Anda di halaman 1dari 22

HUKUM INTERNASIONAL

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pengantar Hukum Indonesia


dari Hj. Tuti Rastuti, S. H., M. H

Disusun oleh
MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN
NPM. 151000126

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG


FAKULTAS HUKUM
Jalan Lengkong Besar No. 68, No. Telepon (022) 4262194, Bandung,
Jawa Barat 40261
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah yang dikaruniakanNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Hukum Internasional. Sesuai dengan namanya, sebuah makalah memang tidak
dimaksudkan sebagai buku materi atau buku panduan, melainkan didalamnya terdapat
pembahasan dan rincian-rincian mengenai hasil dari beberapa sumber yang telah penulis
dapatkan.
Penyusunan makalah ini penulis mendapatkan berbagai kesulitan, baik dalam
penyusunan, pengumpulan data dan dalam hal yang lainnya. Akan tetapi, berkat
pertolonganNyalah akhirnya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan.
Adapun penyusunan makalah ini berdasarkan pada rincian-rincian data yang telah penulis
dapatkan dari berbagai sumber.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Hj. Tuti Rastuti, S. H., M. H., sebagai dosen matakuliah Bahasa Indonesia Hukum yang
telah memberikan tugas ini kepada penulis.
2. Orangtua penulis yang telah memberikan dukungan, dorongan, bantuan, serta
memberikan doa restunya sehingga terselesaikannya makalah ini.
3. Saudara-saudara dan rekan-rekan penulis, yang senantiasa memberikan support
semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis memahami dan menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Namun,
penulis telah berusaha menyusun makalah dengan usaha terbaik yang penulis miliki. Akhirnya
penulis menyampaikan terima kasih kepada segenap yang telah mendukung terselesaikannya
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Amiin Ya Allah Ya
Rabbal Alamiin Ya Mujibas Sailin.

Bandung, 27 Desember 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


A. Definisi Hukum Internasional .......................................................... 3
B. Hakikat Hukum Internasional ........................................................... 4
C. Jenis-Jenis Hukum Internasional ...................................................... 5
D. Sumber Hukum Internasional ........................................................... 5
E. Asas-asas Hukum Internasional ........................................................ 8
F. Subjek Hukum Internasional ............................................................ 10
G. Fungsi Hukum Internasional ............................................................ 12
H. Tujuan Hukum Internasional ............................................................ 13
I. Sejarah dan Perkembangan Hukum Internasional ............................ 14
J. Peran Hukum Internasional Terhadap Perdamaian Dunia ............... 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16


A. Kesimpulan ....................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan mengenai hukum internasional selalu memberikan kesan yang menarik untuk
di bahas. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang tinggi pada setiap orang. Secara
teori hukum internasional mengacu pada peraturan-peraturan dan norma-norma yang mengatur
tindakan negara-negara dan kesatuan lain yang pada suatu saat akan diakui
mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya organisasi internasional dan individu,
dalam hal hubungan satu dengan yang lainnya.
Negara-negara perlu hidup bersama-sama. Hukum internasional disusun dan lahir
karena kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban dan perdamaian dunia. Suatu
sistem yang bertujuan untuk menjadikan suatu negara untuk berpartisipasi, utama dari sistem
hukum internasional yaitu negara-negara yang semuanya diperlakukan sebagai pemilik
kedaulatan yang sama.
Seiring perkembangan zaman, hukum internasional juga terus berkembang. Sejak
pergaulan internasional makin meningkat menjelang abad ke-19 hukum internasional telah
menjadi suatu sistem universal dan pada abad ke-20 telah merupakan suatu perluasan yang tidak
ada tandingannya.
Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang cukup penting di
masyarakat internasional sejak awal abad ke- 20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk menciptakan
hubungan-hubungan antara negara yang lebih baik berdasarkan prinsip perdamaian dan
keamanan internasional.
Hal itulah yang sangat menarik untuk dibahas, maka penulis mengangkat judul hukum
internasional untuk makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1. Apa definisi hukum internasional?
2. Bagaimana hakikat hukum internasional?
3. Apa jenis-jenis hukum internasional?
4. Apa sumber hukum internasional?
5. Apa asas-asas hukum internasional?
6. Apa subjek hukum internasional?
7. Apa fungsi hukum internasional?

