Fase Perkembangan Embrio masing bagian endoderm, mesoderm, dan
ektoderm akan mengalami diferensiasi 1. Fase Morula. Pada fase ini zigot menjadi organ-organ. mengalami pembelahan. Pembelahan sel dimulai dari satu menjadi dua, dua menjadi B. Terjadinya Bayi Kembar empat, dan seterusnya. Pada saat pembelahan sel terjadi pembelahan yang Identik : Pembelahan sel hasil pembuahan sel tidak bersamaan. Pembelahan yang cepat telur dan sperma yang mengakibatkan terjadi pada bagian vertikal yang memiliki pembelahan tidak sempurna, sehingga dari kutub fungsional atau kutub hewan dan yang tadinya hanya ada 1 zigot menjadi ada 2 kutub vegetatif. Antara 2 kutub ini dibatasi oleh daerah sabit kelabu. Setelah (disebut juga monozygotic). pembelahan terjadi pada bagian vertikal, kemudian dilanjutkan dengan bagian Fraternal : Suatu peristiwa dimana dua sel horizontal yang membelah secara aktif telur dibuahi oleh dua sel sperma, sehingga sampai terbentuk 8 sel. Pembelahan sel menyebabkan terbentuknya dua zigot yang berlanjut sampai terbentuk 16-64 sel. berbeda (dizigotik). Oleh sebab itu, kembar Embrio yang terdiri dari 16-64 sel inilah yang disebut morula. fraternal terkadang tidak mirip, bahkan ada yang berbeda jenis kelamin. 2. Fase blastula. Pada fase ini terjadi pembagian sitoplasma ke dalam dua kutub Kehamilan yang berasal dari 2 telur yang yang dibentuk pada fase moruta. dibuahi oleh 2 sel sperma yang berbeda Konsentrasi sitoplasma pada kedua kutub sehingga ada 2 zigot (dizigotik) yang berasal tersebut berbeda. Pada kutub fungsional terdapat sitoplasma yang lebih sedikit dari 2 sel telur dan 2 sel sperma dibandingkan dengan kutub vegetatif. Konsentrasi sitoplasma yang berbeda C. Teori energi dan asam basa untuk menentukan arah pertumbuhan dan viabilitas sperma perkembangan hewan selanjutnya. Pada fase ini kutub fungsional dan kutub Penyebab pH Sperma Rendah atau vegetatif telah selesai dibentuk. Hal ini Tinggi ditandai dengan dibentuknya rongga di antara kedua kutub yang berisi caftan dan disebut blastosol. Embrio yang memiliki pH Sperma merupakan hasil blastosol disebut blastula. pengukuran kadar asam atau basa cairan semen (mani) dengan rentang 3. Fase Grastula. Pada fase ini embrio kadar pH normal cairan semen antara mengalami proses diferensiasi dengan 7,2 sampai dengan 7,8. Hasil pH dalam mulai menghilangkan blastosol. Sel-sel pada kutub fungsional akan membelah cairan mani pemeriksaan analisa dengan cepat. Akibatnya, sal-sel pada sperma dapat menunjukan beberapa kutub vegetatif membentuk lekukan ke hasil diantaranya : pH sperma tinggi arah dalam (invaginasi). Invaginasi akan (pH sperma basa), pH sperma normal membentuk dua formasi, yaitu lapisan luar dan pH sperma rendah (pH sperma (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). asam). 4. Diferensiasi dan Organogenesis. Pada fase ini mulai terjadi diferensiasi dan Nilai pH Sperma Tinggi (terlalu basa) organogenesis pada struktur dan fungsi set untuk menjadi jaringan yang spesifik. Nilai pH Cairan sperma tinggi atau Proses ini dikendalikan oleh faktor terlalu basa disebabkan, pertama hereditas (gen) yang dibawa pada saat karena sperma terlalu lama disimpan terjadi pembentukan kutub fungsional dan kutub vegetatif. Pada akhirnya masing- dan tidak segera diperiksa sehingga dihasilkan amoniak ( cairan sperma terinfeksi oleh kuman gram negatif), kedua karena metabolisme tubuh, SIKLUS MENSTRUASI kondisi tubuh terlalu basa biasanya