dan pembuluh darah).
b. Nyeri kepala SAH (Subarachnoid Hemorhage)
Nyeri kepala terjadi mendadak, seluruh kepala, hebat, disertai muntah proyektil
dan kadang-kadang kesadaran menurun dan pada pemeriksaan neurologis
didapatkan tanda-tanda rangsangan meningeal. Pemeriksaan penunjang pada
kasus ini adalah MRI atau CT scan kepala, jika hasilnya negatif dilakukan
pungsi lumbal.
3. Nyeri Kepala Yang Berkaitan Dengan Kelainan Non Vaskuler Intrakranial.
Nyeri kepala karena peningkatan tekanan intrakranial dan atau hidrosefalus yang
disebabkan oleh tumor otak. Berdasarkan lokasinya, tumor otak dapat terjadi
supratentorial atau infratentorial. Supratentorial menunjukan gejala nyeri kepala,
kelumpuhan, dan kejang, sedangkan tumor infratentorial sering menunjuka gejala
saraf otak dan gejala serebelum. Analisa terhadap 200 anak dengan tumor otak
menunjukan gejala sakit kepala (41%), muntah (12%) , ketidak-seimbangan (11%),
gangguan visual (10%), gangguan prilaku (10%), dan kejang (9%).
Pada pemeriksaaan Fisik ditemukan edema papil (38%), gangguan saraf kranial
(49%),gangguan serebelum (48%), dan penurunan kesadaran (12%). Nyeri kepala
karena tumor otak biasanya tidak berdenyut , bersifat progresif yaitu makin lama
makin sering dan makin berat. Seringkali disertai muntah. Lokasinya sering
menetap disuatu daerah. Nyeri sering terjadi pada saat bangun tidur pagi hari, dan
diperburuk oleh maneuver valsa berupa batuk, bersin atau mengejan . nyeri juga
diperburuk dengan aktivitas fisik.
4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.
Nyeri kepala juga bisa terjadi karena terlalu lama (lebih dari 15 hari) minum obat
sakit kepala, kemudian ketika 'putus obat' malah menimbulkan keluhan nyeri
kepala.
5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
Nyeri kepala karena infeksi susunan saraf pusat terutama meningitis. Pada
meningitis bakterialis, nyeri kepala ditandai gejala infeksi, gejala rangsang
meningeal dan gejala serebral berupa kejang atau kelumpuhan. Meningitis
tuberkulosa dapat menunjukkan gejala nyeri kepala berat sebelum munculnya gejala
serebral lain dan gejala rangsang meningeal. Berbeda dengan peninggian tekanan
intrakranial lain, pada meningitis tuberkulosa sering ditemukan atrofi papil N. II
karena saraf otak ke II terkena langsung. Gejala abses otak mirip dengan tumor otak
ditambah gejala infeksi. Dilakukan pemeriksaan darah, dan pungsi lumbal.
6. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata,
telinga, hidung, gigi, mulut, atau struktur facial atau kranial lainnya.
a. Nyeri kepala karena sakit gigi
Keluhan sakit gigi (nyeri gigi) dapat disebabkan karena berbagai penyakit pada
gigi sehingga kelainan / penyakit pada gigi perlu dicari dan diatasi oleh dokter
gigi.
b. Nyeri kepala pada Hidung
- Sinusitis
Nyeri kepala ringan hingga berat dirasakan di daerah muka, pipi atau dahi,
biasanya disertai juga dengan keluhan 'THT' (telinga, hidung dan
tenggorakan) yang lain, misalnya berdahak, hidung mampet, hidung meler
dan lain-lain.
- Rhinitis
Nyeri kepala dan gangguan hidung (hidung tersumbat, rinore, rasa sesak
atauterbakar) berulang, diakibatkan bendungan dan edema membran mukosa
hidung. Nyeri kepala terutama pada bagian anterior, ringan sampai sedang
dalam intensitasnya. Penyakit ini biasanya merupakan bagian dari reaksi
individu selama stress. Seringkali disebut rinitis vasomotor .
c. Nyeri kepala pada kelainan mata
Iritis, glaukoma, dan papilitis dapat menimbulkan nyeri sedang hingga berat
pada mata dan sekitarnya. Mata tampak memerah disertai dengan gangguan
penglihatan.
d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.
Nyeri kepala karena waham, keadaan konversi, atau hipokondria. Nyeri kepala
pada penyakit-penyakit ini dimana gangguan klinis umum berupa suatu reaksi
waham atau konversi dan tidak ditemukan suatu mekanisme nyeri perifer. Nyeri
kepala jenis ini disebut juga nyeri kepala psikogenik.