1
2
8. Apa tujuan hukum internasional?
9. Bagaimana sejarah dan perkembangan hukum internasional?
10. Bagaimana peran hukum internasional terhadap perdamaian dunia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui definisi hukum internasional.
2. Mengetahui hakikat hukum internasional.
3. Mengetahui jenis-jenis hukum internasional.
4. Mengetahui sumber hukum internasional.
5. Mengetahui asas-asas hukum internasional.
6. Mengetahui subjek hukum internasional.
7. Mengetahui fungsi hukum internasional.
8. Mengetahui tujuan hukum internasional.
9. Mengetahui sejarah dan perkembangan hukum internasional.
10. Mengetahui peran hukum internasional terhadap perdamaian dunia.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menyebarluaskan informasi tentang hukum internasional.
2. Mempermudah pembaca untuk mengatahui informasi tentang hukum internasional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum Internasional


Hubungan internasional menurut buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar
Negeri RI (Restra) adalah hubungan antar bangsa dalam segala aspeknya yang dilakukan oleh
suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional negara tersebut. Hukum internasional
adalah hukum yang berlaku di dua negara atau lebih yang mengatur tentang aktivitas berskala
Internasional. Hukum Internasional merupakan hukum antar negara atau antar bangsa yang
menunjukkan pada kompleks asas dan kaidah yang mengatur hubungan antar masyarakat
bangsa-bangsa atau negara.
Berikut ini diuraikan tentang pengertian hubungan internasional menurut pendapat
beberapa ahli, diantaranya:
1. Prof Dr. Mochtar Kusumaatmaja, S. H
Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara antara negara dengan
negara, negara dengan subjek hukum internasional lainnya.
2. Warsito Sunaryo
Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi antara jenis kesatuan-
kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi
interaksi. Adapun yang dimaksud kesatuan-kesatuan sosial tertentu bisa diartikan
sebagai negara, bangsa, maupun organisasi negara sepanjang hubungan bersifat
internasional.
3. Tygve Nathiessen
Hubungan Internasional merupakan bagian dari ilmu politik dan karena itu komponen-
komponen Hubungan Internasional meliputi politik internasional, organisasi, dan
administrasi internasional dan hukum internasional.
4. Charles A. MC. Clelland
Hubungan internasional adalah studi tentang keadaan-keadaan relevan yang
mengeilingi interaksi.
5. Hugo de Groot
Hubungan internasional didasarkan pada kemauan bebas dan persetujuan dari beberapa
atau semua negara.

3
4

6. Drs. Suwardi Wiraatmaja, M. A.


Hubungan Internasional lebih sesuai untuk mencakup segala macam hubungan antar
kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia.

B. Hakikat Hukum Internasional


Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan peraturan-peraturan
dan ketetntuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara-negara dan
subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional. Definisi hukum
internasional yang diberikan oleh para pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti
oppenheim dan brierly, terbatas pada negara sebagi satu-satunya pelaku hukum dan tidak
memasukkan subjek hukum lainnya.
Namun dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad ke-20 dan pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian
meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku
organisasi internasional, kelompok-kelompok supranasional, dan gerakan-pembebasan
pembebasan nasional. Bahkan, dalam hal tertentu, hukum internasional juga diberlakukan
terhadap individu-individu dalam hubungannya dengan negara-negara.
Sedangkan menurut pendapat Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H. Hukum
Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asa-asas hukum dan mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas-batas negara yaitu hubungan internasional yang tidak
bersifat perdata.
Selain itu hukum internasional dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang
untuk sebagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya
negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati dan karenanya benar-benar ditaati secara
umum dalam hubungan-hubungan mereka satu sama lain, dan meliputi juga:
1. Kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan berfungsinya lembaga-lembaga atau
organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan antara mereka satu sama lain,
dan hubungan mereka dengan negara-negara dan individu-individu.
2. Kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan individu-individu dan badan-
badan non-negara sejauh hak-hak dan kewajiban individu dan badan non-negara
tersebut penting bagi masyarakat internasional.
5

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum internasional


adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasional atau merupakan
keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara antara negara dengan negara serta negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau
subyek hukum bukan negara satu sama lain.

C. Jenis-jenis Hukum Internasional


Terdapat dua macam hukum internasional diantaranya, yaitu:
1. Hukum publik internasional merupakan hukum internasional yang mengatur antara
negara yang satu dengan lainnya dalam hubungan internasional (hukum ini disebut
hukum antarnegara).
2. Hukum perdata internasional merupakan hukum internasional yang mengatur antara
warga negara pada suatu negara dengan warga negara yang berasal dari negara lain
(hukum ini disebut hukum antar bangsa).

