Anda di halaman 1dari 9

“PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA UNTUK

MENDORONG PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA GUNA


MENINGKATKAN DEVISA NEGARA “

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Stadium Generale (KU4078)

Oleh :

Anak Agung Ngurah Ananta Putra (13116063)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2018
ABSTRAK

Indonesia merupakan negara dengan keragaman etnis dan budaya yang


beraneka ragam. Dengan budaya yang melimpah ruah membuat Indonesia menjadi
salah satu destinasi wisata yang terkenal dikalangan wisatawan dunia. Namun,
sekarang banyak tempat wisata di Indonesia yang menggunakan tempat ibadah
sebagai tempat wisata. Tempat ibadah seharusnya digunakan untuk beribadah saja,
bukan untuk tempat wisata karena itu akan mengganggu kesucian dari tempat
ibadah tersebut. Untuk itu perlu pembangunan tempat wisata nonreligius agar
tercipta obyek wisata baru yang dapat menjadi contoh pariwisata Indonesia. Pada
masa pemerintahan sekarang perhatian terhadap pengembangan wisata budaya
sangat kurang, ironinya jumlah devisa yang diberikan dari sektor wisata budaya
cukup tinggi dibandingkan sektor lain. Tidak ada timbal balik yang diberikan
pemerintah terhadap devisa yang telah diperoleh dari wisata budaya. Untuk itu ada
beberapa solusi yang bisa diambil pemerintah dalam pengembangan wisata budaya
diantaranya pemerintah harus memperkenalkan budaya Indonesia melalui iklan
atau media cetak, membuat acara pagelaran di negara sendiri atau di negara lain,
memberikan hak paten terhadap budaya Indonesia, mempromosikan tempat-
tempat wisata yang ada di Indonesia, dan yang terakhir yaitu membuat pameran-
pameran produk Indonesia
Kata kunci : wisata budaya, GWK, devisa negara, pengembangan wisata budaya
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pada
pertemuan di kelas Stadium Generale dengan narasumber bapak Nyoman Nuarta
menjelaskan begaimana kegigihannya dalam membangun patung GWK. Pada
kelas stadium generale tersebut bapak Nyoman. Beliau mengatakan sebagai
seniman beliau sangat kecewa pada zaman sekarang, karena banyak tempat wisata
di Indonesia yang menggunakan tempat ibadah sebagai tempat wisata. Tempat
ibadah menurutnya harusnya digunakan untuk beribadah saja,. Untuk itu beliau
membangun GWK sebagai bentuk perhatian beliau. Maka melihat kondisi ini
penulis ingin membahas lebih lanjut tentang bagaimana upaya untuk melestarikan
dan mengembangkan wisata budaya yang ada di Indonesia. Pada makalah ini akan
dibahas tentang permasalahan yang ada pasa wisata budaya di Indonesia serta
program pemerintah yang membuat wisata budaya Indonesia terjaga kearifannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pembangunan GWK terhadap wisata budaya
disekitarnya ? Dan apa pengearuhnya terhadap pendapatan devisa negara ?
1.3 Batasan Masalah
Dengan luasnya permasalahan untuk mendapat pembahasan yang baik,
maka perlu dilakukan batasan masalah agar topik yang dibahas tidak jauh
melebar. Adapun Batasan masalah penulisan ini adalah :
1. Penulis tidak akan membahas secara detail mengenai pariwisata yang ada di
Indonesia. Namun, penulis akan mengambil salah satu sektor pariwisata
yakni sektor wisata budaya
2. Penulis tidak akan membahas secara detail mengenail pemasukan devisa
negara. Namun, penulisan akan membahas lebih detail pemasukan devisa
negara melalui wisata budaya serta upaya pengembangan wisata budaya
BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

2.1 Metodologi

2.1.1 Lokasi, Objek, dan Waktu

2.1.1.1 Lokasi

Adapun lokasi Stadium Generale kali ini dilakukan di Aula


Barat Institut Teknologi Bandung

2.1.1.2 Objek

Objek pembuatan makalah tugas akhir ini adalah materi


yang disampaikan oleh I Nyoman Nuarta (Pematung) mengenai
“Pembangunan Garuda Wisnu Kencana untuk Mendorong
Pengembangan Wisata Budaya dalam Peningkatan Devisa Negara

2.1.1.3 Waktu

Sedangkan waktu pelaksanaan perkuliahan Stadium


Generale ini yaitu Rabu, 21 November 2018 pukul 09.00-11.00 WIB

2.1.2 Populasi dan Sampel

Pada penulisan makalah ini tidak dilakukan pengambilan populasi


dan sampel

2.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang kami pakai dalam penyusunan


makalah ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diambil dari literatur yang erat hubungannya dengan objek.

