Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap bulan, secara periodik, seorang wanita normal akan mengalami
peristiwa reproduksi yaitu menstruasi,meluruhnya jaringan endometrium
karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma peristiwa itu
begitu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang
normal pasti akan mengalami proses tersebut (Arifin, 2008). Banyak
perempuan yang mengalami nyeri sebelum menstruasi atau haid. Ada yang
pusing, mual, pegal-pegal, sakit perut, bahkan ada yang sampai pingsan.
Angka kejadian (prevalensi) nyeri haid berkisar 45%-95% (USA, November
2006) di kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak
berbahaya namun sering kali dirasa mengganggu bagi wanita yang
mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk
setiap wanita.
Tingkat kesuburan seorang wanita dapat dilihat dari ada tidaknya
produksi sel telur dalam tubuh. Seorang wanita dikatakan subur jika ia
mampu memproduksi sel telur sebulan sekali, mematangkan telur, dan
mengeluarkan telur yang masih setengah matang dari indung telur.
Pematangan sel telur dan keluarnya sel telur dari indungnya merupakan
kerjasama dari otak, indung telur, dan kelenjar buntu di otak yang disebut
sebagai hipofisis. Hipofisis mengeluarkan hormone gonadoptropin yang
terdiri dari hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing
hormone). Hormon FSH memiliki fungsi mempercepat pematangan telur,
sedangkan LH menyempurnakan proses pematangan telur hingga dapat
mendekati permukaan indung telur untuk dilepas. Jika tidak terjadi
pembuahan dalam waktu 24 jam, sel telur ini akan mati. Sakit perut yang
dirasakan mennjelang atau selama haid sebenarnya disebabkan oleh
kontraksi rahim untuk mengeluarkan endometrium yang juga dipengaruhi
oleh hormon prostaglandin. Kita juga merasa tidak enak karena hormon

1
estrogen dan progesteron mengalami kekacauan keseimbangan menjelang
menstruasi. Jika sakitnya masih bisa ditahan, itu masih bisa disebut normal.
Gangguan-gangguan haid yang sampai menyebabkan pingsan atau
sakit yang luar biasa, hingga sampai mengganggu aktivitas kita, jangan
didiamkan karena dapat berdampak serius dan harus segera di periksakan.
Perbaiki asupan nutrisi dan perbanyak olahraga akan memperkecil terjadinya
gangguan haid.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan menstruasi ?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
menstruasi.
Tujuan khusus
1. Menjelaskan anatomi sistem reproduksi wanita
2. Menjelaskan definisi dari menstruasi
3. Menjelaskan siklus menstruasi
4. Menjelaskan klasifikasi gangguan menstruasi
5. Menjelaskan patofisiologi gangguan menstruasi
6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan mentruasi
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis gangguan mentruasi
8. Menjelaskan Web of Caution gangguan menstruasi
9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan
menstruasi

1.4 Manfaat
1. Perawat khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan menstruasi.
2. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien
dengan gangguan menstruasi.

2
BAB 2
KONSEP TEORI

2.1 Anatomi sistem reproduksi wanita


Saat dilahirkan seorang anak wanita telah mempunyai alat
reproduksi yang lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat
reproduksi ini akan berfungsi sepenuhnya saat seorang wanita telah
memasuki masa pubertas. Alat reproduksi wanita juga terdiri dari alat
kelamin dalam dan alat kelamin luar. Alat kelamin bagian luar terdiri dari
lubang vagina, labia mayora, labia minora, mons pubis dan klitoris.
Sedangkan pada alat kelamin bagian dalam terdapat ovarium, tuba falopii
(oviduk), dan uterus (rahim).

3
1. Vulva
Vulva merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva
terdiri atas mons pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina,
dan saluran kemih. Mons pubis adalah gundukan jaringan lemak
yang terdapat di bagian bawah perut. Daerah ini dapat dikenali
dengan mudah karena tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan
tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa. Labia adalah lipatan
berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar mons pubis. Labia
terdiri dari dua bibir, yaitu bibir luar dan bibir dalam. Bibir luar
disebut labium mayora, merupakan bibir yang tebal dan besar.
Sedangkan bibir dalam disebut labium minora, merupakan bibir
tipis yang menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris terletak pada
pertemuan antara ke dua labia minora dan dasar mons pubis.
Ukurannya sangat kecil sebesar kacang polong, penuh dengan sel
saraf sensorik dan pembuluh darah. Alat ini sangat sensitif dan
berperan besar dalam fungsi seksual.
2. Vagina
Vagina adalah saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10
cm, dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui darah pada saat
menstruasi dan merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot,
vagina bisa melebar dan menyempit. Kemampuan ini sangat hebat,
terbukti pada saat melahirkan vagina bisa melebar seukuran bayi