D. Sumber-sumber Hukum Internasional


Istilah sumber hukum internasional memiliki makna materiil dan makna formal. Sumber
hukum dalam arti materiil mempersoalkan isi/materi hukum, sedangkan sumber hukum dalam
arti formal mempersoalkan bentuk atau wadah aturan hukum. Berikut ini penjelasan mengenai
dua sumber hukum internasional, yaitu materil dan formal.
1. Sumber Hukum Materil
Sumber hukum material adalah sumber hukum yang membahas materi dasar
tentang substansi dari pembuatan hukum itu sendiri atau prinsip-prinsip yang
menentukan isi ketentuan hukum internasional yang berlaku.
Sumber hukum material juga dapat diartikan sebagai dasar kekuatan
mengikatnya hukum internasional. Ada beberapa teori yang menjelaskan dasar
kekuatan mengikatnya hukum internasional. Teori-teori tersebut seperti berikut.
a. Teori Hukum Alam (Naturalist)
Menurut para penganut ajaran hukum alam, dasar kekuatan mengikatnya hukum
internasional karena hukum internasional tersebut merupakan bagian dari hukum
yang lebih tinggi, yaituhukum alam. Ajaran hukum alam telah berhasil
menimbulkan keseganan terhadap hukum internasional dan telah meletakkan dasar
moral dan etika yang berharga bagi hukum internasional, juga bagi perkembangan
selanjutnya.
6

Tokoh teori hukum alam adalah Hugo Grotius. Hugo Grotius mendasarkan sistem
hukum internasional atas berlakunya hukum alam yang diilhami oleh akal manusia
dan praktik negara serta perjanjian negara sebagai sumber hukum internasional.
Atas pendapatnya tersebut, Hugo Grotius dari Belanda disebut sebagai Bapak
Hukum Internasional.
b. Teori Kedaulatan (Positivisme)
Menurut aliran teori kedaulatan, dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional
atas kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Tokoh-
tokoh dalam teori kedaulatan antara lain Hegel dan George Jellineck dari Jerman.
Berkaitan dengan teori ini, Zorn berpendapat bahwa hukum internasional itu tidak
lain daripada hukum tata negara yang mengatur hubungan luar suatu negara. Hukum
internasional bukan sesuatu yang lebih tinggi yang mempunyai kekuatan mengikat
ke luar kemauan negara. Teori-teori yang mendasarkan berlakunya hukum
internasional pada kehendak negara (teori voluntaris) mencerminkan dari teori
kedaulatan dan aliran positivisme yang menguasai alam pikiran dunia hukum di
Benua Eropa, terutama Jerman pada abad XIX.
c. Teori Objectivitas
Menurut aliran teori objektivis, dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional
adalah suatu norma hukum, bukan kehendak negara. Pendiri aliran atau teori ini
dikenal dengan nama mazhab Wiena. Ajaran mazhab Wiena mengembalikan segala
sesuatunya kepada suatu kaidah dasar (grundnorm). Tokoh mazhab Wiena adalah
Hans Kelsen (dari Austria) yang dianggap sebagai bapak mazhab Wiena. Kelsen
mengemukakan bahwa asas pacta sunt servanda sebagai kaidah dasar (grundnorm)
hukum internasional. Pacta sunt servanda adalah prinsip bahwa perjanjian
antarnegara harus dihormati.
7

2. Sumber Hukum Formal


Sumber hukum formal dalam hukum internasional ditegaskan dalam Statuta Mahkamah
Internasional pasal 38 ayat (1). Menurut pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional, sumber-sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut.
a. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau primer dari hukum
internasional adalah perjanjian internasional (treaty) baik berbentuk law making
treaty maupun yang berbentuk treaty contract.
Law making treaty artinya perjanjian internasional yang menetapkan ketentuan
hukum internasional yang berlaku umum. Adapun treaty contract artinya perjanjian
internasional yang menetapkan ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional
yang berlaku bagi dua pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi
pihak-pihak tersebut.
Menurut pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, perjanjian internasional
merupakan sumber utama dari sumbersumber hukum internasional lainnya. Hal itu
dapat dibuktikan terutama dalam kegiatan-kegiatan internasional dewasa ini yang
sering berpedoman pada perjanjian antara para subjek hukum internasional yang
mempunyai kepentingan sama.
b. Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan yang terbukti
dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum. Contohnya, penyambutan tamu
dari negara-negara lain dan ketentuan yang mengharuskan pemasangan lampu bagi
kapalkapal yang berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari
tabrakan.
c. Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah prinsip-prinsip hukum
yang mendasari sistem hukum modern, yang meliputi semua prinsip hukum umum
dari semua sistem hukum nasional yang bisa diterapkan pada hubungan
internasional. Dengan adanya prinsip hukum umum, Mahkamah Internasional diberi
keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru. Dengan demikian,
tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional untuk menyatakan nonliquet atau
menolak mengadili karena tidak adanya hukum yang mengatur persoalan yang
diajukan.
8

d. Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum internasional menurut
Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) sub d adalah pengadilan dalam
arti luas dan meliputi segala macam peradilan internasional maupun nasional
termasuk di dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase. Mahkamah yang
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen, Mahkamah
Internasional, dan Mahkamah Arbitrase Permanen.

