Oleh:
dr. Mulya Ito Astari
Pembimbing:
dr. Toman Ria Sitorus
RS MARDI WALUYO
KOTA METRO LAMPUNG
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KASUS
2.1 Identitas Penderita
2.2 Anamnesis
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.4 Pemeriksaan Penunjangg
2.5 Ringkasan
2.6 Diagnosis
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Follow Up
BAB V KESIMPULAN
Cephalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta
perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer terjadi antara lain migren, nyeri
kepala cluster, nyeri kepala tipe tegang dan nyeri kepala lain yang tidak berhubungan dengan
lesi struktural. Sedangkan nyeri kepala sekunder antara lain disebabkan oleh trauma kepala,
gangguan pembuluh darah, gangguan dalam tengkorak, kerusakan saraf kepala pemakaian
obat, infeksi, gangguan metabolik. Nyeri di sekitar wajah juga bisa menyebabkan nyeri
kepala sekunder, biasanya terkait kelainan tengkorak, leher, telinga, hidung, sinus.
Cedera pada kepala bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung. Trauma
tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau kekuatan yang merobek terkena
pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala langsung terluka.
Sindrom sakit kepala pasca-trauma adalah gejala sisa yang sangat umum berikut luka
pada kepala atau leher, dan sering terjadi setelah kecelakaan lalu lintas, terjatuh, terbentur
atau lainnya. Sakit kepala biasanya terbatas dan dapat hilang dengan cepat, berulang atau
bahkan menetap dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
BAB II
KASUS
2.2 ANAMNESIS
Jenis anamnesis : Autoanamnesis pada tanggal 06 November 2018 di Ruang Rawat
Inap Flamboyan
Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 10 hari yang lalu setelah kepala terbentur karena jatuh
terpeleset di depan rumah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 10 hari yang lalu setelah
jatuh terpelesat di depan rumah dan kepala terbentur di lantai. Nyeri kepala
dirasakan berdenyut-denyut dan keliyengan berlangsung terus menerus di seluruh
kepala terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher sehingga pasien sulit
tidur di malam hari. Pasien juga mengaku lehernya terasa tegang jika sakit kepala
timbul. Setelah jatuh timbul benjolan di belakang kepala namun sekarang sudah
hilang, tidak ada memar maupun luka hanya nyeri jika di pegang. Keluhan seperti
pingsan, muntah, mual maupun silau melihat cahaya disangkal. Keluhan semakin
berat bila dipakai beraktivitas, sedikit berkurang bila pasien berbaring atau
beristirahat. Sebelumnya pasien sering mengeluh nyeri kepala hilang timbul sejak 1
tahun belakang ini namun nyeri kepala semakin memberat setelah terjatuh tersebut.
Pasien sudah berobat dua kali ke dokter umum tapi tidak ada perubahan. Nafsu
makan baik, bab dan bak tidak ada keluhan. Pasien juga menderita hipertensi yang
tak terkontrol sejak 3 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita gastritis dengan hasil endoskopi luka pada
lambung namun sekarang tak ada keluhan lagi
2.5 RINGKASAN
Wanita 54 tahun dengan keluhan nyeri kepala sejak 10 hari yang lalu setelah
pasien jatuh terpelesat dan kepala terbentur. Nyeri dirasa berdenyut-denyut dan
keliyengan berlangsung terus menerus di seluruh kepala. Keluhan seperti pingsan,
muntah, mual maupun silau melihat cahaya disangkal. Sebelumnya pasien sering
mengeluh nyeri kepala hilang timbul sejak 1 tahun belakang ini namun nyeri kepala
semakin memberat setelah terjatuh tersebut. Pasien sudah berobat dua kali ke dokter
umum tapi tidak ada perubahan. Pasien juga menderita hipertensi tak terkontrol sejak 3
tahun yang lalu.
- Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis, GCS = E4M6V5
Tanda vital : TD : 150/90 RR : 22 x/menit
HR : 88 x/menit T : 36,7
Nn. Cranialis dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Motorik
Pemeriksaan Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan B B B B
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus N N N N
Trofi N N N N
Reflek fisiologi (+) (+) (+) (+)
Reflek patologis (-) (-) (-) (-)
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosa Utama : Tension Headache et causa post trauma
Diagnosa Sekunder : Hipertensi stage I
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa:
- IVFD Nacl 0,9% 500cc/24jam
- Ergotamin caffein (Ericaf) tab 2x1
- Irbesartan 1x150mg
- Paracetamol 3x500mg
2. Non medikamentosa
Edukasi :
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan yang bergizi dan kurang garam
- Minum obat yang teratur
- Kontrol penyakit hipertensi secara teratur
2.8 FOLLOW UP
Tanggal S : nyeri kepala sampai ke leher setelah jatuh terpeleset dan kepala terbentur
ke lantai, terasa berat dan pusing, tak bisa tidur
6 Nov 2018
O : Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,7
P:
- IVFD Nacl 0,9% 500cc/24jam
- Ergotamin caffein (Ericaf) tab 2x1
- Irbesartan 1x150mg
- Paracetamol 3x500mg
Tanggal S : nyeri kepala sudah berkurang, pusing tidak lagi
7 Nov 2018 O : Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,3
P:
- IVFD Nacl 0,9% 500cc/24jam
- Ergotamin caffein (Ericaf) tab 2x1
- Irbesartan 1x150mg
- Paracetamol 3x500mg
P:
- Rencana pulang
- Aff infus
- Ergotamin caffein (Ericaf) tab 2x1
- Irbesartan 1x150mg
- Paracetamol 3x500mg
BAB III
DISKUSI
Pertanyaan I
Chepalgia mempunyai beberapa klasifikasi, kenapa Anda mengambil diagnosa tension
headache et causa post trauma?
Jawaban I
Secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala primer dan
nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer terjadi antara lain migren, nyeri kepala klaster,
nyeri kepala tipe tegang dan nyeri kepala lain yang tidak berhubungan dengan lesi struktural.
Sedangkan nyeri kepala sekunder antara lain disebabkan oleh trauma kepala, gangguan
pembuluh darah, gangguan dalam tengkorak, pemakaian obat, infeksi, gangguan metabolik.
Pada sakit kepala tipe tension headache, pasien akan merasakan kepalanya seperti
diikat dengan kain yang sangat erat, ketegangan/sakit pada otot-otot pundak/bahu, leher, kulit
kepala dan rahang. Sakit pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang
kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke kepala bagian depan.
Hal ini sesuai dengan keluhan pasien yaitu nyeri kepala dirasakan berdenyut-denyut
dan keliyengan berlangsung terus menerus di seluruh kepala terutama pada bagian belakang
kepala sampai ke leher dan lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul.
Pertanyaan II
Pada penatalaksanaan Anda mengambil terapi Ergotamin caffein (Ericaf), mengapa
demikian?
Jawaban II
Untuk penatalaksanaan nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetil salisilat dan
jika nyeri kepala sangat berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau
dihidroergotamin). Bila perlu dapat diberikan intravena dengan dosis 1 mg
dihidroergotaminmetan sulfat atau ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot ( mengandung kafein
100 mg dan 1 mg ergotamin) diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan dan diulangi ½ jam
berikutnya.
BAB IV
TEORI
3.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit
di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : Migren
tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%, Episodik Tension type Headache 31%,
Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache 0.5%, Mixed
Headache 14%.
Penelitian berbasis populasi menggunakan kriteria Internasional Headache
Society untuk Migrain dan Tension Type Headache (TTH), juga penelitian Headache in
General dimana Chronic Daily Headache juga disertakan . Secara global, persentase
populasi orang dewasa dengan gangguan nyeri kepala 46% , 11% Migren, 42% Tension
Type Headache dan 3% untuk Chronic daily headache.
