Anda di halaman 1dari 3

A.

Ronde Keperawatan
Secara bahasa ronde keperawatan terdiri dari 2 kata yaitu ronde dan
keperawatan. Ronde berasal dari Bahasa Inggris yaitu “round” yang memiliki makna
sama dengan around. Sebagai kata keterangan, jika round digunakan untuk
menjelaskan objek atau tempat, memiliki makna bahwa tempat dan objek tersebut
dikelilingi atau berada disemua sisi. Sebagai preposisi, round memiliki makna
melewati atau mengelilingi orang demi orang dalam satu grup (Collins, 2013).
Keperawatan adalah diagnosis dan penanganan respon manusia terhadap
masalah kesehatan aktual maupun potensial (ANA, 2003). Dari pengertian diatas
terdapat 2 komponen kunci dalam defenisi keperawatan yakni diagnosis dan respon
manusia. Diagnosis yang dimaksud adalah diagnosa yang menyangkut aspek yang
berada dalam lingkungan keperawatan, sedangkan respon manusia dilihat dari
responnya terhadap gangguan atau penyakit.
Ford (2010), mendefenisikan ronde keperawatan sebagai salah satu tehnik
untuk mengorganisasikan pelayanan keperawatan secara proaktif yang berfokus
kepada pasien. Tea, Ellison dan Fadian (2008) mendefenisikan ronde keperawatan
Universitas Sumatera Utara sebagai proses yang dilakukan perawat secara proaktif
untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan mengunjungi pasien secara rutin
keruangannya dan memeriksa hal-hal yang spesifik dan melakukan pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pasien secara konsisten.
Dari beberapa defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ronde
keperawatan merupakan suatu proses proaktif dimana perawat melakukan kunjungan
kepada pasien secara rutin untuk memenuhi kebutuhan pasien baik kebutuhan dasar
maupun kebutuhan untuk mendapatkan informasi tentang penyakitnya dan melibatkan
pasien dalam pengambilan keputusan terkait proses perawatannya.
1. Tujuan Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan hal yang penting dalam memberikan pasien
pelayanan yang berkualitas, ronde keperawatan yang bertujuan agar pasien
mendapatkan informasi mengenai penyakitnya, pemeriksaan lanjutan dan proses
keperawatan yang akan dijalaninya (Benniskova, 2007). Ronde keperawatan juga
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pasien secara rutin dan memastikan
keselamatan pasien (Shaner-McRae, 2007).
2. Komponen Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan satu set tindakan yang diatur secara spesifik
untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. Umumnya tindakan ini dibagi kedalam 4
komponen dasar yaitu Pain, Personal needs, Positioning dan Placement (Meade et al.,
2006).
a) Pain. Perawat menanyakan “bagaimana nyeri anda?”. Setelah nyeri
terindentifikasi kemudian dilakukan beberapa tindakan untuk
mengatasi nyeri seperti perubahan posisi, guided imagery, latihan nafas
dalam, pengalihan perhatian dan obat-obatan. Hal lain terkait rasa
nyaman juga dinilai seperti kebersihan oral dan pemenuhan cairan
b) Personal needs. Perawat menanya pasien “apakah anda ingin ke kamar
mandi?” waktu toileting diatur oleh perawat bersama dengan pasien
dengan bantuan selama dibutuhkan.
c) Positioning. Perawat mengecek posisi pasien dan bertanya “bagaimana
caranya agara anda lebih merasa nyaman?”. Jadwal reposisi
diobservasi terumata terhadap pasien yang tidak dapat melakukannya
secara mandiri
d) Placement. Perawat memverifikasi ketersediaan dan keterjangkauan
dan bertanya “apakah anda ingin kami memindahkan call light,
telepon, meja dan perlengkapan lainnya sehingga terjangkau oleh
anda?”

3. Implikasi ronde keperawatan terhadap praktek keperawatan


Penerapan ronde keperawatan berimplikasi terhadap penurunan penggunaan
call light, penurunan angka pasien jatuh, penurunan angka luka tekan (decubitus),
peningkatan tingkat kepuasan pasien dan peningkatan tingkat kepuasan perawat.
Penggunaan call light. Penerapan ronde keperawatan berimplikasi terhadap
penurunan pada penggunaan call light memungkinkan perawat memiliki waktu lebih
banyak untuk melakukan asuhan keperawatan bukannya berjalan dari Universitas
Sumatera Utara kamar ke kamar memenuhi panggilan yang diberikan oleh pasien.
Hasil penelitian Meade et al. (2006), menemukan bahwa penggunaan lampu panggil
yang paling tinggi adalah dengan alasan yang dibuat-buat. Dengan pelaksaan ronde
keperawatan maka ditemukan penurunan penggunaan lampu panggil terutama
penggunaan lampu panggil tanpa alasan yang jelas dari pasien.
Pasien jatuh. mengalami penurunan pada institusi yang melaksanakan ronde
keperawatan. Saat perawat melakukan ronde terhadap pasien setiap jam dan
memenuhi kebutuhan dasarnya seperti toileting dan penempatan barang-barang
pribadi maka resiko jatuh akan berkurang. Meade et al. (2006), menemukan
penurunan angka pasien jatuh secara signifikan selama dilakukan ronde keperawatan.
Saleh et al. (2011), menemukan penurunan angka pasien jatuh secara drastis setelah
dilaksakan ronde keperawatan dari 25 kasus menjadi 4 kasus.
Luka tekan (decubitus). Ronde keperawatan memungkinkan reposisi secara
regular terhadap pasien sehingga angka decubitus pada pasien dapat diturunkan. Pada
pasien dengan kasus luka, reposisi secara regular juga berkonstribusi terhadap proses
healing. Saleh et al. (2011), menemukan penurunan angka luka decubitus setelah
dilaksanakan ronde keperawatan dari 2 insiden menjadi 1 insiden.
Kepuasan pasien. Kehadiran perawat secara rutin dan penggunaan protokol
yang spesifik dalam ronde keperawatan memungkinkan kebutuhan dasar pasien
terpenuhi sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien.
Kepuasan perawat. Dengan ronde keperawatan pelayanan keperawatan
menjadi lebih efisien dan berkurangnya stress kerja perawat sehingga akan
meningkatkan kepuasan kerja dari perawat (Meade et al., 2006).

Dapus

Collins (2013). Collins Cobulid Advanced Dictionary of English. Diakses melalui


http://www.collinslanguage.com/Collins-COBUILD-Advance-Dictionaryof-
English .

Abrar, Ana Nadya. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi.


Yogyakarta: LESFI.

Alberg AJ, Ford JG, Samet JM; American College of Chest Physicians. Epidemiology
and Risk Factors of lung cancer: ACCP evidence-based clinical practice
guidelines (2nd edition). Chest. 2007;132:29S-55S.

Braddy, P. W; Meade, A. W; dan Kroustalis, C. M. (2006). Organizational Recruitment


Website Effects on Viewers Perceptions of Organizational Culture. Journal of
Business and Psychology , Vol. 20 , No. 4, pp. 525- 543.

Anda mungkin juga menyukai