E. Asas-asas Hukum Internasional


Asas hukum internasional merupakan prinsip-prinsip umum yang menjelma dalam
hukum internasional. Terdapat beberapa asas hukum internasional, antara lain: asas territorial,
asas kebangsaan dan asas kepentingan umum.
1. Asas territorial adalah prinsip yang memberikan hak kepada masing-masing negara
untuk melaksanakan hukum yang berlaku di negaranya terhadap semua orang dan atau
barang yang berada dalam wilayah negaranya. Berkenan dengan hal tersebut, maka
semua orang dan atau barang yang berada diluar dari wilayah kekuasaan suatu negara
akan diberlakukan hukum asing atau hukum internasional.
2. Asas kebangsaan adalah prinsip yang mengakui adanya kekuasaan negara terhadap
warga negaranya. Menurut asas ini, setiap warga negara dimanapun dia berada tetap
dapat memperoleh perlakuan hukum dari negaranya. Asas kebangsaan memiliki
kekuatan ekstraterritorial yang berarti hukum yang berlaku di suatu negara tetap dapat
berlaku terhadap warga negaranya meskipun warga negara tersebut berada di negara
lainnya.
3. Asas kepentingan umum adalah asas yang didasarkan pada pengakuan terhadap adanya
kewenangan negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan
masyarakatnya. Dimana negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan
peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum, sehingga hukum tidak hanya
terikat pada batas wilayah negara tertentu.
9

Selain tiga asas hukum internasional sebagaimana diuraikan diatas, terdapat juga
beberapa asas hukum internasional yang dikenal dalam pelaksanaan hubungan internasional,
antara lain:
a. Asas pacta sunt servanda, yakni asas yang berlaku dalam perjanjian internasional.
Menurut asas pact sunt servanda perjanjian yang telah dibuat dalam suatu hubungan
internasional berlaku dan mengikat para pihak yang telah membuat perjanjian tersebut.
b. Asas egality rights, yakni para pihak yang mengadakan hubungan dalam hubungan
internasional, memiliki kedudukan yang sama.
c. Asas reciprositas, yakni segala tindakan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap
Negara lainnya, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif dapat dibalas
setimpal.
d. Asas courtesy, yakni asas untuk saling menghormati dan saling menjaga kehormatan
masing-masing negara dalam hubungan internasional.
e. Asas rebuc sic stantibus, yakni asas yang dapat digunakan dalam perubahan mendasar
atau fundamental dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian internasional dalam
hubungan internasional.
f. Asas persamaan derajat, yakni bahwa hubungan antar bangasa hendaknya berdasarkan
pada pengakuan bahwa negara yang berhubungan adalah negara yang berdaulat. Asas
ini sangat penting mengingat dalam hubungan internasional juga terdapat negara-negara
yang secara ekonomi masih jauh dibawah negara lainnya.
g. Asas keterbukaan, yakni adanya kesediaan masing-masing pihak dalam hubungan
internasional untuk memberikan informasi secara jujur dengan dilandasi oleh rasa
keadilan. Dengan demikian, para pihak dalam hubungan internasional dapat memahami
secara jelas hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dalam suatu
hubungan internasional.
h. Asas nebis in idem, yakni tidak seorang pun dapat diadili karena suatu kejahatan yang
untuk itu telah diputuskan bahwa orang tersebut bersalah atau tidak. Bahwa tidak
seorang pun dapat diadili di pengadilan lain untuk suatu kejahatan dimana orang
tersebut telah diputuskan bersalah atau dibebaskan oleh pengadilan pidana
internasional. Bahwa tidak seorang pun yang telah diadili oleh suatu pengadilan di suatu
Negara mengenai perbuatan yang dilarang berdasarkan pasal 6, 7 dan 8 boleh diadili
berkenaan dengan perbuatan yang sama yang telah diadili sebelumnya.
10

i. Asas jus cogents, yakni bahwa suatu perjanjian internasional dapat batal demi hukum
jika pembuatan perjanjian internasional tersebut bertentangan dengan kaidah dasar yang
diatur dalam hukum internasional umum. Hal ini diatur dalam pasal 53 konvensi wina
1969.
j. Asas inviolability dan immunity, merupakan terjemahan dari istilah inviolable yang
berarti bahwa seorang pejabat diplomatic tidak dapat ditangkap atau ditahan oleh alat
kelengkapan negara penerima. Justru sebaliknya, negara penerima wajib untuk
mengambil langkah demi mencegah terjadinya penyerangan atas kehormatan dan
kekebalan pribadi pejabat diplomatik yang bersangkutan. Asas ini dikenal dalam hukum
diplomatik dan konsuler.

