OLEH :
TEGUH APRIAN
1710113021
internasional. Setiap negara hingga saat ini berlomba – lomba melakukan suatu
Industri otomotif adalah salah satu industri yang cukup bonafit dan cukup
mampu melihat peluang bisnis. Walau demikian bukan berarti pemerintah juga
memiliki andil dan tanggung jawab yang cukup besar dalam membuat
:Reverse Engineering”).
pada tahun 1972 dengan dikeluarkannya Inpres No. 45 tahun 1972 yang
mewajibkan semua agen impor untuk membangun kapasitas perakitannya
sendiri dan tidak lagi menyerahkan perakitan kendaraan mereka kepada pihak
Impor hanya diijinkan dalam bentuk produk setengah jadi atau terurai. Hingga
tahun 1974 dan telah berdiri lebih dari 50 Agen Tunggal Pemegang Merk
bermotor dengan model dan tipe melampaui 150 ragam. Kebijakan pemerintah
otomotif yang telah ada, untuk memanfaatkan volume pasar dalam negeri bagi
pelaku yang telah ada harus bersaing dengan ketat untuk merebut pangsa pasar
Dengan dilarangnya impor kendaraan utuh sejak tahun 1974, maka operasi
nasional terlebih lagi dilatarbelakangi pula dengan adanya pejanjian yang telah
disetujui Indonesia untuk turut serta berpartisipasi dalam era perdagangan
dunia yang bebas yang dimulai dengan Asian Free Trade Area (AFTA) pada
tahun 2003. Indonesia yang saat itu memiliki populasi penduduk sekitar 200
juta jiwa dipandang sebagai pasar yang sangat potensial bagi industri mobil.
sebagai pasar mobil bagi negara lain, melainkan juga untuk memicu
peningkatan produktivitas dalam negeri. Untuk itu sebagai langkah awal perlu
tersebut.
memberikan perlakuan khusus dalam bentuk tarif dan pajak kepada produsen
menggunakan kandungan dalam negeri untuk mobnas (the local content of the
finished vehicles).
Presiden no. 2 /Th. 1996 tersebut ditujukan kepada Menteri Perindustrian dan
pembangunan industri mobil nasional yang antara lain terkait hal-hal tersebut:
perkara pengaduan Jepang ke WTO yang bermula dari keluarnya Inpres Nomor
Timor Putra Nusantra (TPN) sebagai pionir yang memproduksi Mobnas (Mobil
kemudian diberi merek “Timor”, dalam bentuk jadi atau completely build-up
Selain itu, PT TPN diberikan hak istimewa, yaitu bebas pajak barang mewah
dan bebas bea masuk barang impor. Hak itu diberikan kepada PT TPN dengan
syarat menggunakan kandungan lokal hingga 60 persen dalam tiga tahun sejak
pada tahun ketiga tidak terpenuhi, maka PT TPN harus menanggung beban
pajak barang mewah dan biaya masuk barang impor. Namun, soal kandungan
lokal ini agaknya diabaikan selama ini, karena Timor masuk ke Indonesia
dalam bentuk jadi dari Korea. Dan tanpa biaya masuk apapun, termasuk biaya
dalam kasus mobil nasional ini adalah PT Timor Putra Nusantara yang
mengimpor mobil nasional dari Korea Selatan dalam bentuk jadi. Dalam kasus
ini yang menjadi obyek sengketa adalah mobil nasional yang menunjuk PT
1. Adanya perlakuan khusus impor mobil dari KIA Motor Korea yang
produsen mobnas selama dua tahun. Ini melanggar pasal 3 ayat (2)
peraturan GATT
Inti dari pengaduan itu, Pemerintah Jepang ingin masalah sengketa dagangnya
multilateral sesuai dengan aturan yang tercantum dalam WTO (Word Trade
Setelah enam bulan tidak ada penyelesaian sejak Jepang secara resmi
mengalami jalan buntu. Panel yang beranggotakan 3-5 orang inilah yang akan
memeriksa pengaduan dan saksi-saksi. Dan dalam tempo enam bulan, panel
Dalam hal program mobnas, menyadari keinginan dan cita-cita Indonesia atas
sepanjang tidak melanggar peraturan GATT dan WTO. Walau pengaduan telah
perdagangan dunia itu, masalah mobnas akan terus melekat dalam agendanya.
WTO
hubungan jual beli barang, pengirim dan penerimaan barang , produksi barang
dan jasa berdasarkan suatu kontrak, dan lain-lain. Semua transaksi tersebut
kerap didahului oleh penyelesaian oleh negoisasi. Jika penyelasaian ini gagal
Dasar hukum bagi forum atau badan penyelesaian sengketa yang akan
timbul. Disamping forum pengadilan atau badan arbitrase, para pihak dapat
tersebut dimasukkan atau dinyatakan pula hukum yang akan diterapkan oleh
menilai kebijakan mobil nasional tersebut dinilai tidak sesuai dengan spirit
perdagangan bebas yang diusung WTO, oleh karena itu WTO menjatuhkan
kemudahan yang diberikan kepada PT. Timor Putra Nasional selaku produsen
terhadap mobil timor, hal ini dapat menekan biaya produksi sehingga
membuat harga mobil timor di pasaran menjadi lebih murah, hal tersebut
harga jual produknya, dalam persaingan pasar yang tidak sehat seperti
Mobil Timor agar tidak kalah bersaing dengan produsen mobil dari luar
produsen mobil dari luar negeri, dan dapat menciptakan suatu iklim