Anda di halaman 1dari 6

UPJ 2 (1) (2013)

Unnes Physics Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj

FABRIKASI MAGNET KOMPOSIT BERBAHAN DASAR MAGNET DAUR


ULANG DENGAN PENGIKAT CULT

Novi Dwi Jayanti Agus Yulianto, Sulhadi


Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia,50229

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Abstrak
Diterima Maret 2013 Telah dilakukan pemanfaatan sampah anorganik dengan mendaur ulang magnet bekas
Disetujui Maret 2013 loudspeaker dan cult menjadi magnet komposit menggunakan teknik metalurgi serbuk. Serbuk
Dipublikasikan Mei 2013 magnet dan cult dicampur dengan cara milling basah selama 6 jam yang bertujuan untuk
________________ menghindari menempelnya bahan campuran pada dinding milling dan bola-bola penggilingnya.
Keywords: Hasil campuran dikeringkan menggunakan oven, kemudian disaring dengan kain sablon T150.
cult; composite magnet; Campuran kemudian ditambah dengan PVA (Poly Vynil Alcohol), selanjutnya dicetak
powder metallurgy; magnetic menggunakan hydraulic press. Pembuatan magnet komposit difokuskan untuk menentukan
properties struktur kristal, unsur-unsur penyusun, dan sifat magnetik. Karakterisasi dengan XRD dan XRF
____________________ digunakan untuk menentukan struktur kristal dan unsur-unsur penyusun. Untuk karakterisasi sifat
magnetik menggunakan Permagraph. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa struktur kristal yang
terbentuk pada sampel adalah yang tergolong dalam space group cubic dengan parameter lattice
a= 5.8864Å dan b= 23.1741Å.Senyawa dari serbuk magnet bekas mengandung dua fraksi berat
yang cukup besar yaitu berupa Fe (76,91%) dan Ba (19,6%). Karakterisasi sifat magnetik
didapatkan induksi remanen yang semakin meningkat seiring dengan penambahan komposisi
bahan magnetiknya. Pada nilai koersifitasnya terjadi penyimpangan pada komposisi 50%:50%
yaitu 0,233kOe. Ini dimungkinkan pada komposisi 50%:50% ukuran butiran termasuk dalam
rentang Single Domain/ SD sehingga harga koersifnya menjadi maksimum.
Abstract
___________________________________________________________________
Have been made use of inorganic wasteby recycling former magnet loudspeaker andcult into a composite using
powder metallurgy techniques. Magnet powder and cult mixed by wet milling for 6 hours which aims to avoid
the attachment of a mixture of materials on the wall sand grinder balls millling. The resulting mixture was
dried using the oven, then filtered with as creen printing fabric T150. The mixture then added with
PVA(PolyVynilAlcohol), then printed using a hydraulic press. Manufacture of composite magnetis focused to
determine the crystal structure, constituent elements, and magnetic properties. Characterization by XRD and
XRF is used to determine the crystal structure and constituent elements. For the characteristic of magnetic
properties using Permagraph. Characterization results showed that the crystal structure is formedon samples
belonging to the cubic space group with lattice parameters a= 5.8864Å and b= 23.1741Å. Magnet powder
compound of the former contains two sizeable fraction of the weight of Fe(76.91%) and Ba(19.6%).
Characterization induced remanent magnetic properties obtained which are increasing with the addition of
magnetic material composition. At the coercivity irregularities in the composition of 50%:50% of which 0.233
kOe. This is possible on the composition of 50%:50% the size of the grains included in the range of Single
Domain/SD so that the coercivity is a maximum price.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6978
Gedung D7 lantai 2 Kampus UNNES, Semarang, 50229
E-mail: putri.solo14@gmail.com
24
N.D.Jayanti,dkk/ Unnes Physics Journal 2 (1) (2013)

