PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang :
Zakat merupakan salah satu bentuk transfer kekayaan dari mereka yang memiliki
kelebihan harta kepada mereka yang membutuhkan yang sesuai dengan syariat
dan lain-lain. Dalam hal ini zakat dapat dijadikan sebagai instrumen dalam
(Wirawan, 2008).
Secara umum, zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat jiwa
(nafs)/zakat fitrah dan zakat harta/zakat maal. Zakat fitrah adalah zakat yang
1
(Sari,2006). Zakat harta/zakat maal ialah zakat yang dikenakan atas harta (maal)
yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-
bersifat produktif. Zakat bersifat konsumtif adalah zakat yang diberikan hanya
satu kali atau sesaat saja (digunakan hanya sekali), sedangkan zakat bersifat
produktif adalah zakat yang diprioritaskan untuk usaha produktif. Zakat produktif
pendidikan.
tidak adanya modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah
merupakan salah satu upaya untuk pemberdayaan masyarakat. Saat ini kontribusi
usaha mikro terhadap PDB Indonesia mencapai angka Rp 807.8 triliun dengan
2
jumlah unit usaha mikro yang mencapai angka 57,1 juta unit (Kemenkop UKM,
2013). Hal ini menunjukan bahwa dana zakat produktif yang diberikan pada usaha
mikro, apabila diterapkan secara produktif memiliki potensi besar dalam memacu
dan pendayagunaan zakat. Namun, keberadaan organisasi zakat ini belum efektif
penghimpunan dan penyaluran dana zakat dengan rincian dana sebagai berikut:
Tabel 1.1
Penghimpunan dan Penyaluran Dana Berdasarkan Organisasi Pengelola Zakat
(OPZ) Pada Tahun 2016 di Sumatera Selatan
Rp % Rp %
3
Salah satu indikator yang menunjukan organisasi pengelolaan zakat
berjalan secara efektif adalah dengan meninjau tingkat daya serap berdasarkan
total dana penghimpunan yang berhasil disalurkan secara efektif. Pada tahun 2015
dibandingkan dengan tahun 2014. OPZ yang terdiri dari BAZNAS, BAZNAS
tingkat daya serap sebesar 61,6 persen. Pada pencapaian ini menunjukkan bahwa
OPZ pada tahun 2016 dinilai cukup efektif dalam penyerapan dana yang
digunakan.
usahanya merupakan ancaman bagi masa depan negara jika tidak ditangani serius
ini seringkali tidak efektif karena koordinasi dan manajemen yang kurang baik.
Oleh karena itu, diperlukan adanya instrumen alternatif yang dapat diharapkan
menjadi solusi masalah kemiskinan. Salah satu instrumen tersebut adalah zakat,
4
mencapai 217 trilyun rupiah/tahun, atau setara dengan 3,4% PDB
2. Sumber keuangan zakat tidak akan pernah habis ataupun berhenti, karena
zakat. Berdasarkan data Forum Zakat, jumlah penerimaan zakat dari tahun
potensi zakat di Indonesia mencapai Rp. 217 triliun. Namun, yang mampu
Indonesia yang merupakan penggiat usaha mikro kecil ini mayoritas adalah
memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu bertahan dan menjadi
2015) usaha mikro kecil juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu
5
terbatasnya modal kerja, Sumber DayaManusia yang rendah dan minimnya
mikro kecil adalah keterkaitan dengan kelanjutan usaha yang kurang jelas serta
pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi dan kurangnya akses pada
tingkat ekonomi dan potensi produktif masyarakat. Dalam penelitian ini juga akan
2013). Umur produktif berkisar antara 15-64 tahun yang merupakan umur ideal
bagi para pekerja. Usia pekerja cukup menentukan keberhasilan dalam melakukan
suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun non fisik. Pada umumnya, tenaga
kerja yang berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah dan terbatas, dan juga
kaitannya dengan umur karena bila umur seseorang telah melewati masa
6
Moekijad (1992:36) mengatakan bahwa usia antara 25-40 tahun mampu
tinggi, kaya dan memiliki produktifitas yang tinggi. Adapun pekerja yang
umurnya sudah tua yaitu 50 tahun keatas biasanya kurang giat untuk hal-hal baru,
dalam bidang tertentu pada umumnya akan semakin meningkat, kekuatan fisik
angkatan kerja (TPAK) bervariasi menurut kelompok umur. TPAK umur muda
biasanya sangat rendah karena mereka belum stabil dan keterkaitannya dengan
pasar tenaga kerja masih belum erat. Pertama-tama pada umur ini masih terbuka
alternatif lain dalam alokasi waktu mereka yaitu sekolah. Keadaan ini sangat
berbeda dengan kelompok TPAK umur prima, karena pada umur ini seseorang
harus bekerja karena tuntutan tanggung jawab keluarga akibatnya TPAK nya
tinggi dan stabil. Sedangkan untuk umur 60 tahun ke atas bagi sementara orang
yang bekerja (Nugraha, 2012). Semakin lama pengalaman kerja atau semakin
banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin
terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung
7
jawabnya. Sehingga output yang dihasilkan lebih banyak dan pendapatan yang
mereka terima juga akan bertambah (Nugraha, 2012). Pengalaman kerja seseorang
pengalaman kerja atau semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh
seseorang maka semakin terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas
bahwaterdapat suatu hubungan yang positif antara masa kerja dan produktivitas
membutuhkan informasi yang lebih banyak yang akan disiapkan dan digunakan
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-menurut-uu-no-20-tahun-2008-tentang-
8
umkm.html, 2014). Selain usaha kecil adapun usaha berdagang yang merupakan
salah satu alternatif lapangan kerja informal yang banyak menyerap tenaga kerja.