4
yang melewatinya. Pada bagian ujung yang terbuka, vagina
ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang dikenal dengan istilah
selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda setiap wanita. Selaput
ini akan robek pada saat bersanggama, kecelakaan,
masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya.
3. Serviks
Serviks disebut juga dengan mulut rahim. Serviks ada pada
bagian terdepan dari rahim dan menonjol ke dalam vagina,
sehingga berhubungan dengan bagian vagina. Serviks
memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar waktu ovulasi, mukus
ini menjadi banyak, elastis, dan licin. Hal ini membantu
spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang berdinding tebal
ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.
4. Rahim
Rahim disebut juga uterus. Alat ini memiliki peranan yang
besar dalam reproduksi wanita. Rahim berperan besar saat
menstruasi hingga melahirkan. Bentuk rahim seperti buah pear,
berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan
ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur
ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya
mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi sebagai tempat untuk
perkembangan embrio menjadi janin. Dinding rahim memiliki
banyak pembuluh darah sehingga dindingnya menebal ketika
terjadi pertumbuhan janin. Rahim terdiri atas 3 lapisan, yaitu:
a Lapisan parametrium, merupakan lapisan paling luar dan
yang berhubungan dengan rongga perut.
b Lapisan miometrium merupakan lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi).
c Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim
tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan
ini terdiri atas lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
5. Ovarium
Ovarium menghasilkan ovum. Ovarium disebut juga
dengan indung telur. Letak ovarium di sebelah kiri dan kanan
rongga perut bagian bawah. Ovarium berhasil memproduksi sel

5
telur jika wanita telah dewasa dan mengalami siklus menstruasi.
Setelah sel telur masak, akan terjadi ovulasi yaitu pelepasan sel
telur dari ovarium. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Sel telur
disebut juga dengan ovum.
6. Tuba fallopi
Tuba fallopi disebut juga dengan saluran telur. Saluran telur
adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim
sepanjang +10 cm. Saluran ini menghubungkan rahim dengan
ovarium melalui fimbria. Ujung yang satu dari tuba fallopii akan
bermuara di rahim sedangkan ujung yang lain merupakan ujung
bebas dan terhubung ke dalam rongga abdomen. Ujung yang bebas
berbentuk seperti umbai dan bergerak bebas. Ujung ini disebut
fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan
oleh ovarium. Dari fimbria, telur digerakkan oleh rambut-rambut
halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.
Proses Oogenesis
Proses pembentukan ovum disebut oogenesis dan terjadi di
ovarium. Pembentukan ovum diawali dengan pembelahan mitosis
lapisan luar ovarium untuk membentuk oogonium yang diploid.
Setiap oogonium dilapisi oleh sel folikel. Keseluruhan struktur ini
disebut folikel primer. Ketika folikel tumbuh, oosit primer
membelah secara meiosis I menghasilkan satu oosit sekunder dan
badan kutub. Oosit sekunder kemudian berkembang menjadi ovum
haploid yang siap untuk dibuahi oleh sperma.

2.2 Definisi haid


Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan
darah uterus melalui liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan
yang mengandung darah ini terjadi pada wanita yang sudah memasuki
usia subur dan yang sedang tidak hamil. Peristiwa ini dimulai dengan
adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam rahim atau
endometrium.

6
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro,
2005). Pendapat lain menyatakan bahwa menstruasi adalah penumpahan
lapisan uterus yang terjadi setiap bulan berupa darah dan jaringan, yang
dimulai pada masa pubertas, ketika seorang perempuan mulai
memproduksi cukup hormon tertentu (‘kurir’ kimiawi yang dibawa
didalam aliran darah) yang menyebabkan mulainya aliran darah ini
(Masland dan David, 2004). Sedangkan menurut Winiastri (2002)
menstruasi adalah puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi
karena adanya serangkaian interaksi antara beberapa kelenjer didalam
tubuh.
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dengan volume
normal 80 ml, lamanya tidak lebih dari 8 hari, dan siklusnya antara 21
sampai dengan 35 hari (Manuaba, 2004). Jadi, gangguan menstruasi
adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat berupa
kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan kelainan siklus, gangguan diluar menstruasi maupun
gangguan yang ada hubungannya dengan menstruasi yang terjadi secara
periodik.
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini
biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause.
Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya
fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid), dan
timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu
estrogen dan progesteron (Hawari, 1997).
Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat :
1. Lamanya 3-6 hari
2. Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari
3. Satu siklus normal 21-35 hari

