STRUKTUR BETON I
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunianya-lah sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Uji Kuat Tekan Beton di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Warmadewa dengan
baik.
Akhir kata kami harapkan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan kepada pembaca. Adapun laporan ini masih memiliki kekurangan. Maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum................................................................................2
1.3 Manfaat Praktikum..............................................................................2
1.4 Lingkup Praktikum..............................................................................2
1.5 Tempat Dan Waktu Praktikum.............................................................3
BAB II TAHAPAN PRAKTIKUM...........................................................................4
2.1 Pengujian Agregat Halus.....................................................................4
2.1.1 Alat Dan Bahan........................................................................4
2.1.2 Langkah Kerja..........................................................................4
2.2 Pengujian Agregat Kasar.....................................................................5
2.2.1 Alat Dan Bahan........................................................................5
2.2.2 Langkah kerja..........................................................................5
2.3 Rancangan Campuran Beton...............................................................6
2.4 Pembuatan Benda Uji..........................................................................7
2.5 Pengujian Slump................................................................................12
2.6 Perawatan Beton................................................................................13
2.7 Pengujian Kuat Tekan Beton.............................................................13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................14
3.1 Pemeriksaan Kadar Air......................................................................14
3.1.1 Agregat Halus (Pasir Karangasem)........................................14
3.1.2 Agregat Kasar (Batu Pecah)..................................................15
ii
3.2 Pemeriksaan Kadar Lumpur..............................................................16
3.2.1 Agregat Halus (pasir karangasem).........................................16
3.2.2 Agregat Kasar (Batu Pecah)..................................................17
3.3 Pemeriksaan Gradasi.........................................................................19
3.4 Rancangan Campuran Beton.............................................................21
3.4.1 Rencana Campuran Beton.....................................................21
3.5 Pengujian Slump................................................................................22
3.6 Pengujian Kuat Tekan Beton.............................................................22
3.7 Penyebab Kegagalan Kuat Tekan Beton............................................23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................24
4.1 Kesimpulan........................................................................................24
4.2 Saran..................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25
LAMPIRAN................................................................................................................26
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil, dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan untuk
bangunan pondasi, kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil hidro,
beton digunakan untuk bagunan air seperti bendung, bendungan, saluran dan drainase
perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan
rigid pavement (lapis keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong,
dan lainnya. Jadi beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil.
Artinya semua struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam
pekerjaan pondasi (Mulyono, 2003).
Karena beton sering digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil,
maka mutu beton yang akan digunakan perlu diperhatikan. Mutu beton ini sangat
mempengaruhi nilai kuat beton itu sendiri. Mutu beton dipengaruhi oleh parameter-
parameter seperti kualitas semen, kebersihan agregat, takaran dari bahan-bahan
pembentuk beton, dll.
Masalah yang sering dihadapi dalam pembuatan beton adalah bagaimana cara
merencanakan takaran dari bahan-bahan pembentuk beton (job mix design) agar
mendapatkan nilai kuat tekan beton yang diinginkan. Maka dari itu perlu dilakuan
percobaan-percabaan agar mendapatkan takaran yang tepat agar beton yang dibuat
mencapai nilai kuat tekan sesuai dengan yang diinginkan.
1
1.2 Tujuan Praktikum
Dari melakukan praktikum ini, manfaat yang di dapat adalah sebagai berikut:
Pada praktikum pengujian kuat tekan beton ini, lingkup dalam melaksanakan
praktikum adalah sebagi berikut:
2
Tabel 1.1 Tempat Dan Waktu Praktikum
Tanggal Waktu
No Tempat Praktikum Keterangan
Praktikum Praktikum
Laboratorium Teknik
14-15 Juni 13.00 WITA- Pengujian
1. Sipil Universitas
2017 selesai Material
Warmadewa
Laboratorium Teknik
13.00 WITA- Pencampuran
2. Sipil Universitas 22 Juni 2017
selesai Material
Warmadewa
Laboratorium Teknik
13.00 WITA- Pengujian Kuat
3. Sipil Universitas 04 Juli 2017
selesai Tekan Beton
Warmadewa
3
BAB II
TAHAPAN PRAKTIKUM
Dalam praktikum ini agregat halus yang digunakan adalah pasir yang berasal
dari Karangasem. Adapun alat dan bahan serta langkah kerja dalam pengujian agregat
halus adalah sebagai berikut.
Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian agregat halus:
1. Pasir Karangasem.
2. Timbangan.
3. Cawan.
4. Cetok.
5. Oven.
6. Mesin Pengayakan.
7. Gelas ukur.
4
6. Setelah melakukan penimbangan kembali, dilanjutkan dengan
pengayakan agregat untuk mengetahui besaran butiran agregat
tersebut.
7. Hasil ayakan pasir yang tertinggal di pan dimasukan ke dalam gelas
ukur dan diamkan selama 2 jam.
Pada umumnya agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton adalah
krikil. Dalam praktikum ini agregat kasar yang digunakan adalah krikil yang berasal
dari Karangasem. Adapun alat dan bahan serta langkah kerja dalam pengujian agregat
kasar adalah sebagai berikut.
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian agregat kasar:
1. Krikil Karangasem
2. Timbangan.
3. Cawan.
4. Cetok.
5. Oven.
6. Mesin Pengayakan.
7. Gelas ukur.
Berikut adalah langkah kerja yang digunakan dalam pengujian agregat kasar:
1. Siapkan kerikil.
3. Timbang berat cawan kosong.
4. Timbang berat kerikil yang dimasukan ke dalam cawan.
5. Setelah ditimbang masukan kerikil dan cawanya ke dalam oven selama
1 hari.
5
6. Setelah di oven, cuci kerikil sampai bersih, untuk menghilangkan
kotoran yang menempel di kerikil.
7. Setelah dicuci masukan kembali ke dalam oven selama 1 hari.
8. Setelah di oven dilanjutkan dengan pengayakan agregat.
9. Agregat yang berhasil lolos pada saringan no. 16 ditimbang kembali.
6
dianjurkan untuk ukuran butir maksimum 20 mm, dengan nilai
slump 30-60 mm sehingga didapat presentase 42%.
3. Presentase jumlah agregat kasar = 100% - presentase jumlah
agregat halus = 58%.
Berikut adalah alat dan bahan serta langkah kerja dalam pembuatan benda uji.
7
1. Bahan disiapkan kemudian ditimbang (pasir, kerikil, air dan
semen) sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan untuk 3
benda uji,
8
4. Setelah adonan cukup plastis lalu dimasukan kedalam kerucut
abrams dan ukur nilai slumpnya.
9
Gambar 2.5 Uji Slump
10
Gambar 2.7 Kerikil tersebar merata dalam cetakan
A. Kerucut Abrams:
1. Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka,
2. Diameter atas 10 cm,
3. Diameter bawah 20 cm,
4. Tinggi 30 cm.
B. Batang besi:
1. Diameter 16 mm,
2. Panjang 60 cm,
3. Ujung dibulatkan.
C. Alas: rata, tidak menyerap air.
D. Langkah pengujian:
1. Kerucut Abrams diletakkan di atas bidang alas yang rata dan
tidak menyerap air.
11
2. Kerucut diisi adukan beton sambil ditekan supaya tidak
bergeser.
3. Adukan beton diisikan dalam 3 lapis, masing-masing diatur
supaya sama tebalnya (1/3 tinggi kerucut Abrams),
4. Setiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang penusuk
sebanyak 36 kali.
5. Setelah selesai, bidang atas diratakan.
6. Dibiarkan ½ menit (sambil membersihkan sisa jatuhan
beton di samping kerucut Abrams).
7. Kerucut ditarik vertikal ke atas dengan hati-hati, tidak boleh
diputar atau ada gerakan menggeser selama menarik kerucut,
8. Diukur penurunan puncak beton segar yang diuji slump-nya.
Perawatan benda uji dilakukan selama 14 hari dengan cara direndam di dalam
ember yang berisi air.
12
2.7 Pengujian Kuat Tekan Beton
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang terkandung
dalam agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat semula dengan berat
agregat setelah kering oven maka semakin banyak pula air yang dikandung oleh
agregat tersebut dan sebaliknya. Karena besar kecilnya kadar air berbanding lurus
dengan jumlah air yang terkandung dalam agregat maka semakin besar jumlah air
yang terkandung dalam agregat maka semakin besar pula kadar air agregat itu dan
sebaliknya. Akan tetapi bila berat kering oven besar maka kadar air akan semakin
kecil dan sebaliknya (Sebastyan, 2012).