2.1.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai adlah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
2.2 Data dan Analisis

Pada perolehan devisa negara sendiri dimana industri pariwisata


menyumbang sebesar 20% dari total devisa negara. Dan dari 20% tersebut
40% nya merupakan wisata budaya. Berikut merupakan data yang didapat
dari kementrian pariwisata tentang perkiraan jumlah pemasukan di industri
pariwisata pada tahun 2019 :

2016 2017 2018


No Jenis Nilai (Juta
Komoditas USD) Jenis Komoditas Nilai (Juta USD) Jenis Komoditas Nilai (Juta USD)
1 Migas 30318 Migas 18574 CPO 15965
2 Batubara 18697 Batubara 16427 Pariwisata 13568
3 CPO 18615 CPO 14717 Migas 13105
4 Pariwisata 11166 Pariwisata 12225 Batubara 12898
5 Pakaian Jadi 7450 Pakaian Jadi 6410 Pakaian Jadi 6229
6 Alat Listrik 7021 Alat Listrik 4510 Alat Listrik 4561
7 Bahan Kimia 6486 Karet Olahan 3564 Perhiasan 4119
8 Karet Olahan 6259 Bahan Kimia 3546 Kertas 4032

Gambar 1. Perolehan devisa Indonesia menurut lapangan usaha

GRAFIK PENDAPATAN DEVISA MELALUI


SEKTOR PARIWISATA
2020
2018
2016
2014
Tahun

2012
2010
2008
2006
2004
6 8 9 9.5 10 11 12 13 15.5 17 20
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
USD MILIAR

Gambar 2. Grafik penerimaan devisa dari sektor pariwisata dalam 1 dekade


Melihat data diatas Indonesia layak mendongkrak perolehan
devisa dari pariwisata berbasis budaya jika dilihat dari beragamnya
potensi yang kita miliki, seperti peninggalan-peninggalan sejarah (candi
dan bangunan kuno), adat-istiadat dengan segala keunikannya, situs-
situs, cagar budaya, pertunjukan budaya, dan lain-lainnya. Penerapan
kegiatan pariwisata berbasis budaya di Indonesia telah ditunjukkan oleh
beberapa provinsi. Selain Provinsi Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta
juga merupakan contoh provinsi yang fokus dalam pelaksanaan sektor
ini.Bahkan banyak daerah lain di Indonesia yang sesungguhnya tak
kalah menariknya dengan Yogyakarta atau Bali. Daerah-daerah tersebut
bisa dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata budaya yang bisa
menghasilkan devisa. Ini tentu harus dimulai dengan kegiatan
komunikasi pemasaran yang lebih intensif dan efektif serta upaya yang
terus menerus dilakukan untuk peningkatan kualitas daya tarik wisata di
setiap destinasi tersebut. Perhatian pemerintah adalah hal paling
penting. Pasalnya, banyak dampak atau nilai positif dari yang bisa diraih
dari sebuah kunjungan wisata budaya. Selain sebagai salah satu sektor
yang bisa mendulang devisa, pariwisata berbasis budaya justru bisa
menjadi kekuatan sosial untuk meningkatkan pemahaman lintas budaya,
motivasi untuk melestarikan budaya dan lingkungan, bahkan dapat
memperkuat semangat kebangsaan. Lebih dari itu, melalui pariwisata
berbasis budaya itulah wisatawan, terutama wisatawan nusantara, dapat
belajar tentang sejarah, kebudayaan bahkan kesenian lokal. Dari sanalah
mereka dapat memahami dan mendalami dinamika perkembangan
budaya, kearifan lokal, dan hasil cipta, karya, dan karsa dari suatu
masyarakat. Sampai sejauh ini, wisata budaya di Indonesia harus diakui
masih lemah dalam hal interpretasi terhadap objek yang dikunjungi.
Itulah membuat minat masyarakat untuk datang ke museum masih
relatif rendah, salah satu penyebabnya adalah kurangnya informasi
tentang koleksi yang dipamerkan. Padahal, banyak museum yang
menyimpan koleksi bernilai tinggi. Di banyak negara maju, media
interpretasi menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari koleksi benda-
benda bersejarah di museum-museum. Ini terus berkembang dan
menjadi lebih interaktif dan menggugah para pemburu wisata sejarah
dan budaya.