7
4. Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang
berovulasi
2.3 Fisiologi menstruasi
Usia normal bagi seorang perempuan mendapatkan menstruasi
untuk kali pertama adalah 12 atau 13 tahun. Namun kalau sampai usia 16
tahun belum juga datang bulan perlu di waspadai, mungkin ada kelainan.
Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat perempuan
memasuki masa menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum
memasuki masa menopause, haid tetap datang hanya jangka waktunya
lebih lama dan prosesnya cepat, paling hanya 2-3 hari. Siklus haid/
menstruasi pada perempuan (reproduksi) normalnya terjadi setiap 23-35
hari sekali dengan lama haid berkisar 5-7 hari. Namun ada sebagian
perempuan yang mengalami haid tidak normal. Diantaranya mulai dari
usia haid yang datang terlambat, darah haid sangat banyak sampai harus
berulang kali mengganti pembalut wanita, nyeri atau sakit saat haid,
gejala PMS (pree menstruasi syndrom), siklus haid yang tidak teratur dan
masih banyak lagi.
Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak serius,
haid yang tidak teratur misalnya dapat menjadi pertanda seorang
perempuan kurang subur (infertil). Gangguan yang terjadi saat haid
dinilai masih normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid
kali pertama. Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatakan haid
pertamanya saat berusia 11 tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya
masih tidak teratur. Tapi bila setelah usia 13 tahun haidnya masih tidak
teratur juga, dipastikan ia mengalami gangguan haid.
Haid Dipengaruhi berbagai hormon: GnRH (Gonadotropin
Releasing Hormon) yang dikeluarkan oleh hipothalamus dan memicu
hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH. FSH (Folikel Stimulating
Hormon) memicu pematangan folikel diovarium, sehingga terjadi
sintesis estrogen dalam jumlah besar. Estrogen akan mengakibatkan
proliferasi sel endometrium (penebalan dari endometrium). Estrogen
yang tinggi memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon

8
LH (Luteinizing hormon). LH akan mengakibatkan ovulasi dan memicu
korpus luteum untuk mensintesis progesterone. Progesteron sendiri
menyebabkan perubahan sekretorik pada endometrium sehingga terjadi
Fase sekresi / fase luteal. Fase sekresi selalu tetap 14 hari, meskipun
siklus haid bervariasi, yang berbeda adalah fase proliferasinya, sehingga
harus berhati2 untuk menentukan masa subur
2.4 Siklus Menstruasi
Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu
dan mulainya haid berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan
dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir
tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar
antara 21-40 hari, hanya 10-15%wanita yang memiliki siklus 28 hari.
Tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi
juga pada wanita yang sama, bahkan kakak beradik dan saudara kembar
jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah
menarke dan sesaat sebelum menopause.
Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti
darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7 – 8 hari. Jumlah darah yang
keluar rata-rata + 16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang keluar
lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus
bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2
siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi
lebih teratur. Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan
membuat catatan pada kalender dengan menggunakan kalender tersebut,
tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah beberapa bulan, anda bisa
mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu anda dalam
memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1 dengan
tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian
anda dapat mengetahui siklus anda.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi,
endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap

9
kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan
telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah satu tuba
falopii dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika
terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai
tumbuh menjadi janin.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka
endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi).
Siklus ini berlangsung selama 3 – 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses
pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada
siklus berikutnya.

Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:


1) Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH
meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan
fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di
dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit
meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 – 30
folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1
folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus,
sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium
terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah
dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua
lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung
selama 3 – 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang
sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak
membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2) Fase ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini
dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16

10
– 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang
matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah
dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita
merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini
dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa
menit sampai beberapa jam.
3) Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar
14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali
menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan
sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh
sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus
yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk
memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum
akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi
pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan
HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara
korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa
menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan
kepada adanya peningkatan kadar HCG.
Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid,
yaitu :
1. Fase Menstruasi atau dekuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding
uterus disertai perdarahan hanya stratum basale yang tinggal
utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dangan
sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel
epitel dan struma yang mengalami disintegrasi dan otolisis,
dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase
ini berlangsung 3 – 4 hari.
2. Fase pasca haid atau fase regenerasi

11
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan
sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali
oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium.
Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung
kurang lebih 4 hari.
3. Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5
mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari
siklus haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini
dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya
regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.
b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase
ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel
permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak
adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang
(nake nukleus).
c. Fase proliferasi akhir (late proliferation)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14.
Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak
rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar
membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan
padat.
4. Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari
hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya
tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-
keluk, dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata.
Di dalam endimetrium tertimbun glikogen dan kapur yang
kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.