Adapun hasil pemeriksaan kadar air pada agregat halus dapat dilihat pada
tabel berikut:
14
Kadar air agregat halus sebesar 2.31%, dan nilai ini tidak memenuhi standar
spesifikasi kadar air yaitu 0-1% (ASTM C-556), Dengan demikian perhitungan
campuran adukan beton perlu menambah ataupun mengurangi jumtah air ke dalam
campuran. Kadar air pada agregat perlu diketahui untuk menghitung jumlah air yang
perlu dalam campuran adukan beton sesuai nilai fas. Selain itu kadar air
mempengaruhi pengembangan volume agregat halus. Agregat halus berbutir halus
mengalami pengembangan volume yang lebih besar daripada agregat halus berbutir
kasar (Sitompul, 2012).
Berikut merupakan hasil pemeriksaan kadar air pada agregat kasar yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Kadar air agregat kasar sebesar 4.24%, dan nilai ini tidak memenuhi standar
spesifikasi kadar air yaitu 0-3% (ASTM C-566). Hal ini mungkin disebabkan material
yang diperiksa telah kering terkena sinar matahari langsung sebelum dilakukan
penelitian. Kadar air pada agregat perlu diketahui untuk menghitung jumlah air yang
perlu dalam campuran adukan beton sesuai nilai fas. Dengan demikian perhitungan
15
campuran adukan beton perlu menambah jumlah air ke dalam campuran (Sitompul,
2012).
Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan agregat dan
lolos ayakan No. 200. Kandungan kadar lumpur pada permukaan butiran agregat akan
mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat sehingga akan
mengurangi kekuatan dan ketahanan beton. Lumpur dan debu halus hasil pemecahan
batu adalah partikel berukuranantara 0.002 mm s/d 0.006 mm (2 s/d 6 mikron).
Adanya lumpur dan tanahliat menyebabkan bertambahnya air prngaduk yang
diperlukan dalam pembuatan beton, disamping itu pula akan menyebabkan turunnya
kekuatan beton yang bersangkutan serta menambah penyusutan dan creep. Untuk
mendapatkan kuat tekan beton yang tinggi dapat dilakukan dengan cara
meminimalkan kandungan lumpur yang terkandung dalam agregat halus ataupun
kasar (Maulidawati, 2014).
Adapun hasil pemeriksaan kadar lumpur pada agregat halus dapat dilihat pada
tabel berikut:
16
Tabel 3.4 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Halus
No Keranjang
No Uraian A B
(gr) (gr)
Tinggi agregat halus +
1 8.6 7.3
lumpur
2 Tinggi agregat halus 8.4 7.1
Presentase kadar lumpur
3 2.32 2.74
(%)
Presentase rata – rata (%) 2.53
Kadar lumpur agregat halus sebesar 2.53%, dan nilai ini memenuhi standar
spesifikasi kadar lumpur yaitu < 5% (PBI 71 hal 23 point 3). Lumpur yang menempel
pada permukaan agregat dapat menghalangi terjadinya lekatan yang baik antara
agregat dan pasta semen. Nilai kadar lumpur yang kecil menandakan kandungan
lempung atau kotoran pada agregat sedikit. Dengan demikian agregat ini dapat
digunakan sebagai material pembentuk beton. Nilai kadar lumpur agregat halus pasir
alam asal Karangasem. Selain itu agregat halus tersebut telah terkena hujan sebelum
dilakukan pemeriksaan terhadap kadar lumpur (Sitompul, 2012).
Berikut merupakan hasil pemeriksaan kadar lumpur pada agregat kasar yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
17
Tabel 3.5 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Kasar
No Keranjang
No Uraian A B
(gr) (gr)
1 Berat Batu Pecah Oven 1000 1000
18
3.3 Pemeriksaan Gradasi
Berikut adalah hasil pemeriksaan gradasi agregat halus dan kasar yang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
19
Gambar 3.9 Daerah Gradasi Agregat Halus
20
Modulus halus butir (MHB) didefinisikan sebagai jumlah persen komulatif
dari butir agregat yang tertinggal di atas satu set ayakan. Makin besar nilai MHB
makin besar butir agregatnya. Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar
1.50-3.8 dan krikil mempunyai nilai MHB 5-8 (Mulyono, 2003).
