Anda di halaman 1dari 37

PERENCANAAN PROMKES

“Menggunakan Metode Precede Proceed”


(Perencanaan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Promosi Kesehatan)

Dosen : Tuti Surtimanah, MKM

Disusun oleh:
Bintang Fathan Noorfarijan (BK.115.004)
Irna Rohmawaty (BK.115.013)
Jajang Hendrawan (BK.115.014)
Moni chyntia

S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji dan
syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan laporan
perencanaan ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami panjatkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad saw dan untuk para keluarga, sahabat dan
pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau. Terima kasih kepada keluarga,
dosen , dan teman-teman yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang dengan do'a
dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Mungkin dalam perencanaan ini masih banyaknya kekurangan dan keterbatasan
dalam penyelesaian serta adanya faktor penghambatan dalam pengengerjaannya dengan
pengetahuan yang kami miliki. Dengan demikian kami berharap semoga “Perencanaan
Promkes Menggunakan Metode Precede Proceed” yang telah kami susun dapat
memberikan manfaat pada kita semua.
Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, Desember 2018

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ ii


Daftar Isi............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum .................................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Phase 1 ......................................................................................................................... 3
2.2 Phase 2 ......................................................................................................................... 7
2.3 Phase 3 ...................................................................................................................... 10
2.4 Phase 4 ....................................................................................................................... 11
2.5 Phase 5 ....................................................................................................................... 15
2.6 Phase 6 ....................................................................................................................... 25
2.7 Phase 7 ....................................................................................................................... 28
2.8 Phase 8 ....................................................................................................................... 31
BAB III PENDAHULUAN ............................................................................................. 34
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................
3.2 Saran ..............................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah
Pelaksanaan pembangunan kesehatan harus dilakukan secara ber- kesinambungan
agar dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat dan merupakan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UU RI No. 36, 2009).
Upaya peningkatan status derajat kesehan individu maupun masyarakat adalah
alahsatu fungsi promosi kesehatan. Melalui kegiatan promosi kesehatan ilmu dan
informasi kesehatan dapat disampaikan secara efektif kepada individu, kelompok,
keluarga dan masyarakat dengan tujuan yang tidak mampu menjadi mampu merubah
kebiasaan yang sesuai dengan prinsip kesehatan dalam berbagi aspek kehidupan
secara mandiri.
Meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan, diperlukansuatu
proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana yang
menyeluruh(komprehensif dan holistik). PRECEDE-PROCEED model merupakan
suatu model yang dikembangkan green dan kreuteur dan merupakan model yang
paling cocok diterapkan dalam perencanaan kesehatan. Untuk itu melalui makalah ini
kami ingin mengetahui permasalahan yang ada di wilayah kerja puskesmas nanjung
mekar menggunakan perencanaan PRECEDE-PROCEED model ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mengenal dan memiliki pengalaman belajar dalam penyusunan
perencanaan menggunakan PRECEDE-PROCEED model serta melihat kondisi
kesehatan masyarakat, dan mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Nanjung mekar

1
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan proses perencanaan dengan model precede proceed

2. Mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat di


wilayah kerja Puskesmas Nanjung mekar
3. Mampu membuat suatu program perencanaan dengan model precede proceed