F. Subjek Hukum Internasional


Menurut Starke, subjek hukum internasional terdiri atas negara, tahta suci, palang merah
internasional, organisasi internasional, orang-perorangan (individu), pemberontak, dan pihak-
pihak yang bersengketa.
1. Negara
Sejak lahirnya hukum internasional, negara sudah diakui sebagai subjek hukum
internasional. Bahkan, hingga sekarang pun masih ada anggapan bahwa hukum
internasional pada hakikatnya adalah hukum antarnegara. Dalam suatu negara federal,
pengemban hak dan kewajiban subjek hukum internasional adalah pemerintah federal.
Tetapi, adakalanya konstitusi federal memungkingkan negara bagian (state) mempunyai
hak dan kewajiban yang terbatas atau melakukan hal yang biasanya dilakukan oleh
pemerintah federal. Sebagai contoh, dalam sejarah ketatanegaraan USSR (Union of
Soviet Socialist Republics) dulu, Konstitusi USSR (dalam batas tertentu) memberi
kemungkinan kepada negara-negara bagian seperti Byelo-Rusia dan Ukraina untuk
mengadakan hubungan luar negeri sendiri di samping USSR.

2. Takhta Suci
Di samping negara, sejak dulu Takhta Suci (Vatikan) merupakan subjek hukum
internasional. Hal ini merupakan peninggalan sejarah masa lalu. Ketika itu, Paus bukan
hanya merupakan kepala Gereja Roma, tetapi memiliki pula kekuasaan duniawi. Hingga
sekarang, Takhta Suci mempunyai perwakilan diplomatik di banyak ibukota negara,
termasuk di Jakarta.
11

Takhta Suci merupakan suatu subjek hukum dalam arti yang penuh. Oleh karena itu,
Takhta Suci mempunyai kedudukan sejajar dengan negara. Kedudukan seperti itu
terjadi terutama setelah diadakannya perjanjian antara Italia dan Takhta suci pada
tanggal 11 Februari 1929, yang dikenal sebagai Perjanjian Lateran (Lateran Treaty).
Berdasarkan perjanjian itu, pemerintah Italia antara lain mengembalikan sebidang tanah
di Roma kepada Takhta Suci. Dalam sebidang tanah itulah kemudian didirikan Negara
Vatikan.

3. Palang Merah Internasional


Palang Merah Internasional (PMI), yang berkedudukan di Jenewa, mempunyai tempat
tersendiri dalam sejarah hukum internasional. Kedudukan Palang Merah Internasional
sebagai subjek hukum internasional lahir karena sejarah masa lalu. Pada umumnya, kini
Palang Merah Internasional diakui sebagai organisasi internasional yang memiliki
kedudukan sebagai subjek hukum internasional, walaupun dengan ruang lingkup
terbatas. Dengan kata lain, Palang Merah Internasional bukan merupakan subjek hukum
internasional dalam arti yang penuh.

4. Organisasi Internasional
Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional sekarang tidak
diragukan lagi. Memang, pada mulanya belum ada kepastian mengenai hal tersebut.
Organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa- Bangsa dan Organisasi Buruh
Internasional (ILO) mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-
konvensi internasional. Berdasarkan kenyataan ini, dapat dikatakan bahwa PBB dan
organisasi internasional semacam itu merupakan subjek hukum internasional.
Setidaknya, hal itu didasarkan pada hukum internasional khusus yang bersumberkan
konvensi internasional.

5. Orang Perseorangan (Individu)


Orang perseorangan juga dapat dianggap sebagai subjek hukum internasional, meskipun
dalam arti yang terbatas. Dalam perjanjian perdamaian Versailles tahun 1919, yang
mengakhiri Perang Dunia I antara Jerman dengan Inggris dan Perancis (bersama
sekutunya masing-masing), sudah terdapat pasal-pasal yang memungkinkan orang
perseorangan mengajukan perkara ke hadapan Mahkamah Arbitrase Internasional.
12

Dengan demikian, sejak itu sudah ditinggalkan dalil lama bahwa hanya negara yang
bisa menjadi pihak di depan suatu peradilan internasional.
Dalam proses di muka Mahkamah Penjahat Perang yang diadakan di Nuremberg dan
Tokyo, bekas para pemimpin perang Jerman dan Jepang dituntut sebagai orang
perseorangan atau individu atas perbuatan yang dikualifikasikan sebagai kejahatan
terhadap perdamaian, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang atau
pelanggaran terhadap hukum perang dan permufakatan jahat.

6. Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa (Belligerent)


Menurut hukum perang, dalam beberapa keadaan tertentu, pemberontak dapat
memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (belligerent). Akhir-
akhir ini muncul perkembangan baru yang mirip dengan pengakuan terhadap status
pihak yang bersengketa dalam perang. Namun, perkmbangan baru tersebut memiliki
ciri lain yang khas. Perkembangan baru tersebut adalah, adanya pengakuan terhadap
gerakan pembebasan, seperti Gerakan Pembebasan Palestina (PLO).
Pengakuan terhadap gerakan pembebasan sebagai subjek hukum internasional tersebut
merupakan perwujudan dari suatu pandangan baru. Pandangan baru tersebut terutama
dianut oleh negara-negara dunia ketiga. Mereka mendasarkan diri pada pemahaman,
bahwa bangsa-bangsa mempunyai hak asasi seperti: hak menentukan nasib sendiri; hak
secara bebas memilih sistem ekonomi, politik, dan sosial mandiri; dan hak menguasai
sumber kekayaan alam di wilayah yang didiaminya.

G. Fungsi Hukum Internasional


Adapun fungsi dari hukum internasional, yaitu:
1. menata pelaksanaan perang yang adil;
2. mewujudkan keamanan dan perdamaian;
3. menghentikan perlombaan senjata;
4. mengatur hubungan internasional;
5. menghukum penjahat perang.
13

H. Tujuan Hukum Internasional


Selain bertujuan untuk menjalankan hubungan internasional yang baik, hukum
internasional memiliki beberapa tujuan yang tak kalah penting lainnya. Pertama, tujuan hukum
internasional adalah untuk meningkatkan hubungan luar negeri, baik dalam hal politik maupun
ekonomi. Salah satu upaya dalam meningkatkan hubungan luar negeri dalam hal ekonomi
adalah akan diadakannya pasar bebas ASEAN (MEA) 2015 di Indonesia pada akhir tahun 2015.
MEA dibentuk untuk meningkatkan daya saing negara-negara ASEAN dengan Uni Eropa. Hal
ini memberikan beberapa dampak positif seperti meningkatnya lapangan pekerjaan, kegiatan
produksi dalam negeri secara kualitas dan kuantitas, meningkatnya devisa negara melalui bea
masuk dan beberapa manfaat yang lain.
Tujuan hukum internasional yang kedua adalah untuk menciptakan hubungan
internasional yang teratur. Dengan kata lain, anggota masyarakat internasional harus tunduk
dengan hukum internasional yang telah disepakati bersama agar tercipta hubungan
internasional yang tertib dan terarah. Salah satu sumber hukum internasional yang banyak
digunakan oleh negara-negara adalah melalui perjanjian internasional. Sebagai contoh,
terikatnya Indonesia dengan hukum internasional yang diatur oleh World Trade Organization
(WTO) sebagai satu-satunya badan internasional yang khusus mengatur perdagangan antar
negara. Jadi, pemerintah Indonesia harus tunduk dengan isi perjanjian pembentukan WTO pada
tahun 1994 dan menyerahkan kedaulatan ekonomi Indonesia khususnya mengenai perdagangan
internasional secara penuh pada WTO dan aturan-aturannya, termasuk dalam hal penyelesaian
perselisihan perdagangan internasional.
Terakhir adalah untuk mewujudkan dan menjamin keadilan dalam hubungan
internasional di antara negara-negara secara objektif, hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya
Mahkamah Internasional dalam PBB. Mahkamah ini didirikan untuk menyelesaikan kasus-
kasus persengketaan antar negara dan memberikan opini ataupun nasehat menurut hukum
internasional yang telah disepakati. Mahkamah ini juga yang menentukan empat kejahatan
berat yaitu kejahatan genosida yang berhubungan dengan bangsa dan ras, kejahatan
perang,kejahatan terhadap kemanusiaan seperti pelanggaran HAM serta kejahatan agresi. Ini
memang tujuan yang terakhir tetapi tujuan ini menjadi hal yang sangat penting karena tanpa
adanya keadilan, maka hubungan internasional yang baik akan sulit tercipta. Tujuan hukum
internasional memang berbeda-beda tetapi tetap memiliki kepentingan yang sama yaitu untuk
menciptakan kehidupan internasional antar negara yang lebih baik.
14