dikarenakan adanya infeksi bakteri 1. Fase Proliferasi atau virus. Contoh pH Terlalu Basa pH Fase proliferasi sering kali disebut fase 7,9 / pH 8,0 /pH 8,1 / pH 8,2 / pH 8,3 estrogenik. Hal ini disebabkan pada fase s.d pH 9,0 ini prosesnya dikendalikan oleh hormon estrogen. Fase ini mulai terjadi pada hari Nilai pH Sperma Normal kelima hingga hari keempat belas dari siklus menstruasi. Setelah haid terjadi Nilai pH sperma normal berkisar antara bagian hipofisis anterior akan 7,2 sampai 7,8, Nilai ini merupakan mensekresikan Follicle Stimulating nilai pH sperma yang paling bagus dan Hormone (FSH). FSH memengaruhi proses sehat. Nilai pH tersebut menurut pertumbuhan dan pemasakan ovum dan standarisasi WHO ‘2010″ sudah folikel graaf memacu pembentukan dianggap normal dalam analisis hormon estrogen. Hormon estrogen sperma. kemudian memengaruhi uterus untuk membangun endometrium sehingga Nilai pH Serma Rendah (basa) rahim mengalami penebalan hingga 5 – 7 cm. Dengan dihasilkannya estrogen, Nilai pH sperma Asam atau kurang dari pengeluaran FSH akan dihambat, 7,2 disebabkan karena adanya sedangkan LH dirangsang untuk peradangan dari kelenjar prostat yang diproduksi. Dengan pecahnya folikel graaf, kronis, kelenjar prostat yang kecil, ovum akan dilepaskan keluar dan peradangan epididimis, peradangan terjadilah ovulasi. Proses ini terjadi pada vesika seminalis, kerusakan kelenjar hari ke-14 setelah siklus menstruasi. vesika seminalis bisa karena buntu ataupun kecil serta duktus ejakulat 2. Fase Sekresi tersumbat. D. Siklus estrus, siklus menstruasi, dan Fase ini sering kali disebut fase masa subur progesteronik karena dipengaruhi oleh hormon progesteron. Fase sekresi SIKLUS ESTRUS berlangsung pada hari ke-14 sampai ke- 28. Pada fase ini folikel graaf yang pecah Siklus estrus adalah perubahan fisiologis pada saat terjadi ovulasi berubah menjadi yang terjadi secara berkala pada korpus rubrum. Dengan adanya LH yang kebanyakan mamalia betina dari ordo Theria akibat hormon-hormon memengaruhi, korpus rubrum berubah reproduksi. Siklus ini dimulai setelah menjadi korpus luteum atau disebut juga betina matang secara seksual. badan kuning. Korpus luteum ini selanjutnya menghasilkan hormon Siklus ini terbagi menjadi beberapa fase, progesteron. yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Sewaktu berlangsungnya fase sekresi, Siklus estrus membuat betina mengalami endometrium mengalami penebalan, "birahi", sehingga pada masa ini mereka arteri-arteri mengalami pembesaran, dan siap untuk kawin dengan jantan. tumbuhnya kelenjar endometrium. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum akan mengalami degenerasi yang menyebabkan berkurangnya kadar 1. Sinar katoda dipancarkan oleh katoda hormon progesteron dan estrogen atau dalam sebuah tabung hampa bila bahkan tidak ada sama sekali. dilewati arus listrik (aliran listrik adalah penting) 3. Fase Menstruasi 2. Sinar katoda berjalan dalam garis Fase ini dimulai dari saat meluruhnya lurus endometrium yang ditandai dengan keluarnya darah dan berakhir pada hari 3. Sinar tersebut bila membentur gelas keempat sampai keenam. Pada fase ini atau benda tertentu lainnya akan hormon estrogen dan progesteron sudah menyebabkan terjadinya fluoresensi tidak dihasilkan lagi. Dengan tidak (mengeluarkan cahaya). Dari diproduksinya estrogen dan progesteron fluoresensi inilah kita bisa melihat maka akan terjadi degenerasi sinar, sinar katoda sendiri tidak