PENDAHULUAN
Sampah masih menjadi permasalahan hampir dan dimensi penguat. Penguat berupa partikel
di semua kota di Indonesia. Mulai dari kota kecil memiliki dimensi yang hampir sama dalam segala
sampai kota metropolitan sekalipun. Umumnya arah. Bentuknya bisa berupa bola, kubik, lapisan atau
sampah kota di Indonesia terdiri dari 60% sampah teratur/ tidak teratur bentuknya. Susunanya bisa
organik dan 40% sampah anorganik (Tambun, 2008). secara acak maupun orientasi tertentu.
Sampah anorganik merupakan sampah yang 3. Fasa antar-muka (bila ada), adalah fasa yang
tidak dapat terurai secara alami (undegradable). terdapat diantara matriks dan penguatnya.
Berbeda dengan sampah organik yang dapat terurai Magnet biasanya dibagi atas dua kelompok
secara alami, sampah anorganik sebagian lainnya yaitu magnet lunak dan magnet keras (magnet
dapat diuraikan tetapi melalui proses yang cukup permanen). Magnet keras dapat menarik bahan lain
lama. Dengan demikian, diperlukan berbagai yang bersifat magnet. Selain itu sifat kemagnetannya
penanganan alternatif untuk dapat mengoptimalkan dapat dianggap cukup kekal. Magnet lunak dapat
limbah sampah anorganik menjadi produk yang bersifat magnetik dan dapat menarik magnet lainnya,
berdaya guna lebih. Seiring dengan kemajuan ilmu namun, hanya memiliki sifat magnet bila berada
pengetahuan dan teknologi, maka dilakukan dalam medan magnet. Kemagnetannya tidak kekal.
penelitian mengenai ilmu bahan yaitu komposit. Perbedaan antara magnet permanen dan
Komposit merupakan perpaduan dari dua material magnet lunak dapat dilakukan dengan menggunakan
atau lebih yang memiliki fasa yang berbeda menjadi loop histerisis yaitu karakterisasi kebergantungan
suatu material baru yang memiliki sifat lebih baik dari magnetisasi (M) terhadap H. Hasil pengukurannya
kedua material penyusunnya (Bakri, 2011). diperoleh informasi tentang medan saturasi,
Salah satu produk komposit yang telah remanensi, dan coercivitas yang ketiganya berkaitan
dikembangkan sekarang ini adalah magnet komposit. dengan sifat bahan dalam aplikasi medan magnetik
Pada umumnya magnet yang beredar di pasaran ataupun medan listrik (Vlack, 1985).
merupakan magnet konvensional yang bahannya Saturasi adalah magnetisasi bahan yang tidak
berasal dari logam. Proses pembuatan magnet mengalami perubahan sekalipun medan aplikasi
konvensional memerlukan energi yang tinggi dan diperbesar (pada kondisi medan aplikasi tertentu
biaya yang diperlukan juga mahal karena listrik yang magnetisasi bahan tidak berubah). Remanensi (sisa)
dibutuhkan oleh furnace untuk mensintering adalah magnetisasi sisa ketika medan aplikasi
mencapai suhu tinggi. Berbeda dengan magnet magnetik ditiadakan (H=0). Coercivitas adalah
konvensional, magnet komposit proses pembuatannya ketahanan bahan magnetik untuk mengubah
mudah dan biaya murah tanpa melalui proses magnetisasinya, atau besarnya kuat medan magnetik
sintering yang memerlukan suhu tinggi. Sebagai solusi yang diaplikasikan untuk mendemagnetisasi
atas penanganan alternatif limbah sampah anorganik, (mengurangi magnetisasi bahan menjadi nol) bahan
maka dilakukan penelitian mengenai fabrikasi magnet dari keadaan termagnetisasi saturasi, atau daya yang
komposit berbahan dasar magnet daur ulang dengan diperlukan untuk memagnetisasi atau
pengikat cult. Magnet dan cult yang digunakan pada mendemagnetisasi magnet permanen yang diukur
penelitian ini tergolong sampah anorganik. Metode dalam Mega Gauss Oersted (MGO).
yang digunakan adalah dengan teknik metalurgi
serbuk.
Komposit adalah material yang terdiri dari
campuran dua atau lebih penyusun atau fasa yang
berbeda pada skala makroskopik, dipisahkan oleh
antar muka yang berbeda dan fasa tersebut sangat
penting untuk dapat memisahkan penyusun-
penyusunnya (Schwartz, 1984). Dalam komposit
terdapat tiga unsur, yaitu:
1. Matriks, adalah penyusun dasar komposit
yang memiliki jumlah besar. Matriks dapat berupa
logam, keramik, atau polimer.
2. Penguat, adalah penyusun komposit yang
memperkuat dan meningkatkan sifat-sifat mekanik
matriks. Sifat-sifat mekanik bergantung pada bentuk

25
N.D.Jayanti,dkk/ Unnes Physics Journal 2 (1) (2013)

sangat penting. Bahan dengan anisotropi kristalin


yang besar dengan koersivitas magnet yang cukup
tinggi serta secara kimiawi stabil, menyebabkan
bahan magnet ini sangat banyak digunakan sebagai
komponen magnet permanen (Johan, 2011).