Bagi masyarakat yang tidak memiliki pendidikan yang disyaratkan untuk bekerja
memilih usaha dagang. Hal ini dilakukan dengan alasan usaha dagang tidak
Penelitian mengenai usaha dagang, salah satu usaha yang terkait dengan
kegiatan tersebut adalah usaha pada pedagang kaki lima atau PKL yang termasuk
pedagang kaki lima di pasar 16 Ilir Kota Palembang. Pasar 16 Ilir adalah pasar
tertua dan terbesar di Kota Palembang. Letak pasar 16 Ilir terdapat di pusat kota
kaki lima sebagai pilihan alternatif bagi yang tidak tertampung di sektor formal.
Sektor informal menjadi pilihan alternatif karena relatif mudah memasukinya dari
pada sektor formal, tidak perlu keterampilan khusus, serta pasar yang
Pedagang skala kecil tidak lain adalah salah satu bentuk salura distribusi
yang melayani langsung kepada konsumen akhir. Namun pada kondisi tertentu
pedagang skala kecil dapat juga berperan sebagai produsen, dalam arti mereka
9
membuat barang/jasa untuk selanjutnya dijual sendiri. Dalam penjelasan di atas
pedagang skala kecil dapat berperan sebagai penjual barang/jasa untuk dijual
sebuah pihak yang melakukan kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen
akhir untuk keperluan pribadi”, PKL merupakan pelaku usaha yang bermotif
konsumen akhir.
penelitian ini adalah pengaruh zakat produktif, umur dan pengalaman usaha
Menguji dan menganalisis pengaruh zakat produktif, umur, dan pengalaman usaha
10
1.4 Manfaat Penelitian
produktif di Kota Palembang. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
zakat produktif.
khususnya para pihak yang terlibat di dalamnya dan juga bagi para pengambil
kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah dalam memaksimalkan potensi zakat
11
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
bukan hanya dari barang dan jasa yang dapat diperoleh di pasar, tetapi juga dari
menyatakan bahwa ada dua proses dalam perilaku rumahtangga yaitu proses
produksi yang digambarkan oleh fungsi produksi dan proses konsumsi yang
merupakan pemilihan terhadap barang dan waktu yang akan dikonsumsi. Konsep
pangan, dan non pangan. Alokasi waktu kegiatan produktif anggota rumahtangga
waktu luang guna meningkatkan pendapatan. Hal ini berkaitan dengan faktor
12
pilihan utilitas antara waktu santai dan substitusi pendapatan. Alokasi
rata, mingguan, tahunan, atau bahkan pendapatan seumur hidup. Konsep manapun
berkenan dengan aliran penghasilan dalam suatu periode waktu yang berasal dari
penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja dan modal)
masing masing dalam bentuk sewa, upah dan bunga maupun laba, secara
Menurut FASB yang dikutip oleh Harahap (1999:58) definisi pendapatan adalah
arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu entity atau penyelesaian
kewajiban dari entity atau gabungan dari penyerahan/ produksi barang, pemberian
jasa atas pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan
Melihat definisi tersebut, maka pendapatan akan diakui dalam laporan laba
rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi pada masa depan yang berkaitan dengan
13
peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
dengan andal. Ini berarti bahwa pengakuan pendapatan terjadi bersamaan dengan
aktiva yang timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan kewajiban yang
Terdapat dua kata yang sering disebut dalam definisi yaitu ekuitas dan
entitas. Ekuitas adalah modal yang diinvestasikan dalam suatu usaha (ekuitas
dalam akuntansi merupakan penambahan dari profit selama tahun berjalan dengan
suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan dari
perusahaan-perusahaan lainnya.
Ada dua konsep yang sangat erat hubungannya dengan masalah proses
pendapatan. Konsep ini berdasarkan pada asumsi bahwa semua kegiatan operasi
yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap
14
2. Proses realisasi pendapatan (realization process)
terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas dkontrak penjualan.
Jadi, pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat
barang atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan. Jika, kontrak
penjualan mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan belum dapat
Dalam upaya meningkatkan output, hal yang perlu diperhatikan adalah laju
pertambahan modal untuk mengimbangi laju pertambahan tenaga kerja agar tidak
hasil produksi yang tahan lama yang pada gilirannya akan digunakan sebagai
input dalam proses produksi. Barang modal memiliki satu sifat penting yaitu dapat
merupakan salah satu sumberdaya yang dimiliki oleh suatu rumah tangga. Modal
Konsumsi di masa depan yang lebih tinggi merupakan imbal hasil atas penundaan
pendapatan bersih yang diinvestasikan yang diterima tiap unit waktu. Hakikatnya,
suatu kolektivitas benda modal yang dapat dilihat dari fungsi produksinya dalam
15
memperoleh pendapatan. Dalam upaya meningkatkan pendapatannya, setiap
tambahan modal akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja (Case dan fair,
2007 : 179). Modal yang digunakan untuk melakukan peningkatan produksi usaha
dijadikan sebagai biaya dalam kegiatan proses produksi yang dinyatakan dalam
biaya usaha. Biaya usaha dapat diklasifikasikan dalam dua biaya yaitu biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah
biaya yang relatif tetap jumlahnya danterus dikeluarkan walaupun barang yang
dijual banyak atau sedikit. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan yang
produksi, semakin kecil biaya variabel yang dikeluarkan. Biaya tetap (FC) dan
(TC), maka :
TC=FC+VC
Semakin rendah biaya produksi, maka laba yang didapatkan akan semakin tinggi,
𝝅 = TR –TC
Dari uraian di atas bisa dijelaskan bahwa semakin tinggi modal, maka peluang
peningkatan laba semakin besar sehingga pendapatan rumah tangga mustahik bisa
ditingkatkan. Oleh karena itu, dengan adanya modal, maka akan tercipta lapangan
sumberdaya rumah tangga terutama tenaga kerja agar lebih produktif dan sumber
16
Penyaluran zakat produktif apabila dilihat dengan teori produksi
melalui pertambahan modal. Bantuan zakat berupa modal usaha yang disalurkan
kepada mustahik, agar mampu meningkatkan output atau paling tidak membantu
barang dagangan, bahan baku dan peralatan produksi. Dengan demikian, zakat
TP
C TP
B
AP
0
Gambar 1. Kurva Produksi MP
17
Berdasarkan Gambar 1, maka proses produksi dapat dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap pertama mulai dari titik 0 sampai dengan AP mencapai maksimum.