12
2.5 Penyebab gangguan menstruasi
Penyebab gangguan menstruasi menurut Gita Pratama (2014)
dalam health kompas adalah sebagai berikut:
a. Gangguan ovulasi dalam tubuh wanita

13
Gangguan ovulasi bisa berakibat menurunnya kesuburan wanita,
bahkan menyebabkan infertilitas atau kemandulan.
b. Stres
Stress merupakan salah satu penyebab gangguan hormon, termasuk
hormon reproduksi. Jika terjadi gangguan hormon tentu siklus
menstruasi tidak akan pernah berjalan normal. Pasalnya hormon-
hormon yang dibutuhkan untuk "memerintah" organ-organ reproduksi
tidak mampu bekerja dengan seharusnya.
c. Gangguan hormon reproduksi
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormon adalah
sindrom ovarium polikistik. Sindrom ini terjadi karena tubuh
memproduksi terlalu banyak hormon testosteron sehingga proses
ovulasi tidak teratur atau tidak terjadi sama sekali. Sindrom ini
dicirikan dengan tumbuhnya rambut-rambut halus lebih yang lebih
tebal di sekitar mulut atau puting, wajah mudah berjerawat, serta
kegemukan. Jika tidak diatasi, sindrom ini bisa menyebabkan
permasalahan kesehatan yang serius, misalnya diabetes dan penyakit
jantung
d. Gangguan kelenjar tiroid
e. Olahraga terlalu berat
Olahraga terlalu berat dapat menyebabkan ketidakseimbangan
metabolisme. Sehingga energi yang seharusnya disalurkan pada organ-
organ reproduksi justru akan didistribusikan pada pembentukan otot di
bagian yang aktif dilatih.
f. Anoreksia nervosa
Wanita yang mengalami anoreksia nervosa atau gangguan makan juga
menyebabkan terganggunya metabolisme. Gangguan ini membuat
tubuh kekurangan gizi yang juga dibutuhkan bagi organ-organ
reproduksi untuk berfungsi dengan baik.

2.6 Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin
releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan
Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya
menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan

14
siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan
ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi
menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan
kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan
berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi
progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah
menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai
akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi
korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah
menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang.
Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan
adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka
ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk
dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi
dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun
dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan
poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan
pendarahan hebat.

2.7 Jenis-Jenis Gangguan Haid


1. Hipermenore (Menorraghia)
a. Definisi
Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah
sewaktu menstruasi.
b. Etiologi

15
1. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea,
menoragia. Terapi : uterotonika
2. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika,
roborantia.
3. Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang,
cavum uteri luas, bendungan pembuluh darah balik.
4. Hipertensi
5. Dekompensio cordis
6. Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
7. Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
8. Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili
c. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi
Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi
pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal
ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan
matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH)
dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel
menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi
endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar
FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan
berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan
mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi
endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari
setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari
peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar
esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah
menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum
matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi
patologis.

16
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan
adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka
ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang
terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium
berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk
produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan.
Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan
yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang
berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
d. Manifestasi Klinis
Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-
obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing,
muntah dan mual berulang selama haid.

2. Hypomenorhoe (kriptomenorrhea)
a. Definisi
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih
kurang dari biasanya.
Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7
hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi
selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.
b. Etiologi
1. Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
2. kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi,
penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
c. Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc),
kadang-kadang hanya berupa spotting.

3. Polimenorea (Epimenoragia)
a. Definisi

17
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu
kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau
lebih banyak dari biasa.
b. Etiologi
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur
korpus luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih
pendek atau bisa disebabkan akibat stadium proliferasi pendek
atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
c. Manifestasi klinis
Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25
hari).

4. Oligomenorrhoe
a. Definisi
Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang
lebih dari 35 hari
b. Etiologi
1. Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari
hari ke-5 menstruasi )
2. Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah
ovulasi )
3. Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan
perpanjangan siklus haid.
c. Manifestasi klinis
1. Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali
2. Perdarahan haid biasanya berkurang

5. Amenorea
a. Definisi
Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut.
b. Klasifikasi

18
1. Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai
umur 18 tahun.
2. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche
atau pernah mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut
selama 3 bulan.
c. Etiologi
1. Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus
(endometrium), dan vagina
2. Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat
bawaan, uji estrogen dan progesteron negatif.
3. penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker, infertilitas,
stress berat.
4. kelainan kongenital
5. ketidastabilan emosi dan kurang zat makanan yang mempunyai
nilai gizi lebih.
d. Patofisiologi
Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus
dan kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya,
ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron.
Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada
yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe
keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau
hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu
penyebab amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea
adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup
untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan

19
bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau
prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes
kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan
adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad
menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi
dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad
( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan
jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis
hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional.
Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya
obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa
juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan
androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

6. Metroragia
a. Definisi
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada
hubungannya dengan haid.
b. Klasifikasi
1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus,
kehamilan ektopik.
2. Metroragia diluar kehamilan.
c. Etiologi
1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang
tidak sembuh; carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis;
peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia,
endometritis haemorrhagia); hormonal.
2. Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan
oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium

20
yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut
maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum
persisten, kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan
darah dan penyakit akut ataupun kronis.
d. Manifestasi klinis
Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya
dengan haid namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita
sebagai haid walaupun berupa bercak. Terapi : kuretase dan
hormonal.