I. Sejarah dan Perkembangan Hukum Internasional


Hukum internasional sebenarnya sudah sejak lama dikenal eksisitensinya, yaitu pada
zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius
Ceville dan Ius Gentium, Ius Ceville adalah hukum nasional yang berlaku bagi masyarakat
Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan Ius Gentium adalah hukum yang diterapkan
bagi orang asing, yang bukan berkebangsaan Romawi.
Dalam perkembangannya, Ius Gentium berubah menjadi Ius Inter Gentium yang lebih
dikenal juga dengan Volkenrecth (Jerman), Droit de Gens (Perancis) dan kemudian juga dikenal
sebagai Law of Nations (Inggris).
Sesungguhnya, hukum internasional modern mulai berkembang pesat pada abad XVI,
yaitu sejak ditandatanganinya Perjanjian Westphalia 1648, yang mengakhiri perang 30 tahun
(thirty years war) di Eropa. Sejak saat itulah, mulai muncul negara-negara yang bercirikan
kebangsaan, kewilayahan atau territorial, kedaulatan, kemerdekaan dan persamaan derajat.
Dalam kondisi semacam inilah sangat dimungkinkan tumbuh dan berkembangnya prinsip-
prinsip dan kaidah-kaidah hukum internasional.
Perkembangan hukum internasional modern ini, juga dipengaruhi oleh karya-karya
tokoh kenamaan Eropa, yang terbagi menjadi dua aliran utama, yaitu golongan Naturalis dan
golongan Positivis.
Menurut golongan Naturalis, prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem hukum bukan
berasal dari buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku secara universal,
sepanjang masa dan yang dapat ditemui oleh akal sehat. Hukum harus dicari, dan bukan dibuat.
Golongan Naturalis mendasarkan prinsip-prinsip atas dasar hukum alam yang bersumber dari
ajaran Tuhan. Tokoh terkemuka dari golongan ini adalah Hugo de Groot atau Grotius, Fransisco
de Vittoria, Fransisco Suarez dan Alberico Gentillis.
Sementara itu, menurut golongan Positivis, hukum yang mengatur hubungan antar
negara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan mereka sendiri.
Dasar hukum internasional adalah kesepakatan bersama antara negara-negara yang diwujudkan
dalam perjanjian-perjanjian dan kebiasaan-kebiasaan internasional. Seperti yang dinyatakan
oleh Jean-Jacques Rousseau dalam bukunya Du Contract Social, La loi c’est l’expression de la
Volonte Generale, bahwa hukum adalah pernyataan kehendak bersama. Tokoh lain yang
menganut aliran Positivis ini, antara lain Cornelius van Bynkershoek, Prof. Ricard Zouche dan
Emerich de Vattel.
15

Pada abad ke-19, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena adanya faktor-
faktor penunjang, antara lain:
1. Setelah Kongres Wina 1815, negara-negara Eropa berjanji untuk selalu menggunakan
prinsip-prinsip hukum internasional dalam hubungannya satu sama lain.
2. Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian (law-making treaties) di bidang perang,
netralitas, peradilan dan arbitrase.
3. Berkembangnya perundingan-perundingan multilateral yang juga melahirkan
ketentuan-ketentuan hukum baru.
Di abad ke-20, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat,
karena dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
1. Banyaknya negara-negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan
meningkatnya hubungan antar negara.
2. Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya
ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai bidang.
3. Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral,
regional maupun bersifat global.
4. Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa
Bangsa dan berbagai organ subsidernya, serta Badan-badan Khusus dalam kerangka
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyiapkan ketentuan-ketentuan baru dalam
berbagai bidang. Hukum internasional telah merupakan satu perluasan yang tidak ada
tandingannya.

J. Peranan Hukum Internasional Terhadap Ketertiban Dunia


Pada dasarnya peran hukum internasional lebih banyak tertuju pada cara-cara untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam ruang lingkup internasional. Hubungan-
hubungan internasional yang diadakan antar negara tidak selamanya terjalin dengan baik.
Seringkali hubungan itu menimbulkan sengketa di antara mereka. Sengketa dapat bermula dari
berbagai sumber potensi sengketa. Sumber potensi sengketa antar negara dapat berupa
perbatasan, sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perdagangan, dll. Manakala hal demikian
itu terjadi, hukum internasional memainkan peranan, yang tidak kecil dalam penyelesaiannya.
Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang cukup penting di
masyarakat internasional sejak awal abad ke- 20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk menciptakan
hubungan-hubungan antara negara yang lebih baik berdasarkan prinsip perdamaian dan
keamanan internasional.
16