Tahap kedua terjadi dari AP maksimum sampai MP menjadi nol. Tahap ketiga
apabila tenaga kerja yang digunakan sebanyak 0, maka ouput yang dihasikan juga
sebesar 0. Hal ini berarti bahwa proses produksi tidak akan menghasilkan output
apabila hanya menggunakan satu macam input (input tetap). Apabila jumlah
tenaga kerja yang digunakan semakin banyak, maka output akan meningkat.
Mula-mula produksi total naik dengan tambahan semakin tinggi (mulai 0 sampai
L*), kemudian dengan tambahan yang semakin kecil (setelah melewati L* dan
seterusnya). Setelah L** tambahan input tenaga kerja justru menurunkan tingkat
output yang dihasilkan atau yang dikenal dengan hukum pertambahan hasil yang
unit ekonomi, yang dapat berperan sebagai konsumen, pekerja, investor, pemilik
tanah atau resources yang lain, ataupun perilaku dari sebuah industri. Ekonomi
mikro menjelaskan how dan whysebuah pengambilan keputusan dalam setiap unit
individu-individu yang secara nyata terjadi di setiap unit ekonomi. Karena tidak
adanya batasan syariah yang digunakan, maka perilaku dari setiap individu dalam
18
unit ekonomi tersebut akan bertindak dan berprilaku sesuai dengan norma dan
sebuah bentuk tatanan syariah yang tidak semua orang menganutnya, maka
musibah? Mengapa tingkat konsumsi berbeda antara musim lebaran dan bukan
jenis industri? Mengapa suku bunga dianggap sebagai riba dan mengapa revenue
sharing atau profit sharingdiperbolehkan dalam islam? Jelas semua pertanyaan ini
ekonomi mikro islam, faktor moral atau norma yang terangkum dalam tatanan
syariah akan ikut menjadi variabel yang penting dan perlu dijadikan sebagai alat
19
analisis.Ekonomi mikro islami menjelaskan bagaimana sebuah keputusan diambil
variabel yang utama. Dalam ekonomi mikro islami menganggap bahwa basic
sedangkan moral dan tatanan syariah akan memenuhi unsur sufficient condition
2.1.5Zakat
Zakat menurut terminologi berarti, sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh
Allah SWT untuk diberikan kepada para mustahik yang disebutkan dalam Al-
quran atau bisa juga berarti sejumlah tertentu dari harta tertentu yang diberikan
kepada kaummuslimin yang telah memenuhi syarat tertentu. Secara bahasa kata
adalah bagian dari harta denganpersyaratan tertentu yang diwajibkan Allah SWT
permasalahan yang dapat dipecahkan dengan zakat. Hal ini dapat dilakukan
melalui optimalisasi pengumpulan dan distribusi zakat secara efektif kepada pihak
20
Maksud dan tujuan zakat adalah membangun kebersamaan, dengan tidak
kesenjangan sosial (Sariningrum, 2011). Dalam hal ini target minimal dari
realisasi zakat adalah melindungi golongan fakir miskin yang tidak mempunyai
standar kehidupan yang sesuai dan juga tidak memiliki makanan, pakaian serta
tempat tinggal. Adapun target maksimal dari realisasi zakat adalah dengan
Dalam konteks yang lebih makro, konsep zakat, infak dan sedekah ini
diyakini akan memiliki dampak yang sangat luar biasa. Bahkan di Barat sendiri,
telah muncul dalam beberapa tahun belakangan ini, sebuah konsep yang
perekonomian harus dilandasi oleh semangat berbagi dan memberi (Beik, 2009).
Yochai Benkler, seorang profesor pada sekolah hukum Universitas Yale AS,
menyatakan bahwa konsep sharing atau berbagi, merupakan sebuah modal yang
sangat penting untuk memacu dan meningkatkan produksi dalam ekonomi bahkan
karyawan perusahaan yang mendapat bonus akan jauh lebih baik bila
21
naik, tetapi juga bagi orang-orang yang belum berkecukupan, mereka jadi bisa
yang dapat membuat ekonomi terus stabil. Dalam artian zakat dijadikan “bamper”
ekonomi yang berarti menyediakan daya bali masyarakat yang paling lemah agar
dan menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat memelihara sektor usaha
(Wulansari, 2013). Dengan kata lain zakat menjaga konsumsi masyarakat pada
taraf hidup rakyat Indonesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Media
transfer pendapatan ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli orang miskin.