Pada
Agregat kondisi
Proporsi Semen SSD (kg)
Air (kg)
Campuran (kg)
Halus Kasar
1 silinder ukuran
150 mm × 300 2,36 1,3 4,4 6,05
mm
umumnya untuk kuat tekan beton f’c 25 MPa rancangan komposisi campuran
betonnya adalah 1 : 1.93 : 2.78 (Nuryani, 2005). Dari hasil praktikum didapat
perbandingan takaran bahan penyusun beton mutu f’c 25 MPa untuk 1 m3 yaitu 362 :
734 : 974 (1 : 2 : 2.7).
21
3.5 Pengujian Slump
Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan
konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran beton segar (fresh
concrete) untuk menentukan tingkat workability-nya. Kekakuan dalam suatu
campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump
menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air (Fuga,
2012).
Berdasarkan Job Mix Design digunakan nilai Slump antara 30-60 mm. Dari
hasil uji slump didapatkan keruntuhan sebesar 5,5 cm, sehingga memenuhi syarat.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan agar dapat mengetahui kuat tekan beton
yang diuji. Jika umur beton yang dikehendaki saat diuji belum mencapai 28 hari,
maka harus dikonversi juga dengan konstanta sebagai berikut:
Berikut ini merupakan hasil pengujian kuat tekan beton f’c 25 MPa untuk
masing-masing benda uji pada umur 14 dan 28 hari yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.10 Hasil uji kuat tekan beton pada masing-masing benda uji
Kuat Kuat Tekan Kuat Tekan
Benda Berat Luas
Tekan Umur 14 Umur 28
Uji (kg) (mm2)
(kN) hari (MPa) hari (MPa)
1 12 17662.5 280 15.85 18.02
2 11.65 17662.5 200 11.32 12.86
22
3 11.82 17662.5 220 12.45 14.15
Rata-rata 15.00
Banyak hal yang biasanya menjadi penyebab gagalanya kuat tekan benda uji
dengan kuat tekan yang sudah direncankan. Berikut faktor-faktor penyebab gagalnya
kuat tekan yang telah direncanakan menurut SNI 03-6815-2002:
A. Variasi yang disebabkan oleh teknik pembuatan. Pengangkatan dan
pemeliharaan silinder yang baru dibuat, kualitas mold yang jelek.
B. Ukuran butir agregat, penyerapan, bentuk partikel.
C. Prosedur pengujian yang kurang baik.
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Banyak hal yang biasanya menjadi penyebab gagalanya kuat tekan benda uji
dengan kuat tekan yang sudah direncankan. Maka dari itu saat melaksanakan
praktikum harus memperhatikan prosedur yang benar agar hasil dari praktikum sesuai
dengan yang diharapkan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Fuga. (2012, Juni 15). Concrete Slump Test - Uji Slump Beton. Retrieved from Kuliah
Insinyur: http://kuliahinsinyur.blogspot.co.id/2012/06/concrete-slump-test-uji-
slump-beton.html#.WWc-R4iGPIU
Maulidawati, G. (2014, 11). Pengujian Bahan Agregat. Retrieved Juli 13, 2017, from
GM PROJECT: http://ginamlda.blogspot.co.id/2014/11/pengujian-kadar-
lumpur-agregat.html
Nuryani. (2005). Pengaruh Rasio Tulangan Pada Berbagai Mutu Beton Terhadap
Penguatan Tarik Baja Tulangan Beton Bertulang (Tension Stiffening Effect).
Mutu Beton Terhadap Penguatan Tarik Baja Tulangan Beton Bertulang
(Tension Stiffening Effect), 19. Retrieved Juli 18, 2017, from
http://eprints.undip.ac.id/12068/1/2005MTS4721.pdf
Sebastyan, R. S. (2012, Juli 16). Pengujian Kadar Air Agregat. Retrieved from
Teknik Sipil WA Civil Engeneering:
https://rahmadsigit.wordpress.com/2012/07/16/pengujian-kadar-air-agregat/
25
LAMPIRAN
26
Gambar Tes Slump
27
Gambar Merojok adonan dalam cetakan silinder
28
Gambar Hasil uji tekan beton
29