Anda di halaman 1dari 11

Masyarakat dan Individu

Menurut sensus tahun 2001, populasi Selandia Baru ada 3.820.749


jiwa.

Negara

ini

memiliki

tingkat

populasi

yang

rendah,

dengan

perbandingan 15 orang setiap kilometer perseginya. Sebanyak tiga


perempat orang Selandia Baru tinggal di Pulau Utara meskipun lebih kecil
dari Pulau Selatan, karena sebagian besar kota besar dan industri terletak
disana.
Sekitar 86 persen masyarakat Selandia Baru tinggal di daerah
perkotaan. Lebih dari setengah populasi perkotaan tersebut tinggal di lima
kota besar negara: Auckland, Wellington, Christchurch, Hamilton, dan
Dunelin. Auckland, sejauh ini menjadi yang kota kosmopolitan yang
tersebesar dan memiliki angka pertumbuhan tertinggi dibanding kota
lainnya. Kota tersebut merupakan pusat industri dan gerbang untu jalur
laut.

Wellington

merupakan

tempat

pemerintahan

nasional

dan

merupakan pusat transportasi domestik dan perkapalan komersial. Kedua


kota terletak di Pulau Utara, dengan Auckland di baratdaya dan Wellington
di tenggara. Hamilton terletak tidak jauh dari Auckland, merupakan pusat
pertanian. Kota terbesar di Pulau Selatan adalah Christchurch, terletak di
pantai timur, dan yang lainnya adalah Dunelin yang terletak di selatan
merupakan pusat produksi wol, pendidikan, dan pariwisata.
a. Kelompok Etnik dan Bahasa
Orang Selandia Baru keturunan Eropa, yang dikenal oleh orang Maori
sebagai Pakeha mendominasi 75 persen populasi negara ini. Mereka
biasanya disebut sebagai kelompok etnis terbesar, tapi fakta mengatakan
bahwa mereka merupakan etnik campuran dari berbagai bangsa daerah
Eropa. Keturunan Inggris, Skotlandia, dan Irlandia merupakan keturunan
terbesar dalam komposisi, dan terdapat juga keturunan Jerman, Australia,
Skandinavia, dan Kroasia.

Suku Maori, keturunan asli Selandia Baru, merupakan kelompok


keturunan non-Eropa terbesar. Mereka adalah orang Polinesia yang
pertama kali datang pada tahun 1100 SM. Segera setelah bangsa Eropa
melakukan kolonialisasi di abad 19 pertumbuhan populasi mereka dengan
cepat berkurang, tapi dengan dramatis kemudian meningkat kembali
selama abad 20 dari jumlah yang kurang dari 5 persen di 1900 menjadi
sekitar 15 persen di tahun 2000.
Keturunan Kepulauan Pasifik dan Asia Timur masing-masing terhitung
berjumlah 5 persen dari populasi. Skala besar imigrasi orang Kepulauan
Pasifik dimulai pada tahun 1960-an. Para imigran tersebut terutama
berasal dari Tonga, Kepulauan Fiji, Tokelau, Niue, dan Cook Islands, dan
yang terbanyak berasal dari Samoa. Imigrasi orang Asia Timur bermula
pada tahun 1860, ketika penemuan emas menarik hati ribuan orang Cina.
Gelombang imigrasi lainnya dimulai pada tahun 1980-an oleh orang-orang
dari Asia Tenggara dan Timur, termasuk etnis Cina Hong Kong dan Taiwan,
Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
Bahasa Inggris dan Maori merupakan bahasa resmi Selandia Baru.
Kebanyakan masyarakatnya berbicara Bahasa Inggris dengan aksen
Selandia Baru, yang mirip dengan aksen Australia. Bahasa Maori
merupakan bahasa yang dipakai dalam lingkup keluarga Austronesia.
Bahasa tersebut diakui sebagai bahasa resmi pada tahun 1987. Sejumlah
kecil dari populasi total Maori diperkirakan fasih bahasa ini, tapi saat ini
mulai disegarkan lagi untuk tingkat kanak-kanak awal dalam program
kohanga reo (Language Nest). Bahasa Polinesia dan Eropa lainnya dipakai
oleh sejumlah kecil dari persentasi populasi.
b. Agama
Mayoritas masyarakat Selandia Baru beragama Kristen. Aliran Kristen
Anglikan yang secara tradisional berasal dari Inggris merupakan kelompok
agama terbesar. Kelompok Kristen terbesar lainnya adalah aliran Presbiter

dan Katolik Roma. Keanggotaan jemaat dalam gereja-gereja Kristen utama


terus menerus mengalami pengurangan selama beberapa dekade. Akan
tetapi, keanggotaan di beberapa sekte yang lebih kecil mengalami
peningkatan, sebagaimana juga peningkatan angka orang-orang Selandia
Baru yang menyatakan diri tidak beragama atau menyangkal kepada
negara tentang afiliasi mereka. Banyak dari Pakeha menyatakan afiliasi
religius mereka namun tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.
Umumnya, praktek keagamaan lebih kuat dalam warga Maori dan warga
Kepulauan Pasifik daripada Pakeha. Gereja Kristen Maori, Gereja Ringatu
(didirikan tahun 1867) dan Gereja Ratana Selandia Baru (1918), relatif
kecil tapi secara konsisten keanggotaannya aktif.
c. Pendidikan
Pendidikan di Selandia Baru bersifat wajib dan bebas biaya untuk
anak dari usia 5 sampai dengan 16. Para siswa menghabiskan waktu
delapan tahun dalam sekolah primer, yang sering dilanjutkan ke sekolah
dengan spesialisasi yang dijalani selama dua tahun. Sekolah sekunder
umumnya menghabiskan lima tahun dan bebas biaya untuk siswa
dibawah umur 20. Kebanyakan siswa memilih sekolah umum yang
sekuler; hanya sedikit yang memilih sekolah privat atau sekolah yang
berafiliasi dengan gereja.
d. Pola Hidup
Masyarakat Selandia Baru telah berubah secara dramatis dalam
beberapa dekade. Sampai dengan tahun 1960-an negara ini terisolasi
secara kultural dari belahan dunia lainnya, kecuali Inggris. Kebanyakan
rumah tidak memiliki televisi, kontrol import telah membatasi akses ke
sejumlah barang konsumsi, dan perjalanan serta pariwisata ke luar negeri
sangat kecil persentasenya. Kaum wanita tidak berpartisipasi dalam
pekerjaan yang dibayar. Toko eceran dan sektor bisnis lainnya tutup pada
hari minggu, dan kedai minuman tutup mulai jam makan malam. Semua

ini kemudia berubah selama era 1990-an, saat ini Selandia Baru sangat
modern dan sangat berorientasi pada konsumen seperti negara-negara
barat lainnya. Isu-isu sosial juga dialami Selandia Baru termasuk dengan
meningkatnya angka pengangguran dan kriminalitas, terutama sejak
tahun 1980-an.
Warga Selandia Baru menikmati standar hidup yang tinggi. Banyak
dari mereka hidup dalam satu rumah keluarga dengan tanah yang luas,
bahkan di kota besar. Angka kepemilikan rumah tinggi, meskipun
penghuni

apartemen

juga

meningkat

di

kota-kota.

Meningkatnya

pembangunan perumahan merupakan fenomena yang timbul di Auckland


dan Wellington. Meskipun kebanyakan warga hidup di kota-kota, daerah
pedesaan ternyata tidak jauh dari kota-kota tersebut. Setiap tahunnya
orang Selandia

Baru

semakin

sadar

untuk

mengurangi

kebiasaan

berjemur dan pentingnya diet. Restoran-restoran saat ini menyediakan


makanan-makanan sehat yang lebih bervariasi, meskipun sajian-sajian
tradisional seperti ikan, keripik, domba tetap disukai.
Orang Selandia Baru merupakan penggemar dan partisipan olahraga.
Rugby merupakan olahraga tradisional yang disukai. Liga bola rugby,
sepak bola, hoki, kriket, softball, basket, olahraga air juga sangat disukai.
Para wanitanya juga aktif dalam olahraga-olahgara tersebut kecuali untuk
rugby profesional. Selandia Baru juga banyak turut serta dalam ajang
olahraga internasional dalam bidang rugby, sepak bola, kriket, tenis, dan
kompetisi berlayar.
Pemerintahan
Selandia Baru merupakan negara berbentuk pemerintahan Monarki
Konstitusional dengan sistem parlemen. Setelah kedaulatan Inggris di
wilayah ini dijalankan pada tahun 1840, Undang-Undang tahun 1852
kemudian menciptakan sistem pemerintahan pertama, termasuk sistem
legislatif bikameral (dua kamar) dan dewan provinsi. Legislasi tambahan
seperti eliminasi majelis tinggi kemudian memodifikasi kebanyakan

provinsi. Seperti halnya Kerajaan Inggris, Selandia Baru tidak memiliki


Undang-Undang

Dasar

khusus.

Legislasi

konstitusional

merupakan

akumulasi dari undang-undang dan hukum-hukum tambahan. Selama


seratus tahun pertama, kebijakan politik Selandia Baru selalu mengikuti
arah kebijakan Inggris. Dalam pernyataan perang dengan Jerman di tahun
1939, Perdana Menteri Michael Savage menyatakan Where she goes, we
go; where she stands, we stand.
Pasca perang, Amerika Serikat mulai meningkatkan pengaruhnya
terhadap

kebudayaan

Selandia

Baru

yang

kemudian

memperkaya

kasanah identitas nasional negara ini. Selandia Baru bergabung dengan


Australia dan Amerika Serikat dalam perjanjian keamanan ANZUS pada
tahun 1951, dan kemudian ikut membantu AS dalam Perang Korea dan
Perang Vietnam. Hal kontras terjadi dalam hubungannya dengan Inggris,
karena Inggris kemudian meningkatkan fokusnya dalam Kriss Suez, dan
Selandia Baru juga terpaksa harus membangun pola pasar baru karena
Inggris bergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC).
a. Eksekutif
Selandia Baru mengakui Kerajaan Inggris sebagai kedaulatannya,
atau sebagai kepala negara formal. Perwakilan kerajaan di Selandia Baru
diwakili oleh seorang gurbernur jenderal. Secara resmi ditunjuk oleh
kerajaan atas rekomendasi perdana menteri setiap lima tahun. Setelah
pemilihan nasional, gurbernur jenderal menunjuk pemimpin dari partai
terbesar dalam legislatif sebagai perdana menteri dan mengatur bentuk
pemerintahan perdana menteri tersebut (kabinet). Gurbernur jenderal
secara formal menunjuk menteri-menteri dengan rekomendasi perdana
menteri. Gurbernur jenderal juga harus memberikan persetujuan atas
pengumuman parlemen untuk menjadi hukum.
Perdana menteri mengepalai kabinet, yang merupakan tempat
pembuatan kebijakan tertinggi dalam pemerintahan. Kabinet bertanggung
jawab atas keseharian administrasi pemerintahan, dan para menteri
bertanggung jawab untuk bidang kebijakan yang lebih spesifik. Para

menteri juga bersidang dalam Dewan Eksekutif, sebuah badan yang


bertugas memberikan nasehat kepada gurbernur jenderal. Konvensi
konstitusional

mengharuskan

gurbernur

jenderal

untuk

mengikuti

rekomendasi dewan ini.


b. Legislatif
Badan legislatif, atau parlemen, terdiri atas sistem satu kamar, yaitu
Majelis

Perwakilan.

Parlemen

diberikan

kekuasaan untuk

membuat

undang-undang. Majelis Perwakilan terdiri atas 120 anggota, yang sejak


tahun 1996 dipilih dengan menggunakan sistem yang dikenal dengan
mixed member proportional (MMP). Dalam sistem ini, setengah dari
anggota dipilih dari distrik pemilihan (termasuk enam kursi untuk
perwakilan Maori) dan sisanya dipilih dari daftar partai yang didasarkan
pada pembagian pemilihan partai dalam pemilihan nasional. Pemilihan
legislatif harus diadakan setidaknya setiap tiga tahun.
Registrasi calon pemilih bersifat wajib di Selandia Baru, tapi
partisipasinya

dalam

pemilihan

merupakan

sukarela.

Pemilih

yang

diperbolehkan adalah yang berusia minimal 18 tahun, warga negara atau


penduduk tetap yang telah tinggal selama satu tahun, dan penduduk dari
distrik pemilihan yang telah tinggal setidaknya satu bulan. Warga
keturunan Maori dapat memilih di distrik pemilihan biasa atau disalah satu
dari distrik pemilihan Maori. Setiap pemilih, dalam sistem MMP, memiliki
dua suara: satu untuk pemilihan perwakilan distrik, dan yang lainnya
untuk partai politik.
c. Yudikatif
Gurbernur jenderal Selandia Baru menunjuk seluruh hakim di
Selandia Baru, tradisi ini dirancang untuk menggantikan kepentingan
politik. Sitem judisial mencakup Mahkamah Distrik, Mahkamah Tinggi,
Mahkamah Banding, dan Mahkamah Agung, yang menggantikan Dewan
Umum yang berbasis di London sebagai badan judisial tertinggi di tahun
2004. Mahkamah ini berbentuk sebuah hirarki dalam proses banding.

