Blok 7.1
KELOMPOK 5
Dino mambaca surat kabar hari ini yang memberitakan adanya kejadian hepatitis A
pada anak-anak di SMAN 5 Jambi. Dinas kesehatan Jambi sudah melakukan investigasi dan
mendapatkan bahwa sumber penyebarannya berasal dari tempat jajan disekitar sekolah.
Keadaan sanitasi dan pengelolaan limbah disekitar sekolah masih belum baik, sehingga
memungkinkan terjadinya penyakit0penyakit berbasis lingkungan. Dinas kesehatan dalam
rangka penanganan lebih lanjut meminta kepada pihak sekolah agar melaksanakan prinsip
dasar sanitasi, sanitasi makanan dan minuman serta melakukan langkah-langkah pengelolaan
sanitasi di tempat-tempat umum.
I. Klarifikasi Istilah
b. Verifikasi Diagnosis
Tujuan verifikasi diagnosis adalah:
1. Memastikan bahwa penyakit/ masalah kesehatan yang muncul memang
telah didiagnosis secara tepat dan cermat.
2. Menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan lab sebagai
pendukung diagnostik.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan:
Keterampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan
Kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi standar tertentu
yang diharapkan
Komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan pasien, untuk
menggali secara lebih akurat riwayat penyakit dan pajanan potensial.3
7. Komunikasi hasil
Tugas terakhir dalam investigasi wabah adalah mengkomunikasikan dengan baik
hasil investigasi kepada berbagai pihak yang berwenang, bertanggungjawab dan
terkait dengan intervensi penanggulangan dan pencegahan. Format/ bentuk
komunikasi yang dapat dilakukan adalah berupa:
a) Penjelasan lisan.
Dalam format ini pihak-pihak yang berwenang, bertanggungjawab dan terkait
dengan intervensi penanggulangan dan pencegahan. Presentasi oral haruslah jelas,
mudah dipahami dan secara ilmiah meyakinkan pengambil keputusan sehingga
dapat memotivasi mereka untuk segera melakukan intervensi.3,4
b) Penulisan laporan
Hasil investigasi juga perlu ditulis dalam laporan dengan sistematika tertentu
yang sesuai dengan standar-standar penulisan ilmiah. Sistematika yang dipakai
meliputi:
1. Pendahuluan/ latar belakang
2. Tujuan
3. Metodologi
4. Hasil
5. Pembahasan
6. Simpulan dan saran/ rekomendasi. 3,4
Konstruksi
1. Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin, kering dan bersih.
2. Permukaan dinding harus rata, kedap air dan dibersihkan.
3. Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik, dapat
menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan
diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.
4. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan
pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruangan.
5. Atap tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga
lainnya.
6. Langit-langit, permukaan rata, bersih, tidak terdapat lubang-lubang.
Fasilitas sanitasi
1. Air bersih. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat fisik (tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna, jernih), serta jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan.
2. Air limbah. Air limbah mengalir dengan lancar, sistem pembuangan air limbah harus
baik, saluran terbuat dari bahan kedap air, saluran pembuang air limbah tertutup.
3. Toilet. Tersedia toilet, bersih. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan
bak air. Tersedia sabun/deterjen untuk mencuci tangan. Di dalam toilet harus tersedia
bak dan air bersih dalam keadaan cukup.
4. Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat,
mempunyai tutup. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
Sampah dibuang tiap 24 jam.
5. Tempat cuci tangan. Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
mudah dicapai oleh tamu dan karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air
mengalir, sabun/deterjen, bak penampungan yang permukaanya halus, mudah
dibersihkan dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
6. Tempat mencuci peralatan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bilik/bak pencuci yaitu
untuk mengguyur, menyabun dan membilas.
7. Tempat mencuci bahan makanan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak
berkarat dan mudah dibersihkan.
8. Tempat penyimpanan air bersih (tandon air) harus tertutup sehingga dapat menahan
masuknya tikus dan serangga.
Cara penularan
Penularan TB melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara dalam
rumah yang pengap dan lembab, udara dalam pesawat terbang, gedung pertemuan,
dan kereta api berpendingin. Prosesnya tentu tidak secara langsung, menghirup
udara bercampur bakteri TB lalu terinfeksi, lalu menderita TB, tidak demikian.
Sumber penularan adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB
batuk, berbicara atau bersin, maka ribuan bakteri TB akan berhamburan bersama
”droplet” nafas penderita yang bersangkutan, khususnya pada penderita TB aktif
dan luka terbuka pada parunya. Cahaya matahari sangat berperan dalam
membunuh kuman di lingkungan. Oleh sebab itu, ventilasi rumah sangat penting
dalam manajemen TB berbasis keluarga atau lingkungan.