3.3 KLASIFIKASI
Secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala primer
dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer terjadi antara lain migren, nyeri
kepala klaster, nyeri kepala tipe tegang dan nyeri kepala lain yang tidak berhubungan
dengan lesi struktural. Sedangkan nyeri kepala sekunder antara lain disebabkan oleh
trauma kepala, gangguan pembuluh darah, gangguan dalam tengkorak, pemakaian
obat, infeksi, gangguan metabolik. Nyeri di sekitar wajah juga bisa menyebabkan
nyeri kepala sekunder. Nyeri jenis ini biasanya terkait kelainan tengkorak, leher,
telinga, hidung, sinus. Kerusakan saraf kepala juga termasuk nyeri kepala sekunder.
3.5 DIAGNOSIS
Anamnesis khusus nyeri kepala meliputi :
1. Jenis nyeri
berat, denyut, tarik, ikat, pindah – pindah, rasa kosong
2. Awitan (onset)
onset pada orang tua – peningkatan TIK (hidrocephalus, tumor, perdarahan sub
arachnoid)
kronis – tension headache, post trauma, neurosis, sinusitis
akut – perdarahan non trauma, meningitis, glaucoma
3. Frekuensi (periodisitas)
terus-menerus – tension headache
episode – migren
4. Lama nyeri
migren – dalam jam
tension headache – hari-bulan
neuralgia trigeminal – menyengat, detik-menit
5. kapan nyeri
cluster headache: sewaktu tidur – nyeri waktu bangun tidur
tension headache: siang dan sore lebih sering, rangsangan emosi
migren; pencetus cahaya, cuaca, alkohol
neuralgia trigeminal: tecetus waktu menelan, bicara, sikat gigi
6. kualitas dan intensitas
migren: denyut hebat (susah kerja)
cluster headache: denyut seperti bor
tension headache: seperti memakai topi baja berat
7. gejala penyerta
migren: muntah, vertigo, diplopia
cluster: ptosis ipsilateral, mioasis, konjungtiva merah
tension headache: foto dan fonofobia.
Tanyakan pula tentang faktor presipitasi, faktor yang memperberat atau
mengurangi nyeri kepala, pola tidur, faktor emosional/ stress, riwayat keluarga, riwayat
trauma kepala, riwayat penyakit medik (peradangan selaput otak, hipertensi, demam
tifoid, sinusitis, glaucoma dan sebagainya), riwayat operasi, riwayat alergi, prahaid
(pada wanita), riwayat pemakaian obat (analgetik, narkotik, penenang, vasodilator dll).
Pemeriksaan khusus meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan
bentuk, nyeri tekan dan benjolan.Palpasi pada otot untuk mengetahui tonus dan nyeri
tekan daerah tengkuk.Perabaan arteri temporalis superfisialis dan arteri carotis
komunis.Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorok, telinga, mulut dan gigi geligi
perlu dilakukan.Pemeriksaan neurologis lengkap, ditekankan pada fungsi saraf otak
termsuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta koordinasi.
Nyeri kepala dapat primer berupa migren, nyeri kepala cluster, nyeri kepala
tegang otot, dan sekunder seperti nyeri kepala pasca trauma, nyeri kepala organik
sebagai bagian penyakit lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematom subdural dll),
perdarahan subarachnoid, neuralgia trigeminus pasca herpetik, penyakit sistemik
(anemia, polisitemia, hipertensi, hipotensi dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi
intrakranial sistemik, penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksis dan
penyakit mata.
Nyeri kepala yang menunjukkan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi
penunjang:
- nyeri kepala hebat pertama kali yang timbul mendadak
- nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami
- nyeri kepala berat yang progresif selama beberapa hari atau minggu
- nyeri kepala yang timbul bila latihan fisis, batuk, bersin, atau membungkuk.
- Nyeri kepala disertai penyakit umum atau demam, mual, muntah atau kaku kuduk
- Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis (afasia, koordinasi buruk, kelemahan
fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan keperibadian
dan penurunan visus).
