Anda di halaman 1dari 23

KONSEP MANAJEMEN

DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Disusun Oleh

FEBY DWI JAYANTI

1614301031

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
A. Operan Pasien
1. Pengertian
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum
dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Operan dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat
primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
(Nursalam, 2011).
Operan pasien merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan antara perawat
yang sudah selesai dinas dengan perawat dinas selanjutnya. Biasanya dalam operan
pasien ini dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggungjawab shift apabila operan
dilakukan sore karena biasanya kepala ruangan hanya ada saat shift pagi.

2. Tujuan
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari operan pasien
adalah untuk memberikan informasi kepada perawat dinas berikutnya berupa data
klien, kebutuhan klien, serta tindakan yang harus dilakukan oleh perawat baik
tindakan perawat mandiri maupun kolaboratif.
Tujuan lain :
a. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
b. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
c. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota
tim perawat
d. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan
e. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
f. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien
g. Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya
h. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

3. Manfaat
Bagi perawat :
 Dapat menyampaikan dan menerima informasi seputar klien tentang tindak
lanjut yang harus dilakukan oleh perawat shift berikutnya.
Bagi pasien :
 Klien dapat mengetahui tindakan selanjutnya yang akan diberikan oleh
perawat
 Klien dapat menyampaikan hal-hal yang belum disampaikan atau ketinggalan
sebelumnya.
Bagi rumah sakit :
 Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif

4. Langkah-Langkah/Prosedur Operan Pasien


a. Persiapan
 Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
 Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
 Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.
 Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan
klien, rencana tindakan yang sudah & yang belum dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
 Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat jaga berikutnya.
 Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan :
1. Identitas pasien & diagnosa medis
2. Masalah keperawatan yang muncul
3. Tindakan keperawatan yang sudah dan yang belum
4. Intervensi kolaboratif dan dependensi
5. Rencana umum & persiapan lain.
 Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang dioperkan.
 Penyampaian pada operan secara singkat & jelas.
 Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali pada kondisi
khusus.
 Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh Perawat primer.
5. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan :
Operan pasien memiliki beberapa keuntungan, seperti :
 Perawat tidak bingung dengan tindakan yang akan diberikan nantinya
 Mencegah kesalahan perawat berupa salah pasien dalam pemberian tindakan
 Melatih rasa tanggungjawab perawat
 Perawat tahu perkembangan pasien dari hari ke hari
 Meningkatkan rasa percaya klien terhadap perawat, karena sering ditemui dalam
rangka penyampaian kebutuhannya
 Mudah dilakukan, karena perawat hanya perlu datang lebih awal lalu masuk ke
ruangan klien satu per satu kemudian sampaikan apa yang harus disampaikan

Kerugian :
Operan pasien membutuhkan kedisiplinan dari setiap perawat. Hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab operan pasien tidak berjalan lancar. Ada beberapa hal
yang sering dilakukan perawat terkait dengan kedisiplinan, seperti :
1. Datang terlambat atau bahkan tidak hadir saat operan pasien
2. Perawat ikut operan namun tidak fokus dengan operan tersebut
3. Dapat mengganggu ketenangan pasien
Dua hal inilah yang dapat menimbulkan kerugian berupa tidak terpenuhinya
kebutuhan klien karena perawat tidak tahu tindakan yang harus diberikan pada klien
tersebut. Bahkan yang lebih parah, perawat dapat melakukan kesalahan berupa salah
pasien atau salah tindakan yang nantinya akan berdampak pada pasien, perawat, dan
rumah sakit.

6. Hal-Hal Penting Yang Menjadi Perhatian


 Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
 Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggungjawab pasien
 Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien
 Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien
 Pada saat operan di kaamr pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan langsung didekat
pasien
 Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station.