Adapun sasaran zakat, yaitu antara lain memperbaiki taraf hidup, pendidikan dan
para muzakki adalah golongan yang umumnya bekerja sebagai produsen, maka
22
manfaat zakat oleh produsen akan dirasakan melalui tingkat konsumsi yang terus
terjaga, akibat zakat yang mereka bayarkan dibelanjakan oleh mustahik untuk
mengkonsumsi barang dan jasa dari produsen. Jadi semakin tinggi jumlah zakat,
maka semakin tinggi pula konsumsi yang dapat mendorong ekonomi. Saat ini
zakat tidak hanya dapat dimanfaatkan yang sifatnya hanya konsumtif, akan lebih
bermanfaat jika zakat dapat memberdayakan secara produktif. Karena ini yang
akan membantu para mustahik tidak hanya dalam jangka pendek tetapi untuk
jangka yang lebih panjang. Keberadaan zakat yang memang pada mulanya
inovasi dalam penyaluran dana zakat itu sendiri, salah satunya sebagai bantuan
usaha mustahik. Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan oleh lembaga amil
produktif sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yaitu untuk
kaya kepada golongan miskin. Zakat untuk usaha produktif merupakan zakat yang
harus diberikan kepada mustahik sebagai modal atau sumber pendapatan bagi
23 tahun 2011 tentang pengelola zakat, Bab V pasal 29 yaitu sebagai berikut :
23
2. Menetapkan jenis usaha produktif.
5. Melakukan evaluasi.
6. Membuat laporan.
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa dengan dana zakat produktif itu
akan memberi kesempatan untuk berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan
pendapatan yang besar sehingga pada gilirannya akan berubah dari golongan
penerima menjadi golongan pemberi zakat dan bagi wajib zakat itu sendiri akan
2.1.5 Umur
Umur merupakan tingkat partisipasi yang ditentukan oleh faktor usia produktif
atau tidak seorang pekerja. Sehingga apabila umur seorang pekerja beranjak naik
maka tingkat produktivitas akan meningkat karena pekerja tersebut berada dalam
posisi umur produktif dan apabila umur pekerja menjelang tua maka tingkat
produktivitas kerja pun akan semakin menurung karena keterbatasan fisik dan
aktivitas kerjanya, sebagai contoh hal ini bisa diketahui pada jenis golongan
pelopor dan penerima dini. Pendapatan (2013) golongan pelopor antara lain
cirinya adalah berpikir maju, pandai, kaya dan memiliki produktivitas yang tinggi.
Sifat keistimewaanya adalah selalu ingin tahu saja dan aktif mencari kemana-
mana. Adapun pekerja yang umurnya sudah agak tua antara umur 45 tahun keatas
24
dan 50 tahun keatas biasanya cenderung statis. Kelompok ini dimasukan pada
cirinya adalah keadaanya kurang mampu, sifatnya kurang giat untuk hal-hal baru.
kemudian meningkat di usia tertentu dan cenderung turung dan stabil pada umur
tua, dinamakan profil pendapatan menurut umur. Sejalan dengan itu dalam
pertumbuhan usia dan kemudian cenderung menurun kembali menjelang usia tua,
karena fisik yang semakin lemah. Pekerja lebih muda cenderung memiliki
ketidakberdayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan pekerja yang lebih muda cenderung rendah
pengalaman kerjanya jika dibandingakan dengan pekerja yang lebih tua, ataupun
disebabkan karena faktor lain seperti pekerja yang lebih tua cenderung lebih
suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun non fisik. Pada umumnya, tenaga
kerja yang berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah dan terbatas,
sebaliknya tenaga kerja yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang
(Cahyono, 1998). Umur produktif berkisar antara 15-64 tahun yang merupakan
25
umur ideal bagi para pekerja. Di masa produktif, secara umum semakin
juga pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Kekuatan fisik seseorang untuk
melakukan aktivitas sangat erat kaitannya dengan umur karena bila umur
fisiknya sehingga produktivitasnya pun menurun dan pendapatan juga ikut turun.
dari semua perbuatan seseorang di waktu yang lalu dan atau dapat dipelajari,
sebab dengan belajar dari masa lalu seseorang dapat memperoleh pengalaman.
demikian hal tersebut juga akan meningkatkan daya serapnya terhadap hal-hal
baru.
didapatkan oleh seorang pekerja akan membuat pekerja semakin terlatih dan
26
produktivitasnya. Maka dapat dikatakan bahwa pengalaman kerja memiliki
seseorang terhadap usaha yang dijalaninya, dengan demikian hal tersebut juga
Priyandika (2015) meneliti tentang “Analisis Pengaruh Jarak, Lama Usaha, Modal
Dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima Konveksi (Studi Kasus
variabel lama usaha, modal, dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan
Semarang Tengah Kota Semarang. Sedangkan variabel jarak antar pedagang tidak
Semarang.
27
yang disalurkan terhadap pendapatan mustahiq. Ini berarti bahwa jumlah dana
dengan kata lain semakin tinggi dana yang disalurkan maka akan semakin tinggi
Jenis Kelamin, Usia Dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja
variabel upah, usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan
produktif dari LAZ El-Zawa dengan menggunakan uji paire sample t-test.