7. Pra Menstruasi Syndrom


a. Definisi
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid
bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang
menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun.
PMS merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang
terjadi antara hari ke-2 sampai hari ke-4 sebelum menstruasi dan
segera mereda setelah menstruasi dimulai. Disebabkan oleh :
1. Sekresi estrogen yang abnormal
2. Kelebihan atau defisiensi progesteron
3. Kelebihan atau defisiensi kortisol, androgen, atau prolaktin
4. Kelebihan hormon anti diuresis
5. Kelebihan atau defisiensi prostaglandin

b. Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor
penting ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron
dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat
badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan

21
kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi
luteal dan pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.
juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita
tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap
perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor
psikologis.
c. Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar
progesteron di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala
depresi. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh
ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti
depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala
premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh
kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan
progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin
yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme
tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita
yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin
dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma
linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur
sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen,
progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
d. Manifestasi klinis
Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah
merasa lelah. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan
yang rasanya asam. Emosi menjadi labil. Biasanya perempuan
mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya.

8. Dismenore

22
a. Definisi
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 %
wanita dan memerlukan pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari
dismenore sampai sekarang belum jelas.
b. Klasifikasi
1. Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial
ataupun fungsional)
Nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat
kelainan pada alat kandungan. Karakteristik dismenorea primer
menurut Ali Badziad (2003):
a. Sering ditemukan pada usia muda.
b. Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur.
c. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan
sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri
kepala.
d. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari
pertama atau kedua haid.
e. Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan
ginekologis.
f. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan
medikamentosa.
Etiologi:
Psikis (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC), (obstetric :
cervic sempit, hyperanteflexio, retroflexio), endokrin
(peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks, kadar
vasopresin tinggi).
Manifestasi klinis:
Beberapa gejala yang kerap menyertai saat menstruasi
antara lain : perasaan malas bergerak, badan lemas, mudah
capek, ingin makan terus, emosi jadi lebih labil, sensitif, mudah
marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding rahim
selama menstruasi juga kerap memunculkan rasa pegal dan

23
sakit pada pinggang serta membuat kepala terasa nyeri, kram
perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan
biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis
seperti kelemahan umum.
Terapi : psikoterapi, analgetika, hormonal.
2. Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya
tidak mengalami dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi,
mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis,
retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis,
adanya AKDR, tumor ovarium.
Manifestasi klinis:
Berikut ini merupakan manifestasi klinis dismenorea sekunder
(Smith, 1993; Smith, 1997):
1. Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua
setelah menarche (haid pertama), yang merupakan indikasi
adanya obstruksi outflow kongenital.
2. Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.
3. Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan
pemeriksaan fisik: pertimbangkan kemungkinan
endometriosis, pelvic inflammatory disease, pelvic
adhesion (perlengketan pelvis), dan adenomyosis.
Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya),
pemberian obat analgetik (biasanya diberikan aspirin, fenasetin
dan kafein), terapi hormonal (Tujuannya untuk menekan
ovulasi).

9. Mastodinia atau Mastalgia


a. Definisi
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.
b. Etiologi
Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi
retensi air dan garam yang disertai hiperemia didaerah payudara.

24
WOC AMENORE

Kelainan
Kegagalan fungsi genetik
hipotalamus-hipofisis
Penyakit
stress, obat-
Testikular obatan, dll
hipogonadotropin feminization Disgenesis gonad
Bila tidak terjadi kehamilan
Siklus
FSH & LH Ovarium menstruasi
Regresi korpus luteum
gagal terganggu
Tidak punya Testis
berkembang
uterus menggantikan
Ovarium
Progesterone menurun ovarium
tidak
terangsang Tidak terjadi
Ovarium berupa siklus
Labilisasi membrane jaringan menstruasi
lisosom (mudah pecah) pengikat

Estrogen & Tidak dapat mengalami


progesteron menstruasi
Enzim
tidak fosfolipase Tidak terjadi
A2 meningkat
dihasilkan menstruasi

Hidrolisis senyawa
Siklus fosfolipid
menstruasi Amenore sekunder
Amenore primer
tidak terjadi
Terbentuk asam arakidonat
Meningkatkan sensitisasi
Tanda seks
& menurunkan ambang MK: ansietas,
prostaglandin sekunder
rasa sakit pada ujng saraf nyeri, kerusakan
tidak terjadi
aferen nervus pelvicus integritas
jaringan
PGE 2 PGF
WOC2αDISMENORE Penyakit :endometriosis,
inflamasi pelvis,
MK: gangguan adenomiosis, kista
PGE 2 & PGF 2α dalam citra tubuh, harga ovarium, kelainanMK:
otak
darah meningkat diri rendah intoleransi
aktivitas
Dismenore
Miometrium terangsang sekunder