B. Pre Conference dan Post Conference


1. Pengertian
Pre Post Conference di ruang rawat inap adalah suatu pembelajaran
keperawatan klinik yang mengutamakan dan menekankan pada tehnik conference
dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan kualitas asuhan pasien selama 24
jam terus menerus (Asmuji, 2012).
Pre Conference
Pre conference merupakan diskusi yang dilakukan oleh perawat pelaksana dan
katim atau penanggungjawab sebagai pimpinan diskusi. Dalam pre conference ini
akan dibahas mengenai rencana tiap perawat seperti masalah pasien, pembuatan
rencana serta pembagian tugas. Selain itu, biasanya kepala tim atau
penanggungjawab tim juga akan menambahkan rencana. Pre conference dilakukan
setiap hari dalam setiap pergantian shift.
Kegiatan :

1. Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara


2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana harian masing-
masing perawat pelaksana
3. Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan tindakan lanjut
terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
4. Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement
5. Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara

Post Conference
Post conference merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi
proses keperawatan yang telah dilakukan seperti pencapaian asuhan, perkembangan
pasien, kendala dalam pemberian asuhan keperawatan serta cara mengatasinya.
Selain itu, post conference juga akan membahas kejadian-kejadian lain yang
ditemukan selama memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Sama dengan
pre conference, post conference juga dipimpin oleh kepala tim atau
penanggungjawab tim.
Kegiatan :
1. Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara
2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan kendala dalam asuhan yang
telah diberikan
3. Kepala tim atau penanggung jawab tim menyakan tindakan lanjut asuhan klien
yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut nya
4. Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara

2. Tujuan
Tujuan pre conference adalah :
1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
4. Bagi mahasiswa yaitu menyiapkan mahasiswa untuk pembelajaran pada
setting klinik
Tujuan post conference adalah :
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.

3. Manfaat
Secara umum manfaat pre conference dan post conference adalah sama yaitu
menganalisa masalah lalu menjelaskan penyelesaiannya. Selain itu, conference juga
membantu koordinasi dalam pemberian asuhan keperawatan antara perawat dengan
perawat untuk menghindari terjadinya tindakan dilakukan dua kali atau bahkan tidak
diberikan tindakan sama sekali serta yang tidak kalah penting adalah menghindari
frustasi/depresi/stress bagi pemberi asuhan.

4. Langkah-Langkah
Pre Conference
 PN Menyiapkan ruangan/tempat.
 PN Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
 PN Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference.
 PN memandu pelaksanaan pre conference.
 PN Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan dan rencana.
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.
 PN Memberikan reinforcement positif pada anggota.
 PN Menyimpulkan hasil pre conference.

Post Conference
 PN Menyiapkan ruangan/tempat.
 PN Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
 PN Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference.
 PN memandu pelaksanaan post conference.
 PN Menjelaskan hasil asuhan keperawatan pasien, tindakan yang telah dilakukan
dan rencana tindak lanjut.
 PN Memberikan reinforcement positif pada perawat pelaksana.
 PN Menyimpulkan hasil post conference.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
1. Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi, budaya)
2. Keluhan klien
3. TTV dan kesadaran
4. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5. Masalah keperawatan
6. Rencana keperawatan hari ini.
7. Perubahan keadaan terapi medis.
8. Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)

5. Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan :
Membantu mengidentifikasi masalah klien, merencanakan perawatan, dan
mengevaluasi hasil serta memberikan cara bagi untuk mendiskusikan klien mereka
dengan staf pengajar (dan dengan rekan sejawat jika dalam bentuk kelompok).
Selain itu metode ini juga dapat memberikan strategi yang efektif untuk berfikir
secara kritis.

Kerugian :
 Sulit dilakukan di waktu-waktu sibuk
 Tidak mengetahui keadaan klien secara langsung

6. Hal-Hal yang Harus Menjadi Perhatian


 Keikutsertaan perawat dalam pre dan post conference
 Hal-hal penting yang harus disampaikan saat pre dan post conference
C. Bed Side Teaching
1. Pengertian
Metode bed side teaching merupakan metode bimbingan yang dilakukan
disamping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan
yang dibutuhkan oleh klien. Prinsipnya jumlah peserta dibatasi (5-6 orang), diskusi
awal dan pasca dilakukan didepan klien. Metode ini merupakan lanjutkan metode
demonstrasi. Sebelum melakukan metode ini diperlu persiapan fisik, psikologi dari
mahasiswa dan dosen (Nurhidayah, 2011).
Bed side teaching merupakan suatu proses belajar yang melibatkan pembimbing,
mahasiswa dan pasien yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi,
melakukan pemeriksaan fisik, menemukan masalah, menentukan diagnosa dan
perencanaan tindakan atau intervensi. Bed side teaching merupakan salah satu
metode bimbingan klinik, dimana bed side merupakan singkatan dari briefing,
expectation, demonstrations, specific,feedback, inclusion microskill, debriefing and
education.