28
Sridadi)”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa zakat belum mengurangi jumlah
keluarga miskin dari 0,147 persen menjadi 0,189 persen. Kemudian dari aspek
Kemiskinan (Studi Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat
program zakat produktif oleh Baznas sudah berjalan dengan sangat baik.
usaha dengan metode hibah atau qardhul hasan. Hasil analisis uji beda
29
Kajian tentang “Potensi dan Peranan Zakat Dalam mengetaskan
Kemiskinan di Kota Medan dilakukan oleh Amalia dan Mahalli (2012)”. Hasilnya
terutama dalam bentuk pinjaman dan modal Qadrul Hasan dan disertai pelatihan
Badan Dan Lembaga Amil Zakat di Surabaya dan Gresik” menyimpulkan bahwa
maupun bank syariah menyalurkan dana tanggung jawab sosial perusahaan tetapi
lebih besar.
menyimpulkan bahwa (1) Secara Simultan faktor umur, pendidikan, dan jenis
desa Bebandem Karangasem. (2) Secara Parsial faktor pendidikan dan jenis
30
“Pengaruh Dana Zakat Produktif Terhadap Keuntungan Usaha Mustahik
Penerima Zakat (studi kasus BAZ kota Semarang”) yang dikaji oleh Winoto dan
Hasil analisis regresi pada 5 persen dari tingkat signifikansi menunjukkan bahwa
Aceh Utara sebesar 0,02 persen. Oleh karena itu, pemberian zakat produktif dalam
bentuk modal usaha oleh Baitul mal Kabupaten Aceh Utara dapat lanjutkan dan
ditingkatkan.
31
2.3.1 Hubungan Zakat Produktif Dengan Omset
digunakan untuk permodalan kegiatan produktif pedagang skala kecil. Dana zakat
lagi sebagai mustahik, tetapi sudah menjadi muzakki itulah sebabnya mengapa
Umur produktif berkisar antara 15-64 tahun yang merupakan umur ideal bagi para
omset akan semakin meningkat, yang tergantung juga pada jenis pekerjaan yang
kaitannya dengan umur karena bila umur seseorang telah melewati masa
omsetnya.
32
2.4 Hipotesis Penelitian
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh zakat produktif,
umur, dan pengalaman usaha terhadap omset pedagang skala kecil. Lingkup
wilayah penelitian ini adalah di Kota Palembang dimana objek penelitian yang
dijadikan unit analisis adalah para pedagang skala kecil yang ada di pasar 16 Ilir
Kota Palembang.
Dalam Penelitian ini jenis data yang digunakan merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh dari kuesioner yang berisikan variabel-
variabel zakat produktif, umur dan pengalaman usaha, sedangkan data sekunder
diperoleh dari BPS, data monografi kota, literatur-literatur yang terkait dengan
penelitian ini.
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau hal-hal yang menarik untuk
diteliti yang dibatasi oleh peneliti itu sendiri (Zulganef, 2013:133). Populasi
dalam penelitiaan ini adalah pedagang kaki lima di Pasar 16 Ilir Kota Palembang
34
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti, dipandang sebagai suatu
pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap
perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.
Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan rumus
𝑁
n=
1+𝑁𝑒 2
dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
Palembang tahun 2016 yaitu sebanyak 80, maka sampel penelitian diperoleh :
80
n= = 44,44 = 44
1+80.0,102
sebesar 10% maka didapatkan hasil bahwa jumlah sampel yang akan diteliti
35
Tabel 2.1
Jumlah Sampel Usaha Pedagang Skala Kecil Penerima Modal Usaha dari
BAZNAS
Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling
(penarikan sampel acak sederhana) yaitu pengambilan sampel dari populasi secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan setiap anggota
36
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Nazir,
2002:51).
Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada
merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau kegiatan yang
mempunyai varian tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya.
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini
entah secara positif atau negatif (Sekaran, 2006). Pada penelitian ini yang menjadi
Teknik analisis data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari suatu
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskrptif statistik
37
3.6.1 Koefisien Determinasi
adalah diantara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
Secara umum koefisien determinasi untuk data silang tempat relatif rendah karena
data runtut waktu biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi
(Gujarati, 2007).
Analisis regresi linier berganda merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas yaitu zakat produktif (X1) umur
(X2) dan pengalaman usaha (X3) terhadap variabel terikat yaitu pendapatan
38
3.7 Definisi Operasional
Pedagang skala kecil dalam penelitian ini adalah para pedagang yang melakukan
informal, yang menggunakan bagian dari fasilitas umum sebagai tempat kegiatan
usahanya. Pedagang skala kecil yang merupakan responden dalam penelitian ini
2. Omset (Y)
Omset adalah jumlah barang yang terjual dikalikan harga jual dalam sebulan
Zakat produktif dalam penelitian ini merupakan zakat yang disalurkan oleh Badan
Amil Zakar Nasional (BAZNAS) kepada responden yang digunakan untuk modal
usaha.
4. Umur (U)
Umur dalam penelitian ini merupakan umur responden pada saat di wawancarai
39
5. Pengalaman usaha (PU)
dalam usahanya yang sekarang. Pengalaman kerja ini dinyatakan dalam satuan
tahun.
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 dan apabila
maka model tesebut tidak akan bisa mempengaruhi atau tidak bisa memberikan
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang
variabel terikat. Uji F ini dinamakan pengujian secara simultan. Pembuktian dapat
terdapat pada tabel analysis of variance. Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat
freedom) df = (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi (Gujarati, 2009).
40
H0 : β1 = β2 = β3 = 0, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang
Uji statistik t pada dasarnya digunakan untuk dapat mengetahui pengaruh satu
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini akan
Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model
regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu
model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimator)
karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji terhadap asumsi klasik, apakah
digunakan.