Meningkatkan kontraksi MK: nyeri


Nyeri haid
& disritmia uterus 25

MK:nyeri
Nyeri MK:Intoleran
MK:
iskemia Dismenore primer aktivitas
haid ansietas
Prolaktin ↑ Gamma linoleic acid
(GLA) ↓

Estrogen ↑ dan
Gangguan metabolism
progesteron↓
prostaglandin

Proses kimia tubuh Neurotransmitter otak


terganggu terganggu

Metabolism vit.B6
(anti depresi)
terganggu

Deficit vit. B6

WOC PMS (PRE MENSTRUAL SINDROM)


Produksi
serotonin
terganggu

Pre menstrual
Serotonin ↓ depresi sindrom

Kelemahan umum Nyeri payudara acne Mood labil


26

MK: intoleransi MK: nyeri MK: gangguan MK:


aktivitas integritas kulit ansietas
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada wanita dengan gangguan
menstruasi menurut Manuaba (2004) adalah sebagai berikut:
a. Mencegah stress
b. Pola makan teratur
c. Jangan makan yang asem-asem dan pedes
d. Jangan kecapean/ istirahat teratur

27
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada wanita dengan gangguan
menstruasi menurut Manuaba (2004) adalah sebagai berikut:
a. Infertilitas
b. Tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat menggangu
kompartemen IV
c. Akibat insufisiensi hormon dapat menyebabkan osteoporosis.
d. Stress emosional pada penderita
e. Keganasan pada sistem reproduksi

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Kaji apakah klien menggunakan alat kontrasepsi IUD karena IUD
atau Intrauterine Device, dulu dikenal sebagai spiral, adalah alat
kontrasepsi hormonal yang dipasang di dalam rahim, dan berfungsi untuk
mempengaruhi kerja sperma dalam membuahi sel telur. Hampir tidak ada
efek medik pada IUD, hanya haid lebih lama 2 hingga 3 hari dari biasanya,
dan menstruation bleeding atau haid lebih banyak. Selain itu, 12% efek

28
samping pemasangan IUD adalah ibu mengalami perdarahan berupa
bercak atau spotting, akibat pemasangan yang menimbulkan luka jika
tenaga medis tidak kompeten (Djajadilaga, 2012)
Selain mengkaji riwayat penggunaan kontrasepsi, seksual, obsteri,
menstruasi secara terinci, perawat harus menggali persepsi wanita tentang
kondisinya, pengaruh etnik dan budaya, pengalaman dengan tenaga
kesehatan lain, gaya hidup, dan pola koping (lihat pertimbangan budaya).
Jumlah nyeri yang dialami dan efeknya pada aktivitas sehari-hari, obat-
obatan dirumah, dan resep untuk meredakan rasa tidak nyaman, dicatat.
Suatu cacatan gejala, yang memuat rincian catatan gejala emosi, perilaku,
fisik, diet, pola latiham dan pola istirahat, merupakan alat diagnostik yang
bermanfaat (Bobak, 2004)

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan menurut Bobak (2004) untuk wanita yang
mengalami gangguan menstruasi meliputi :
a. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan pengetahuan tentang
penyebab gangguan yang tidak memadai/ efek psikologis dan
emosional gagguan
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan diri/ terapi yang
tersedia untuk mengatasi gangguan tersebut
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan menstruasi
d. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan menstruasi

3.3 Intervensi
Intervensi keperawatan menurut NIC-NOC edisi 9 (2012) untuk
wanita yang mengalami gangguan menstruasi meliputi
a. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan pengetahuan tentang
penyebab gangguan yang tidak memadai / efek psikologis dan
emosional gagguan
NOC : Penerimaan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam, diharapkan ktidakefektifan koping dapat teratasi,
dengan indikator:
a. Mengidentifikasi pola koping yang efektif

29
b. Mencari informasi terkait dengan penyakit dan
pengobatan
c. Melaporkan penurunan perasaan negative
NIC : Peningkatan koping
a. Berikan informasi faktual yang terkait dengan
diagnosis, terapi, dan prognosis
b. Anjurkan strategi penyelesaian masalah
c. Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai

b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan diri / terapi


yang tersedia untuk mengatasi gangguan tersebut
NOC : Pengethuan: Perilaku sehat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam, diharapkan kurang pengetahuan dapat teratasi,
dengan indikator:
a.Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi
tambahan
b. Memperlihatkan keampuan untuk perawatan diri
NIC : Edukasi kesehatan
a. Bantu pasien menetapkan tujuan pembelajaran yang
realistis
b. Gunakan berbagai strategi penyuluhan
c. Hubungkan muatan yang baru dengan pengetahuan dan
pengalaman sebelumnya