2. Tujuan
Bedside Teaching (BST) juga dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara
mendalam dan komprehensif terhadap kasus pasien yang sedang dipelajari. Menurut
Cox (1993) dan Dent and Harden (2006), BST ini dikembangkan dari teori
experienceand explanation cycles. Briefing meliputi kegiatan menyiapkan mahasiswa
tentang syarat pengetahuan yang harus dimiliki sebelum bed side teaching dan juga
mempersiapkan pasien untuk bed side teaching.
Tujuan :
 Peserta didik mampu menguasai keterampilan prosedural.
 Menumbuhkan sikap profesional.
 Mempelajari perkembangan biologis/fisik.
 Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung.

3. Manfaat
Mahasiswa dapat menggunakan semua indera mereka untuk mempelajari
pasien sehingga dapat memperkuat pembelajaran klinik mereka, dan kesempatan
untuk mengklarifikasi data langsung kepada pasien mendorong mahasiswa untuk
belajar keterampilan berkomunikasi.
4. Langkah-Langkah
Persiapan sebelum pelaksanaan bedside teaching :
Persiapan
1. Tentukan tujuan dari setiap sesi pembelajaan
a. Baca teori sebelum pelaksanaan
2. Ingatkan mahasiswa akan tujuan pembelajaran :
a. Mendemonstrasikan pemeriksaan klinik.
b. Komunikasi dengan pasien.
c. Tingkah laku yang profesional.
3. Persiapan Pasien
a. Keadaan umum pasien baik.
b. Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan.
4. Lingkungan/Keadaan
Pastikan keadaan ruangan nyaman untuk belajar :
a. Tarik gorden
b. Tutup pintu
c. Mintalah pasien untuk mematikan televisinya.

Pelaksanaan bedside teaching


1. Membuat peraturan dasar
a. Pastikan setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka.
b. Mencakup etika
c. Batasi interupsi jika mungkin.
d. Batasi penggunaan istilah kedokteran saat di depan pasien.
2. Perkenalan
a. Perkenalkan seluruh anggota tim
b. Jelaskan maksud kunjungan
c. Biarkan pasien menolak dengan sopan
d. Anggota keluarga diperkenankan boleh berada dalam ruangan jika pasien
mengizinkan
e. Jelaskan pada pasien atau keluarga bahwa banyak yang akan didiskusikan,
mungkin tidak diterapkan langsung pada pasien.
f. Undang partisipasi pasien dan keluarga.
g. Posisikan pasien sewajarnya posisi tim di sekitar tempat tidur.
3. Anamnesa
a. Hindari pertanyaan tentang jenis kelamin atau ras.
b. Hindari duduk di atas tempat tidur pasien.
c. Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti hal penting atau
untuk memperjelas.
d. Jangan mempermalukan dokter yang merawat pasien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Minta pelajar untuk memeriksa pasien.
b. Izinkan pasien untuk berpartisipasi (mendengarkan bising, meraba hepar, dll).
c. Minta tim untuk mendemonstrasikan teknik yang tepat.
d. Berikan beberapa waktu agar pelajar dapat menilai hasil pemeriksaan yang
baru pertama kali ditemukan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Jika mungkin tetap berada di samping tempat tidur.
b. Rongent, ECG bila mungkin.
c. Izinkan pasien untuk meninjau ulang dan berpartisipasi.
6. Diskusi
a. Ingatkan pasien bahwa tidak semua yang didiskusikan akan dilaksanakan,
biarkan pasien tahu kapan itu biasa dilaksanakan.
b. Hati-hati memberikan pertanyaan yang tidak dapat dijawab kepada mahasiswa
yang merawat pasien.
c. Berikan pertanyaan pertama kali pada tim yang paling junior.
d. “Saya tidak tahu” adalah jawaban yang tepat, setelah itu gunakan kesempatan
untuk mencari jawaban.
e. Hindari bicara yang tidak perlu.
f. Izinkan pasien untuk bertanya sebelum meninggalkan tempat tidur.
g. Minta pasien untuk menanggapi bedside teaching yang telah dilakukan.
h. Ucapkan terima kasih pada pasien.