41
3.9.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai
sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data
menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari
populasi normal. Metode klasik dalam pengujian normalitas suatu data tidak
begitu rumit. Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistik, data yang
banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan
normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji normalitas. Karena belum tentu data
yang lebih dari 30 bisa dipastikan berdistribusi normal, demikian sebaliknya data
yang banyaknya kurang dari 30 belum tentu tidak berdistribusi normal, untuk itu
perlu suatu pembuktian. Uji statistik normalitas yang dapat digunakan diantaranya
linear atau mendekati linear antara variabel-variabel penjelas. Salah satu cara yang
angka korelasi antar variabel bebas besarnya 0,8 atau lebih (Gujarati, 2003).
42
Langkah perbaikan apabila terjadi multikolineritas dengan cara
mengeluarkan variabel dan model, memperoleh data tambahan atau sampel baru,
3.9.3Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada ketidaksamaan varian
dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi linear. Uji ini
merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada regresi
syarat-syarat asumsi klasik pada regresi linier, dimana dalam model regresi harus
43
BAB IV
Keefektifan dan efisiensi dalam berdagang diukur dari umur seseorang yang akan
mempengaruhi kinerja baik secara fisik maupun non fisik. Hasil penelitian
Berdasarkan data pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa sebagian besar umur
responden tergolong pada kategori produktif, dengan rentan umur 31-42 tahun
sebanyak 21 orang (47 persen) sedangkan untuk responden yang dengan umur
lebih dari 48 tahun sebanyak 10 orang (22,7 persen). Hal ini disebabkan pada usia
produktif kemampuan fisik seseorang lebih efektif karena pada umumnya usaha
dagang memerlukan waktu kerja yang tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan
44
responden yang memasuki kategori non produktif, tetap berdagang dikarenakan
bahwa lama usaha dagang cukup lama bahkan ada beberapa pedagang memiliki
lama usaha 10 tahun. Hal ini membuktikan bahwa pengalaman usaha merupakan
memiliki pengalaman berdagang 1-6 tahun yaitu sebanyak 35 orang (79,5 persen).
paling sedikit yaitu 4 orang (9,1 persen) memiliki pengalaman berdagang selama
45
7-8 tahun. Responden yang memiliki pengalaman berdagang lebih dari 5 tahun
mereka juga memiliki langganan tetap. Sehingga dengan adanya langganan tetap
Dana zakat produktif diwujudkan dalam bentuk bantuan modal terhadap usaha
mustahik. Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan oleh lembaga amil kepada
kaya kepada golongan miskin. Zakat untuk usaha produktif merupakan zakat
yang harus diberikan kepada mustahik sebagai modal atau sumber pendapatan
bagi mustahik.
46
modal zakat produktif paling tinggi Rp.5.2000.000-7.999.999/bulan sebanyak 7
Sedangkan untuk kategori responden paling sedikit yaitu 3 orang (6,8 persen)
rendahnya bantuan modal yang diterima dari dana zakat produktif tergantung jenis
Bantuan modal dari dana zakat produktif ini memberikan peranan penting bagi
usaha mikro mustahik. Mustahik yang mengalami kendala modal dapat dibantu
dengan dana zakat produktif. Karena mayoritas mustahik tidak berani meminjam
modal kepada lembaga formal seperti bank ataupun koperasi karena adanya
47
Berdasarkan hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar
omset. Hal ini ditunjukkan bahwa terjadi peningkatan omset pada kategori
tertinggi yaitu sebanyak 50 persen atau 22 pedagang memiliki omset Rp 3,6 juta-
penurunan yaitu sebanyak 3 orang (6,81 persen) memiliki omset Rp. 1 juta- 1,9
Tabel berikut ini untuk memperlihatkan uji statistik deskriptif antara variabel
Berdasarkan Tabel 4.5 dari jumlah sampel 44 yang diambil secara acak
dilihat dari omset responden tertinggi adalah sebesar Rp.7.000.000,- per bulan
48
dengan nilai rata-rata omset respondenadalah Rp.3.913.636 per bulan dan standar
dengan nilai rata-rata umur responden adalah 40 tahun dan standar deviasinya
(tingkat sebaran datanya) sebesar 8,18.Dilihat dari lama usaha responden tertinggi
adalah 10 tahun, lama usaha responden terendah adalah 1 tahun, rata-rata lama
usaha responden adalah 4 tahun dan standar deviasinya (tingkat sebaran datanya)
49
Keterangan : LNY = Omset Sesudah Menerima Bantuan Zakat
LnZP = Zakat Produktif
LnU = Umur
LnPU = Pengalaman Usaha
omset akan meningkat sebesar Rp. 988.945, untuk setiap tambahan satu
tahum zakat produktif dengan asumsi variabel bebas yang lainnya konstan.
2. Nilai koefisien variabel umur (U) sebesar 0.298815, berartii bahwa omset
akan meningkat sebesar Rp. 298.816, untuk setiap tambahan satu tahun
bahwa omset meningkat sebesar Rp. 559.219, untuk setiap tambahan satu
konstan.
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Dengan cara
50
9
Series: Residuals
8 Sample 1 44
Observations 44
7
6 Mean -2.08e-15
Median 0.024069
5 Maximum 0.636712
Minimum -0.653148
4 Std. Dev. 0.306739
Skewness 0.034516
3
Kurtosis 2.282941
2
Jarque-Bera 0.951389
1 Probability 0.621453
0
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
normal. Demikian halnya dengan probabilitas Uji-JB > 0,05 (0,621453> 0,05),
berarti JB hitung tidak signifikan maka menerima H0, berarti data memenuhi
asumsi normalitas.
adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam penelitian ini untuk menguji ada
51
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas dengan Auxiliary Regression
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai regresi parsial dengan variabeldependen yaitu
4.6 dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi multikolinearitas
karena tidak ada nilai R2 regresi parsial (auxiliary regression) yang lebih besar
nilai 𝜒 2 -tabel pada α= 5 % df= 40-4 =44 diperoleh𝜒 2 tabel = 22,14 dan nilai 𝜒 2 -
hitung = 14,36 dengan demikian 𝜒 2 tabel >𝜒 2 -hitung (22,14 > 5,966 )maka,dapat
52
4.3.2 Uji Statistik
Uji F merupakan sebuah alat uji statistik untuk melihat apakah secara bersama-
terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai
terhadap omset
omset
dengan df1= 4-1 =3 df2= 44-4 = 40 diperoleh F tabel = 2,45 dan nilai F hitung =
23,32 dengan demikian F hitung > F tabel (27,62> 2,45) artinya zakat produktif,
Uji t merupakan sebuah alat uji statistik untuk melihat apakah secara parsial
dependen. Uji t dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai t-statistik dengan
= 5 persen).
53
α = 0,05/2 = 0,025 (pengujian 2 arah) df (n-k) = 44-4 =40 t-tabel = 2,02
1. Zakat Produktif
3,889 > t-tabel = 2,02 Artinya H0 ditolak dan menerima H1. Hal ini bermakna
2. Umur
1,2002<t-tabel = 2,02. Artinya H0 diiterima dan menolak H1. Artinya umur tidak
3. Pengalaman Usaha
54
4.3.2.3 Koefisien Determinasi
Dilihat dari nilai Koefisien Determinasi (R2) 0,6744 atau 67,44 persen artinya
63,66 persen variasi variabelzakat produktif, umur dan pengalaman usaha dapat di
terangkan oleh omset sisanya (32,56 persen) di pengaruhi variabel di luar model.
probabilitas t-statistik (P-value) 0,00004 lebih kecil dari 0,05, maka variabel zakat
𝛽1= 0,9889artinya setiap meningkatnya zakat produktif sebesar 1persen , maka akan
Berdasarkan data yang diperoleh dana zakat yang diterima responden tidak
menerima bantuan zakat produktif dalam bentuk modal berkisar antara 1.000.000-
Semakin tinggi dana bantuan zakat yang diterima sebagai modal yang
digunakan, berarti semakin tinggi pula keuntungan yang didapat. Hal ini berarti
55
dengan jumlah modal yang tinggi akan meningkatkan keuntungan, dengan
Nilai statistik menunjukkan bahwa umur memiliki nilai probabilitas t-statistik (P-
value) 0,237, maka variabel umur dinyatakan tidak signifikan terhadap omset.
memiliki umur pada kategori produktif yang artinya kemampuan fisik seseorang
lebih efektif karena pada umumnya usaha dagang memerlukan waktu kerja yang
tinggi. Tingginya waktu kerja ini akan mempengaruhi tingkat omset mereka.
Umur responden yang ada dalam penelitian ini masih berada usia kerja yaitu 25-
42 tahun. Sehingga dengan umur tersebut dan kemampuan fisik yang masih kuat
keluarga.
semunaya berumur produktif, beberapa dari mereka ada yang berumur tua
56
4.5.3 Pengaruh Pengalaman Usaha terhadap Omset
tahun, dimana ada sekitar 43,2 persen yang memiliki lama usaha dibawah rata-rata
dan sekitar 56,8 persen diatas rata-rata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
berdagang lebih dari 6 tahun yaitu sebanyak 9 orang (20,45 persen). Responden
57
yang menjadi langganan tetap akan menghasilkan tambahan omset yang lebih
tinggi.
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Secara parsial umur berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap omset
5.2 Saran
pengaruh yang positif terhadap omset, oleh kerena itu pemerintah Kota
Palembang bersama rumah zakat harus lebih meningkatkan bantuan dana zakat.
bantuan modal dari Rumah Zakat sehingga penggunaan bantuan modal dana
59
DAFTAR PUSTAKA
60
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Amalia dan Mahalli, Kayyful (2012). Potensi dan Peranan Zakat Dalam
mengetaskan Kemiskinan di Kota Medan. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan, Vol. 1, No.1, Desember 2012.
Amanah, Tuty. (2016). Konsep Dasar Dan Karakteristik Ekonomi Mikro Islam.
Arsip Blog.
Anwar, Achmad Syaiful Hidayat. (2012). Model Tatakelola Badan dan Lembaga
Amil Zakat Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat (Studi Pada Badan/Lembaga Amil Zakat di Kota Malang).
Jurnal Humanity, ISSN: 0216-8995. Vol.7, No.2, Juli 2012:01-13.
Asngari, Imam. 2011. Modal Pratikum Ekonometrika Program Eviews dan SPSS.
Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi, Universitas Sriwijaya.
61
Beik, Irfan. (2009). Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi
Kasus Dompet Dhuafa Republika.JurnalPemikiran dan Gagasan – Zakat
& Empowering, Vol. II 2009.
Case, Karl dan Fair, Ray. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta : Penerbit
Erlangga..
62
Farid, Mohammad, dkk. (2015). Analisis Dampak Penyaluran Zakat Produktif
Terhadap Keuntungan Usaha Mustahiq. Artikel Ilmiah Mahasiswa,
Universitas Jember (UNEJ).
Firdausa, R.A dan Arianti Fitrie. 2013. “Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha dan
Jam Kerja Terhadap Omset Pedagang Kios Di Pasar Bintoro
Demak”.Diponegoro Journal Of Economics,Vol.2 (1), hal 1-6.