2
BAB II
PEMBAHASAN

PHASE 1 : SOCIAL ASSESSMENT, PARTICIPATORY PLANNING, AND


SOLUTION ANALYSIS

1.1 Pengumpulan data ( wawancara, survey, FGD, observasi)


Area Geografis
Puskesmas Nanjungmekar merupakan salah satu puskesmas yang ada di wilayah
kecamatan rancaekek, terlatak di sebelah Barat Kecamatan Rancaekek kurang lebih
berjarak 6 km, tepatnya brada di kampung Nagrak, desa Nanjungmekar. Jumlah
wilayah kerjanya meliputi 5 desa, 54 RW Namun hanya 3desa yang paling strategis
mengakses puskesmas nanjungmekar, cangkuang dan haurpugur, sedangkan 2
Wilayah desa lainnya yaituBojongsalam dan sangiang mengakses ke Pustu terdekat.
Batas-batas wilayah kerja :
Sebelah utara : sumedang
Sebelah barat : Desa Linggar
Sebelah timur : Kecamatan Cicalengka
Sebelah selatan : Kecamatan Cikancung
Luas wilayah kerja puskesmas Nanjungmekar mempunyai desa binaan 5 desa,
dengan luas wilayah 1275.507 Ha. Desa yang terluas adalah desa Cangkuang dengan
luas 385.175 Ha , desa Haurpugur 291.570 Ha ,Sanggiang 256 Ha, Bojongsalam
200.280 Ha dan luas wilayah terkecil adalah desa Nanjungmekar 142.82 Ha.
Kelompok dan Karakteristiknya
Berdasarkan data yang ada jumlah peduduk diwilayah kerja Puskesmas Nanjung
mekar adalah 47.289 jiwa dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan hamper berimbang, yaitu laki-laki sebesar 23.645 jiwa
atau 50% dan penduduk perempuan adalah 24.224 jiwa atau sebesar 51%.
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Nanjungmekar sebagian besar
bermata pencaharian sebagai buruh 37,72%, petani 27,57%, pedagang 15,46%, PNS

3
7,58%, peternak 6,72%, pengrajin 2,98% dengan nilai terkecil pada pencaharian
ABRI/POLRI sebesar 1,97%.
Sedangkan dari tingkat pendidikan tertinggi yang di tamatkan di wilayah
puskesmas Nanjungmekar yang ditamatkan adalah sebagian besar SLTA yaitu
sebanyak 13.191 jiwa atau 49,96.
Berdasarkan jumlah penduduk miskinn diwilayah Puskesmas Nanjungmekar pada
tahun 2017 mencapai 31,11% dari jumlah penduduk seluruhnya sebanyak 47,289
jiwa.
Masalah
1. Angka kematian ( Mortalitas )
Di wilayah keja puskesmas Nanjungmekar terdapat 3 kasus kematian bayi di
tahun 2017, sedangkan untuk kasus kematian ibu di wilayah kerja puskesmas
Nanjungmekar terdapat 2 kasus kematian ibu.
2. Angka kesakitan ( Morbiditas )
A. Pola penyakit dan angka kesakitan penderita rawat jalan di puskesmas
Nanjung mekar
Pola penyakit penderita rawat jalan di puskesmas Nanjungmekar pada
tahun 2017 terutama adalah infeksi saluran commond cold dan batuk.
Pernafasan atas akut tidak spesifik, gastritis serta diare. Secara lengkap
penyakit terbanyak di puskesmas Nanjungmekar dapat dilihat pada table di
bawah ini:

No KLASIFIKASI PENYAKIT JUMLAH %


1 ISPA 7.627 38,40%
2 Hipertensi 3.824 10,96%
3 Dyspepsia 3.446 8,58%
4 Myalgia 2.741 6,30%
5 Nasopharangitis 1.482 4,28%

4
6 Observasi febris 1.877 3,62%
7 Gastritis 1.339 3,62%
8 Pulpitis 1.277 3,37%
9 Dermatitis 584 3,37%
10 Reumatism 460 3,24%