5. Keuntungan dan Kerugian


Dalam penelitian Williams K (Tufts Univ, Maret 2008) dihasilkan kesimpulan
bahwa bedside teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari keterampilan
klinik.
Beberapa keuntungan bedside teaching antara lain :
 Dapat mengobservasi secara langsung
 Dapat menggunakan seluruh pikiran untuk implementasi
 Klarifikasi dilakukan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik
 Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa.
 Memperagakan fungsi perawatan dan keterampilan interaktif
 Bedside teaching tidak hanya dapat diterapkan di rumah sakit, keterampilan
bedside teaching juga dapat diterapkan di beberapa situasi di mana ada pasien.

Beberapa kerugian bedside teaching antara lain :


 Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan metode lain, beresiko untuk
pasien terutama tindakan yang invasif, dan membutuhkan keterampilan spesifik
terutama untuk pembimbing klinik.
 Terdapat gangguan seperti adanya panggilan dari telepon genggam
 Bed side teaching dilakukan sebentar karena waktu rawat inap singkat
 Sarana prasarana tidak mendukung seperti ruangan yang kecil dan tidak
terdapat papan tulis atau peralatan yang mendukung
Hal-hal inilah yang dapat menyebabka kerugian berupa waktu yang terbuang
sia-sia apabila klien tidak konsentrasi dengan tindakan yang diberikan.

6. Hal-Hal yang Harus Menjadi Perhatian


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan bedside teaching
sebagai metode pembelajaran agar baik mahasiswa dan pasien mendapatkan
keuntungan dari implementasi metode ini. Langlois (2000) menyatakan implementasi
bedside teaching memerlukan strategi, antara lain:
1. Tujuan yang jelas harus dirumuskan sebelum datang ke pasien,
2. Keterampilan klinis dan komunikasi harus diajarkan terlebih dahulu,
3. Observasi diajarkan selanjutnya,
4. Lingkungan yang kondusif dan nyaman harus tersedia untuk mahasiswa,
pasien dan pembimbing. Untuk itu perlu dilanjutkan dengan penerapan
strategi bagi terciptanya lingkungan yang nyaman bagi pasien, seperti minta
izin kepada pasien, lama waktu pembelajaran di depan pasien dibatasi,
prosedur bedside teaching harus disampaikan kepada pasien, diskusi
dipahami oleh pasien dengan bahasa yang sederhana, terdapat alokasi
waktu untuk menjawab pertanyaan pasien, dan berterima kasih kepada
pasien (Langlois, 2000).
Apabila strategi tersebut dapat dilaksanakan maka mahasiswa, pasien, dan
pembimbing dapat memperoleh keuntungan dari bedside teaching.
D. Ronde Keperawatan
1. Pengertian
Ronde Keperawatan (Nursing Rounds) adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang akan dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan /atau
perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).
Ronde keperawatan merupakan proses mendapatkan informasi dalam rangka
merencanakan pelayanan keperawatan yang dilakukan dua perawat atau lebih yang
turun langsung mengunjungi pasien. Bukan hanya mendapatkan informasi, dalam
ronde keperawatan klien juga dapat mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.

2. Tujuan Ronde Keperawatan


Bagi perawat :
 Untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan staff dalam melakukan
analisis pada klien
 Untuk meningkatkan hubungan kerja sama antar perawat
 Meningkatkan eksistensi perawat sebagai salah satu profesi kesehatan

Bagi pasien :
 Agar pasien dapat lebih mengenal petugas atau sebaliknya
 Agar kondisi fisik dan mental pasien dapat diidentifikasi
 Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan
 Agar pasien dapat berpartisipasi dalam proses penyembuhan penyakitnya

3. Manfaat Ronde Keperawatan


Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat, diantaranya
:
1. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada
perawat. Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah
membantu mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu menurut Wolak
et al. (2008) dengan adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan
perawat. Peningkatan ini bukan hanya keterampilan dan pengetahuan
keperawatan saja, tetapi juga peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan
oleh Wolak et al. (2008) peninkatan kemampuan perawat bukan hanya
keterampilan keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat
untuk tumbuh dan berkembang secara profisonal.
2. Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang
telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde
keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang dihadapi oelh perawat atau
keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan
oleh O’connor (2006) pasien sebagai alat untuk menggambarkan parameter
penilaian atau teknik intervensi.
3. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan mahasiswa
perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan
sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
(Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi mahasiswa perawat dengan ronde
keperawatan akan mendapat pengalaman secara nyata dilapangan (Clement,
2011).
4. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membanu mengorientasikan
perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak mengetahui
mengenai pasien yang dirawat di ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini
bisa dicegah, ronde keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada
pasien (Clement, 2011).
5. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian Febriana
(2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding tidak
lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al. (2009) dengan tindakan ronde
keperawatan menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat.

4. Langkah-langkah Ronde Keperawatan


a. Persiapan
 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
 Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
b. Pelaksanaan
 Penjelasan tentang klien o/ perawat primer dlm hal ini penjelasan difokuskan
pd mslh keperawatan& rencana tindakan yg akan/telah dilaksanakan& memilih
prioritas yg perlu didiskusikan.
 Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
 Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta tindakan yg akan dilakukan.
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
d. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai berikut.
 Struktur
1. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
2. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
3. Persiapan dilakukan sebelumnya.
 Proses
1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan.
 Hasil
1. Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2. Masalah klien dapat teratasi.

5. Keuntungan dan Kerugian Ronde Keperawatan


a. Keuntungan
 Pasien dapat lebih mengenal petugas atau sebaliknya
 Agar pasien dapat berpartisipasi dalam proses penyembuhan penyakitnya
 Perawat dapat lebih dekat dengan pasien

b. Kerugian
Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa kurang nyaman serta
privasinya terganggu.

6. Hal-Hal Penting yang Menjadi Perhatian


Masalah yang biasanya terdapat dalam metode ini adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada prosedur keperawatan
2. Persiapan sebelum praktek kuarang memadai
3. Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde keperawatan
4. Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan

E. Studi Kasus
1. Pengertian
Menurut Depdikbud (1997: 2) menjelaskan bahwa “studi kasus adalah suatu
studi atau analisa yang komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik, bahan
dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri karakteristik berbagai jenis masalah atau
tingkah laku menyimpang baik individu maupun kelompok”.Menurut Wibowo (1984:
79) menjelaskan bahwa “studi kasus adalah suatu teknik untuk mempelajari keadaan
dan perkembangan seseorang secara mendalam dengan tujuan untuk mencapai
penyesuaian diri yang lebih baik”.Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka
penulis menyimpulkan bahwa studi kasus adalah suatu teknik yang mempelajari
keadaan seseorang secara detail dan mendalam, baik fisik maupun psikisnya.
Selanjutnya dapat meningkatkan perkembangan dan upaya untuk membantu
individu, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungannya.
Studi kasus merupakan teknik mengadakan persiapan konseling yang memakai ciri-
ciri yaitu mengumpulkan data yang lengkap, bersifat rahasia, terus menerus secara
ilmiah, dan data diperoleh dari beberapa pihak. (Mungin Eddy Wibowo, 1984: 80)