Pemeriksaan penunjang :
1. Rontgen foto kepala – melihat struktur tengkorak
2. Rontgen foto servikal – menentukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal
3. CT Scans/ MRI – pada nyeri kepala yang menunjukkan kemungkinan penyakit
intrakranial (tumor, perdarahan subarachnoid, AVM dll)
4. EEG – dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, tauma kepala atau
presinkop
5. Foto sinus paranasal – melihat adanya sinusitis
6. Angiografi – untuk kasus spesifik seperti aneurisma
7. LP – infeksi, perdarahan intrakranial
8. EMG – kontraksi otot yang terus menerus pada tengkuk, belakang dan depan kepala
9. Laboratorium – pemeriksaan kimia darah
3.6 PENATALAKSANAAN
Nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetil salisilat dan jika nyeri kepala
sangat berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin). Bila
perlu dapat diberikan intravena dengan dosis 1 mg dihidroergotaminmetan sulfat atau
ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot ( mengandung kafein 100 mg dan 1 mg
ergotamin) diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan dan diulangi ½ jam berikutnya.
Pada pasien yang terlalu sering mengalami serangan dapat diberikan preparat
Bellergal (ergot 0,5 mg; atropin 0,3 mg; dan fenobarbital 15mg) diberikan 2 – 3 kali
sehari selama beberapa minggu. Bagi mereka yang refrakter dapat ditambahkan
pemberian ACTH (40 u/hari) atau prednison (1mg/Kg BB/hari) selama 3 – 4 minggu.
Preparat penyekat beta,seperti propanolol dan timolol dilaporkan dapat mencegah
timbulnya serangan migren karena mempunyai efek mencegah vasodilatasi kranial.
Tetapi penyekat beta lainnya seperti pindolol, praktolol, dan aprenolol tidak
mempunyai efek teraupetik untuk migren, sehingga mekanisme kerjanya disangka
bukan semata – mata penyekat beta saja. Preparat yang efektif adalah penyekat beta
yang tidak memiliki efek ISA ( Intrinsic Sympathomimetic Activity).
Cluster headache umunya membaik dengan pemberian preparat ergot.Untuk
varian Cluster headacheumumnya membaik dengan indometasin.Tension type
headache dapat diterapi dengan analgesik dan/atau terapi biofeedback yang dapat
digunakan sebagai pencegahan timbulnya serangan.
Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi, keparahan, dan
durasi sakit kepala. Terapi ini diresepkan kepada pasien yang menderita 4 hari atau
lebih serangan dalam sebulan atau jika pengobatan di atas tidak efektif. Terapi ini
harus digunakan setiap hari.Terapi preventif tersebut adalah pemberian beta bloker,
botox, kalsium channel blokers, dopamine reuptake inhibitors, SSRIs, serotonin atau
dopamin spesifik, dan TCA.
BAB V
KESIMPULAN
Cephalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta
perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Gejala umum pasca trauma seperti luka
maupun nyeri pada kepala atau leher, dan sering terjadi setelah kecelakaan lalu lintas,
terjatuh, terbentur atau lainnya. Sakit kepala biasanya terbatas dan dapat hilang dengan cepat,
berulang atau bahkan menetap dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau kronik. Nyeri akut dapat
terjadi setelah trauma yang menyebabkan trauma ringan, sedang atau berat seperti pada kasus
di atas dimana pasien mengeluh nyeri kepala setelah jatuh terpeleset yang berlangsung terus
menerus namun tidak luka dan gangguan pada otak.
Selain itu nyeri kepala dapat terjadi karena penyakit hipertensi. Pada kasus, pasien
sebelum kejadian memang sering mengeluh nyeri kepala yang kemungkin besar disebabkan
karena penyakit hipertensi yang ia derita. Semua penderita nyeri kepala harus mengetahui
tekanan darahnya. Minum obat sakit kepala tanpa menurunkan tekanan darah dapat
berbahaya, karena hipertensi merupakan ancaman bagi terjadinya kerusakan organ target
hipertensi (ginjal, otak, jantung dan pembuluh darah).
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA