Anda di halaman 1dari 1

Tahun 2012 kebutuhan gula kristal putih sebesar 5,13 juta ton, dimana 2,60 juta Ton adalah

kebutuhan rumah tangga dan sisanya 2,53 juta ton adalah kebutuhan industri. Sementara
jumlah produksi hanya sebesar 2,5 juta ton. Kekurangan kebutuhan dipenuhi melalui impor.
Ketergantungan pada impor diperkirakan akan terus berlangsung sejalan dengan pertambahan
penduduk, dan peningkatan pendapatan masyarakat serta pertumbuhan sektor industri.
Kekurangan gula dalam arti luas semakin besar, karena setiap tahun kita masih mengimpor
gula cair (sirup glukosa) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 30% dan pada tahun 2011
sebesar 73.100 ton dan ekspornya sebesar 1.092 ton (Pusdatin Kemenprin, 2012).

Untuk mengurangi impor gula, maka produksi gula dalam negeri perlu terus dipacu, di
samping mencari alternatif bahan pemanis lain sebagai substitusi gula, di antaranya dengan
mengembangkan gula dari pati. Di antara gula dari pati tersebut, sirup glukosa dan fruktosa
mempunyai prospek paling baik untuk mensubstitusi gula pasir. Sementara itu, kebutuhan
glukosa di Indonesia juga terus meningkat, sedangkan produksi glukosa dalam negeri masih
terbatas dan tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Nilai impor glukosa Indonesia
cukup tinggi. Pada tahun 2008, nilai impor glukosa sebesar US$ 1,188,172.00 Kebutuhan
sirup glukosa Indonesia semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri
penggunanya, yaitu industri makanan dan minuman, terutama industri sirup, minuman ringan,
permen, biskuit, dan jeli. Bahan baku pembuatan sirup glukosa, terutama pati singkong atau
tapioka masih tersedia melimpah di Indonesia. Adanya kebutuhan akan sirup glukosa dalam
negeri yang belum terpenuhi, kebutuhan akan substitusi gula tebu yang semakin meningkat
dan tidak terpenuhi, serta ketersediaan bahan baku sirup glukosa yang cukup melimpah
merupakan suatu peluang untuk memproduksi sirup glukosa. Pasar sirup glukosa masih
terbuka lebar.

Tahun 2017 kebutuhan gula kristal putih sebesar 5,7 juta ton, dimana 2,8 juta Ton adalah
kebutuhan rumah tangga dan sisanya 2,9 juta ton adalah kebutuhan industri. Sementara
jumlah produksi hanya sebesar 2,19 juta ton. Kebutuhan gula Indonesia terus meningkat
seiring dengan pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat dan
pertumbuhan sektor industri. Kekurangan kebutuhan dipenuhi melalui impor. Nilai impor
gula tebu pada 2007 mencapai 2,1 milyar US dolar dan pada 2008 mencapai US$
366,289,858.00.
Memperhatikan besarnya kebutuhan tersebut di atas, maka diperlukan bahan alternatif pemanis yang
dapat menggantikan gula kristal putih.

Memperhatikan defisit necara perdagangan sirup glukosa di atas, menunjukkan bahwa konsumsi sirup
glukosa dalam negeri cukup tinggi, Hal ini menunjukkan peluang untuk pengembangan industri sirup
glukosa. Peluang ini semakin besar jika sirup glukosa dapat diterima pasar sebagai pengganti gula
rafinasi yang selama ini masih 100% impor

Anda mungkin juga menyukai