2. Tujuan dan Manfaat


 Studi kasus merupakan teknik untuk mengentaskan permasalahan siswa melalui
pendekatan yang mendalam dan melalui tahap-tahap pengamatan dan penelitian
yang digunakan untuk mengetahui penyebab permasalahan yang dialami siswa.
 Untuk memahami individu secara mendalam tentang perkembangan individu dalam
penyesuaian dengan lingkungan.
 Untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan, individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat.
 Untuk memahami individu secara mendalam guna membantu individu mencapai
penyesuaian yang lebih baik

3. Langkah-Langkah
Menurut Depdikbud Dirjen Dikdas dan Umum (1997: 15) langkah-langkah dalam
pelaksanaan studi kasus adalah sebagai berikut:
 Mengenali gejala
 Membuat suatu deskripsi kasus secara obyektif, sederhana, dan jelas
 Mempelajari lebih lanjut aspek yang ditemukan untuk menentukan jenis
masalahnya.
 Jenis masalah yang sudah dikelompokkan, dijabarkan dengan cara menyumbang
ide-ide yang lebih rinci
 Membuat perkiraan kemungkinan penyebab masalah.
 Membuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul dan jenis bantuan yang
diberikan baik bantuan langsung guru pembimbing atau perlu konferensi kasus atau
alih tangan kasus (referal case).
 Kerangka berpikir untuk menentukan langkah-langkah menangani dan
mengungkap kasus.
 Perkiraan penyebab masalah itu membantu untuk mempelajari jenis informasi yang
dikumpulkan dalam teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi atau data.
 Langkah pengumpulan data terutama melihat jenis informasi atau data yang
diperlukan seperti antara lain kemampuan akademik, sikap, bakat, dan minat, baik
melalui teknik tes maupun teknik non test.

5. Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan :
 Bersifat kontinue dan konfrehensif
 Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit ( Gillies,1998). Keuntungan yang
dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan
secara individu. Selain itu asuhan diberiakan bermutut tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan
advokasi sehingga pasien merasa puas.
 Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan
komprehensif.
 Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
 Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

Kerugian :
 Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
 Membutuhkan banyak tenaga
 Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
 Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab
klien bertugas.

6. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan


 Semua jenis informasi yang diperlukan, baik kemampuan akademik, keadaan
sosial, psikologis, termasuk bakat, minat, keadaan keluarga maupun keadaan fisik.
Informasi itu dipelajari melaui berbagai cara termasuk wawancara, kunjungan
rumah, observasi, dan catatan komulatif.

7. Pendokumentasian Asuhan
1. Pengertian
Dokumentasi keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat, berkaitan dengan pencatatan dan penyimpanan informasi yang lengkap
dan benar, tentang keadaan pasien selama dirawat. Kegiatan konsep
pendokumentasian meliputi ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan
pendokumentasian proses keperawatan, dan ketrampilan standart (Nursalam, 2001).
Pendokumentasian asuhan adalah trik atau cara perawat dalam mencatat atau
menyimpan data-data valid pasien beserta rencana tindakan, tindakan dan evaluasi
yang dilakukan selama masa perawatan.

2. Tujuan
 Untuk bahan pertanggungjawaban atas tindakan yang telah dilakukan
 Untuk bahan kajian tindakan selanjutnya
 Untuk menjadi tolak ukur perkembangan pasien

3. Manfaat
 Dokumentasi sebagai barang bukti, hal ini dilakukan apabila sewaktu-waktu terjadi
gugatan pada perawat.
 Dapat digunakan untuk identifikasi perkembangan pasien
 Dapat memberikan informasi kepada perawat yang lain
 Menentukan biaya perawatan
 Sebagai bahan pengembangan profesi keperawatan