Mahkamah Tinggi menampung ajuan banding dari mahkamah yang lebih


rendah dan pengadilan, sementara Mahkamah Banding menampung
ajuan banding dari Mahkamah Tinggi dan dari pengadilan juri Mahkamah
Distrik. Keputusan Mahkamah Banding bersifat final, kecuali kasus-kasus
yang diajukan ke Mahkamah Agung.
d. Partai Politik
Dua partai politik terbesar di Selandia Baru adalah Partai Nasional
dan Partai Buruh. Kedua partai ini secara tradisi mendominasi perpolitikan
negeri, masing-masing bersaing untuk mengendalikan legislatif. Dalam
rangka mengurangi pengaruh sistem dua partai ini, masyarakat Selandia
Baru mengadakan referendum untuk penerapan sistem MMP, yang
berhasil di pemilihan tahun 1996. Sistem ini membantu partai-partai kecil
memenangkan lebih banyak kursi legislatif, yang kemudian mengurangi
kecenderungan kekuasaan partai tunggal. Partai-partai yang lebih kecil
lebih sering masuk kedalam ajang koalisi dengan Partai Buruh dan Partai
Nasional,

yang

kemudian

berlanjut

menjadi

partai

yang

paling

berpengaruh. Partai-partai penting lainnya adalah New Zealand First, ACT


New Zealand, United Future, dan Green Party.
e. Pemerintahan Lokal
Selandia Baru dibagi kedalam 12 kawasan dan 74 teritorial. Dewan
Regional mengurus kawasan-kawasan, dan otoritas teritorial mengurus
teritorial. Otoritas teritorial mencakup dewan distrik dan kota, yang
bertanggung jawab pada hampir semua kepengurusan lokal. Setiap
anggota dari badan pemerintahan lokal dipilih secara langsung.
f. Pertahanan
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Selandia Baru
terkoordinir

dibawah

Menteri

Pertahanan.

Jumlah

personil

regular

Angkatan Darat pada tahun 1999 adalah 4450 tentara. Total personel
regular angkatan laut adalah 1.980, dan Angkatan Udara memiliku 2.800
personel regular. Angkatan Darat diutamakan untuk kepentingan operasi

penjaga perdamaian internasional. Layanan militer bersifat sukarela, wajib


militer tidak dipakai lagi sejak tahun 1950-an. Salah satu kebijakan luar
negeri Selandia Baru adalah turut serta menjaga perdamaian dunia, oleh
karena itu Selandia Baru selalu menurunkan militernya untuk tujuan
tersebut. Dalam beberapa perang seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II,
Perang Korea, dan kasus Darurat Malaysia (konfrontasi IndonesiaMalaysia), Perang Vietnam, Perang Teluk, dan Perang Afganistan, militer
Selandia Baru bergabung dengan pasukan sekutu terutama Inggris.
Selandia Baru juga turut menurunkan angkatan daratnya dalam Perang
Irak selama satu tahun guna membantu pembangunan infrastruktur Irak.
Pada tahun 2007, militer Selandia Baru masih aktif disana.
g. Organisasi Internasional
Selandia Baru merupakan anggota pendiri Perserikatan BangsaBangsa (PBB) dan anggota penuh Negara-Negara Persemakmuran, yang
merupakan asosiasi sukarela negara-negara yang berhubungan dengan
Kerajaan Inggris, selain itu negara ini juga aktif dalam beberapa organisasi
geopolitik seperti APEC, East Asia Summit, dan OECD.
Ekonomi
Perekonomian negara Selandia Baru bertumpu pada perdagangan
hasil laut sejak abad ke-19, ketika bangsa Eropa membuat koloni di pulau
itu.

Kebanyakan

dari

infrastruktur

negara

dikembangkan

dengan

menggunakan modal dari luar negeri. Barang-barang impor dan pinjaman


luar negeri dibayar dari hasil ekspor daging dan mentega beku. Pada awal
tahun 1970-an Selandia Baru mengalami kemerosotan perekonomian
yang sangat drastis, keadaan ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak
yang berakibat pada berkurangnya permintaan dunia terhadap barangbarang primer Selandia Baru dan tersendatnya akses Selandia Baru ke
dalam pasar Inggris setelah terbentuknya Uni Eropa. Beberapa faktor lain
seperti

krisis

minyak

juga

turut

mempengaruhi

kelangsungan

perekonomian Selandia Baru; yang selama beberapa periode sebelum

tahun 1973 sempat mencapai tingkat kehidupan standar seperti Australia


dan Eropa barat. Akan tetapi seluruh pencapaian tersebut kemudian
tersendat berlarut-larut dalam krisis ekonomi. Di saat standar hidup
Selandia tertinggal dibelakang Australia dan Eropa Bara, negara ini
kemudian pada tahun 1982 dalam survey yang dilakukan oleh Bank
Dunia, berada pada tingkat pendapatan per-kapita terendah diseluruh
negara-negara berkembang.
Pada petengahan tahun 1980-an pemerintah berinisiatif membuat
program untuk melakukan perubahan struktur ekonomi untuk dapat
bersaing di dalam pasar bebas, akan tetapi perubahan ini tidak
seluruhnya berhasil dalam upaya pemerintah Selandia Baru untuk
mengubah

keadaan

perekonomian

menjadi

lebih

baik.

Dalam

kenyataannya, beberapa sektor ekonomi tidak dapat bersaing dengan


negara lain yang tenaga kerjanya memiliki tingkat pendapatan yang lebih
rendah. Industri kendaraan bermotor dihapuskan, sementara itu banyak
industri pakaian dan sepatu yang memindahkan daerah operasional
mereka ke negara yang tenaga kerjanya lebih murah. Perubahan ini juga
berakibat pada kehidupan sosial yang memicu meningkatnya tingkat
pengangguran di negara ini. Sejak tahun 1984, pemerintah Selandia Baru
berhasil melakukan restrukturisasi makroekonomi utama, yang kemudian
merubah negara ini dari negara yang sangat proteksionis menjadi negara
dengan ekonomi liberalis. Perubahan-perubahan ini dikenal sebagai
Rogernomics dan Ruthanasia, yang berasal dari nama dua menteri
keuangannya Roger Douglas dan Ruth Richardson.
Pertanian

dan

perkebunan

sangatlah

penting

dalam

kegiatan

perekonomian Selandia Baru, akan tetapi kegiatan agrikultur ini tidak


mendapat

subsidi

dari

pemerintah

karena

perubahan

sistem

dan

peraturan perekonomian pada tahun 1980-an. Selain itu, ikan dan hasil
laut lainnya merupakan salah satu hasil ekspor Selandia Baru meskipun
hasil

dari

sektor

perekonomian

ini

negara.

tidak
Hal

terlalu
yang

mempengaruhi

paling

penting

perkembangan
dalam

kegiatan

perekonomian dan merupakan pemberi kontribusi paling besar bagi


berkembangnya perekonomian Selandia Baru adalah bidang layanan jasa,
layanan

jasa

ini

sangat

berperan

dalam

peningkatan

GDP

dan

pengurangan tingkat pengangguran di negara ini. Layanan jasa ini


mencakup
konsultan

bidang
bisnis,

pariwisata,
dan

juga

transportasi,
dalam

bidang

pendidikan,
perbankan.

kesehatan,
Pariwisata

merupakan salah satu komponen penting dalam bidang pelayanan jasa


ini, 10 persen dari pekerjaan yang ada di Selandia Baru ialah di bidang
industri pariwisata.
Hasil tambangnya tidak besar, namun kaya dengan sumber alam
hutan. Industrinya terutama terdiri dari pengolahan produk pertanian,
hutan dan peternakan. Hasil-hasil ini kemudian diekspor. Industrialisasi
pertanian di Selandia Baru sudah terealisasi. Komoditi pertanian terutama
adalah gandum dan buah-buahan. Bahan pangan tak swasembada, perlu
diimpor

dari

Australia.

Usaha

peternakannya

yang

sangat

maju

merupakan dasar perekonomian. Produk susu dan daging adalah produk


ekspor yang paling utama. Volume ekspor bulu domba Selandia Baru
menempati urutan pertama di dunia, dengan mencapai 25 persen.
Selandia Baru juga kaya dengan hasil perikanan, dan merupakan zona
ekonomi khusus nomor empat di dunia. Lingkungannya segar, iklimnya
nyaman, pemandangannya indah, dan obyek pariwisatanya tersebar di
seluruh negeri.
Target ekonomi pemerintah saat ini terpusat pada upaya untuk
mendapatkan

perjanjian

perdagangan

bebas

dan

pembangunan

pengetahuan ekonomi. Di tahun 2004, pemerintah Selandia Baru mulai


mendiskusikan perjanjian perdagangan bebas dengan China. Selain itu,
tantangan yang dihadapi oleh Selandia Baru adalah defisit akun yang
mencapai 8,2 % dari GDP, lambatnya perkembangan di sektor ekspor nonkomoditas, dan perkembangan produktivitas buruh.

Anda mungkin juga menyukai