Gambar 1. Kurva magnetisasi. (a) Induksi awal B


versus medan magnet H. (b) Loophisterisis (magnet
lunak). (c) Loop histerisis (magnet keras). Gambar 2. Langkah-langkah dasar pada metalurgi
Metalurgi serbuk merupakan proses serbuk.
pembuatan produk dengan menggunakan bahan dasar
dengan bentuk serbuk yang kemudian disinter yaitu
METODE PENELITIAN
proses konsolidasi serbuk pada temperatur tinggi yang
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan
di dalamnya termasuk juga proses penekanan atau
metode eksperimen. Eksperimen dilakukan di
kompaksi. Sehingga partikel-partikel logam memadu
Laboratorium Kemagnetan Bahan, Jurusan Fisika,
karena mekanisme transportasi massa akibat difusi
FMIPA Universitas Negeri Semarang berkaitan
atom antar permukaan partikel. Metode metalurgi
pembuatan serbuk magnet dari magnet bekas serta
serbuk memberikan kontrol yang teliti terhadap
fabrikasi magnet komposit dengan metode metalurgi
komposisi dan penggunaan campuran yang tidak
serbuk. Sementara itu, hasil serbuk magnet yang
dapat difabrikasi dengan proses lain. Bentuk dan
diperoleh dilakukan karakterisasi XRD (X-Ray
ukuran dari sampel ditentukan oleh luas cetakan dan
Difraction) dan XRF (X-Ray Fluorescense) di
penyelesaian akhir (finishing touch) (Murjito, 2010).
Laboratorium Sentral, Jurusan Fisika, FMIPA
Perlu diketahui bahwa untuk mendapatkan sampel
Universitas Negeri Malang. Sedangkan hasil magnet
magnet permanen melalui teknik metalurgi serbuk,
komposit dikarakterisasi sifat kemagnetannya
ukuran serbuk yang akan dikonsolidasi harus kurang
berdasarkan kurva histerisisnya dengan alat
lebih sama dengan ukuran partikel berdomain tunggal
Permagraph tipe MPS produk Jerman di
(single domain particle) untuk material adalah
Laboratorium Komponen Bahan Magnet Pusat
sebesar 0,6 μm (Fiandimas dan Azwar Manaf, 2003).
Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (P2ET)
Bahan tipe M-heksaferit, (M=Ba, Pb, Sr) telah
LIPI Bandung.
dikenal mempunyai sifat magnet yang sangat baik Alat
sehingga banyak digunakan sebagai magnet Palu, Mortar, Ball milling, Nampan, Cawan
permanen bagian komponen dari peralatan frekuensi
porselen, Oven, Ayakan tipe T90 dan T150, Gelas
tinggi atau sebagai media penyimpan data. Untuk
kimia,Spatula, Furnace, Timbangan digital, Cetakan
media penyimpan data, M-heksaferit yang digunakan
tanah liat, Pipet, Hydraulic press, X-Ray
mempunyai ukuran kristalit sangat halus, dalam skala
Difractometer, X-Ray Fluorescense, Permagraph.
nanometer. Bahan barium heksaferit termasuk bahan
Bahan
magnet keras (hard magnetic) merupakan salah satu
bahan baik dari segi keilmuan maupun teknologi
26
N.D.Jayanti,dkk/ Unnes Physics Journal 2 (1) (2013)

Serbuk magnet bekas, Cult, PVA (Poly Vinil barium heksaferit ( ). Tidak ada fase lain
BaFe12O19
Alcohol), Aquades.
yang terdeteksi. Hasil analisis XRD juga
Secara umum skema diagram alir algoritma menunjukkan struktur sampel tergolong dalam space
dari aplikasi perangkat lunak ditunjkkan pada group cubic dengan parameter lattice a= 5.8864 Å
Gambar 3. dan b= 23.1741Å . Diketahui pula struktur kristal
adalah sebagai berikut:

Ukuran partikel dapat dianalisa dengan


persamaan Scherrer, yaitu:

k
d
 cos 
dengan d adalah ukuran partikel (Å), λ adalah
Gambar 3. Diagram alur penelitian panjang gelombang target sinar-X (Cu= 1.5406 Å), k
adalah konstanta kekasaran permukaan sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN (0,94), β adalah lebar setengah puncak maksimum,
Daur ulang sampah anorganik dari magnet Full Width at Half Maximum/ FWHM), θ adalah
bekas loudspeaker dan cult sudah dilakukan dengan sudut Bragg (Shepherd, 2007). Dari perhitungan
teknik metalurgi serbuk. Hasil akhir berupa magnet persamaan di atas menghasilkan rata-rata ukuran
komposit berbentuk pellet yang masih mengandung partikel adalah 10,4Å.
sifat magnetik. Sampel magnet komposit telah
dikarakterisasi untuk mengetahui sifat dan X-ray fluorescense
karakteristiknya. Selain itu juga dilakukan Tabel 1. Hasil analisis XRF serbuk magnet
karakterisasi XRD dan XRF serbuk magnet bekas bekas
guna mengetahui struktur kristal dan kandungan Unsur Jumlah
unsur serta yang utama adalah untuk mengetahui Si 0.39%
bahan dasar magnet yang dipakai di pasaran. P 0.07%
X-ray diffraction S 0.14%
Ca 0.16%
Serbuk Magnet Mn 0.13%
Fe 76.91%
Cu 0.059%
Intensitas

Br 0.22%
Rb 0.27%
Sr 1.3%
2θ Ba 19.6%
Eu 0.4%
Ir 0.34%
Gambar 4. Grafik pola difraksi sinar-X
Dari pola difraksi yang muncul, diketahui
X-Ray Fluorescense (XRF) merupakan salah
karakteristik puncak-puncak senyawa penyusun
satu metode analisis tidak merusak yang digunakan
utama dari magnet yang berada di pasaran adalah
untuk menganalisa unsur dalam bahan secara