Pada tahun 2017 sektor pariwisata menempati peringkat 2 dalam


perolehan devisa negara. Pada gambar 1 diatas dapat disimpulkan
bahwa kontribusi perolehan devisa negara pada sektor pariwisata
meningkat tiap tahunnya dan terakhir mencapai angka 13,5 Miliyar US
Dollar. Dan pada tahun 2017 meningkat sebesar 20% , peningkatan ini
dikarenakan pada sektor pariwisata 40% dari devisa yang masuk
merupakan berasal dari sektor wisata budaya. Hal ini dikarenakan
menurut sejumlah penelitan, di masa depan, objek wisata kebudayaan
semakin diminati para wisatawan mancanegara. Penelitian PATA
beberapa tahun silam, misalnya, menyebutkan, bahwa lebih dari 50%
wisman yang mengunjungi Asia dan daerah adalah untuk melihat dan
menyaksikan adat istiadat atau yang disebut the way of life.

Berikut merupakan langkah-lagkah yang patut diambil


pemerintah dalam menjaga dan meningkatkan wisata budaya :

a. Pemerintah harus lebih memperkenalkan dan mempromosikan


kebudayaan indonesia ke negara lain lewat iklan atau media cetak
b .Membuat acara pergelaran kebudayaan indonesia di negara sendiri
atau di negara lain
c. Memberikan hak paten terhadap setiap kebudayaan yang milik
bangsa indonesia, seperti lagu daerah, tarian, dan alat musik
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa wisata budaya merupakan wisata yang perlu
dijaga kearifannya karena bukan hanya sebagai penyumbang devisa negara tetapi
wisata budaya juga bisa menjadi kekuatan sosial untuk meningkatkan pemahaman
lintas budaya, motivasi untuk melestarikan budaya dan lingkungan, bahkan dapat
memperkuat semangat kebangsaan. Pada pemerintahan sekarang masih kurangnya
perhatian terhadap pengembangan wisata budaya padahal jumlah devisa yang
diberikan dari sektor wisata budaya cukup tinggi dibandingkan sektor lain. Namun,
tidak ada timbal balik yang diberikan pemerintah terhadap devisa yang telah
diperoleh dari wisata budaya. Untuk itu ada beberapa solusi yang bisa diambil
pemerintah dalam pengembangan wisata budaya diantaranya pemerintah harus
memperkenalkan budaya Indonesia melalui iklan atau media cetak, membuat acara
pargerlaran di negara sendiri atau di negara lain, memberikan hak paten terhadap
budaya Indonesia, mempromosikan tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia, dan
yang terakhir yaitu membuat pameran-pameran produk Indonesia
3.2 Saran
Menurut penulis, masih banyak sektor dibidang pariwisata yang harus
diperbaiki seiring dengan pesatnya teknologi membuat budaya Indonesia mulai
ditinggalkan, hal ini dikarenakan munculnya budaya negara lain yang lebih menarik
dan dicintai oleh masyarakat khusunya golongan muda. Budaya kita seharusnya kita
jaga karena apabila budaya dari suatu bangsa itu hilang maka bangsa tersebut tidak
akan memiliki jati diri. Di Indonesia justru pihak swasta yang sangat gencar-
gencarnya melindungi budaya Indonesia itu sendiri sedangkan pemerintah tidak
maksimal dalam menjaga dan melestarikan budaya Indonesia. Untuk itu cintai dan
jaga budaya bangsa sendiri mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, sampai
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Berita Satu, Memeacu Pariwisata Berbasis Budaya

http://id.beritasatu.com/home/memacu-pariwisata-berbasis-budaya/133718

(Diakses pada tanggal 22 November 2018 pukul 19.30)

[2] Dzaky Hidayat, Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Menjaga Budaya
Indonesia

https://toolazyforname.blogspot.com/2013/04/upaya-pemerintah-dalam-
melestarikan.html

(Diakses pada tanggal 23 November 2018 pukul 17.00)

[3] Ardan Adhi Chandra, Danu Damarjati, Tiga Tahun Jokowi-JK, Pariwisata
Sumbang Devisa Terbesar Kedua
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3687715/tiga-tahun-jokowi-jk-
pariwisata-sumbang-devisa-terbesar-kedua
(Diakses pada tanggal 25 November 2018 pukul 18.00)
[4] Badam Pusat Statistik, Statistik jumbal besarnya wisatawan berkunjung ke
Indonesia Tahun 2018
https://www.bps.go.id/subject/16/pariwisata.html
(Diakses pada Tanggal 30 2018, pada pukul 21.00)

Anda mungkin juga menyukai