Dewasa ini ada beberapa peran yang hukum internasional dapat mainkan dalam
menyelesaikan sengketa:
1. pada prinsipnya hukum internasional berupaya agar hubungan-hubungan antar negara
terjalin dengan persahabatan (friendly relations among States) dan tidak mengharapkan
adanya persengketaan;
2. hukum internasional memberikan aturan-aturan pokok kepada negara-negara yang
bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya;
3. hukum internasional memberikan pilihan-pilihan yang bebas kepada para pihak tentang
cara-cara, prosedur atau upaya yang seyogyanya ditempuh untuk menyelesaikan
sengketanya; dan
4. hukum internasional modern semata-mata hanya menganjurkan cara penyelesaian
secara damai; apakah sengketa itu sifatnya antar negara atau antar negara dengan subjek
hukum internasional lainnya. Hukum internasional tidak menganjurkan sama sekali
cara kekerasan atau peperangan.
Perang telah digunakan negara-negara untuk memaksakan hak-hak dan pemahaman
mereka mengenai aturan-aturan hukum internasional. Perang bahkan telah telah pula dijadikan
sebagai salah satu wujud dari tindakan negara yang berdaulat. Bahkan para sarjana masih
menyadari adanya praktek negara yang masih menggunakan kekerasan atau perang untuk
menyelesaikan sengketa dewasa ini. Sebaliknya, cara damai belum dipandang sebagai aturan
yang dipatuhi dalam kehidupan atau hubungan antar negara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu:
1. Hukum Internasional merupakan hukum antar negara atau antar bangsa yang
menunjukkan pada kompleks asas dan kaidah yang mengatur hubungan antar
masyarakat bangsa-bangsa atau negara.
2. Pada hakikatnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan peraturan-peraturan
dan ketetntuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara-negara
dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional.
3. Jenis-jenis hukum internasional terdiri atas hukum publik internasional dan hukum
perdata internasional.
4. Sumber-sumber hukum internasional terdiri atas sumber hukum materil yang meliputi
teori hukum alam (naturalist), teori kedaulatan (positivisme) dan teori objectivitas serta
sumber hukum formal meliputi perjanjian internasional, kebiasaan internasional, prinsip
hukum umum, dan keputusan pengadilan.
5. Asas-asas hukum internasional terdiri atas asas territorial, asas kebangsaan, asas
kepentingan umum, asas pacta sunt servanda, asas egality rights, asas reciprositas, asas
courtesy, asas rebuc sic stantibus, asas persamaan derajat, asas keterbukaan, asas nebis
in idem, asas jus cogents, dan asas inviolability dan immunity.
6. Menurut Starke, subjek hukum internasional terdiri atas negara, tahta suci, palang merah
internasional, organisasi internasional, orang-perorangan (individu), pemberontak, dan
pihak-pihak yang bersengketa.
7. Fungsi dari hukum internasional terdiri atas menata pelaksanaan perang yang adil,
mewujudkan keamanan dan perdamaian, menghentikan perlombaan senjata, mengatur
hubungan internasional, dan menghukum penjahat perang.
8. Tujuan hukum internasional adalah untuk meningkatkan hubungan luar negeri, baik
dalam hal politik maupun ekonomi, untuk menciptakan hubungan internasional yang
teratur danuntuk mewujudkan dan menjamin keadilan dalam hubungan internasional di
antara negara-negara secara objektif, hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya
Mahkamah Internasional dalam PBB.

17
18

9. Hukum internasional sebenarnya sudah sejak lama dikenal eksisitensinya, yaitu pada
zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius
Ceville dan Ius Gentium, Ius Ceville adalah hukum nasional yang berlaku bagi
masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan Ius Gentium adalah hukum
yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan berkebangsaan Romawi.
10. Pada dasarnya peran hukum internasional lebih banyak tertuju pada cara-cara untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam ruang lingkup internasional.

B. Saran
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui hukum internasional secara keseluruhan diperlukan referensi yang
benar dapat dipertanggungjawabkan sehingga mudah untuk dipahami materinya.
2. Hukum internasional yang begitu banyak ruang lingkupnya, mesti dipelajari dan dikaji
ulang agar senantiasa tercapainya pelaksanaan hukum internasional tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://sukmikamardalenachaniago.blogspot.co.id/2012/07/makalah-hukum-internasional.html
https://raninuraeni379.wordpress.com/s-i-h/hukum-internasional/4-makalah-hukum-
internasional/
http://siswa-siswisma.blogspot.co.id/2012/02/latar-belakang-dan-pengertian-hubungan.html
http://artikelilmiahlengkap.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-asas-asas-dan-ruang-
lingkup_12.html
http://ilmuhukum.net/tujuan-hukum-internasional-secara-umum/
http://brainly.co.id/tugas/169146
http://statushukum.com/asas-hukum-internasional.html
http://www.zonasiswa.com/2014/11/sumber-hukum-internasional.html

19

Anda mungkin juga menyukai