4. Langkah langkah / Prosedur / Tahapan Pelaksanaan


1) Pengkajian
Pada tahap pengkajian diperlukan kemampuan untuk mencari data selengkap-
lengkapnya agar data yang di dapat benar-benar valid. Pengkajian menjadi penentu
berhasil atau tidaknya pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan penghimpunan serta pencatatan data-
data kebutuhan seseorang yang sifatnya asli dan tidak mengada-ada serta
sesuai dengan apa yang disampaikan klien atau hasil pengamatan perawat.
Data ini dapat dibedakan menjadi dua jenis :
1) Data objektif, yaitu data yang dapat dlihat, diobservasi, dan diukur oleh
perawat. Misalnya nadi pasien 78 kali/menit dan klien tampak meringis atau
menahan sakit.
2) Data subjektif, yaitu data yang merupakan pernyataan yang disampaikan oleh
klien. Misalnya “perut saya nyeri di ulu hati sejak 3 hari yang lalu”.
b. Sumber data
Untuk mendapatkan data, perawat tidak hanya berorientasi pada pasien tetapi
juga dapat pada keluarga atau orang yang mengenal pasien, tenaga kesehatan,
rekam medis klien, serta hasil pemeriksaan seperti rontgen, CT-Scan, dan USG.
c. Cara pengumpulan data
 Wawancara
Wawancara terjadi antara perawat dan pasien dengan pembicaraan terarah.
 Observasi
Merupakan pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan hal-hal
yang terjadi pada klien yang menunjukkan tingkat kesehatan.
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan bentuk pengumpulan datat yang sangat penting
karen menentukan letak kelainan pada tubuh klien. Pemeriksaan fisik
dilakukan secara keseluruhan dari kepala sampai ke ujung kaki yang meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pengelompokan data atau analisis data
Setelah data pasien terkumpul,selanjutnya data dipisah-pisahkan ke
dalam kelompok-kelompok tertentu.
a. Data fisiologis/biologis
b. Data psikologis
c. Data social
d. Data spiritual

2) Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan kepastian atau hasil yang pasti tentang
masalah yang dialami klien serta sesuatu yang dapat diubah melalui tindakan
keperawatan yang akan disusun pada rencana keperawatan. Diagnosa
keperawatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Diagnosis Keperawatan Aktual
Merupakan diagnosis keperawatan yang ditegakkan karena adanya masalah
yang sifatnya nyata dan ada pada saat pengkajian. Contohnya, suhu badan 38,5
C , bibir pecah-pecah, pasien diare 7x sehari dan banyak, dan turgor kulit jelek.
Maka diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah hipertermi
berhubungan dengan intake output tidak adekuat (diare).

b. Diagnosa keperawatan potensial


Merupakan diagnosa yang menjelaskan bahwa apabila tidak dilakukan
tindakan keperawatan maka masalah yang belum ada mungkin saja bisa muncul
atau beresiko terjadi. Misalnya : Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi.
Sebagai perumusannya dibuat rumus diagnosa keperawatan ini. Untuk
mempermudah menghafal, digunakan iatilah PES atau PE. Atau Sifat yang
hakiki dalam merumuskan diagnosa keperawatan yaitu :
 Beroroentasi kepada kebutuhan dasar manusia (hirarki Maslow)
 Menggambarkan tnggapan (respons) indiidu terhadp proses sikit,
kondisi, dan situasi
 Berubah bila tanggapan (respon) pasien berubah

3) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah uraian tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan diagnosoa dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tahap awal.
Tujuan dari perencanan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan klien yang
terganggu atau beresiko terganggu.
Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan :
a. Menentukan urutan prioritas
Pada tahap ini perawat melakukan pemilihan masalah yang paling prioritas
atau paling awal harus di jadikan diagnosa agar nantinya dalam perencanaan
diagnosa dapat diselesaikan terlebih dahulu.
Pertimbangan yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan prioritas
masalah adalah :
1) Perioritas tertinggi diberikan pada masalah kesehatan yang mengancam
kehidupan atau keselamatan pasien
2) Masalah nyata yang sedabf dialami diberi perhatian lebih daripada masalah
yang mungkin (potensial)
3) Memperhatikan pola kebutuhan dasar manusia menurut hirarki Maslow
b. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
Tujuan keperawatan dalam perencanaan ini berorientasi pada hasil yang
ingin dicapai dalam melakukan asuhan keperawatan. Terdapat dua tujuan dalam
perencanaan keperawatan yaitu :
a. Tujuan jangka pendek, merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu yang relatif cepat seperti setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam suhu tubuh klien turun.
b. Tujuan jangka panjang, merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu yang relatif lama bahkan sampai pasien pulang. Misalnya Tuan
herman dapat berjalan tanpa alat bantu pada saat pulang.
c. Menentukan rencana tindakan keperawatan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun rencana keperawatan :
1. Bentuk tindakan yang akan dilakukan
2. Alasan dilakukannya tindakan
3. Waktu melakukan tindakan
4. Pelaku tindakan
5. Cara melakukan tindakan