B. Penyakit menular
Sedangkan unuk penyakit menular pada tahun 2017 terdapat 4 kasus DBD
didesa bojongsalam, kasus Diare sebanyak 157 kasus, TB Paru BTA+
sebanyak 78 kasus (dengan penemuan kasus Tb TBA+ 17 kasus, TB RO+ 39
kasus, TB anak 19 kasus dan extra paru 3 kasus ) dan kasus HIV/AIDS
terdapat 2 kasus serta kasus Pneumonia ditemukan sebanyak 131 kasus balita
pneumonia dan 1062 kasus balita bukan pneumonia.
Pelayanan puskesmas
1. Pelayanan Kesehatan dasar
Puskesmas nanjung mekar merupakan puskesmas tanpa tempat perawatan dengan
5 desa binaan yang semuanya telah memlikik bidan desa dengan jumlah pustu
sebanyak 2 buah
2. Pelayanan kesehtan rujukan
3. Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak
Pelayanan K1 dan K4 , Pertolongan persalinan , Keluarga berencana ,
4. Imunisasi
Sumber Daya Puskesmas
1. Sumber daya manusia
NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN KET
1 Dr. Hj. Nunung. H Kepala UPF FK S1
2 Hj. Lala komala Bidan AKBID D III
3 Hj. Yati Taryati Bidan AKBID D III
4 Dian Fitriani Sanitaria SPPH SMA

5
5 Neni Hestiani Bidan AKBID SLTA
6 Hayun JFU SMA SMA
7 Eka Juanegsih Pelaksana gizi SPAG SMA
8 Ojat Juhana JFU SMA SMA
9 Asep Edi JFU SMA SMA
10 Dr. Dian Ekawati Dokter FK S1
11 Sukini Bidan Desa AKPER D III
12 Irma Rosdiani Farmasi SMF SMA
13 Sri Nurhayati Perawat gigi AKG D III
14 Fauziah Perawat AKPER D III
15 Erlina puspita Perawat AKPER D III
16 Yulianti Andari Penyuluh kes. FKM S1
17 Elis Heryati Bidan Desa AKBID D III
18 Drg. Dhika p. Dokter Gigi FKG S1
19 Tita mulyani Bidan Desa AKBID D III
20 Fetriani Bidan Desa AKBID D III
21 Hadi Sukwan Clening Service SMP
22 Endang sutaman sukwan Keamanan SD
23 Resha Fatra Sigit Rekam medis Rekam Medis D III
24 Venti megiawan Bidan Desa Kebidanan D IV
25 Septi A. ambarwati Admin SMF SMA
2. Sumber daya Keuangan
Pembiayaan kesehatan bagi puskesmas Nanjungmekar yang berasal dari APBD
Kabupaten Bandung tahun 2017 adalah 151.511.892 yang terdiri dari Biaya
Oprasional dan pemeliharaan
Kinerja Sektor Terkait
Pembangunan kesehatan yang telah tercapai oleh puskesmas bukan hasil kerja
Dinas Kesehatan semata tetapi merupakan kerjasama dengan lintas sector terkait
lainnya seperti: kependudukan, catatan sipil, BKKBN, Bapeda, Kantor Lingkungan

6
Hidup, Polres, Kanwil Agama, Dinas pendidikan, sosial , kimtawil, perikanan dan
pertanian serta kebersihan.
1.2 Pemetaan hasil pengumpulan data
Berdasarkan data sekunder yang di peroleh di puskesmas Nanjung Mekar data
penyakit yang tinggi yaitu sebagai berikut :
Penyakit Menular Penyakit tidak menular
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Hipertensi
Diare Dyspepsia
TB paru Myalgia

PHASE 2 : EPIDEMIOLOGICAL, BEHAVIORAL, AND ENVIRONMENTAL


ASSESSMENTS
2.1 Epidemiological Assesment
2.1.1 Identifikasi masalah, issue, aspirasi fokus program kesehatan.
JENIS MASALAH KESEHATAN BESARAN MASALAH
ISPA 7.627
Hipertensi 3.824
Dyspepsia 3.446
Myalgia 2.741
Diare 157
TB paru 78

2.1.2 Menentukan prioritas masalah, issue, fokus program


Dalam mengidentifikasikan masalah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti kemampuan sumber daya manusia, biaya, tenaga,
teknologi dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan penilaian prioritas masalah dari
yang paling mendesak hingga tidak terlalu mendesak.
Dalam menentukan prioritas masalah kami lakukan dengan menggunakan
metode CARL (Capability, Accesibility, Readness, Leverage), dengan