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan menstruasi


NOC : Citra tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam, diharapkan harga diri rendah dapat teratasi, dengan
indikator:
a. Kesesuaian antara realitas tubuh, ideal tuh, dan
perwujudan tubuh
b. Kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh
c. Keinginan untuk menyentuh bagian tubh yang
mengalami gangguan
NIC : Peningkatan citra tubuh

30
a. Identiifkasi mekanisme koping yang biasa digunakan
pasien
b. Tentukan harapan pasien tentang citra tubuh
berdasarkan tahap perkembangan
c. Fasilitasi kontak dengan individu yang mengalami
perubahan citra tubuh yang mirip dengan pasien

d. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan persepsi orang


lain tentang rasa tidak nyamannya / ketidakmampuan untuk
mengandung
NOC : Harga diri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam, diharapkan harga diri rendah dapat teratasi, dengan
indikator:
a. Mengenali kekuatan diri
b. Berpartisipasi dalam pembuatan keputusan tetang
rencana asuhan
c. Melatih perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya
diri
NIC : Peningktan harga diri
a. Beri penguatan atas kekuatan diri yang diidentifikasi
oleh pasien
b. Bantu pasien mengidentifikasi respons positif dari
orang lain
c. Ajarkan ketrampilan untuk bersikap positif melalui
bermain peran model peran, diskusi dan lain sebagainya

e. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan menstruasi


NOC : Pengendalian nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam, diharapkan nyeri dapat teratasi, dengan indikator:
a. Mengenali awitan nyeri
b. Menggunakan tindakan pencegahan
c. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
NIC : Manajemen nyeri

31
a. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi
lokasi karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, daan factor
presipitasnya
b. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan,
khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif
c. Ajarkan pengunaan teknik non farmakologis

3.4 Evaluasi
Gangguan yang dikaitkan dengan menstruasi merusak kualitas hidup
wanita yang terkena dan keluarga mereka. Pengkajian bulanan akan
memungkinkan suatu evaluasi dasar dan revisi lebih jauh rencana asuhan
keperawatan. Apabila wanita melaporkan suatu kemajuan dalam kualitas
hidupnya, keterampilan perawatan diri, konsep diri yang positif serta citra
tubuh, makan dapat dikatakan bahwa perawatan yang diberikan efektif
(Bobak, 2004).

32
BAB 4
KASUS

Nona L, 17 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas letih


dan lesu serta nyeri hebat ketika haid, sampai tidak mampu melakukan
aktivitas karena nyeri abdomen akan bertambah. Pasien juga mengeluh mual,
muntah dan diare.

4.1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan mengadakan
wawancara mengenai aspek-aspek umum seperti:
a. Riwayat Penyakit
1. Riwayat penyakit dahulu
pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat nyeri
serupa yang timbul pada setiap siklus haid. Dismenore primer biasanya
mulai sesaat setelah menarche. Kadang-kadang pasien mengemukakan
riwayat kelelahan yang berlebihan dan ketegangan saraf.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Nutrisi
b. Pola Latihan

33
c. Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya
d. Konsep diri (body image)
e. Skala nyeri 4-6
b. Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
B1 (Breath)
 Pernapasan tidak teratur
B2 (Blood)
 Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)
 Akral Basah dan dingin
B3 (Brain)
 Penurunan Konsentrasi
 Pusing
 Konjungtiva Anemia
B4 (Bladder)
 Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
B5 (Bowel)
 Nyeri pada adomen
 Nafsu makan Menurun
B6 (Bone)
 Badan mudah capek
 Nyeri pada punggung
c. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan
peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus
normal
 Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis
adalah normal.

4.2. Analisis Data


No. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Menstruasi Nyeri akut
 Penyebab ↓

34
timbulnya Regresi korpus luteum

nyeri:
progesteron↓
disminore. ↓
 Nyeri Miometrium
dirasakan terangsang

meningkat saat Kontraksi&disritmia
aktivitas uterus↑
 Lokasi nyeri ↓
abdomen Aliran darah ke
 Skala nyeri 4-6 uterus↓
 Nyeri sering ↓
dan terus – Iskemia

menerus Nyeri haid
DO:
 Wajah tampak
menahan nyeri

2 DS: Menstruasi Intoleran aktivitas


 Pasien ↓
Pendarahan
menyatakan ↓
mudah lelah Anemia
DO: ↓
 Nadi lemah Kelemahan

(TD 90/60 Intoleran aktivitas
mmHg)
 Px. terlihat
pucat
 Sclera/
konjungtiva
anemi

