MAKALAH
Disusun oleh
MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN
NPM. 151000126
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah yang dikaruniakanNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Hukum Internasional. Sesuai dengan namanya, sebuah makalah memang tidak
dimaksudkan sebagai buku materi atau buku panduan, melainkan didalamnya terdapat
pembahasan dan rincian-rincian mengenai hasil dari beberapa sumber yang telah penulis
dapatkan.
Penyusunan makalah ini penulis mendapatkan berbagai kesulitan, baik dalam
penyusunan, pengumpulan data dan dalam hal yang lainnya. Akan tetapi, berkat
pertolonganNyalah akhirnya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan.
Adapun penyusunan makalah ini berdasarkan pada rincian-rincian data yang telah penulis
dapatkan dari berbagai sumber.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Hj. Tuti Rastuti, S. H., M. H., sebagai dosen matakuliah Bahasa Indonesia Hukum yang
telah memberikan tugas ini kepada penulis.
2. Orangtua penulis yang telah memberikan dukungan, dorongan, bantuan, serta
memberikan doa restunya sehingga terselesaikannya makalah ini.
3. Saudara-saudara dan rekan-rekan penulis, yang senantiasa memberikan support
semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis memahami dan menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Namun,
penulis telah berusaha menyusun makalah dengan usaha terbaik yang penulis miliki. Akhirnya
penulis menyampaikan terima kasih kepada segenap yang telah mendukung terselesaikannya
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Amiin Ya Allah Ya
Rabbal Alamiin Ya Mujibas Sailin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan mengenai hukum internasional selalu memberikan kesan yang menarik untuk
di bahas. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang tinggi pada setiap orang. Secara
teori hukum internasional mengacu pada peraturan-peraturan dan norma-norma yang mengatur
tindakan negara-negara dan kesatuan lain yang pada suatu saat akan diakui
mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya organisasi internasional dan individu,
dalam hal hubungan satu dengan yang lainnya.
Negara-negara perlu hidup bersama-sama. Hukum internasional disusun dan lahir
karena kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban dan perdamaian dunia. Suatu
sistem yang bertujuan untuk menjadikan suatu negara untuk berpartisipasi, utama dari sistem
hukum internasional yaitu negara-negara yang semuanya diperlakukan sebagai pemilik
kedaulatan yang sama.
Seiring perkembangan zaman, hukum internasional juga terus berkembang. Sejak
pergaulan internasional makin meningkat menjelang abad ke-19 hukum internasional telah
menjadi suatu sistem universal dan pada abad ke-20 telah merupakan suatu perluasan yang tidak
ada tandingannya.
Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang cukup penting di
masyarakat internasional sejak awal abad ke- 20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk menciptakan
hubungan-hubungan antara negara yang lebih baik berdasarkan prinsip perdamaian dan
keamanan internasional.
Hal itulah yang sangat menarik untuk dibahas, maka penulis mengangkat judul hukum
internasional untuk makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1. Apa definisi hukum internasional?
2. Bagaimana hakikat hukum internasional?
3. Apa jenis-jenis hukum internasional?
4. Apa sumber hukum internasional?
5. Apa asas-asas hukum internasional?
6. Apa subjek hukum internasional?
7. Apa fungsi hukum internasional?
1
2
8. Apa tujuan hukum internasional?
9. Bagaimana sejarah dan perkembangan hukum internasional?
10. Bagaimana peran hukum internasional terhadap perdamaian dunia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui definisi hukum internasional.
2. Mengetahui hakikat hukum internasional.
3. Mengetahui jenis-jenis hukum internasional.
4. Mengetahui sumber hukum internasional.
5. Mengetahui asas-asas hukum internasional.
6. Mengetahui subjek hukum internasional.
7. Mengetahui fungsi hukum internasional.
8. Mengetahui tujuan hukum internasional.
9. Mengetahui sejarah dan perkembangan hukum internasional.
10. Mengetahui peran hukum internasional terhadap perdamaian dunia.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menyebarluaskan informasi tentang hukum internasional.
2. Mempermudah pembaca untuk mengatahui informasi tentang hukum internasional.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Tokoh teori hukum alam adalah Hugo Grotius. Hugo Grotius mendasarkan sistem
hukum internasional atas berlakunya hukum alam yang diilhami oleh akal manusia
dan praktik negara serta perjanjian negara sebagai sumber hukum internasional.