63
Jakarta Utara). Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Kadim, Dorce Novita. Dkk. 2017. Pengaruh Jumlah Produksi, Pengalaman Usaha
Dan Jenis Kelamin Terhadap Omset Usaha Tukang Jahit Di Presiden
Shopping Center Kecamatan Wenang Kota Manado. Jurnal Berkala
Ilmiah Efesiensi. Vol 17 No. 02 Tahun 2017.
Lee, Everett, S. 1987. Teori Migrasi. Diterjemahkan oleh Hans Daeng, Seri
Terjemahan No.3. Pusat Penelitian Kependudukan. UGM, Yogyakarta.
Mantra, I.B. 1992. Mobilitas Penduduk Sirkuler dari Desa ke Kota di Indonesia.
Pusat Penelitian Kependudukan. UGM, Yogyakarta.
64
Kerja (Studi di Industri Kecil Tempe dii Kota Semarang. Skripsi Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Masta, Fadelan fitra. (2009). Peran Zakat dalam Peningkatan Kualitas Rumah
(Studi Kasus Pada Masyarakat Miskin Penerima Program Bedah Rumah di
Kota Padang). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang 2010.
Mutia, Agustina dan Zahara, Anzu Elvia. (2009). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kesejahteraan Ekonomi Mustahik Melalui Pemberdayaan
Zakat (Studi Kasus Penyaluran Zakat Produktif/Modal Usaha Pada Bazda
Kota Jambi ). Jurnal Ekonomi Islam. Vol.25 No. 1, Juli 2009.
Nugraha, Nyoman tri Arya. (2012). Pengaruh Jam Kerja, Pngalaman Kerja Dan
Pendidikan Terhadap Omset Karyawan Pada Industri Bordir Di Kota
Denpasar. Jurnal Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana.
Patty, Forlin Natalia dan Maria Rio Rita. 2015.”Faktor-Faktor Yang
MempengaruhiOmset Pedagang Kaki Lima”.(Studi Empiris PKL di
Sepanjang Jalan Jendral Sudirman Salatiga). Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
65
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. nu.or.id. [Online] 14 November 2006. [Dikutip:
16 Februari 2016.] http://www.nu.or.id/post/read/7974/produktifitas-dan
pendayagunaan-harta-zakat.
Priyandika, Akhbar Nurseta. 2015. Analisis Pengaruh Jarak, Lama Usaha, Modal
dan Jam Kerja Terhadap Omset Pedagang Kaki Lima Konveksi (Studi
Kasus: Di Kelurahan Purwodinatan Kota Semarang).Skripsi.Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Purbasari, Indah. (2015). Pengelolaan Zakat Oleh Badan Dan Lembaga Amil
Zakat di Surabaya dan Gresik. Fakultas Hukum Universitas
Trunojoyo Madura, Bangkalan. Mimbar Hukum. Vol. 27, No. 1, Februari
2015, Hal:68-81.
Rahmadhania, Citra. 2013. Analisis Omset Para Migran Sektor Informal Untuk
Bertahan Hidup (Studi Kasus : Pedagang Berstatus Migran di Kota
Malang).Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasBrawijaya.
66
Ridwan, Muhammad. (2005). Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil(BMT). Cet 2.
UII Press, Yogyakarta.
Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. 2002. Makro Ekonomi. Edisi 12 Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Samosir, Rani Asmita. 2015. Analisis Omset Pedagang Kaki Lima Sektor
Informal di Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang.
Skripsi.Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universititas
Diponegoro.Semarang.
Sari, Dian Permata. 2017. Analisis Peran Tenaga Kerja Wanita Di Luar Negeri
Dalam Meningkatkan Omset Keluarga Menurut Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Pada Desa Sumber Agung Kecamatan Way Sulan Kabupaten
Lampung Selatan. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas
Negeri (UIN) Raden Intan Lampung 1439M/2017.
Sari, Elsi Kartika, 2006. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf,PT Grasindo,
Jakarta.
67
Simanjuntak. Payaman J. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: FakultasEkonomi Universitas Indonesia.
Suda, Wayan Ari. 2015. Determinan Omset Pedagang Kaki Lima (PKL) di
Pringsewu Kota, Kecamatan Pringsewu. Skripsi. Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi edisi kedua. PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Tisna U.N. (2016). Himpunan Zakat di Indonesia. STAIN Kediri Prodi Ekonomi
Syariah Usaha mikro kecil dan menengah menurut UU. No.20 tahun 2008
tentang UMKM, http://koperasi.kulonprogokab.go.id /article-113-kriteria-
usaha-mikro-kecil-dan-menengah-menurut-uu-no-20-tahun-2008-tentang-
umkm.html, 2014.
68
Todaro, M.P.2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Kajian
MigrasiInternal di Negara Sedang Berkembang, Pusat Penelitian
Kependudukan. UGM, Yogyakarta.
Winoto, Garry Nugraha dan Pujiyono, Arif. (2013). Pengaruh Dana Zakat
Profuktif Terhadap Keuntungan Usaha Mustahik Penerima Zakat (Studi
Kasus BAZ Kota Semarang). Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Wulansari, Shinta Dwi. (2013). Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Penerima Zakat) (Studi Kasus
Rumah Zakat Kota Semarang). Skripsi Unibersitas Diponegoro,
Semarang.
Yuswanto, Istatuk Budi. (2007). Analisis Penentu Omset Pedagang Kaki Lima Di
Kota Jember (Pendekatan Prespektif Demografi Dan Sosial Ekonomi.
BALANCE Economics, Business, Management and Accounting Journal
Th. IV No.7 Januari 2007 , Published by Faculty of Economic
Muhammadiyah Surabaya ISSN 1693-9352.
Zulganef, Metode Penelitian Sosial dan Bisnis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
69
70