7
memberikan skor pada tiap alternatif penyelesaian masalah dari 1-5 dimana 1
berarti kecil dan 5 berarti besar atau harus diprioritaskan.
Ada 4 komponen penilaian dalam metode CARL ini yang merupakan cara
pandang dalam menilai alternatif penyelesaian masalah, yaitu:
1. Capability; ketersediaan sumber daya seperti dana dan sarana
2. Accesibility; kemudahan untuk dilaksanakan
3. Readness; kesiapan dari warga untuk melaksanakan program tersebut
4. Leverage; seberapa besar pengaruh dengan yang lain

NO PRIORITAS MASLAAH CARL TOTAL RANGKING


C A R L
1 ISPA 4 4 3 4 15 1
2 Hipertensi 3 3 3 3 12 4
3 Dyspepsia 3 4 3 3 13 2
4 Myalgia 2 3 3 3 11 6
5 Diare 3 3 3 4 13 3
6 TB paru 3 2 2 4 11 5

Ket :
5= Sangat Tinggi
4= Tinggi
3= Sedang
2= Rendah
1= Sangat Rendah
2.1.3 Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus yang terukur
Aspek Rumusan
Tujuan umum Masyarakat mau dan mampu mencegah
penularan dan menanggulangi penyakit
ISPA
factor-faktor Masyarakat dapat :
1. Tidak merokok di dalam rumah
2. Memerhatikan kondisi fisik rumah

8
3. Melindungi diri dari pencemaran
udara lingkungan
Sasaran populasi focus :
Sasaran Primer Pasien mengidap ISPA, keluarga
pengidap ISPA, Masyarakat yang
berisiko
sasaran sekunder tokoh agama, tokoh masyarakat
sasaran tertier kepala dan petugas promkes puskesmas
tujuan khusus 1. Menjalankan PHBS khususnya
indikator tidak merokok di dalam
rumah.
2. Menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan rumah
3. Menghindari/ melindungi diri dari
pencemaran udara

2.2 Menentukan determinan perilaku


no Aspek identifikasi
1. Faktor perilaku most Perilaku masyarakat yang mempengaruhi
penyakit ISPA menjadi tinggi yaitu :
proximal determinant
1. Tingginya angka perokok
2. Memasak di dalam rumah dengan
kurangnya ventilasi
3. Kurangnya sadar proteksi dan
pencegahan dini mengenai penyakit
ISPA

2. Faktor perilaku more distal Perilaku masyarakat yang mempengaruhi


determinant tingginya penyakit ISPA :
1. Orang tua dan remaja terbiasa
merokok di dalam rumah
2. Terbiasanya memakai aerosol/ obat
nyamuk bakar di dalam rumah
3. Faktor perilaku most distal Perilaku masyarakat uang mempengaruhi
factor tingginya penyakit ISPA :
1. Kurangnya peran tokoh masyarakat
untuk mencegah angka perokok

9
menjadi lebih tinggi
2. Keterbatasan peran petugas
kesehatan untuk memberi
penyuluhan tentang penyakit ISPA

2.2 Menentukan determinan lingkungan


No. Aspek Identifikasi
1. Faktor social Social factor :
1. Belum menyeluruhnya regulasi
larangan merokok di tempat umum
maupun di dalam rumah.
2. Kurangnya kepedulian masyarakat
terhadap perokok pasif
2. Faktor fisik Physic factor :
1. Pencemaran udara di lingkungan
rumah
2. Suhu/iklim ruangan rumah
3. Ventilasi yang kurang baik
4. Polusi kendaraan maupun hasil
pembakaran sampah.

PHASE 3: EDUCATIONAL AND ECOLOGICAL ASSESSMENT


1.1 Menentukan Predisposing factors
Factor Identifikasi
Faktor predisposisi (Predisposing - Kurangnya pengetahuan
factors) masyarakat tentang penyakit
1. Pengetahuan (Knowledge) Infeksi Saluran Pernafasan Akut
2. Sikap (attitude) (ISPA).