Atas pendapatnya tersebut, Hugo Grotius dari Belanda disebut sebagai Bapak
Hukum Internasional.
b. Teori Kedaulatan (Positivisme)
Menurut aliran teori kedaulatan, dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional
atas kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Tokoh-
tokoh dalam teori kedaulatan antara lain Hegel dan George Jellineck dari Jerman.
Berkaitan dengan teori ini, Zorn berpendapat bahwa hukum internasional itu tidak
lain daripada hukum tata negara yang mengatur hubungan luar suatu negara. Hukum
internasional bukan sesuatu yang lebih tinggi yang mempunyai kekuatan mengikat
ke luar kemauan negara. Teori-teori yang mendasarkan berlakunya hukum
internasional pada kehendak negara (teori voluntaris) mencerminkan dari teori
kedaulatan dan aliran positivisme yang menguasai alam pikiran dunia hukum di
Benua Eropa, terutama Jerman pada abad XIX.
c. Teori Objectivitas
Menurut aliran teori objektivis, dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional
adalah suatu norma hukum, bukan kehendak negara. Pendiri aliran atau teori ini
dikenal dengan nama mazhab Wiena. Ajaran mazhab Wiena mengembalikan segala
sesuatunya kepada suatu kaidah dasar (grundnorm). Tokoh mazhab Wiena adalah
Hans Kelsen (dari Austria) yang dianggap sebagai bapak mazhab Wiena. Kelsen
mengemukakan bahwa asas pacta sunt servanda sebagai kaidah dasar (grundnorm)
hukum internasional. Pacta sunt servanda adalah prinsip bahwa perjanjian
antarnegara harus dihormati.
7
d. Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum internasional menurut
Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) sub d adalah pengadilan dalam
arti luas dan meliputi segala macam peradilan internasional maupun nasional
termasuk di dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase. Mahkamah yang
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen, Mahkamah
Internasional, dan Mahkamah Arbitrase Permanen.
Selain tiga asas hukum internasional sebagaimana diuraikan diatas, terdapat juga
beberapa asas hukum internasional yang dikenal dalam pelaksanaan hubungan internasional,
antara lain:
a. Asas pacta sunt servanda, yakni asas yang berlaku dalam perjanjian internasional.
Menurut asas pact sunt servanda perjanjian yang telah dibuat dalam suatu hubungan
internasional berlaku dan mengikat para pihak yang telah membuat perjanjian tersebut.
b. Asas egality rights, yakni para pihak yang mengadakan hubungan dalam hubungan
internasional, memiliki kedudukan yang sama.
c. Asas reciprositas, yakni segala tindakan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap
Negara lainnya, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif dapat dibalas
setimpal.
d. Asas courtesy, yakni asas untuk saling menghormati dan saling menjaga kehormatan
masing-masing negara dalam hubungan internasional.
e. Asas rebuc sic stantibus, yakni asas yang dapat digunakan dalam perubahan mendasar
atau fundamental dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian internasional dalam
hubungan internasional.
f. Asas persamaan derajat, yakni bahwa hubungan antar bangasa hendaknya berdasarkan
pada pengakuan bahwa negara yang berhubungan adalah negara yang berdaulat. Asas
ini sangat penting mengingat dalam hubungan internasional juga terdapat negara-negara
yang secara ekonomi masih jauh dibawah negara lainnya.
g. Asas keterbukaan, yakni adanya kesediaan masing-masing pihak dalam hubungan
internasional untuk memberikan informasi secara jujur dengan dilandasi oleh rasa
keadilan. Dengan demikian, para pihak dalam hubungan internasional dapat memahami
secara jelas hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dalam suatu
hubungan internasional.
h. Asas nebis in idem, yakni tidak seorang pun dapat diadili karena suatu kejahatan yang
untuk itu telah diputuskan bahwa orang tersebut bersalah atau tidak. Bahwa tidak
seorang pun dapat diadili di pengadilan lain untuk suatu kejahatan dimana orang
tersebut telah diputuskan bersalah atau dibebaskan oleh pengadilan pidana
internasional. Bahwa tidak seorang pun yang telah diadili oleh suatu pengadilan di suatu
Negara mengenai perbuatan yang dilarang berdasarkan pasal 6, 7 dan 8 boleh diadili
berkenaan dengan perbuatan yang sama yang telah diadili sebelumnya.