27
N.D.Jayanti,dkk/ Unnes Physics Journal 2 (1) (2013)

kualitatif dan kuantitatif. Hasil yang didapat yang dibutuhkan untuk mengembalikan induksi
menjelaskan mengenai unsur pengotor lain yang magnet B menjadi nol dari harga B=Br (Idayanti dan
terkandung dalam serbuk magnet bekas, seperti yang Dedi, 2003). Semakin tinggi gaya remanensi, maka
telah ditunjukkan pada tabel 1. Dari tabel tersebut gaya koersifitasnya semakin besar. Nilai Hc di sini
menunjukkan bahwa sampel dari serbuk magnet ditunjukkan pada daerah kuadran kedua dari kurva
bekas mengandung dua fraksi berat yang cukup besar histerisis hasil pengukuran dengan permagraph.
yaitu berupa Fe (76,91%) dan Ba (19,6%), sehingga Untuk hasil induksi remanen yang semakin
dapat diketahui sampel yang diteliti merupakan meningkat, maka semakin besar pula medan yang
senyawa barium ferit. Selain itu hasil analisis XRF dibutuhkan untuk menghilangkannya. Dengan kata
juga memunculkan fraksi berat yang cukup kecil yaitu lain harga koersifitas yang dihasilkan seharusnya
Sr (1,3%). Fraksi ini dimungkinkan senyawa mengalami peningkatan seiring dengan penambahan
stronsium ferit. Keberadaan unsur pengotor ini kandungan serbuk magnet di dalam komposit. Tetapi
dimungkinkan disebabkan oleh penggunaan oksida kenyataan berbeda, hasil yang didapatkan pada
besi dari alam. sampel kelima dengan komposisi 50%:50% harga
koersifitas menunjukkan nilai yang lebih besar
Karakteristik sifat magnetik padahal nilai induksi remanensi lebih kecil dari
Tabel 2. Data karakteristik sifat magnet. keempat sampel lainnya. Secara teori koersifitas (Hc)
N Komposisi Kerapatan Induksi Gaya berhubungan dengan ukuran butiran.
o. cuplikan ,(ρ) Reman Koersifit Keberadaan domain dalam butiran akan
(serbuk g / cm 
3 en, as, mempengaruhi karakteristik magnet khususnya
magnet:ser Br(kG) Hc(kOe) koersifitas (Hc) dan induksi remanen (Br) yang ada
buk kaca) akhirnya akan mempengaruhi energi potensial .
1. 70% 2.38 0.65 0.318 Berdasarkan ukuran butir sifat magnetik dapat dibagi
2. 65% 2.43 0.58 0.249 menjadi empat bagian, yaitu: 1) Unstable Single
3. 60% 2.64 0.56 0.220 Domain (Superparamagnetik/ SPM), 2) stable Single
4. 55% 2.83 0.52 0.184 Domain/ SD, 3) Pseudo Single Domain/ PSD, 4)
5. 50% 3.13 0.48 0.233 Multi Domain/ MD. Koersif maksimum dapat
6. Serbuk 2.58 1.26 0.145 diperoleh pada saat ukuran butiran dalam rentang
murni SD. Semakin besar ukuran butiran (PSD) koersif akan
cenderung menurun karena butiran membentuk
Karakterisasi sifat magnetik pada sampel multidomain demikian juga jika ukuran butiran
diperoleh dari pengukuran kurva histerisis dengan semakin kecil dalam rentang SPM koersif juga
peralatan Permagraph C tipe MPS produk Jerman, di menurun karena pengaruh energi termal yang
Laboratorium Komponen Bahan Magnet (P2ET) menyebabkan terjadinya magnetisasi acak. Untuk
LIPI Bandung. bahan BaO.6Fe2O3 batas kritis diameter butiran SD
Kekuatan magnet ditentukan oleh besarnya adalah 1 μm. Jadi dimungkinkan pada sampel kelima
nilai induksi remanen (Br) dari bahan, yaitu nilai ukuran butiran termasuk dalam rentang Single
induksi B yang sisa apabila suatu bahan dimagnetisasi Domain/ SDsehingga harga koersinya menjadi
jenuh, kemudian medan magnet luar diturunkan maksimum.
menjadi nol, sering juga disebut magnetisasi sisa Kerapatan juga merupakan faktor penting
(Billah, 2006). Pada penelitian ini tinggi rendahnya dalam pengukuran sifat magnetik bahan yang
nilai induksi remanen bergantung pada perbandingan dihasilkan. Pada tabel 2. menunjukkan nilai
komposisi sifat magnetik penyusunnya. Semakin kerapatan yang semakin kecil dengan pengurangan
banyak komposisi sifat magnetik yang diberikan, campuran serbuk kaca di dalam komposit. Pada
maka semakin besar nilai induksi remanen yang dasarnya densitas dipengaruhi oleh proses kompaksi.
dihasilkan. Dari tabel 2. menunjukkan nilai Br sesuai Jika semakin tinggi gaya tekan atau kompaksi yang
dengan teori yaitu semakin meningkat dengan diberikan pada serbuk maka ikatan butiran partikel
bertambahnya kandungan serbuk magnet bekas yang bahan menjadi semakin kuat sehingga jarak antar
diketahui berbahan dasar BaO.6Fe2O3 di dalam partikel menjadi semakin rapat atau semakin kecil.
komposit. Dengan butiran partikel yang semakin rapat tersebut
Selain induksi remanen (Br) kekuatan magnet maka densitas bahan hasil kompaksi akan semakin
juga dipengaruhi oleh gaya koersifitas yang besar, porositas semakin sedikit sehingga dapat
dihasilkan. Koersifitas (Hc) merupakan medan balik meningkatkan sifat magnet. Tetapi di sini faktor

