MIOMA UTERI
PEMBIMBING :
dr. I Made P.Juliawan, SpOG
OLEH :
Zakiyyatun Humairah
H1A 008 030
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Mioma Uteri” ini disusun dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:
1. dr. I M. P. Juliawan, Sp.OG., selaku supervisor, selaku pembimbing laporan kasus ini.
2. dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, Sp.OG, selaku Kepala Bagian/ SMF Kebidanan dan
Kandungan RSUP NTB.
3. dr.I Made Mahayasa, Sp.OG, selaku Koordinator Pendidikan Bagian/ SMF Kebidanan
dan Kandungan RSUP NTB.
4. dr. H. Doddy A.K., Sp.OG (K), selaku supervisor.
5. dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku supervisor.
6. dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku supervisor.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari
sebagai dokter. Terima kasih.
Mataram, 31 Julim 2012
Penulis
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai, ditemukan satu
dari empat wanita usia reproduksi aktif (Muzakir cit Robbins, 1997). Mioma uteri dikenal
juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan
sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia 30 tahun. (Muzakir cit Djuwantono,
2004).
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak lagi. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %.
Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma
uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke dan
Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus
mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti (Muzakir cit Ran Ok et-al,
2007). Menurut penelitian yang di lakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka
kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya
penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87%
dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Muzakir cit Yuad H, 2005).
tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor
ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Muzakir cit
Djuwantono, 2004).
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial pada
wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat dilakukan
adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang paling sering untuk dilakukan
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 55 tahun dengan diagnosa mioma uteri
Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat dan
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma,
II.2 Epidemiologi
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak lagi. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua
II.3 Etiopatogenesis
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor
dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya
faktor predisposisi yang bersifat herediter. Pada ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa
ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya
membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan
dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain
itu, sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan
Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak
didapati dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt
atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada
beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila
di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk
yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus
diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering
parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.
Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan pseudokapsul
yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.
a) Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
b) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar
c) Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar
lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan
garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan
kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai
gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,
haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau
mioma bertangkai.
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
(servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang
terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada
umumnya adalah :
Perdarahan abnormal
dapat juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih menjadi
yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena pengaruh ovarium
endometrium yang lebih luas, atrofi endometrium di atas mioma submukosum, dan
miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut
miometrium . Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti,
Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah karena proses
degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga
bisa menimbulkan keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma
uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti
perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri yang
menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio
Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah
besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause (Lacey.C.G., 2007).
Anemia
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual,
Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus
oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai
penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan (Lacey.C.G., 2007).
II.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang
perlu dilakukan adalah darah lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau
atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan
II.9. Penanganan
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari semua
kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika ukuran mioma
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi
atas :
A. Penanganan konservatif
- Monitor keadaan Hb
mioma mengalami reduksi dari ukuran uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara
tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan klinis yang dilakukan
B. Penanganan operatif
- Miomektomi
(Muzakir cit Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita
mioma uteri secara umum. Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan
pada wanita yang masih ingin be reproduksi tetapi belum ada analisa pasti tentang
teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum
2005).
Mioma Uteri Page 14
- Histerektomi
baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh
kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi
urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Hadibroto,
2005).
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total
STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti
perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum.
fungsi seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat
menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana
keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH (Hadibroto, 2005).
Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan vagina,
pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan
dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat
(Hadibroto, 2005).
.
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
- Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan
- Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin
imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan interfensi
menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik (Muzakir cit Taber,
2004).
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Usia : 55 tahun
Suku/Bangsa : Sasak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Suami
MR : 042422
II. ANAMNESIS
Riwayat Kontrasepsi : -
Riwayat Obstetri :
Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 15 tahun. Pasien
memiliki siklus haid yang teratur (28 hari). Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai
berikut : 1 anak laki-laki, sekarang berusia 33 tahun
Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 98 x/menit
- Frekuensi napas : 24 x/menit
- Suhu : 36,7oC
Abdomen :
Inspeksi : Terlihat benjolan pada perut bagian bawah, tidak ada tanda-tanda
peradangan, bekas operasi (-).
Palpasi : Teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, mobile ukuran 8 x 8 cm,
Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE (-), fluor
albus (-), perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-).
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
KU : baik
Kes : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,4oC
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 55 tahun
dengan diagnosa mioma uteri. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan
laboratorium.
benjolan pada perut bagian bawah pasien. Ada beberapa kemungkinan diagnosis untuk pasien
dengan menometroragi disertai benjolan pada perut bagian bawah antara lain yaitu mioma
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma (serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang
ditimbulkan dapat digolongkan menjadi empat yaitu perdarahan abnormal, rasa nyeri, gejala
dan tanda penekanan, serta infertilitas dan abortus. Pada kasus ini, beberapa dari gejala
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia
endometrium, permukaan endomerium yang lebih luas daripada biasa, atrofi endometrium
diatas mioma submukosum, miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh di
antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Gejala penekanan
berupa gangguan BAB dan BAK tidak didapatkan pada pasien karena ukuran mioma yang
Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum serta vital sign pasien dalam
batas normal sehingga menunjukkan gangguan perdarahan serta nyeri sudah berlangsung
lama dan tubuh telah melakukan penyesuaian diri. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan
konjunctiva tampak anemis. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
dengan diameter 8x8 cm, padat, mobile serta permukaannya licin. Pada mioma uteri,
perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskuler. Uterus sering dapat
Pada pemeriksaan pelvis, serviks dalam batas normal. Namun, pada keadaan tertentu,
mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada osteum
dalam vagina (VT / vaginal toucher). Hasil pemeriksaan inspekulo didapatkan bentuk, warna
dan permukaan porsio dalam batas normal, tidak terlihat adanya fluksus yang berasal dari
dalam (kanalis servikalis atau kavum uteri). Didapatkan pula sekret/lendir berwarna putih
pada forniks dan dinding vagina. Hasil VT tidak ditemukan adanya kelainan ataupun nyeri
pada dinding vagina, porsio, adneksa dan cavum Dauglas. Namun perabaan pada
parametrium didapatkan massa padat dengan permukaan licin, terfiksir tapi tidak nyeri.
Uterus antefleksi, konsistensi keras dengan ukuran sesuai umur kehamilan 12 minggu.
antefleksi yang membesar berukuran 80x75 cm, dengan kesan mioma uteri.
Penatalaksanaan mioma uteri berdasarkan besar kecilnya tumor, ada tidaknya keluhan, umur
dan paritas penderita. Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif mengingat pada hasil
pasien memiliki keluhan subjektif berupa perdarahan pervaginam abnormal yang berat,
dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14
minggu.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total abdominal
histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari
risiko operasi yang lebih besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter,
kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks,
serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah
dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi
seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada
tekan (-).
Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, tampak licin,
erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE
(-), fluor albus (-), perdarahan aktif (-),
massa (-), peradangan (-).
(18/06/12)
Hb : 5,3 g/dL
berat
21/06/12 - Keadaan umum : baik Mioma uteri observasi tanda-tanda vital
Suhu : 36,7oC
(GNRH-A). Pada Kasus Fibroma Uterus dalam Majalah Kedokteran Indonesia, vol.
Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3 September
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdf
Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo d/a
Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and Gynecologic
Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk Connectient, California,
Moeloek, F.A., Hudono, S.Tj., Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan, Ilmu Kebidanan,
Muzakir. 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode
Santon, R., Duenhoelter, J.H., Massa pelvis, Gynecology, EGC, Jakarta, p : 146-7.