endometrium. Darah haid yang tampak. mengandung mukus dan sel-sel epitel, 4. Sinar katoda dibelokkan oleh medan kemudian dikeluarkan dari rongga uterus listrik dan magnit; sehubungan dengan menuju fagina. hal itu diperkirakan partikelnya MASA SUBUR bermuatan negatif Sel telur harus dibuahi dalam waktu 12-24 5. Sifat-sifat dari sinar katoda tidak jam setelah ovulasi. Karena itulah, penting tergantung dari bahan elektrodanya untuk mendeteksi dihari2 apakah wanita (besi, platina dsb.) berada pada kondisi paling subur. Umumnya, masa subur ini dihitung Pembelokan sinar katoda dalam medan berdasarkan catatan dan analisis siklus haid magnit selama setidaknya 8 bulan terakhir. Perkiraan masa subur dapat dihitung Sinar katoda tidak tampak, hanya melalui dengan rumus brikut : pengaruh fluoresensi dari bahan sinar ini dapat Ketahui siklus terpendek anda, missal : dilacak. Berkas sinar katoda dibelokkan oleh 27 hari. Kurangi angka ini dengan 18. medan magnit. Pembelokkan ini menunjukkan Hasilnya: 9. Angka ini adalah hari bahwa sinar katoda bermuatan negatif. pertama saat anda berada pada kondisi paling subur. Pengamatan J.J. Thomson (1856-1940) : Ketahui siklus terpanjang anda. Kode C = Katoda; A = Anoda; E = lempeng Missal: 30 hari. Kurangi angka ini kondensor bermuatan listrik; M = magnet; F = dengan angka 11. Hasilnya: 19. Angka layar berfluoresens. ini adalah hari terakhir saat anda paling subur. Berkas 1 : Hanya dengan adanya medan listrik, berkas sinar katoda dibelokkan keatas Dengan demikian jika siklus anda rata2 menyentuh layar pada titik 1. adalah 27-30 hari, maka anda akan dlm kondisi paling subur pada hari ke 9 hingga Berkas 2 : Hanya dengan adanya medan 19. magnit, berkas sinar katoda dibelokkan kebawah menyentuh layar pada titik 2. E. Sinar katoda, anoda, dan sifatnya Berkas 3 : Berkas sinar katoda akan lurus dan Sinar Katoda menyentuh layar dititik 3, bila medan listrik dan medan magnit sama besarnya Sifat-sifat sinar katoda : 4. Perbandingan e/m dari sinar positif yang dihasilkan bila gas hidrogen ada Sinar Anoda / kanal / positif dalam tabung adalah identik dengan Dalam tahun 1886 Eugen Goldstein e/m untuk gas hidrogen yang melakukan serangkaian percobaan dan ia dihasilkan melalui air. menemukan partikel jenis baru yang disebut sinar kanal (canal rays) atau sinar positif.
F. Protein dan elektron dalam atom netral
dan ion
G. Hukum perbandingan berganda
Bila dua unsur membentuk lebih dari satu
senyawa, perban-dingan massa dari unsur pertama dengan unsur kedua meru-pakan bilangan yang sederhana. SINAR ANODA Per gram hidrogen dalam gas etilena terdapat 5 Sinar katoda mengalir kearah anoda. gram karbon, jadi 5 gram karbon Tumbukannya dengan sisa atom gas 1 gram hidrogen melepaskan elektron dari atom gas, menghasilkan ion yang bermuatan listrik positif. Ion-ion ini menuju ke katoda (-) tetapi sebagian dari ion ini lolos melewati lubang pada katoda danmerupakan arus partikel mengarah kesisi lain. Berkas sinar positif ini disebut sinar positif atau sinar kanal.
Sifat-sifat sinar kanal :
1. Partikel-partikelnya dibelokkan oleh
medan listrik dan magnit dan arahnya menunjukkan bahwa muatannya positif.
2. Perbandingan muatan dan massa (e/m)
sinar positif lebih kecil daripada elektron.
3. Perbandingan e/m sinar positif
tergantung pada sifat gas dalam tabung. Perbandingan terbesar dimiliki oleh gas hidrogen. Untuk gas lain e/m merupakan pecahan integral (mis. ¼, 1/20 dari hidrogen).