28
N.D.Jayanti,dkk/ Unnes Physics Journal 2 (1) (2013)

densitas tidak berpengaruh, justru kebalikannya DAFTAR PUSTAKA


semakin besar densitasnya, induksi remanensinya Bakri. 2011. Tinjauan Aplikasi Serat Sabut Kelapa
semakin kecil. Untuk hal ini kembali lagi pada faktor sebagai Penguat Material Komposit.Jurnal
penyusun sifat magnetiknya. Mekanikal, 2(1): 10-15.
Karakterisasi juga dilakukan pada sampel dari Billah, Arif. 2006. Pembuatan dan Karakterisasi
serbuk magnet bekas murni tanpa bahan pengikat Magnet Stronsium Ferit dengan Bahan Dasar
cult. Dari kurva histerisis diketahui karakteristik sifat Pasir Besi.Skripsi. Semarang: FMIPA
magnetiknya adalah ρ= 2,58 , Br= 1,26kG, dan Hc= Universitas Negeri Semarang.
0,145kOe. Diketahui nilai Hc tidak sebanding dengan Idayanti, N. dan Dedi. 2002. Pembuatan Magnet
nilai Br. Hal ini mungkin dikarenakan ukuran butir Permanen Ferit untuk Flow Meter. Jurnal
dari serbuk magnet bekas Pseudo Single Domain/ Fisika Himpunan Fisika Indonesia, Vol. A5
PSD. Untuk densitasnya sendiri tergolong No. 0528: 1-5.
mempunyai densitas yang rendah/ kecil, dikarenakan Fiandimas, A dan Azwar M. 2003. Pembuatan
tidak adanya bahan pengikat sehingga pada waktu Magnet Permanen Barium Heksaferit
proses kompaksi tidak terjadi ikatan yang kuat antar Berbahan Baku Mill Scale dengan Teknik
domain-domainnya. Sehingga setelah disinter sampel Metalurgi Serbuk. Jurnal Sains Materi
bersifat sangat rapuh. Indonesia, 5(1): 45-50.
Johan, A. 2011. Analisis Bahan Magnet
SIMPULAN DAN SARAN Nanokristalin Barium dengan Menggunakan
Simpulan High-Energy Milling. Jurnal Penelitian Sains,
Magnet komposit telah berhasil dibuat dengan 14, (1B) 14105: 19-24.
teknik metalurgi serbuk. Tahapan-tahapan dari teknik Murjito. 2010. Penerapan Metalurgy Powder untuk
metalurgi serbuk meliputi 1) pembuatan serbuk, Pembuatan Komponen Mesin Berbasis Pasir
2)mixing, 3) compaction, 4) sintering, 5) finishing. Besi Lokal. Naskah Publikasi Penelitian
Karakterisasi XRD menunjukkan struktur kristal dari Berorientasi Produk (PBP). Lemlit Universitas
serbuk magnet bekas adalah barium heksaferit ( Muhammadiyah Malang.
).Hasil analisis XRD juga menunjukkan struktur Schwartz, Mel M. 1984. Composite Materials
sampel tergolong dalam space group cubic dengan Handbook. New York: McGraw-Hill.
parameter lattice a= 5.8864Å dan b= 23.1741Å. Uji Shepherd, P. Kajal K. Mallick. R.J Green. 2007.
XRF mnunjukkan senyawa dari serbuk magnet bekas Magnetic and Structural Properties of M-Type
mengandung dua fraksi berat yang cukup besar yaitu Barium Hexaferrite Prepare by Co-
berupa Fe (76,91%) dan Ba (19,6%). Hasil Precipitacion. Journal of Magnetism and
karaktersasi sifat magnetik didapatkan induksi Magnetic Materials, 311: 683-692.
remanen yang semakin meningkat seiring dengan Tambun, C.M. 2008. Pengolahan Sampah
penambahan komposisi bahan magnetiknya. Berwawasan Lingkungan. Surabaya: Institut
Sedangkan nilai koersifitasnya terjadi penyimpangan Teknologi Sepuluh Nopember.
pada komposisi 50%:50% yaitu 0,233kOe. Ini Vlack, L.H.V. 1985. Ilmu dan Teknologi Bahan (ed.
dimungkinkan pada komposisi 50%:50% ukuran 5). Translated by Djaprie, S. 1989. Jakarta:
butiran termasuk dalam rentang Single Domain/ Erlangga.
SDsehingga harga koersifnya menjadi maksimum.
Saran
1. Perlu dilakukan pengontrolan tekanan kompaksi
agar setiap masing-masing sampel diberikan tekanan
yang sama.
2. Magnet komposit yang dihasilkan sebaiknya dilihat
struktur mikronya dengan menggunakan SEM, untuk
mendapatkan informasi mengenai hubungan antara
bentuk permukaan dan sifat magnetik sampel.
3. Masih perlu dilakukan variasi ukuran serbuk bahan
magnet, untuk mendapatkan sifat magnetik yang
lebih baik.

29

Anda mungkin juga menyukai