Anda di halaman 1dari 7

JENIS-JENIS QOULAN (PERKATAAN) DALAM AL QUR'AN

1. Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)

Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun,
menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan
Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
(QS. Al-Baqarah:235

Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu* dengan sindiran** atau
kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui
bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan
janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada
mereka) perkataan yang ma'ruf.*** dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk
beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan Ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui
apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan Ketahuilah bahwa Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

* yang suaminya Telah meninggal dan masih dalam 'iddah.


** wanita yang boleh dipinang secara sindiran ialah wanita yang dalam 'iddah Karena
meninggal suaminya, atau Karena Talak bain, sedang wanita yang dalam 'iddah Talak
raji'i tidak boleh dipinang walaupun dengan sindiran.
*** perkataan sindiran yang baik.

Sejalan dengan ayat tersebut di atas Allah Swt. menerangkan dalam surat al Baqarah ayat
263 berikut ini:

Artinya: “Qulan Ma’rufa –perkataan yang baik– dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya
lagi Maha Penyantun.

Dalam Tafsir Al-Qurtubi dijelaskan, Qaulan Ma’rufa yaitu melembutkan kata-kata dan
menepati janji. Sebagaimana Allah Swt. menerangkan dalam surat an Nisa’ ayat 5, berikut ini:
1
/
Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
Qaulan Ma’rufa (kata-kata yang baik.
Dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. Mereka hendaklah diberi
pengertian supaya tidak timbul kecurigaan atau kecemburuan. Tidak memberikan harta kepada
mereka bukan karena akan merusaknya tapi demi kemaslahatan bersama. Ucapan yang baik
adalah yang bisa dimengerti, difahami semua fihak, sesuai dengan akal, perasaan, dan dianggap
baik oleh syari’ah. Juga berma’na ucapan yang menyenangkan hati, tidak menimbulkan
kemarahan dan kesedihan serta difahami oleh yang menerima penjelasan.1
Pengunci ayat ini memberi isyarat berikut ini:
(1) pengasuh anak yatim memiliki tanggung jawab bukan hanya yang bersifat materi,
tapi juga pendidikan,
(2) Pemilik harta mesti mengetahui seluk beluk harta yang dikelola orang lain,
(3) pengelola harta mesti memberikan penjelasan secara jujur, tentang keuntungan atau
kerugiannya kepada pemilik harta,
(4) adanya saling percaya semua fihak yang disertai kewaspadaan dan pengawasan.
Qaulan ma’rufaa ini tidak hanya digunakan dalam hubungan antara seorang anak dengan
orang tua saja akan tetapi dapat digunakan dalam pergaulan sehari-hari pada tempat lain.
Walaupun tekanan bahasa al Qur’an kedua orang tua dengan menghindari perkataan yang
menyakiti hati, juga tepat dipergunakan hubungan seseorang dengan orang lain dalam pelayanan
di kantor, di pasar dan tempat-tempat berkumpulnya masyarakat. Memang ayat tersebut titik
beratnya pada kedua orang tua. Pada ayat yang lain Allah Swt. menerangkan dalam surat an
Nisa’ ayat 8 berikut ini:

Artinya:“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka
berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan
Ma’rufa (perkataan yang baik).

1 Abu Bakr al-Jaza`iri, Aysar al-Tafasir, I h.438


2
Sejalan dengan ayat tersebut di atas, Allah Swt. menerangkan dalam surat al Ahzab ayat
32, berikut ini:

Artinya:“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang
yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang
baik.”

2. Qaulan sadida (perkataan yang tegas dan benar)

Demikian juga dalam melaksanakan kegiatan dunia dan akhirat, kita sebagai hamba Allah
Swt. Wajib menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Islaman. Karena dalam pandangan Allah manusia
sebagai makhluq yang sangat sempurna dijadikan-Nya. Maka untuk itu janganlah meninggalkan
keturunan yang lemah di belakang kita. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. Dalam surat an
Nisa’ ayat 9 berikut:

Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.
Selanjutnya Allah Swt. Meyatakan dalam surat al Ahzab ayat 70:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar.

Dalam Tafsir Al-Qurtubi dijelaskan, as-sadid yaitu perkataan yang bijaksana dan
perkataan yang benar. Berkomunikasi (berbicara) harus menginformasikan atau menyampaikan
kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau
memanipulasi fakta.
Selanjutnya Allah Swt. Menyatakan dalam surat al Hajj ayat 30:

Artinya: Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat
di sisi Allah* Maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. dan Telah dihalalkan
bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya,
3
Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta.

* maksudnya antara lain ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah,


Muharram dan Rajab), tanah Haram (Mekah) dan ihram.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibban berikut ini:
Artinya: “Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).
3. Qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut)
Layyina adalah kata-kata seseorang yang disampaikan kepada orang lain secara lemah
lembut, hal ini sesuai dengan pernyataan Allah Swt. Dalam surat Thaha ayat 44 berikut ini:

Artinya: Maka berbicaralah kamu berdua kepada Fir’aun dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan dia sadar atau takut.

Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, bahasa yang sederhana dengan
suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir
Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata
terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara
lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang
diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan
komunikasi kita.
Menurut Tafsir Al-Qurtubi, ayat ini merekomendasikan untuk memberi peringatan dan
melarang sesuatu yang munkar dengan cara yang simpatik melalui ungkapan atau kata-kata yang
baik dan hendaknya hal itu dilakukan dengan menggunakan perkataan yang lemah lembut, lebih-
lebih jika hal itu dilakukan terhadap penguasa atau orang-orang yang berpangkat.

4. Qaulan Baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)

Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai wahyu dan pedoman
hidup umat manusia adalah bahasa yang sangat menyentuh hati. Bahasa al Qur’an sangat indah
yang tidak ada taranya bagi orang-orang berpikir. Apabila al Qur’an itu dibacakan dengan
dengan penuh ikhlas dengan suara yang merdu tidak ada seorang yang tidak terkesima. Maka di

4
sini menggunakan bahasa yang lembut menyentuh untuk disampaikan sesuatu berita kepada
masyarakat akan diterima. Lebih-lebih lagi dalam melakukan pelayan kepada masyarakat dengan
menggunakan bahasa yang menyentuh jiwa. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat an-
Nisaa’ ayat 63 berikut ini:

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di
dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat,
dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.

Dalam Tafsir al-Maraghi diterangkan, Qoulan Balighan yaitu “perkataan yang bekasnya
hendak kamu tanamkan di dalam jiwa mereka”. Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas
maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran,
komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak
berbelit-belit atau bertele-tele.
Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah
disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti
oleh mereka. Artinya: Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas)
mereka” (H.R. Muslim).
Allah Swt. setelah menciptakan manusia, lalu menjadikannya saling berkomunikasi, baik
dengan Allah Swt. maupun dengan alam lingkungannya sendiri. Komunikasi itu dilakukan
dengan mempergunakan lidah dengan susunan bahasa, kata yang sesuai dengan manusia itu
sendiri. Hal ini adalah perwujudan apa yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dengan
kaumnya. Sebagaimana dinukilkan dalam al Qur’an surat Ibrahim ayat 4 berikut ini:

Atinya: Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya*, supaya ia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan**
siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan
Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

5
* Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab itu, bukanlah berarti bahwa Al Qu'an untuk bangsa
Arab saja tetapi untuk seluruh manusia.
** disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau
memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, Karena mereka itu ingkar dan tidak
mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka
mereka itu menjadi sesat.
Allah Swt. tidak mengutus seorang Rasul kepada setiap kaum, kecuali ia harus
menyampaikan, menjelaskan dengann bahasa kaumnya. Artinya setiap kaum yang dijadikan
Allah Swt. di muka bumi ini ada pemimpinya. Pemimpin itu akan menyampaikan berita gembira
dan berita ancaman sesuai dengan bahasanya sendiri.

5. Qaulan karima (perkataan yang mulia)


Untuk mengetahui bahasa al Qur’an yang tepat dipegunakan dalam hubungan dengan
dengan kedua orang kedua orang tua adalah qaulan ma’rufaa. Qaulan ma’rufaa ini tidak hanya
digunakan dalam hubungan antara seorang anak dengan orang tua saja akan tetapi dapat
digunakan dalam pergaulan sehari-hari pada tempat lain.

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak
keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan
mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan
yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Orang tua adalah orang yang
melahirkan dan membesarkan kita. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-
kata yang sekiranya menyakiti hati mereka. Ucapan kata uf atau dengan bahasa lain ah adalah
kata-kata yang tidak pantas diucapkan kepada kedua orang tua. Demikian hal seorang pelayan
yang biasa disebut pegawai pemerintah tidak layak mengucapkan kata-kata yang kurang senonoh
yang dilayani. Di sini wajib menggunakan bahasa yang mulia, atau bahasa yang menjinakkan
mereka waktu mendengarkan.

6
Walaupun dalam Tafsir Ibnu Katsir, Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat
berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati. Qaulan Karima
adalah kata-kata yang hormat, sopan, lemah lembut di hadapan mereka. Dalam konteks
pelayanan kepada masyarakat, Qaulan Karima bermakna mengunakan kata-kata yang santun,
tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari bad taste, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis. Bahasa
ini merupakan yang digunakan orang-orang yang tidak berilmu, seperti yang dilakukan pada
masa jahiliyah.

6. Qaulan Maisura (perkataan yang mudah)


Untuk menyampaikan perketaan kepada orang wajib menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surat al Isra’ ayat 28:

Artinya: ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang
kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura -ucapan yang mudah”
(QS. Al-Isra: 28).

Qaulan Maysura (Maisuran) bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah
dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan
atau berisi hal-hal yang menggembirakan.
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, Qaulan Maysura adalah ucapan-ucapan yang pantas, halus,
dan lembut. Menurut Tafsir Al-Azhar, ia adalah kata-kata yang menyenangkan. Karena kadang-
kadang kata-kata yang halus dan berbudi lagi membuat orang senang dan lega, lebih berharga
daripada uang berbilang.

Anda mungkin juga menyukai