Beberapa faktor kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya
penularan TB adalah :
3. Penyakit Cacingan
Ascarislumbricoides
Manusia merupakan hospes definitif cacing ini. Cacing jantan berukuran
10-30 cm, sedangkan betina 22-35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga
usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari,
terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi.
Di tanah, dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi tumbuh
menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif
ini bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva di usus halus, larva
tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa
kemudian di alirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru.
Setelah itu melalui dinding alveolus masuk ke rongga alveolus, lalu naik ke
trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke
faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke
dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa.
Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai
menjadi cacing dewasa.
6. Malaria
Penyebab
Dikenal 4 jenis plasmodium,yaitu:
a. Plasmodium FALCIFARUM : penyebab malaria TROPIKANA.
b. Plasmodium VIVAX : penyebab malaria TERTIANA.
c. Plasmodium MALARIAE : penyebab malaria QUARTANA.
d. Plasmodium OVALE : penyebab malaria OVALE.
Bisa terjangkit 2 plasmodium (infeksi campuran)
Cara Penularan
a. Ditularkan melalui gigitan nyamuk anopeles, yang telah menggigit orang
yang sedang sakit malaria, maka parasit akan masuk tubuh nyamuk dan
berkembang dan tambah banyak.
b. Dalam beberapa hari nyamuk tersebut mengigit orang sehat maka parasit itu
ditularkan ketubuhnya
c. Parasit dalam tubuh orang tersebut berkembang bertambah banyak dan
menyerang sel darah merah, lalu orang tersebut terserang malaria.
Cara Pencegahan
a. Menghindari gigitan nyamuk, tidur pakai kelambu, bakar obat nyamuk,
pasang kawat kasa,jauhkan kandang ternak dari tempat tinggal.
b. Hilangkan sarang nyamuk: mengalirkan genangan air, bersihkan
semak/rumput, usahakan rumah tidak gelap,jorok,buka jendela siang
hari,lipat kain bergantungan,kubur kaleng bekas, alirkan got, menimbun air
tergenang.
c. Bunuh nyamuk dewasa (semprot nyamuk)
d. Bunuh jentik nyamuk (tebar ikan pemakan jentik)
e. Lapor penderita yang datang dari daerah malaria
7. Filariasis
Penyebab
a. Filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang menyerupai benang hidup di
dalam tubuh manusia.
b. Cacing ini dapat bertahan hidup selama 4 sampai 6 tahun dalm kelenjer getah
bening (bahagian tubuh yang melindungi kita dari penyakit).
c. Cacing ini berkembang biak di dalam tubuh dan menghasilkan jutaan anak
cacing yang beredar dalam darah
Cara Penularan
a. Filariasis ditularkan dari seseorang yang dalam darah terdapat anak cacing/
mikrofilaria kepada orang lain melalui gigitan nyamuk. Orang tersebut
mungkin sakit filariasis atau mungkin tidak.
b. Pada waktu nyamuk mengisap darah, mikrofilaria akan terhisap dan masuk
ke dalam badan nyamuk.
c. Dalam waktu 1-2 minggu kemudian berubah menjadi larva dan ditularkan
kepada orang lain sewaktu nyamuk menggigitnya.
Cara Pencegahan
a. Menghindari dari gigitan nyamuk dengan cara: tidur menggunakan
kelambu, memasang obat nyamuk, memakai obat gosok anti
nyamuk/repellent dan lubang-lubang angin/ ventilasi rumah ditutup dengan
kawat kasa halus.
b. Memberantas nyamuk dengan cara: membersihkan tempat-tempat
perindukan nyamuk dan menyemprot untuk membunuh nyamuk dewasa.
c. Mengikuti program pengobatan massal filariasis.
d. Memeriksakan diri ke puskesmas bila keluarga atau tetangga menderita
filariasis.
8. Chikungunya
Penyebab
Virus Chikungunya ditularkan lewat gigitan nyamuk termasuk dalam kelompok
Alphavirus (group A kalau DBD group B) famili Togaviridae
Cara Penularan
a. Dirtularkan oleh nyamuk AEDES AEGYPTI yang merupakan nyamuk
penular penyakit demam berdarah (DBD).
b. 3 faktor memegang peranan: manusia, virus dan vektor chikungunya.
c. Reservoirnya adalah: primata (monyet, kera)
d. Semua orang dapat tertular (anak-anak, dewasa, laki-laki, perempuan, kaya
ataupun miskin)
e. Bila penderita yang sakit (dalam keadaan viremia 2 hari sebelum demam dan
5 sesudah demam) digigit oleh nyamuk penular (berkembang dalam tubuh
nyamuk 8-10 hari), lalu nyamuk tersebut menggigit orang lain (4-7 hari
kemudian dia menjadi sakit)
f. Biasa tida terjadi penularan dari orang ke orang lain
g. Penyakit berlangsung beberapa hari kemudian sembuh sendiri
h. Masa inkubasi 1-12 hari (umumnya 2-4 hari)
Cara Pencegahan
1. PERORANGAN
a. Jangan biarkan nyamuk berkembang biak
b. Lakukan PSN dengan 3M pada TPA, non TPA dan habitat alamiah secara
teratur tiap minggu
c. Menabur larvasida
d. Memelihara ikan pemakan jentik
e. Lindungi diri dari gigitan nyamuk terutama siang hari, dengan
menggunakan repellant, kelambu, pasang kawat kasa di rumah.
2. KELOMPOK MASYARAKAT
Gotong royong membersihkan lingkungan dari tempat pekembangbiakan
nyamuk penular.
9. Penyakit Kulit
Kudis /Scabies
a. Penyebab: tungau / sarcoptes scabiei menembus lapisan kulit tanduk dan
membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur
b. Cara penularan: melalui kontak langsung, melalui alat-alat (baju, handuk,
sprei,tikar dan bantal)
c. Mengenai sosio ekonomi rendah, kepadatan penghuni rumah, higiene buruk
pendidikan rendah, bisa terjadi di asrama
d. Cara pencegahan :
Memutus rantai penularan dengan memberi obat
Lingkungan agar tigak terlalu padat
Hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk
Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih, minimal 2x/hari dengan
sabun
Jaga kebersihan lingkungan
Buka jendela agar matahari masuk
4. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan
pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak
mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.
a. Penyimpanan sampah
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum
sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang
(dimusnakan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk
macam dan jenis sampah tertentu.maksud dari pemisahan dan penyimpanan
disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat
sampah antara lain :
Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya
sampah
Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan,
sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa
mengotori tangan
Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh
satu orang.
b. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah
tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap rumah
tangga atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan
sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut
harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke
Tempat Penampungan Akhir (TPA).
Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan
sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
a. Suhu penyimpanan yang baik
Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung
kepada besar dan banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian
besar dapat dikelompokkan menjadi:
1. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya
Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C
Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C
Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C
2. Makanan jenis telor, susu dan olahannya
Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C
Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C
Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50 C
3. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1
minggu yaitu 70 sampai 100 C.
4. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).
Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian
yaitu:
1. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah,
tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang
penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan
lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik
harus memenuhi persyaratan sanitasi.
2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan,
pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses
pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya.
Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit.
Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain
Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman
Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit.
Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.
3. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan
makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau
prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good
manufacturing practice).
Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian harus
dipertahankan, yaitu:
1. Makanan yang akan disajikan lebih dari 6 jam dari waktu pengolahan harus
diatur suhunya pada suhu dibawah 40C atau dalam keadaa beku 00C.
2. Makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam dapat diatur suhunya dengan
suhu kamar asal makanan segera dikonsumsi dan tidak menunggu.
3. Pemanasan kembali makanan beku (reheating) dengan pemanasan biasa atau
microwave sampai suhu stabil terendah 600C.
Hindari suhu makanan berada pada suhu antara 240C sampai 600C, karena
pada suhu tersebut merupakan suhu terbaik untuk pertumbuhan bakteri pathogen
dan puncak optimalnya pada suhu 370 C.
Makanan matang yang akan disajikan jauh dari tempat pengolahan makanan,
memerlukan pengangkutan yang baik agar kualitas makanan tersebut tetap terjaga.
Prinsip pengangkutan makanan matang / siap saji adalah sebagai berikut:
1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing. Isi makanan tidak
terlampau penuh untuk mencegah tumpah. Wadah harus mempunyai tutup
yang rapat dan tersedia lubang hawa (ventilasi) untuk makanan panas. Uap
makanan harus dibiarkan terbuang agar tidak terjadi kondensasi. Air uap
kondesasi merupakan media yang baik untuk pertmbuhan bakteri sehingga
makanan menjadi basi.
2. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan
makanan yang ditempatkan dan tidak berkarat atau bocor.
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam keadaan
tetap panas 600 C atau tetap dingin 40 C.
4. Wadah selama perjalanan tidak dibuka sampai tempat penyajian.
5. Kedaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak bercampur dengan
keperluan mengangkut bahan lain.
IV. Hipotesis
Kejadian Hepatitis A di SMAN 5 Jambi karena tidak terpenuhinya prinsip dasar
sanitasi di sekolah.
V. Kerangka Konsep
PENYEBARAN
HEPATITIS A DI
SMAN 5 JAMBI
- Penyebab 1. Sanitasi
- Faktor risiko lingkungan
- Transmisi 2. Sanitasi
penularan makanan dan
- Gejala klinis minuman
- Pencegahan 3. Sanitasi TTU
4. Pengelolaan
limbah
- TBC
- Diare
- ISPA
- Malaria
- DBD
- Chikungunya
- Filariasi
- Penyakit kulit
- Hepatitis A
- Kcacingan
DAFTAR PUSTAKA