10
i. Asas jus cogents, yakni bahwa suatu perjanjian internasional dapat batal demi hukum
jika pembuatan perjanjian internasional tersebut bertentangan dengan kaidah dasar yang
diatur dalam hukum internasional umum. Hal ini diatur dalam pasal 53 konvensi wina
1969.
j. Asas inviolability dan immunity, merupakan terjemahan dari istilah inviolable yang
berarti bahwa seorang pejabat diplomatic tidak dapat ditangkap atau ditahan oleh alat
kelengkapan negara penerima. Justru sebaliknya, negara penerima wajib untuk
mengambil langkah demi mencegah terjadinya penyerangan atas kehormatan dan
kekebalan pribadi pejabat diplomatik yang bersangkutan. Asas ini dikenal dalam hukum
diplomatik dan konsuler.
2. Takhta Suci
Di samping negara, sejak dulu Takhta Suci (Vatikan) merupakan subjek hukum
internasional. Hal ini merupakan peninggalan sejarah masa lalu. Ketika itu, Paus bukan
hanya merupakan kepala Gereja Roma, tetapi memiliki pula kekuasaan duniawi. Hingga
sekarang, Takhta Suci mempunyai perwakilan diplomatik di banyak ibukota negara,
termasuk di Jakarta.
11
Takhta Suci merupakan suatu subjek hukum dalam arti yang penuh. Oleh karena itu,
Takhta Suci mempunyai kedudukan sejajar dengan negara. Kedudukan seperti itu
terjadi terutama setelah diadakannya perjanjian antara Italia dan Takhta suci pada
tanggal 11 Februari 1929, yang dikenal sebagai Perjanjian Lateran (Lateran Treaty).
Berdasarkan perjanjian itu, pemerintah Italia antara lain mengembalikan sebidang tanah
di Roma kepada Takhta Suci. Dalam sebidang tanah itulah kemudian didirikan Negara
Vatikan.
4. Organisasi Internasional
Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional sekarang tidak
diragukan lagi. Memang, pada mulanya belum ada kepastian mengenai hal tersebut.
Organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa- Bangsa dan Organisasi Buruh
Internasional (ILO) mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-
konvensi internasional. Berdasarkan kenyataan ini, dapat dikatakan bahwa PBB dan
organisasi internasional semacam itu merupakan subjek hukum internasional.
Setidaknya, hal itu didasarkan pada hukum internasional khusus yang bersumberkan
konvensi internasional.
Dengan demikian, sejak itu sudah ditinggalkan dalil lama bahwa hanya negara yang
bisa menjadi pihak di depan suatu peradilan internasional.
Dalam proses di muka Mahkamah Penjahat Perang yang diadakan di Nuremberg dan
Tokyo, bekas para pemimpin perang Jerman dan Jepang dituntut sebagai orang
perseorangan atau individu atas perbuatan yang dikualifikasikan sebagai kejahatan
terhadap perdamaian, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang atau
pelanggaran terhadap hukum perang dan permufakatan jahat.
Pada abad ke-19, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena adanya faktor-
faktor penunjang, antara lain:
1. Setelah Kongres Wina 1815, negara-negara Eropa berjanji untuk selalu menggunakan
prinsip-prinsip hukum internasional dalam hubungannya satu sama lain.
2. Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian (law-making treaties) di bidang perang,
netralitas, peradilan dan arbitrase.
3. Berkembangnya perundingan-perundingan multilateral yang juga melahirkan
ketentuan-ketentuan hukum baru.
Di abad ke-20, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat,
karena dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
1. Banyaknya negara-negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan
meningkatnya hubungan antar negara.
2. Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya
ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai bidang.
3. Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral,
regional maupun bersifat global.
4. Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa
Bangsa dan berbagai organ subsidernya, serta Badan-badan Khusus dalam kerangka
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyiapkan ketentuan-ketentuan baru dalam
berbagai bidang. Hukum internasional telah merupakan satu perluasan yang tidak ada
tandingannya.
Dewasa ini ada beberapa peran yang hukum internasional dapat mainkan dalam
menyelesaikan sengketa:
1. pada prinsipnya hukum internasional berupaya agar hubungan-hubungan antar negara
terjalin dengan persahabatan (friendly relations among States) dan tidak mengharapkan
adanya persengketaan;
2. hukum internasional memberikan aturan-aturan pokok kepada negara-negara yang
bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya;
3. hukum internasional memberikan pilihan-pilihan yang bebas kepada para pihak tentang
cara-cara, prosedur atau upaya yang seyogyanya ditempuh untuk menyelesaikan
sengketanya; dan
4. hukum internasional modern semata-mata hanya menganjurkan cara penyelesaian
secara damai; apakah sengketa itu sifatnya antar negara atau antar negara dengan subjek
hukum internasional lainnya. Hukum internasional tidak menganjurkan sama sekali
cara kekerasan atau peperangan.