3 DS: Menstruasi Ansietas


 Px. ↓
Nyeri haid
menyatakan ↓
merasa gelisah Kurang pengetahuan
DO: ↓
 Pucat Ansietas

35
Memperlihatkan
kurang inisiatif

4.3. Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
4.4. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
Tujuan:
Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien
Kriteria hasil:
a. Skala nyeri 0-1
b. Pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan 1. Meningkatkan istirahat dan
kurangi rangsangan penuh meningkatkan kemampuan
stress koping
2. Kolaborasi dengan dokter 2. Analgesik dapat menurunkan
dalam pemberian analgesic nyeri
3. Ajarkan strategi relaksasi 3. Memudahkan relaksasi, terapi
(misalnya nafas berirama non farmakologi tambahan
lambat, nafas dalam, bimbingan 4. Penggunaan persepsi sendiri atau
imajinasi prilaku untuk menghilangkan
4. Evaluasi dan dukung nyeri dapat membantu
mekanisme koping px mengatasinya lebih efektif
5. Kompres hangat 5. Mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar aliran darah

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen


Tujuan:

36
Pasien dapat beraktivitas seperti semula
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan
memperingan intoleran aktivitas
b. Pasien mampu beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan 1. Menghemat energi untuk
perode istirahat tanpa gangguan, aktivitas dan regenerasi seluler/
dorong istirahat sebelum makan penyembuhan jaringan
2. Tingkatkan aktivitas secara 2. Tirah baring lama dapat
bertahap menurunkan kemampuan
3. Menurunkan penggunaan energi
3. Berikan bantuan sesuai dan membantu keseimbangan
kebutuhan supply dan kebutuhan oksigen

3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen


Tujuan:
Pasien bisa kembali
Kriteria hasil:
a. Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas
b. Pasien menunjukkan relaksasi
c. Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres
INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang 1. Keterlibatan akan membantu
terdekat dalam rencana pasien merasa stres
perawatan berkurang,memungkinkan energi
untuk ditujukan pada
penyembuhan
2. Berikan lingkungan tenang 2. Memindahkan pasien dari stress
dan istirahat luar meningkatkan relaksasi;
membantu menurunkan ansietas

37
3. Bantu pasien untuk 3. Perilaku yang berhasil dapat
mengidentifikasi/ memerlukan dikuatkan pada penerimaan
perilaku koping yang masalah stress saat ini,
digunakan pada masa lalu meningkatkan rasa control diri
pasien
4. Bantu pasien belajar 4. Belajar cara baru untuk mengatasi
mekanisme koping baru, masalah dapat membantu dalam
misalnya teknik mengatasi menurunkan stress dan ansietas
stres

38
BAB 4
PENUTUP

3.1 Simpulan
Mencakup bentuk-bentuk kelainan sebagai berikut, polimenorea
yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal. Oligomenorea yaitu
siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah perdarahan mungkin sama,
penyebabnya adalah gangguan hormonal, (Ida Ayu dan Ida Bagus, 2009).
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini
biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause.
Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya
fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid), dan
timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu
estrogen dan progesteron (Hawari, 1997).
Gangguan Haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan dalam :
1. kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid :
a. hipermenorea atau menoragia
b. hipomenorea
2. kelainan siklus:
a. polimenorea
b. oligomenorea
c. amenore

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah:

39
1. Kepada setiap perempuan, agar selalu memperhatikan siklus haidnya,
untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan yang berhubungan
dengan haid.
2. Untuk menghindari terjadinya sindrom pra-haid, setiap perempuan
dianjurkan untuk melakukan perubahan-perubahan diet atau mengatur
pola makan seperti yang telah dijelaskan pada bab pembahasan.
3. Kepada setiap orang tua, terutama orang tua perempuan, agar dapat
menjelaskan tentang haid kepada anak-anaknya sedini mungkin, untuk
mengurangi rasa takut yang sering dialami oleh anak-anak ketika
menghadapi menarche (haid yang pertama kali datang).
4. Kepada tenaga kesehatan, agar dapat menjelaskan mengenai segala hal
yang berhubungan dengan haid, terutama gangguan-gangguan selama
haid.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, I dan Ida Bagus. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :


EGC.
Bobak, L.J. 2004. Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media
Aesculapius.
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Bidan. Jakarta: EGC.
Manuaba, IBG. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Arcan.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : EGC
Masland, Robert, dkk. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks.
Bumi Aksara: Jakarta.
Rabe, Thomas. 202. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta: Hipokrates.
Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Siti, F. Wahyu. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha
Medika
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Winiastri, Virnye, dkk. 2002. Pengalaman Materi Membantu Remaja
Mengatasi Dirinya. Jakarta : Deputi Bidang KB dan Kespro BKKBN

41

Anda mungkin juga menyukai