3.4 GAMBARAN KLINIK


Kriteria Diagnosis cephalgia kepala akut pasca trauma :
Klinis nyeri kepala, tidak khas 5
a. Terdapat trauma kepala, dimana nyeri kepala terjadi dalam 7 hari setelah trauma
atau sesudah kesadaran penderita pulih kembali.
b. Terdapat satu atau lebih keadaan ini dibawah ini
1. nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala
2. nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma kepala
Nyeri kepala kronik pasca trauma
a. Nyeri kepala tidak khas
b. Terdapat trauma kepala dimana nyeri kepala timbul dalam 7 hari sesudah trauma
atau sesudah kesadaran penderita pulih kembali
c. Nyeri kepala berlangsung lebih dari 3 bulan setelah trauma kepala

3.5 DIAGNOSIS
Anamnesis khusus nyeri kepala meliputi :
1. Jenis nyeri
berat, denyut, tarik, ikat, pindah – pindah, rasa kosong
2. Awitan (onset)
onset pada orang tua – peningkatan TIK (hidrocephalus, tumor, perdarahan sub
arachnoid)
kronis – tension headache, post trauma, neurosis, sinusitis
akut – perdarahan non trauma, meningitis, glaucoma
3. Frekuensi (periodisitas)
terus-menerus – tension headache
episode – migren
4. Lama nyeri
migren – dalam jam
tension headache – hari-bulan
neuralgia trigeminal – menyengat, detik-menit
5. kapan nyeri
cluster headache: sewaktu tidur – nyeri waktu bangun tidur
tension headache: siang dan sore lebih sering, rangsangan emosi
migren; pencetus cahaya, cuaca, alkohol
neuralgia trigeminal: tecetus waktu menelan, bicara, sikat gigi
6. kualitas dan intensitas
migren: denyut hebat (susah kerja)
cluster headache: denyut seperti bor
tension headache: seperti memakai topi baja berat
7. gejala penyerta
migren: muntah, vertigo, diplopia
cluster: ptosis ipsilateral, mioasis, konjungtiva merah
tension headache: foto dan fonofobia.
Tanyakan pula tentang faktor presipitasi, faktor yang memperberat atau
mengurangi nyeri kepala, pola tidur, faktor emosional/ stress, riwayat keluarga, riwayat
trauma kepala, riwayat penyakit medik (peradangan selaput otak, hipertensi, demam
tifoid, sinusitis, glaucoma dan sebagainya), riwayat operasi, riwayat alergi, prahaid
(pada wanita), riwayat pemakaian obat (analgetik, narkotik, penenang, vasodilator dll).
Pemeriksaan khusus meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan
bentuk, nyeri tekan dan benjolan.Palpasi pada otot untuk mengetahui tonus dan nyeri
tekan daerah tengkuk.Perabaan arteri temporalis superfisialis dan arteri carotis
komunis.Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorok, telinga, mulut dan gigi geligi
perlu dilakukan.Pemeriksaan neurologis lengkap, ditekankan pada fungsi saraf otak
termsuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta koordinasi.
Nyeri kepala dapat primer berupa migren, nyeri kepala cluster, nyeri kepala
tegang otot, dan sekunder seperti nyeri kepala pasca trauma, nyeri kepala organik
sebagai bagian penyakit lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematom subdural dll),
perdarahan subarachnoid, neuralgia trigeminus pasca herpetik, penyakit sistemik
(anemia, polisitemia, hipertensi, hipotensi dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi
intrakranial sistemik, penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksis dan
penyakit mata.
Nyeri kepala yang menunjukkan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi
penunjang:
- nyeri kepala hebat pertama kali yang timbul mendadak
- nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami
- nyeri kepala berat yang progresif selama beberapa hari atau minggu
- nyeri kepala yang timbul bila latihan fisis, batuk, bersin, atau membungkuk.
- Nyeri kepala disertai penyakit umum atau demam, mual, muntah atau kaku kuduk
- Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis (afasia, koordinasi buruk, kelemahan
fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan keperibadian
dan penurunan visus).
Pemeriksaan penunjang :
1. Rontgen foto kepala – melihat struktur tengkorak
2. Rontgen foto servikal – menentukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal
3. CT Scans/ MRI – pada nyeri kepala yang menunjukkan kemungkinan penyakit
intrakranial (tumor, perdarahan subarachnoid, AVM dll)
4. EEG – dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, tauma kepala atau
presinkop
5. Foto sinus paranasal – melihat adanya sinusitis
6. Angiografi – untuk kasus spesifik seperti aneurisma
7. LP – infeksi, perdarahan intrakranial
8. EMG – kontraksi otot yang terus menerus pada tengkuk, belakang dan depan kepala
9. Laboratorium – pemeriksaan kimia darah
3.6 PENATALAKSANAAN
Nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetil salisilat dan jika nyeri kepala
sangat berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin). Bila
perlu dapat diberikan intravena dengan dosis 1 mg dihidroergotaminmetan sulfat atau
ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot ( mengandung kafein 100 mg dan 1 mg
ergotamin) diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan dan diulangi ½ jam berikutnya.
Pada pasien yang terlalu sering mengalami serangan dapat diberikan preparat
Bellergal (ergot 0,5 mg; atropin 0,3 mg; dan fenobarbital 15mg) diberikan 2 – 3 kali
sehari selama beberapa minggu. Bagi mereka yang refrakter dapat ditambahkan
pemberian ACTH (40 u/hari) atau prednison (1mg/Kg BB/hari) selama 3 – 4 minggu.
Preparat penyekat beta,seperti propanolol dan timolol dilaporkan dapat mencegah
timbulnya serangan migren karena mempunyai efek mencegah vasodilatasi kranial.
Tetapi penyekat beta lainnya seperti pindolol, praktolol, dan aprenolol tidak
mempunyai efek teraupetik untuk migren, sehingga mekanisme kerjanya disangka
bukan semata – mata penyekat beta saja. Preparat yang efektif adalah penyekat beta
yang tidak memiliki efek ISA ( Intrinsic Sympathomimetic Activity).
Cluster headache umunya membaik dengan pemberian preparat ergot.Untuk
varian Cluster headacheumumnya membaik dengan indometasin.Tension type
headache dapat diterapi dengan analgesik dan/atau terapi biofeedback yang dapat
digunakan sebagai pencegahan timbulnya serangan.
Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi, keparahan, dan
durasi sakit kepala. Terapi ini diresepkan kepada pasien yang menderita 4 hari atau
lebih serangan dalam sebulan atau jika pengobatan di atas tidak efektif. Terapi ini
harus digunakan setiap hari.Terapi preventif tersebut adalah pemberian beta bloker,
botox, kalsium channel blokers, dopamine reuptake inhibitors, SSRIs, serotonin atau
dopamin spesifik, dan TCA.
BAB V
KESIMPULAN

Cephalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta
perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Gejala umum pasca trauma seperti luka
maupun nyeri pada kepala atau leher, dan sering terjadi setelah kecelakaan lalu lintas,
terjatuh, terbentur atau lainnya. Sakit kepala biasanya terbatas dan dapat hilang dengan cepat,
berulang atau bahkan menetap dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau kronik. Nyeri akut dapat
terjadi setelah trauma yang menyebabkan trauma ringan, sedang atau berat seperti pada kasus
di atas dimana pasien mengeluh nyeri kepala setelah jatuh terpeleset yang berlangsung terus
menerus namun tidak luka dan gangguan pada otak.
Selain itu nyeri kepala dapat terjadi karena penyakit hipertensi. Pada kasus, pasien
sebelum kejadian memang sering mengeluh nyeri kepala yang kemungkin besar disebabkan
karena penyakit hipertensi yang ia derita. Semua penderita nyeri kepala harus mengetahui
tekanan darahnya. Minum obat sakit kepala tanpa menurunkan tekanan darah dapat
berbahaya, karena hipertensi merupakan ancaman bagi terjadinya kerusakan organ target
hipertensi (ginjal, otak, jantung dan pembuluh darah).
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. Sastrodiwijo S, Kusuma P, Markam S, Nyeri Kepala Menahun. Bagian Neurologi: FKUI.


Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 1986.
2. Sjahrir.H. Nyeri Kepala. Kelompok Studi Nyeri Kepala. Medan : USU Press. 2004. p2.
3. Dorlands Dictionary. Dorlands Pocket Medical Dictionary. 27 th ed. 2004. Philadelphia:
Elseiver Saunders:393.
4. Nyeri Kepala : Gangguan Kesadaran di Bidang Penyakit Syaraf. Bagian Neurologi FK
UNAND Padang.
5. Nyeri Kepala. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Editor Mansjoer A. Penerbit Media
Ausclapius. FKUI. Jakarta .2000 : hal 34 – 36.
6. Didi Pramanto.2010. Case Cephalgia. Jakarta
7. Zuraida. 2012. Case Trauma Capitis.

Anda mungkin juga menyukai

  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen2 halaman
    Abstrak
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Presentasi
    Presentasi
    Dokumen9 halaman
    Presentasi
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • TEORI
    TEORI
    Dokumen17 halaman
    TEORI
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Kode ICD-10 English Indonesia
    Kode ICD-10 English Indonesia
    Dokumen622 halaman
    Kode ICD-10 English Indonesia
    Dinda Ulfa Dinda
    100% (4)
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Dermatovenerologi
    Dermatovenerologi
    Dokumen102 halaman
    Dermatovenerologi
    mulya ito astari
    100% (1)
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Miniproject
    Miniproject
    Dokumen9 halaman
    Miniproject
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • MMSE Indonesia
    MMSE Indonesia
    Dokumen4 halaman
    MMSE Indonesia
    Rizki Putra Sanjaya
    100% (2)
  • Abses Bartolini
    Abses Bartolini
    Dokumen36 halaman
    Abses Bartolini
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Cephalgia
    Laporan Kasus Cephalgia
    Dokumen45 halaman
    Laporan Kasus Cephalgia
    JovanOwen
    100% (1)
  • Laporan Kasus Cephalgia
    Laporan Kasus Cephalgia
    Dokumen86 halaman
    Laporan Kasus Cephalgia
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Reduksi
    Reaksi Reduksi
    Dokumen42 halaman
    Reaksi Reduksi
    NettyAdiNettyAdi
    Belum ada peringkat
  • MekanismeKehilanganPanas
    MekanismeKehilanganPanas
    Dokumen4 halaman
    MekanismeKehilanganPanas
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Kesetimbangan Kimia Dan Kinetik
    Kesetimbangan Kimia Dan Kinetik
    Dokumen5 halaman
    Kesetimbangan Kimia Dan Kinetik
    Karim FK Malahayati
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Penyakit Saraf Rev
    Ilmu Penyakit Saraf Rev
    Dokumen76 halaman
    Ilmu Penyakit Saraf Rev
    Eliza Muthiara
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Glikogen
    Metabolisme Glikogen
    Dokumen21 halaman
    Metabolisme Glikogen
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Fotofospor
    Fotofospor
    Dokumen16 halaman
    Fotofospor
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Enzim
    Enzim
    Dokumen56 halaman
    Enzim
    Luthfi Bahari
    Belum ada peringkat
  • SISCA
    SISCA
    Dokumen19 halaman
    SISCA
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Ett
    Ett
    Dokumen23 halaman
    Ett
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Fosforilai Oksidatif
    Fosforilai Oksidatif
    Dokumen20 halaman
    Fosforilai Oksidatif
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Ett
    Ett
    Dokumen23 halaman
    Ett
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Slide Jurnal English
    Slide Jurnal English
    Dokumen13 halaman
    Slide Jurnal English
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Energi
    Energi
    Dokumen8 halaman
    Energi
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi Obat-Obat Emergency
    Farmakologi Obat-Obat Emergency
    Dokumen48 halaman
    Farmakologi Obat-Obat Emergency
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat
  • Monitoring Anastesi
    Monitoring Anastesi
    Dokumen23 halaman
    Monitoring Anastesi
    mulya ito astari
    Belum ada peringkat