Perang telah digunakan negara-negara untuk memaksakan hak-hak dan pemahaman
mereka mengenai aturan-aturan hukum internasional. Perang bahkan telah telah pula dijadikan
sebagai salah satu wujud dari tindakan negara yang berdaulat. Bahkan para sarjana masih
menyadari adanya praktek negara yang masih menggunakan kekerasan atau perang untuk
menyelesaikan sengketa dewasa ini. Sebaliknya, cara damai belum dipandang sebagai aturan
yang dipatuhi dalam kehidupan atau hubungan antar negara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu:
1. Hukum Internasional merupakan hukum antar negara atau antar bangsa yang
menunjukkan pada kompleks asas dan kaidah yang mengatur hubungan antar
masyarakat bangsa-bangsa atau negara.
2. Pada hakikatnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan peraturan-peraturan
dan ketetntuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara-negara
dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional.
3. Jenis-jenis hukum internasional terdiri atas hukum publik internasional dan hukum
perdata internasional.
4. Sumber-sumber hukum internasional terdiri atas sumber hukum materil yang meliputi
teori hukum alam (naturalist), teori kedaulatan (positivisme) dan teori objectivitas serta
sumber hukum formal meliputi perjanjian internasional, kebiasaan internasional, prinsip
hukum umum, dan keputusan pengadilan.
5. Asas-asas hukum internasional terdiri atas asas territorial, asas kebangsaan, asas
kepentingan umum, asas pacta sunt servanda, asas egality rights, asas reciprositas, asas
courtesy, asas rebuc sic stantibus, asas persamaan derajat, asas keterbukaan, asas nebis
in idem, asas jus cogents, dan asas inviolability dan immunity.
6. Menurut Starke, subjek hukum internasional terdiri atas negara, tahta suci, palang merah
internasional, organisasi internasional, orang-perorangan (individu), pemberontak, dan
pihak-pihak yang bersengketa.
7. Fungsi dari hukum internasional terdiri atas menata pelaksanaan perang yang adil,
mewujudkan keamanan dan perdamaian, menghentikan perlombaan senjata, mengatur
hubungan internasional, dan menghukum penjahat perang.
8. Tujuan hukum internasional adalah untuk meningkatkan hubungan luar negeri, baik
dalam hal politik maupun ekonomi, untuk menciptakan hubungan internasional yang
teratur danuntuk mewujudkan dan menjamin keadilan dalam hubungan internasional di
antara negara-negara secara objektif, hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya
Mahkamah Internasional dalam PBB.
17
18
9. Hukum internasional sebenarnya sudah sejak lama dikenal eksisitensinya, yaitu pada
zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius
Ceville dan Ius Gentium, Ius Ceville adalah hukum nasional yang berlaku bagi
masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan Ius Gentium adalah hukum
yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan berkebangsaan Romawi.
10. Pada dasarnya peran hukum internasional lebih banyak tertuju pada cara-cara untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam ruang lingkup internasional.
B. Saran
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui hukum internasional secara keseluruhan diperlukan referensi yang
benar dapat dipertanggungjawabkan sehingga mudah untuk dipahami materinya.
2. Hukum internasional yang begitu banyak ruang lingkupnya, mesti dipelajari dan dikaji
ulang agar senantiasa tercapainya pelaksanaan hukum internasional tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://sukmikamardalenachaniago.blogspot.co.id/2012/07/makalah-hukum-internasional.html
https://raninuraeni379.wordpress.com/s-i-h/hukum-internasional/4-makalah-hukum-
internasional/
http://siswa-siswisma.blogspot.co.id/2012/02/latar-belakang-dan-pengertian-hubungan.html
http://artikelilmiahlengkap.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-asas-asas-dan-ruang-
lingkup_12.html
http://ilmuhukum.net/tujuan-hukum-internasional-secara-umum/
http://brainly.co.id/tugas/169146
http://statushukum.com/asas-hukum-internasional.html
http://www.zonasiswa.com/2014/11/sumber-hukum-internasional.html
19