4) Tindakan Keperawatan (Implementasi Keperawatan)


Tindakan keperawatan merupakan action atau bentuk nyata dari rencana
yang telah disusun dengan tujuan agar kebutuhan klien dapat terpenuhi
sepenuhnya.
Langkah – Langkah Tindakan Keperawatan :
Tindakan keperawatan terdiri atas langkah persiapan dan langkah
pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan
1) Langkah persiapan
Dalam persiapan tenaga perawat harus memahami rencana yang sebelumnya
telah dibuat, menentukan alat dan bahan sesuai dengan SOP dan menyiapkan
lingkungan yang terapeutik.
2) Langkah pelaksanaan
Pada tahap ini perawat harus bekerja sesuai dengan SOP yang ada dengan
tidak melupakan keselamatan dan keamanan diri, pasien maupun lingkungan.
Setelah selesai tindakan perawat tidak boleh lupa untuk mencatat semua
tindakan yang telah dilakukan sebagai bukti pertanggungjawaban atas semua
yang telah dilakukan.

5) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang harus ada sebagai penilaian dari
tindakan atau pencapaian yang telah dilakukan. Evaluasi berguna untuk melihat
hal-hal yang masih dirasa kurang untuk dapat diperbaiki. Dalam evaluasi biasanya
akan didapatkan hasil berupa tujuan tercapai, tercapai sebagian atau bahkan tidak
tercapai.
Langkah-Langkah evaluasi :
1) Mengumpulkan data perkembangan pasien
2) Menafsirkan perkembangan pasien
3) Membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilkukan tindakan dengan
menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
4) Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal
yang berlaku.

8. Hal hal penting yang menjadi perhatian


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian menurut
Potter dan Perry dalam Nur salam(2001), memberikan panduan sebagai petunjuk
cara pendokumentasian dengan benar yaitu :
1) Jangan menghapus dengan tipe -x atau mencoret tulisan yang salah. Cara
yang benar adalah dengan membuat satu garis pada tulisan yang salah, tulis
kata “salah” lalu diparaf kemudian tulis catatan yang benar.
2) Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien ataupun tenaga
kesehatan lain. Tulislah hanya uraian obyektif perilaku klien dan tindakan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
3) Koreksi kesalahan sesegera mungkin.
4) Catat hanya fakta catatan harus akurat dan realible.
5) Jangan biarkan pada catatan akhir perawat kosong.
6) Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan
bahasa yang lugas.
7) Catat hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.
8) Hindari penulisan yang bersifat umum. Tulisan harus lengkap, singkat, padat
dan obyektif.
9) Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan tanda
tangan.
Dengan demikian dokumentasi keperawatan harus bersifat obyektif, akurat
dan menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi pada diri klien.
Sehingga apabila diperlukan, dokumentasi ini dapat menunjukkan bahwa
perawat telah mencatat dengan benar dan tidak bertentangan dengan kebijakan
atau peraturan institusi pemberi pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Jakarta. EGC


https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/viewFile/2954/2128
Diakses tanggal 1 Mei 2018
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8454/6.%20BAB%20II.pdf?sequence=7&is
Allowed=y
Diakses tanggal 1 Mei 2018
http://eprints.umk.ac.id/1014/3/BAB_II.pdf
Diakses tanggal 1 Mei 2018
http://eprints.ners.unair.ac.id/534/1/Pendidikan_Dalam_Keperawatan.pdf
Diakses tanggal 1 Mei 2018
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/60
Diakses tanggal 1 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai