Anda di halaman 1dari 25

8.

5 Level boron dalam tumbuhan

Selalu jika kita berbicara mengenai kekurangan, kelebihan, dan level toksin dari
nutrisi pada tumbuhan panen, di sana terdapat range dari nilai bukan satu angka
definit yang capat di jadikan sebuah kritikal. Oleh karena itu istilah dari level
kritikal dalam tumbuhan panen kadang – kadang menyesatkan. Konten nutrisi
mempertimbangkan nilai kritikal

Critical level nutrisi di definisikan sebagai konsentrasi yang ada dalam tumbuhan
secara spesifik pada 90% dari hasil maksimum. Konsep tersebut valid ketika di
terapkan dalam kualitas hasil panen sebagai pusat utama dibandingkan dengan
hasil.

Rasio level toksis untuk level memadai dari boron lebih kecil dibandingkan
kebanyakan elemen nutrisi lainnya. Kekurangan, kelebihan dan level toksis boron
untuk spesifik hasil panen di sajikan dengan tabel yang di asosiasikan dengan
kelainan tumbuhan dan penahan dari hasil panen.
254 Handbook of Plant Nutrition

TABLE 8.3
Deficiency, Sufficiency, and Toxicity Levels of Boron in Field and Horticultural Crops

mg B kg21 in Dry Matter


Crop Plant Part Sampled Deficiency Sufficiency Toxicity Reference

Field Crops
Alfalfa Whole tops at early bloom ,15 20–40 200 120
(Medicago 15–20a
sativa L.) Top one third of plant shortly ,20 31–80 .100 121
before flowering
Upper stem cuttings in early 30a 122
flower stage
Whole tops in early bud 17–18a 123
Whole tops ,15 15–20 200 124
Whole tops at 10% bloom 8–12 39–52 .99 67
Whole tops ,20 125

Barley Boot-stage tissue 1.9–3.5 10 .20 63


(Hordeum Boot-stage tissue 50–70a 95
vulgare L.) Straw 7.1–8.6 21 .46 63
Grain .2–15 126
Whole shoots at maturity 50–420 126

Corn Whole plants when 25 cm tall 8–38 .98 71


(Zea mays L.) Leaf at or opposite and below 10a 122
ear level at tassel stage
Total aboveground plant ,9 15–90 .100 121
material at vegetative
stage until ear formation

Oats 47-d-old plants .105 127


(Avena Boot-stage tissue 15–50 44 – 400 128
sativa L.) Boot-stage tissue ,1 8–30 .30b 121
Boot-stage tissue 1.1–3.5 37056 .35 63
Straw 3.5–5.6 14–24 .50 63

Pasture grass Aboveground part at first 10–50 .800 121


(Gramineae bloom at first cut
family)

Peanuts Shoot terminals 29 129


(Arachis
hypogaea L.)

Peas Young leaves 10.5 23 110 26


(Pisum Seeds 7.6 10.5 51 26
sativum L.)

Red Clover Whole tops at bud stage 12–20 21–45 .59 67, 130
(Trifolium Top one third of plant at bloom 20–60 .60b 121
pratense L.) Whole tops at rapid growth 15–18a 123
Rice Flag leaves ,7.3 131
(Oryza sativa L.) Shoots ,3.6 131
Ryegrass Whole plants at rapid growth 9–38 .39–42 132
(Lolium
perenne L.)
Boron 255

TABLE 8.3 (Continued )


mg B kg21 in Dry Matter
Crop Plant Part Sampled Deficiency Sufficiency Toxicity Reference

Sorghum Whole shoots 17–18 133


(Sorghum Recently matured leaves 25–31 133
bicolor
Moench.)

Soybean Mature trifoliate leaves at early 14 – 40 63 134


(Glycine max Bloom
Merr.)

Spanish Young leaf tissue from 30-d-old 54 –65 .250 135


peanuts Plants 18–20a
(Arachis
hypogaea L.)

Sugar beets Blades of recently matured leaves 12– 40 35–200 136


(Beta Middle fully developed leaf ,20 31–200 .800 121
vulgaris L.) without stem taken at end of June
or early July
Sunflower Leaves 12.5 27 89 25
(Helianthus
annuus L.)

Timothy Whole plants at heading stage 3–93 .102 137


(Phleum Whole plants at rapid growth 11–46 47 132
pratense L.)

Wheat Boot-stage tissue 2.1–5.0 8 .16 63


(Triticum Straw 4.6–6.0 17 .34 63
aestivum L.) Leaves .400 138

Winter wheat Aboveground vegetative plant ,0.3 2.1–10.1 .10b 121


tissue when plants 40 cm high

White clover Whole tops at rapid growth 13–16a 123


(Trifolium Young plants 7.6a 139
repens L.) Whole plants at 6 weeks 53 140

White pea Aerial portion of plants 1 month 36–94 144 141


beans after planting
(Phaseolus
spp.)

Horticultural Crops
Beans 43-d-old plants 12 .160 127
(Phaseolus
spp.)

Dwarf kidney Plants cut 50 mm above the soil


beans Leaves and stems 44 132 60
(Phaseolus
spp.)

Faba bean Whole plants 25–100 101


(Vicia faba L.)

Continued
256 Handbook of Plant Nutrition

TABLE 8.3 (Continued )


mg B kg21 in Dry Matter
Crop Plant Part Sampled Deficiency Sufficiency Toxicity Reference

Snap beans Pods 28 43 60


(Phaseolus Recently matured leaves at 109 142
vulgaris L.) prebloom
Plant tops at prebloom ,12 42 .125 71

Broccoli Leaves 70 143


(Brassica Leaf tissue when 5% heads 2–9 10–71 144, 145
oleracea var. formed
italica
Plenck)

Brussels Leaf tissue when sprouts begin to 6–10 13–101 144, 145
sprouts form
(Brassica Leaf tissue when sprouts begin to 161b 146
oleracea var. form
gemmifera
Zenker)

Cabbage Mature leaf blade prior to head 132b 142


(Brassica formation
oleracea var.
capitata L.)

Carrots Mature leaf lamina ,16 32–103 175–307 147


(Daucus Leaves 18 75
carota L.) Whole plants at swelling of roots ,28 54 148
Cauliflower Whole tops before the appearance 3 12–23 130
(Brassica of curd
oleracea var. Leaves 23 36 143
botrytis L.) Leaf tissue when 5% heads formed 4–9 11–97 144, 145

Cucumber Mature leaves from center of stem ,20 40–120 .300 121
(Cucumis 2 weeks after first picking
sativus L.)

Potatoes 32-d-old plants 12 .180 127


(Solanum Fully developed first leaf at ,15 21–50 .50b 121
tuberosum L.) 75 days after planting
Shoots ,15 37–48 82–220 85

Radish Whole plant when roots began to ,9 96–217 71


(Raphanus swell
sativus L.)

Rutabaga Leaf tissue at harvest 20–38 38–140 .250 99


(Brassica ,12 severely 99
napobrassica deficient
Mill.) Leaf tissue when roots begin 32–40 40 86, 149
to swell
moderately 86, 149
deficient
,12 severely 86, 149
deficient
Boron 257

TABLE 8.3 (Continued )


mg B kg21 in Dry Matter
Crop Plant Part Sampled Deficiency Sufficiency Toxicity Reference

Roots ,8 severely 13 99
deficient

Strawberries Old and young leaves at active 123 102


(Fragaria x growth stage
ananassa
Duch.)

Tomatoes Mature young leaves from top of ,10 30–75 .200 121
(Lycopersicon the plant
esculentum 63-d-old plants .125 127
Mill.) Whole plants when 15 cm tall ,12 51–88 .172 71
Whole plant 10–20 150
a
Considered critical.
b
Considered high.
8.6 PENGUKURAN BORON PADA TANAH

8.6.1 PEMBUATAN SAMPEL UNTUK ANALISIS

Pengambilan sampel di dapat dengan mengubah subsampel dari suatu area tanah yang
sama jenis tanah dan lerengnya di mana daerah tersebut bukan washed out area,
bottomlands, atau area lain yang tidak sama menjadi ukuran 15 sampai 20 cm. Subsampel
tanah di letakkan dalam kontainer plastik untuk menghindari kontaminasi dan pencampuran
subsampel. Pada umumnya 25-5- subsampel perhektar merupakan sampel yang
representatif untuk analisis tanah.

8.6.2 EKSTRAKSI UNTUK KETERSEDIAAN BORON


Prosedur dalam ekstrasi boron dari tanah asam atau basa sama. Colorimetric dan metode
lainnya yang menunjukkan boron dalam ekstraksi tanah sama untuk pengukuran pada tana h
asam dan basa. Ekstrak yang sering di gunakan adalah air panas karena larutan tanah sangat
penting untuk melihat pengambilan tumbuhan.

PENGEKSTRAKKAN AIR PANAS BORON

Berger and Truog (152) mengatakan bahwa metode air panas untuk mengukur boron pada
tanah yang tersaji sebagai ikndikator reliable dari boron yang tersedia dalam tumbuhan
namun metode tersebut membutuhkan waktu yang lama. Gupta (157) fmemodifikasi
metode air panas dengan mengekstrak tanah dengan air mendidih secara langsung pada hot
plate. Boron kemudian dilihat dari hasil filtrat yang menggunakan carmine colometric atau
azomethine-H. Namun gupta menemukan periode pendinginan yang mengurangi kadar
boron. Pewarnaan kuning yang d temykan pada beberapa ekstraksi tanah di campur dengan
prosedur Azomethine-H. Kesalahan dalam yellow coloration dapat di kurangi dengan
menambagkan ttanah dengan 10 mM CaCl2

Jika terdapat warna kuning, penambahan tidak lebih dari 0.16 g charcoal per sample harus di
gunakan. Apabila banyak charcoal di gunakan untuk mengadsobsi boron dan mengurangi
nilai boron (159,160). Gupta (158) memberitahukan lebih dari 0.8 g charcoal di butuhkan
tanah mengandung lebih dari 4.1% bahan organik.

Ektrasi larutan boron dari air panas adalah jalan terefektif untuk mengevaluasi boron yang
tersedia pada tanaman dalam tanah untuk agrikultur. Umumnya dalam larutan tanah,
kurang dari 0.2 mg B L21 menunujukkan bahwa terdapat kekurangan dalam tanaman panen.
Dimana lebih besar dari1 mg L 21 is menunjukkan adanya toksin (161). Pada massa tanah,
kurang dari 1 mg B kg21 menunjukkan bagian marginal dari tumbuhan panen sensitif
terhadap boron dan lebih dari 5 mg B kg21 menunjukkan toksin (119).

Boron dari ekstrak tanah yang jenuh

Tingkat kejenuhan pada ekstraks tanah umumnya terdiri atas 0.1 to 10 mg B L 21. Keuntungan
utama dari ekstrak yang jenuh adalah akan menjadi lebih memperolehnya di bandingkan
larutan hot water boron. Karena banyaknya ekstrak yang menggunakan metode menjadi
berkurang di banding menggunakan ekstraksi hot water, prosedur ini mempunyai
keuntungan yang menunjukan ketersediaan boron dalam tanah dengan kadar toksin boron
tetapi akan menjadi tidak terlalu berguna dalam tanah yang mengandung sedikit boron.

Ekstrak tanah kimiawi lainnya

Li and Gupta (162) membandingkan hot water, 0.05 M HCl, 1.5 M CH 3COOH, and larutan
panas 0.01 M CaCl2 sebagai ektraktas boron dalam hubungannya dengan akumulasi boron
dengan kacang kedelai, semanggi merah, alfafa dan rutabaga. Mereka mengandung larutan
0.05 M HCl dengan ekstrak terbaik (r 5 0.82) yang di ikuti 1.5 M CH 3COOH (r 5 0.78), air
panas (r 5 0.66), and larutan panas 0.01 M CaCl 2 (r 5 0.61) untuk memprediksi status
ketersedian boron dalam tanah asam. Aitken et al. (163) mengatakan bahwa air panas sebaik
larutan panas 0.01 M CaCl2 yang menjadi superior terjauh untuk metode mannitol dan
glycerol sebagai suatu keperluan untuk mendeteksi boron pada tumbuhan. Mereka
menambahkan level mannitol dan gliserol pada ekstrak boron dimana menjadi lemah untuk
di bandingkan dalam pemindahan tempat dari tanah dengan prosedur penyurutan.
Mereka menyarankan mannitol tidak kan menjadi ekstrak yang efektif untuk boron pada
tanah asam. Tsadilas et al. (164), bekerja pada tanah dengan kandungan boron yang tinggi,
menemukan larutan air panas tersebut mengandung 0.05 M mannitol dalam ekstrak 0.1 M
CaCl2-, larutan 0.05 M HCl, dan ekstrak resin boron sangat kuat berhubungan satu sama lain.
Koeefisin pengukuran boron berubah ketika ph tanag dan liat yang menggunakan formula
regresi.

Ekstraksi asam mineral boron, secara khusus dengan asam sulfuric, membuat beberapa
masalah untuk deteksi dengan agen yang komplek sebelum di kenalnya azomethine-H. Baker
(165) menemukan bahwa asam fosfor merupakan ekstrak yang kurang cocok di bandingkan
air panas untuk mengujur banyaknya borondalam tanah yang tersedia untuk bunga matahari
selama periode pertumbuhan skala pendek. Gupta (166)menemukan bahwa ektraksi asam
sulfurik pada tanah yang mengandung boron yang tinggi dimana hal tersebut
terinterferensi dengan penyerapan komplek karmine boron.ekstrak HCl akan terfiltrasi
secara mudah dan ttidak adanya interferensi tidak terhitung. Selanjutnya, persentasi yang di
temukan kembali dalam penambahan boron pada tanah merupakan presentasi yang baik
dan produktif ketika di ekstrak menggunakan 6 M HCl. Tidak ada boron yang hilang ketika
larutan 6 M acid di panaskan selama 2 jam pada 1008C in a bak air panas.

Ekstrak lainnya, , ammonium bicarbonate-diethylenetriaminepentaacetic acid (AB-DTPA) di


sarankan untuk mengukur boron dalam tanah basa. Hasil filtrat di analisis dengan induc-
tively-coupled plasma spectroscopy (167). Ekstrak AB-DTPA yang tersedia efektif untuk
mengukur boron dan nutrisi lainnya pada tanah basa. Hal tersebut di tunjukkan dalam tes
tanah yang tidak efektif sebagai ekstrak air panas, dalam pengukuran boron yang tersedia
paddda alfafa (167). Tes tanah tersebut mengandung inklusi persentasi liat, bahan organik
dan ph tanah untuk menjadi efektif. Gestring and Solanpour (168) mengubah ekstrak AB-
DTPA pada tanah basa (pH 7.3 to 8.4) dengan inklusio ammonium acetate-extractable
calcium dalam formula regresi pada boron tanah versus hasil panen. Hasil penambahan
adalah korelasi signifikan dengan peningkatan dari r2 5 0.50

Penyaranan mengenai kemungkinan efektifitas kalsium dalam toksinitas boron. Penelitian i


lakukan oleh Matsi et al. (169) yang menunjukkan bahwa ekstrak boron AB-DTPA- signifikan
lebih besar di bandingkan dengan kejenuhan ekstrak dan sama dengan ekstrak air panas dan
secara signifikan berkorelasi dengan air panas atau dengan eksrak jenuh. Mereka
mengandung perubahan kation kapasitas dalam formula boron dalam perhitungan boron.

Hubungan ekstrak untuk boron dengan pertu’mubuhan tanaman adalh kunci dalam
Pengukuran secara efektif dari ektrak tersebut. Metode Ekstraksi air panas menjadi
prosedur paling efektif untuk mengukur ketersediaan boron pada tanaman pada tanah basa.

8.6.3 Pengukuran ekstrak boron

Beberapa teknik tersedia untuk mengukur boron dalam ekstrak tanah. Metode Titrimetric,
fuorometric, dan bioassay di gunakan dahulu namun tidak suntuk sekarang. Secara umum,
mereka menghambiskan waktu dan terdapat camur tangan. Metode Colorimetric and
spectrometric merupakan metode paling umum, reliabel, akurat, dan akan di diskusikan
sekarang.

Metode colometric

Metode Colorimetric untuk mengukur relatif tidak mahal untuk menunjukkannya dan
sesuatu yang bebas dari interfensi.. Tes turmeric (170,171) menunjukkan beberapa terori
sebelumnya ketika itu di temukan kembali bahwa larutan pengenceran dari asam boric akan
berubah warna dengan kertas tumeric menjadi kuning sampai merah. Namun prosedur
memerlukan waktu, persiapan, dan kontrol regulasi suhu pada bak air temperature. Berger
dan Truog (152)mengatakan bahwa dengan menggunakan tes kertas tumeric menjadi lebih
sulit di karenakan keinsensitifan sampai menjadi tidak memungkinkan untuk membedakan
dalam jumlah borron skala kecil .

Metode quinalizarine adalah metode yang kurang memerlukan tenagan dan lebih
berguna, seperti metode kurkumin yang memliki keuntungan dengan persiapan yang mudah
dan lebih mudah untuk tangan (172). Berger (173), dengan mencampur 98%. Porter et al.
(174) memperkenalkan metode azomethine-H sebagai jawaban untuk menangani kesulitan
yang ada dalam cara kerja dengan asam sulfat untuk metode carmine. Mereka
menambahkan masalah bahwa konsentrasi boron dalam larutan konsentrasi boron rendah
juga dihindari. Mereka menyimpulkan bahwa skema otomatis meningkatkan metode reagen
azomethine-H oleh lebih mendatangkan efek warna sampel dengandialisis.

Wolf (175) menyimpulkan bahwa hasil penentuan boron menggunakan metode azomethine-
H sepakat dengan orang-orang yang menggunakan metode kurkumin, dan mungkin lebih
dapat diandalkan untuk tanah tinggi di nitrat. Juga, hasil azomethine-H (nilai) untuk boron
tanaman setuju lebih dekat dengan analisis spektrofotometri-grafis dari kurkumin. Gestring
dan Soltanpour (176) menemukan bahwa metode kolorimetri azomethine-H dan induktif
digabungkan emisi spektrofotometer (ICP) analisis plasma-atom tersebut sangat terkait.
Kedua metode analisis memberi nilai boron sebanding dengan Badan Standar Nasional (NBS)
nilai untuk sampel tanaman kering-ashed; Namun penggunaan asam nitrat terkonsentrasi
mengakibatkan gangguan untuk metode azomethine-H tetapi tidak untuk analisis ICP.

Metode spektrometri

Kesesuaian (177) dari sistem spektrometer ICP untuk analisis matriks kompleks sedang
-didemonstrasikan oleh presisi analitis tinggi dan kemampuan untuk memproduksi boron di
alfalfa dan kacang putih (Phaseolus coccineus cv. Albus) (NBS sampel). Tidak ada interferensi
dari larutan organik yang diamati pada kompleks matriks larutan tanah yang diperiksa,
meskipun kehadiran mereka akan mengacaukan teknik kolorimetri. Itu mungkin dapat
dijadikan untuk mengukur boron dalam larutan tanah ke tingkat 5 sampai 15 ng mL21,
dengan periode integrasi diperpanjang dengan memanfaatkan garis emisi 249,773 nm.

Parker dan Gardner (178) menggunakan ICP analisis emisi spektroskopi dari boron dalam air
suling dan larutan 0,02 M CaCl2, dan menunjukkan bahwa tingkat boron diekstrak bukan
efek dari kehadiran CaCl2. Menurut John et al. (179) metode ICP memiliki beberapa
keuntungan atas teknik kolorimetri ini: (a) karbon hitam tidak diperlukan karena warna
larutan tidak di analisis ; (B) asam nitrat dari sampel dapat dimanfaatkan karena ICP bukan
efek dengan adanya nitrat; (C) elemen lainnya dapat ditentukan secara bersamaan; dan (D)
analisis dengan ICP sederhana dan cepat.
Penggunaan ekstraktan Mehlich 3 telah ditemukan untuk menjadi lebih sederhana, cepat,
dan praktis dalam pengukuran ketersediaan boron dan sejumlah nutrisi lain di tanah (180)
dengan ICP spek-trophotometer. Dengan menggunakan metode ICP, boron Mehlich 3-
diekstraksi baik berkorelasi dengan larutan air panas boron. Ekstrak disaring (setelah di
vortex tanahnya , Mehlich 3 reagen dalam rasio 01:10 selama 5 menit pada 80 osilasi / min)
ditransfer ke tabung ICP dan dianalisis dengan ICP di 249,678 nm (181). ICP spektrometri
emisi atom juga telah berhasil digunakan dalam penentuan total B tanah (182).

8,7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI TANAMAN BORON

8.7.1 FAKTOR TANAH

Keasaman tanah, Kalsium, dan Magnesium

Reaksi tanah atau pH tanah merupakan faktor penting sebuah efek dari ketersediaan boron
di tanah. Umumnya, boron menjadi kurang tersedia bagi tanaman dengan meningkatnya pH
tanah. Beberapa peneliti telah mengamati korelasi negatif antara akumulasi boron tanaman
dan pH tanah (67,183-185). Dalam beberapa penelitian di Selandia Baru, pengapuran tanah
mengurangi konsentrasi boron dalam pemotongan pertama alfalfa dan semanggi merah,
terutama pada tingkat yang lebih tinggi dari boron yang diterapkan (123). Studi oleh
Peterson dan Newman (186) dan Gupta dan MacLeod (187) telah menunjukkan bahwa
hubungan negatif antara pH tanah dan boron tanaman terjadi ketika tingkat pH tanah lebih
besar dari 6,3-6,5. Ketersediaan boron untuk tanaman menurun tajam pada tingkat pH yang
lebih tinggi, tetapi hubungan antara pH tanah dan boron tanaman pada pH tanah di bawah
6,5 tidak menunjukkan tren yang pasti.

Pengapuran tanah menurunkan akumulasi boron tanaman ketika cadangan boron tanah
yang tinggi (188). Mereka dikaitkan dengan efek kandungan kalsium yang tinggi. Beauchamp
dan Hussain (189) dalam studi mereka pada rutabagas, menemukan bahwa peningkatan
konsentrasi kalsium pada jaringan umumnya meningkatkan terjadinya warna coklat pada
jaringan. Wolf (185) menemukan bahwa magnesium memiliki efek pada pengurangan boron
lebih besar pada tanaman daripada kalsium, natrium, kalium atau, tapi perbedaan-
perbedaan antara kalsium dan magnesium memiliki efek yang kecil. Namun, tidak ada
perbedaan yang dibuat antara efek pH tanah dan tingkat kalsium atau magnesium pada
akumulasi boron.

Percobaan yang dilakukan untuk membedakan antara efek pH tanah dan sumber kalsium
dan magnesium menunjukkan bahwa, dengan tidak adanya penambahan boron, akar
rutabaga dan puncak dengan kalsium dan magnesium karbonat memiliki kondisi berwarna
brown-hati lebih parah daripada akar dari kalsium dan kadar magnesium sulfat (187).
Konsentrasi boron di daun rutabaga dari perlakuan tanpa boron yang lebih rendah pada
tanah pH lebih tinggi di mana kalsium atau magnesium yang diterapkan seperti karbonat
daripada mereka pada pH tanah lebih rendah di mana sulfat digunakan sebagai sumber
kalsium atau mag-nesium (Tabel 8.4). Dengan penambahan boron, penelitian ini menjadi
tidak jelas, namun tingkat yang baik harus ada di atas batas kekurangan. Konsentrasi boron
rendah dalam perawatan tanpa boron dibandingkan pada mereka dengan sulfat berbeda
karena tampaknya terkait dengan pH tanah. Studi ini (187) menunjukkan tidak ada
perbedaan-perbedaan akumulasi boron apabila tanaman diberi kalsium atau Magnesium,
asalkan komponen anionik yang sesuai adalah sama. Konsentrasi Calcium dan magnesium,
tidak ditampilkan dalam tabel, tidak terkait dengan aplikasi boron. Tabel 8.4 menunjukkan
bahwa setelah tanaman dipanen, jumlah boron dalam larutan air panas ditemukan menurun
di tanah yang menerima kalsium atau magnesium sulfat dari dalam tanah yang menerima
kalsium atau Magne-sium karbonat.

Data yang tidak dipublikasikan (83) di tanah podzol dengan kisaran pH 5,4-7,8 menunjukkan
bahwa pengapuran secara nyata menurunkan kadar boron pada jaringan tanaman kacang
117-198 kg21 mg pada pH 5,4-5,6, untuk 36-43 kg21 mg pada pH 7,3 untuk 7.5. Pada nilai
pH lebih tinggi dari 7,3-7,5, bahkan tiga kali lipat jumlah kapur tidak ada sebuah efek pada
kadar boron dari jaringan tanaman.
Tidak ada hubungan yang jelas yang ditemukan antara rasio B dengan Ca di bilah daun dan
kejadian coklat-hati di rutabaga (189). Namun, ia mencatat bahwa aplikasi natrium
meningkatkan konsentrasi kalsium pada jaringan rutabaga, demikian sebuah efek Ca rasio /
B dan mungkin kejadian coklat-hati. Perlu menunjukkan bahwa penggunaan rasio Ca / B
dalam menilai status boron tanaman harus dilihat dalam kaitannya dengan suffiensi nutrisi
lainnya dalam media tumbuh dan di pabrik.

Macronutrients, Sulfur, dan Zinc

Di antara macronutrients, nitrogen merupakan nutrien yang sangat penting dalam akumulasi
boron pada tanaman. Chapman dan Vanselow (191) adalah salah satu pelopor dalam
menetapkan bahwa aplikasi nitrogen bebas kadang-kadang bermanfaat dalam
mengendalikan kelebihan boron dalam jeruk. Dalam kondisi tinggi
boron, penerapan nitrogen menekan tingkat boron di daun jeruk (Citrus sinensis Osbeck)
(192). Lysimeter percobaan menunjukkan bahwa tiga kali lipat tarif fertilisasi (NPK) dan
irigasi peningkatan akumulasi boron oleh tanaman pada tanah harus diuji (193).

konsentrasi boron dalam jaringan bawah pada barney dan gandum meningkat secara
signifikan dengan tingkat peningkatan penambahan kompos (59). Kenaikan boron tersebut
dikaitkan dengan konsentrasi kompos yang tinggi 14 kg21 mg B. Para penulis melaporkan
bahwa konsentrasi boron menurun dengan meningkatnya tingkat nitrogen. Penambahan
nitrogen menurunkan keparahan gejala keracunan boron. Bentuk nitrogen bisa menjadi
sebuah efek akumulasi boron pada tanaman. Wojcik (194) melaporkan bahwa pada, tanah
bertekstur kasar akan kekurangan boron, nitrogen kalsium dan amonium nitrat
meningkatkan ketersediaan dan serapan dari boron oleh akar. Peningkatan ini disebabkan
oleh fakta bahwa nitrat menghmabat serapan boron pada besi dan aluminium oksida, dan
meningkatkan boron dalam larutan tanah.

peningkatan tingkat nitrogen diterapkan pada tanah yang awalnya kekurangan nitrogen
secara signifikan dan menurunkan konsentrasi boron pada jaringan bawah dalam barley dan
gandum dalam studi rumah kaca, namun percobaan lapangan tidak menunjukkan efek yang
signifikan nitrogen pada konsentrasi boron (195). Ketidakefektifan nitrogen dalam
mengurangi toksisitas boron dalam sereal dalam kondisi lapangan adalah karena fakta
bahwa nitrogen gagal menurunkan konsentrasi boron dalam jaringan boot. Selanjutnya,
defisiensi nitrogen lebih parah pada kondisi rumah kaca daripada di bawah kondisi lapangan.
Penurunan konsentrasi boron lebih besar dengan tingkat pertama menambahkan nitrogen
daripada dengan sebelumnya yang lebih tinggi (195). Hasil ini mungkin menunjukkan bahwa
penerapan nitrogen sangat membantu dalam mengurangi toksisitas boron pada tanah yang
rendah dalam nitrogen tersedia.

Sedikit perbedaan pada selisih konsentrasi boron dari alfalfa telah terdeteksi, dan gejala
defisiensi boron berkembang dengan meningkatnya konsentrasi kalium dalam media
pertumbuhan (196). Para penulis menyarankan bahwa efek kalium tinggi pada toksisitas
boron atau gejala kekurangan mungkin karena pengaruh kalium pada permeabilitas sel, yang
mungkin diatur oleh boron. percobaan jangka panjang pada kapas menunjukkan respon
hasil positif untuk boron bila pemupukan dikaitkan dengan aplikasi kalium (197). Hasil akan
meningkat terkait dengan peningkatan konsentrasi kalium dan boron pada daun.

projek mengenai efek fosfor, kalium, dan sulfur kurang jelas dibandingkan nitrogen dengan
boron untuk tanaman. Studi yang dilakukan di Cina (198) menunjukkan bahwa konsentrasi
pada (Brassica napus L.) boron tanaman menurun dengan meningkatnya kalium, dan bahwa
kadar kalium rendah ditingkatkan akumulasi boron. Para penulis menyimpulkan bahwa
optimum rasio K / B pada tanaman adalah 1000: 1.

Tanaka (199) menunjukkan bahwa akumulasi boron di lobak meningkat dengan peningkatan
pasokan fosfor. Malewar et al. (200) menemukan bahwa peningkatan tingkat fertilisasi fosfor
mengakibatkan fosfor yang lebih tinggi di kapas dan kacang tanah. Percobaan yang dilakukan
pada kapas juga menunjukkan bahwa konsentrasi boron dalam daun adalah terbesar dengan
fosfor fertilisasi (201). Di sisi lain, kehadiran fosfor bisa jadi sebuah efek toksisitas boron di
tanah berkapur. Dalam studi tentang genotipe jagung, boron lebih beracun dalam ketiadaan,
bukan kelebihan, fosfor, dan dengan demikian boron toksisitas di tanah berkapur daerah
semi kering bisa diatasi dengan aplikasi fosfor (202).
Sulfat mungkin memiliki sedikit efek pada akumulasi boron dalam jaringan tanaman (199).
studi lapangan di Maharashtra, India, menunjukkan bahwa boron diterapkan dengan gipsum
memberikan peningkatan hasil polong kering kacang tanah (203). Hasil eksperimen dari
sejumlah tanaman menunjukkan bahwa aplikasi sulfur tidak punya efek terhadap
konsentrasi boron kacang polong, kembang kol, timothy (Phleum pratense L.), semanggi
merah, dan gandum, tapi aplikasi tersebut secara signifikan menurunkan kadar boron dari
alfalfa dan rutabaga (83). Ada kemungkinan bahwa berbagai tanaman berperilaku secara
berbeda. Misalnya, dengan kedelai, aplikasi dari gipsum pada 1000 kg ha21 tidak
mengurangi toksisitas boron yang dihasilkan dari penerapan 10 kg B ha21 (204).

Studi terbaru menunjukkan bahwa seng yang diterapkan memainkan peran dalam sebagian
proses yang dapat mengurangi gejala keracunan boron dengan mengurangi akumulasi boron
tanaman (205). perawatan seng sebagian berefek pada penghambata boron pada
pertumbuhan tomat

Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan faktor penting pengaruh dari ketersediaan boron (206). Sebuah
studi pada tanah dari Kanada timur menunjukkan bahwa jumlah yang lebih tinggi dari
larutan air panas boron terjadi di tanah bertekstur halus daripada di tanah bertekstur kasar
(207). Studi di Polandia menunjukkan bahwa akumulasi boron dalam kentang dan beberapa
sereal kurang pada tanah berpasir daripada tanah liat (193 . Page dan Cooper (208)
melaporkan bahwa pencucian menjadi sebuah kerugian dari asam, tanah berpasir setelah
penambahan 12,5 cm air dengan sebanyak 85% dari boron diterapkan. Gerakan ini kurang
cepat dalam tanah berat bertekstur karena peningkatan fiksasi oleh partikel tanah liat (119).

Di Brazil, menanggapi boron oleh kapas secara signifikan lebih tinggi pada Alic Cambisol, dan
sebaliknya benar untuk distrofik latosol merah tua (209). Disarankan bahwa tingginya
kandungan pasir (87%) dan tanah liat yang rendah (10%) dan bahan organik yang rendah
(1,3%) di tanah bisa mengakibatkan konsentrasi racun boron dalam larutan. Jenis tanah liat
dan pH tanah dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah boron terserap. Hingston (210)
melaporkan bahwa peningkatan pH mengakibatkan peningkatan adsorpsi monolayer dan
penurunan energi ikatan untuk Kent kaolinit pasir dan Marchagee montmorillonite, dan
sedikit peningkatan energi ikatan untuk Willalooka ilit sampai pH 8,5. Secara massal, illite
boron teradsorpsi boron selama rentang nilai pH umumnya di tanah; montmorillonite
teradsorpsi dengan jumlah yang cukup pada pH yang lebih tinggi, dan kaolinit diserap
sedikit.

tanah bertekstur halus umumnya memerlukan lebih boron dibandingkan dengan tanah
bertekstur kasar untuk menghasilkan konsentrasi boron serupa pada tanaman. konsentrasi
boron dalam solusi dari 3,5 kg21 mg dalam lempung berpasir dan 4,5 kg21 mg dalam
lempung liat mengakibatkan konsentrasi boron serupa di gram (Cicer arietinum L.) (211).

Bahan Organik Tanah

Bahan organik merupakan salah satu sumber utama dari boron di tanah asam, seperti relatif
sedikit adsorpsi boron pada fraksi mineral terjadi pada tingkat pH rendah (212). Larutan
boron air panas dalam air dalam tanah telah berhubungan positif dengan kandungan bahan
organik tanah (207). Selain bahan seperti kompos yang kaya akan bahan organik
mengakibatkan konsentrasi boron besar dalam jaringan tanaman dan di phytotox-I-City (60).
Boron bahan organik dilepaskan dalam bentuk yang tersedia sebagian besar melalui aksi
mikroba (213). Pembentukan kompleks boron dengan senyawa dihidroksi bahan organik
tanah dianggap mekanisme penting untuk retensi boron (214). Pengaruh organik pada
ketersediaan boron di tanah diperkuat oleh peningkatan pH dan tanah liat dari tanah.

Adsorpsi tanah

Ketika boron dilepaskan dari mineral tanah, mineral dari bahan organik, atau ditambahkan
ke tanah dengan cara irigasi atau fertilisasi, bagian dari boron tetap dalam larutan, dan
bagian teradsorpsi (tetap) oleh partikel tanah. Keseimbangan ada antara solusi dan boron
terserap (215). Biasanya lebih boron diserap oleh tanah dari hadir dalam larutan pada satu
waktu (216), dan fiksasi tampaknya meningkat dengan waktu (207).
retensi Boron di dalam tanah tergantung pada banyak faktor seperti konsentrasi boron
tanah, pH tanah, tekstur, bahan organik, kapasitas tukar kation, komposisi ion tukar, dan
jenis tanah liat dan mineral lapisan pada tanah liat (210215217218). Dari tanah liat, illite
adalah yang reaksi yang paling reaktif dengan boron, dan kaolinit adalah yang paling reaktif
secara massal (210.219).

Salinitas tanah

Hubungan antagonistik ada antara tingkat aplikasi boron tanah dan rasio adsorpsi natrium
(SAR) dari perairan irigasi (220). Terlihat efek proyek toksisitas boron dikembangkan di pabrik
gula bit di 0,5 SAR pada tingkat boron tinggi, dan gejala intensif dengan umur tanaman.
Namun efek dari kelebihan boron sangat menurun pada 20 dan 40 SAR. Meningkatkan
tingkat salinitas tanah namun menurun konsentrasi boron di kacang (gram) tanaman; seperti
efek yang ditekankan di tingkat boron yang lebih tinggi (221).

8.7.2 FAKTOR LAIN

Genotipe tanaman

Data pada efek genotipe tanaman pada serapan boron yang sedikit. Kerentanan terhadap
defisiensi boron dikendalikan oleh gen resesif tunggal (222), seperti yang ditunjukkan oleh
kultivar tomat T 3238 (B-ine FFI efisien) dan Rutgers (B-e FFI efisien). Studi (222.223) telah
menunjukkan bahwa T 3238 tidak memiliki kemungkinan untuk mengangkut boron ke atas
tanaman dan menegaskan perbedaan respon erential dari T 3238 dan Rutgers untuk
pasokan tertentu boron. Gorsline et al. (106) mengamati bahwa variabilitas genetik jagung
hibrida dipamerkan terkait dengan konsentrasi boron dan serapan daun. Salah satu
penelitian yang dilakukan oleh MIS Beauchamp, L.W. Kannenberg, dan RB Hunter di
University of Guelph, Ontario (komunikasi pribadi), menunjukkan bahwa jagung inbrida CG
10, dibandingkan dengan beberapa orang lain, adalah yang paling efisien dalam akumulasi
boron yang diukur dengan kandungan boron dalam sampel di daun. Para peneliti, dalam
sebuah studi dari 11 hibrida, juga menemukan bahwa penurunan akumulasi boron dikaitkan
dengan hasil pemangkasan yang lebih tinggi.
Beberapa kultivar gandum di Asia, yang toleran terhadap defisiensi boron, sedangkan
beberapa sensitif secara genotif dimana gagal mengatur ketiadaan boron dalam gandum
(224). Percobaan yang dilakukan di Cina menunjukkan bahwa akar dari beberapa varietas
gandum disekresikan lebih asam organik, sehingga pH rendah dan meningkatnya
kemampuan boron, seng, dan fosfor (225).

Faktor lingkungan

Salah satu faktor lingkungan yang berperan dalam respon tanaman dengan ketersediaan
nutrien adalah intensitas cahaya. Semakin cepat tanaman tumbuh, misalnya, di bawah
kondisi cahaya tinggi, semakin cepat akan mengembangkan gejala-gejala defisiensi boron
dalam masa pertumbuhan tertentu. Pengamatan oleh Broyer (226) menunjukkan bahwa
kekurangan serta toksisitas yang terungkap awal atau paling intens di musim panas.
Percobaan yang dilakukan dengan duckweed (Lemna paucicostata Hegelm.) Menunjukkan
bahwa mengurangi intensitas cahaya akan menurunkan respon terhadap defisiensi boron
atau toksisitas (227). Dengan tidak adanya boron, kekurangan parah diamati dibawah
pencahayaan terus menerus dari lampu neon hari-cahaya di 5500 lux, tetapi tidak pada 1000
lux. Selama kisaran 0,5 sampai 2,5 mg B L21 dalam larutan kultur, akumulasi boron pada
tanaman berkurang dengan menurunnya intensitas cahaya. Studi menyebutkan pada
tanaman tomat muda tumbuh dalam kultur menunjukkan bahwa dengan tidak adanya
defisiensi boron, gejala berkembang lebih cepat di tinggi dari pada intensitas cahaya rendah
(228). Tanaman betina dengan boron tidak menunjukkan gejala.

Interaksi tampaknya terjadi antara kondisi suhu dan pencahayaan. Rawson et al. (229)
melaporkan bahwa cahaya rendah saja mengurangi foret kesuburan pada gandum sekitar
8%; Namun, kombinasi pasokan boron di bagian marginal, cahaya rendah diperkuat dan
akan berefek mengurangi boron 60%. Selanjutnya, mengurangi cahaya memiliki efek paling
merusak pada suhu tinggi. studi lapangan di Bangladesh (230) menunjukkan bahwa
beberapa faktor yang bertanggung jawab untuk kemandulan dalam gandum adalah suhu
rendah selama beberapa hari selama berbunga, dan tanah jenuh atau tergenang air. Faktor-
faktor ini adalah efek dari transpirasi, yang pada gilirannya proyek efek transportasi boron
selama prefowering atau berbunga di pabrik atau masa kritis.

Air tanah memuculkan efel pada ketersediaan boron lebih dari itu dari beberapa elemen
lainnya. Studi oleh Kluge (231) menunjukkan bahwa defisiensi boron pada tanaman selama
musim kering mungkin hanya sebagian yang terkait dengan tingkat larutan boron hot water
dalam air dalam tanah. larutan tanah dikurangi dalam penghubung dengan aliran
mengurangi massa dan tingkat perbedaan usion, serta aliran transpirasi terbatas di pabrik
selama periode kekeringan, mungkin faktor penyebab defisiensi boron terlepas dari pasokan
yang cukup dari boron yang tersedia di dalam tanah. kekurangan Boron umumnya
ditemukan di tanah kering di mana musim panas atau musim dingin kekeringan akan
menjadi parah; ketika kelembaban yang cukup dipertahankan sepanjang musim panas,
gejala defisiensi mungkin tidak umum (232). Dalam percobaan pada barley, air tanah
memiliki efek pada akumulasi boron tanaman secara signifikan setelah boron diaplikasikan
pada tanah (195). Konsentrasi boron dari barley, dengan menambahkan boron, berkisar 162-
312 kg21 mg bawah Condi-tions normal, tetapi hanya 87-135 kg21 mg ketika daerah dekat
pupuk Band boron disimpan kering. Mortvedt dan Osborn (233) juga melaporkan bahwa
gerakan boron dari butiran pupuk meningkat dengan gradien konsentrasi dan kadar air
tanah.

Konsentrasi boron dari beberapa tanaman telah ditemukan untuk memiliki fungsi secara
langsung pada suhu udara selama 8 sampai 378C. Misalnya, Forno et al. (234) menemukan
bahwa akar Singkong (Manihot esculentum Crantz) tumbuh baik ketika suhu larutan
dipertahankan pada 28 atau 338C, tetapi dikembangkan gejala defisiensi boron parah di
188C. gejala ringan dari defisiensi boron juga diperoleh pada suhu larutan 238C.

Kelembaban relatif juga akumulasi proyek boron, misalnya, peningkatan kelembaban relatif
persen 30-95 mengakibatkan penurunan 16,5-9,9 B mg per tanaman (235). gejala defisiensi
Boron diamati pada Birdsfoot trefoil (Lotus corniculatus L.) yang disebabkan oleh kekurangan
suhu dari boron yang tersedia, yang disebabkan oleh kondisi kekeringan lokal (236).

Umumnya, tanah yang telah dikembangkan di daerah lembab memiliki jumlah boron rendah
yang tersedia oada tanaman karena pencucian. Selanjutnya, boron tersedia dalam tanaman-
yang hadir di tanah tersebut terletakan di atas 15 cm dan di fraksi bahan organik (237.238).
Dengan demikian, tanaman yang tumbuh di regosols, podzols berpasir, tanah aluvial, tanah
organik, dan gleys humat rendah cenderung mengembangkan kekurangan boron karena
cadangan boron tanah yang rendah.

Pada suhu rendah di musim semi dan musim gugur di daerah beriklim, ketersediaan boron
rendah, di tanaman seperti alfalfa dan semanggi merah. Ia telah mengemukakan bahwa
selama musim dingin, tanaman mungkin memiliki peningkatan permintaan untuk B pada
saat aktivitas mikroba dalam tanah tertekan (David Pilbea, University of Leeds, Inggris).
Tingkat yang lebih rendah dari pertumbuhan akar selama musim dingin dapat menyebabkan
rizosfer menjadi habis dari boron, dan ketika suhu turun dapat membuat membran sel
kurang cairan.

Sterilitas telah menjadi salah satu kendala produksi gandum yang paling penting di Nepal
(239). Di antara faktor lingkungan, suhu dingin selama tahap reproduksi pada ketinggian
yang lebih tinggi ditambah dengan rendahnya ketersediaan boron adalah faktor utama yang
menyebabkan kemandulan pada gandum (239). Setela masa eksperimen yang dilakukan
pada musim semi gandum juga menunjukkan bahwa suhu dingin secara signifikan
mengurangi respon tanaman untuk boron, dan jika kultivar dingin rentan suhu dingin maka,
itu akan mengurangi akumulasi boron (240).

Metode Budidaya dan Tanam

Metode membajak telah terbukti berefek akumulasi boron pada tanaman. Misalnya, Lal et
al. (241) melaporkan bahwa konsentrasi boron di jaringan daun jagung secara signifikan
lebih tinggi dengan mouldboard bajak dan sampai punggung. sistem tanam mempengaruhi
kemampuan boron di dalam tanah. Dalam sebuah penelitian tanam terus menerus di China,
tersedia boron di dalam tanah lebih tinggi setelah tiga tanaman kedelai dibandingkan
setelah tiga tanaman gandum (242).

Air irigasi
Gupta et al. (243) melaporkan bahwa hanya beberapa perairan irigasi memiliki cukup boron
untuk melukai tanaman secara langsung. Terus menggunakan irigasi dan konsentrasi boron
di dalam tanah karena evapotran-spiration adalah alasan untuk masalah toksisitas. Di daerah
kering dan semi kering, konsentrasi boron air irigasi, terutama perairan bawah tanah, sering
meningkat dan dalam beberapa kasus mungkin setinggi 5 mg L21 (244). Mayoritas air
permukaan boron berkonsentrasi 0,1 sampai 0,3 mg L21, tetapi air juga lebih bervariasi
dalam konsntrasi boronnya dan sering memiliki jumlah yang berlebihan (215). Beberapa
perairan sungai yang digunakan untuk irigasi dapat menunjukkan tingkat tinggi boron di
waktu tertentu kali tahun karena kontribusi dari daerah drainase air yang tinggi di boron.
Umumnya, air tanah yang berasal dari tanah bertekstur ringan lebih tinggi di boron
dibandingkan mereka dari tanah berat bertekstur (245).

Gerakan boron pada tanaman telah dikaitkan dengan transpirasi. Oleh karena itu, setiap
komponen lingkungan yang berubah fuks transpirasi bisa berpengaruh ketersediaan boron.
Telah diusulkan bahwa penurunan ketersediaan boron menyebabkan kemandulan pada
gandum adalah karena defisit air serta air-logging di zona akar (246).

8.8 PUPUK UNTUK BORON

Produksi tanaman modern yang tergantung pada penambahan pupuk untuk melengkapi
kesuburan tanah secara alami. Secara historis, manajemen produksi tanaman telah
berkembang ke metode yang lebih intensif. Precise manajemen nutri-ent telah menjadi
penting untuk sistem produksi pertanian yang berkelanjutan. Selain dari semua nutrisi
tanaman harus dipertimbangkan untuk produksi tanaman yang optimal. Dengan intensifikasi
produksi tanaman, kebutuhan mikronutrien pembuahan meningkat. Kekurangan boron telah
diakui sebagai salah satu masalah gizi mikro yang paling umum di bidang pertanian.

8.8.1 JENIS PUPUK

Deposito boron kepentingan ekonomi besar hanya ditemukan di daerah kering di dunia di
mana tindakan vulkanik membawa B dan elemen volatil lainnya ke permukaan bumi selama
era Kenozoikum (56). Boron dikombinasikan dengan unsur-unsur alkali atau alkali tanah
untuk membentuk deposito kaya con-sisting terutama dari borat hydrous kalsium dan
natrium. Kelarutan air yang tinggi dari deposito borat permukaan menghalangi keberadaan
mereka di daerah lembab (56).

Deposito borat terkonsentrasi pada nilai komersial yang dibentuk pada cekungan tertutup
benua oleh penguapan air, dimana diperkaya boron-oleh emanasi vulkanik. Lokasi dari
deposito besar terutama di atau dekat zona dengan sejarah aktivitas gunung berapi di
daerah kering. Misalnya, deposit borat besar, deposit Kramer, dibentuk di benua
(nonmarine) basin di Gurun Mojave California, terkait dengan aktivitas thermal spring
selama zaman Miosen dari era Kenozoikum. Demikian pula, deposito boron signifikan
dibentuk di Argentina sepanjang pegunungan Andes dekat Salta. Penelitian telah
menunjukkan kesamaan antara borat hydrous magnesium, kalsium, dan natrium terbentuk
di deposit Tincalayu di Provinsi Salta, Argentina, yang di Kirka, Turki, dan deposit Kramer di
California (247).

Sebelum abad kesembilan belas, Tibet adalah sumber di dunia borat. Selama abad
kesembilan belas, deposito komersial ditemukan di Italia, Turki, Amerika Selatan, dan
Amerika Serikat. Deposito borat diketahui terbesar terjadi di dataran tinggi pedalaman Turki.
The sec-ond terbesar terjadi di Gurun Mojave. Negara-negara lain yang memiliki deposito
borat besar adalah bekas Uni Soviet, Argentina, Peru, Bolivia, Chile, Meksiko, dan Cina (248).
Borax dan solubor adalah dua pupuk boron yang paling umum. Boraks (Na2B4O7.10H2O)
telah menjadi mineral komersil penting selama berabad-abad. Daftar pupuk umum dapat
dilihat pada Tabel 8.5.

8.8.2 METODE DAN APLIKASI

Persyaratan boron dalam tanaman bervariasi,seingga harus mengambil perbedaan pada


setiap rekomendasi. Meskipun spesies tanaman yang memiliki persyaratan boron tinggi lebih
mungkin untuk kekurangan boron dalam kondisi boron terbatas dalam tanah, kadar boron
direkomendasika dapat bervariasi sesuai dengan kondisi lain seperti perbedaan-perbedaan
dalam sistem akar, efek proyek parameter tanah lainnya, dan kalsium tanah yang tersedia .
Oleh karena itu, generalisasi rekomendasi boron harus mengambil semua faktor tersebut.

Aplikasi pupuk boron pada tingkat yang direkomendasikan untuk tanaman tinggi boron-yang
membutuhkan dapat memberikan boron berlebihan tersedia untuk tanaman lain. Toleransi
ke tingkat yang lebih tinggi dari boron tersedia bervariasi, dan spesies dengan persyaratan
boron tinggi tidak selalu memiliki tinggi Toleransi dan sebaliknya. Misalnya, alfalfa dan kubis
(Brassica oleracea var. Capitata L.) memiliki persyaratan boron tinggi tetapi hanya
semitolerant ke tingkat boron tinggi (249).

Kadar yang direkomendasikan pada aplikasi boron umumnya berkisar 0,25-3 kg ha21,
tergantung pada kebutuhan tanaman dan metode aplikasi. tingkat yang lebih tinggi dari
boron umumnya diperlukan untuk aplikasi tanah siaran dari aplikasi tanah yang terikat atau
semprotan daun. Tarif biasanya sama untuk semua sumber boron, kecuali untuk tingkat yang
lebih tinggi dengan sumber perlahan larut seperti colemanite atau produk kering. Kadar dan
metode aplikasi untuk beberapa tanaman yang biasa fertil-kan boron direkomendasikan
dirangkum oleh Mortvedt dan Woodru ff (116).

Pertimbangan utama untuk aplikasi tanah dari boron adalah tekstur permukaan tanah dan
kedalaman. Pada tanah bertekstur kasar, di bawah curah hujan tinggi, boron dapat bergerak
cepat ke bawah dan dari zona akar (250). Dalam pasir liat dengan horizon argilik lebih dari 40
cm, boron samping berpakaian lebih efektif daripada aplikasi untuk jagung (251). tanah
bertekstur halus memiliki kapasitas untuk membatasi boron pencucian dari lapisan atas.
tanaman Tap-berakar seperti kedelai, dapat menyerap nutrien dari lapisan yang lebih dalam,
terutama dalam cuaca kering, dan manfaat dari boron di lapisan bawah permukaan.

Dua metode utama boron pada fase pembuahan adalah dengan menambahkannya langsung
ke tanah atau dengan penyemprotan daun. Umumnya, tanah dan aplikasi daun dari B adalah
efektif untuk tanaman. aplikasi tanah yang umum digunakan untuk menerapkan boron ke
tanaman, tapi semprotan daun lebih umum pada tanaman tahunan seperti pohon buah-
buahan. Harga aplikasi daun biasanya sekitar 50% lebih rendah dari tarif aplikasi tanah.
Namun, Murphy dan Lancaster (252) diperoleh hasil maksimal dari katun dengan baik 0,5 kg
B ha21 diterapkan sebagai semprotan daun (lima kali di 0,1 kg ha21 masing-masing) atau
dengan .0.3 ha21 kg B diterapkan tanah. Untuk kedelai dalam lempung lanau, semprotan
boron daun yang efektif dalam meningkatkan jumlah polong per cabang, tapi boron tanah
diterapkan Tterliha tidak punya efek(253).

Entah disiarkannya aplikasi untuk tanah yang direkomendasikan, tergantung pada kondisi
tanah dan tanaman. aplikasi siaran digunakan untuk membangun dan mempertahankan
alfalfa dan tanaman nonrow lainnya. aplikasi banded dapat mengakibatkan lebih besar
effesiensi boron yang diterapkan. pertumbuhan akar mungkin tertekan di tanah dekat pupuk
boron banded. Mortvedt dan Osborn (233) melaporkan konsentrasi boron larut setinggi 75
kg21 mg dalam tanah dekat banded pupuk NP dengan 1% B sebagai Na2B4O7.5H2O.
pertumbuhan akar alfalfa dan gandum tertekan di tanah yang mengandung boron larut
konsentrasi sebanyak 0,10 kg21 mg. konsentrasi boron larut dalam tanah akan jauh lebih
rendah jika tingkat boron yang sama disiarkan daripada banded ke tanah.

Aplikasi boron ke tanah sendiri atau dengan pupuk campuran yang umum, dan sebagian
besar data yang dilaporkan pada akumulasi boron tanaman telah diperoleh dengan pupuk
boron yang mengandung diterapkan siaran atau band. Dalam studi di rutabaga, aplikasi band
dari boron mengakibatkan konsentrasi boron lebih besar di jaringan daun dari itu disiaran
aplikasi (254). Bahkan, aplikasi boron dari 1,12 kg ha21 diterapkan di band mengakibatkan
konsentrasi boron lebih besar di jaringan daun dengan 2.24 kg ha21. Studi pada rutabagas
(254) dan jagung (108.255) menunjukkan bahwa band- atau daun-diterapkan boron
mengakibatkan akumulasi boron lebih besar oleh tanaman daripada boron diterapkan
siaran. akumulasi boron lebih besar bila diterapkan dalam band ini mungkin disebabkan
fakta bahwa sejumlah besar nutrisi tersedia terkonsentrasi di zona akar langsung. Dengan
demikian, boron diterapkan dalam band akan terkonsentrasi di daerah yang kecil dan akan
diambil oleh tanaman secara cepat.

Aplikasi nutrisi oleh semprot daun adalah efektif di daerah California dan Arizona di mana
aplikasi tanah mikronutrien yang tidak efektif karena unsur-unsur seperti seng, mangan, dan
tembaga tetap dalam bentuk yang tidak tersedia untuk tanaman tertentu (256). aplikasi
daun, selain menyebabkan akumulasi boron yang lebih tinggi pada tanaman, dapat
digunakan untuk keuntungan jika petani menghilangkan penambahan boron dalam pupuk
NPK massal atau jika kekurangan boron dicurigai. aplikasi semprot daun pada tahap
pertumbuhan awal mengakibatkan penyerapan lebih besar dari boron daripada yang
diterapkan pada tahap akhir dari pertumbuhan (254). Mortvedt (257) menyatakan bahwa
aplikasi nutrisi di daun-diterapkan dapat mengakibatkan peningkatan penyerapan, sebagai
kelembaban relatif tinggi dan stomata terbuka. Namun harus menunjukkan bahwa lebih dari
98% dari boron yang diterapkan sebagai semprotan daun pada semanggi putih (Trifolium
repens L.) tetap pada titik aplikasi, dan kurang dari 2% berguna untuk pertumbuhan
tanaman (258 ). Ini sebagian kecil efisien tapi boron cukup mobile dan didistribusikan ke
berbagaibagian tanaman dan kemudian ditransfer dari satu bagian tertua ke daun baru
dibentuk. Dalam sebuah studi pada barley, aplikasi tanah boron diproduksi konsentrasi
boron yang lebih tinggi di jaringan akar dan biji-bijian, dari jumlah yang sama dari boron
diaplikasikan di daun (259). Hasil ini menunjukkan bahwa serapan boron, setidaknya oleh
barley, lebih efisien melalui sistem tanah-akar selain melalui daun.

Untuk beberapa elemen seperti molibdenum dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah
yang sangat kecil, perlakuan benih dengan persiapan yang mengandung molibdenum akan
mencegah kekurangan. Perhatian Namun, karena kebutuhan yang relatif lebih tinggi dari
boron dari molibdenum, dan karena ff beracun e ect boron pada benih atau bibit, perlakuan
benih untuk boron pembuahan belum menerima

Anda mungkin juga menyukai