10
3. Kepercayaan (beliefs),dll - Sikap yang kurang mendukung
karena perilaku yang sulit di ubah

1.2 Menentukan Reinforcing


Faktor Identifikasi
Faktor pendorong (reinforcing factors) - Kurangnya peran tokoh
1. Peran tokoh masyarakat masyarakat untuk memberi contoh
2. Peran petugas kesehatan yang baik akan PHBS, khususnya
merokok di dalam rumah.
- Terbatasnya jumlah petugas
kesehatan menjadikan program
penyuluhan yang di lakukan
menjadi tidak menyeluruh.

1.3 Menentukan Enabling Factors


Faktor Identifikasi
Faktor pendukung (enabling factors) - Layanan yang diberikan lebih
1. Pelayanan kesehatan (puskesmas) fokus kepada bidang pengobatan
(kuratif) daripada upaya
peningkatan kesehatan
(promotive)
- Belum banyaknya pelayanan
kesehatan yang dapat dijangkau.

PHASE 4: ADMINISTRATIVE AND POLICY ASSESSMENT AND


INTERVENTION ALIGNMENT
4.1 Menentukan intervensi berdasarkan hasil asesment determinan.

11
4.1.1 Menentukan perubahan pada Macro level – perubahan pada sistem organisasi
dan lingkungan (Matching the ecological levels untuk program secara luas) 
memerlukan intervensi advokasi, kemitraan.
No. Level Intervensi
1. Macro level - Perekrutan tenaga kesehatan khusus
di bidang promotif.
- Pembentukan karang taruna desa
sehat
(memerlukan diklat promkes)
- Pembentukan kader divisi promotive

4.1.2 Menentukan perubahan pada Micro level – fokus terhadap individu, kelompok
sebaya, keluarga dll. yang mempengaruhi perubahan (Mapping specific
interventions berbasis identifikasi predisposing, enabling and reinforcing
factors). Intervensi di level ini langsung terhadap predisposing, reinforcing,
dan enabling factors. Banyak strategi bisa digunakan untuk setiap kelompok
target
No. Level Intervensi
1. Micro level - Melakukan penyuluhan tentang
1. Predisposisi faktor penyakit ISPA dengan sasaran
( predisposing remaja oleh karang taruna desa
factors) sehat.
- Pengetahuan
(knowledge)
- Sikap (attitude),dll
2. Faktor pendorong - Membuat kebijakan seperti
(reinforcing larangan merokok oleh tokoh
factors) masyarakat dan kebijakan lainnya
- Tokoh masyarakat sehingga mendukung kepada

12
- Peran petugas perubahan perilaku.
kesehatan - Melatih dan mendidik karang
taruna desa sehat dan kader untuk
bisa melakukan upaya promotive
demi mencegah suatu penyakit.
Khususnya penyakit ISPA
3. Faktor pendukung - Menyeimbangkan atau
(enabling factors) memfokuskan pelayanan ke arah
- Pelayanan pencegahan (preventif) dan upaya
kesehatan peningkatan kesehatan (promotive).
(Puskesmas)

4.2 Melakukan seleksi dan mendaftar komponen program, dengan prioritas determinan
perubahan yang diidentifikasi pada langkah 4.1.1. dan 4.1.2. Perhatikan Pooling –
kerja terdahulu dan pelaksanaan intervensi di area tersebut bila masih
memungkinkan; serta Patching interventions untuk mengisi kesenjangan / gaps serta
refleksi fakta berbasis praktek terbaik / best practices.
4.3 Melakukan Identifikasi sumber daya yang dibutuhkan dan yang tersedia.
Jumlah Kesenjangan
Jumlah yang
Jenis Sumber Daya yang Sumber
dibutuhkan
tersedia Daya
Tenaga Manusia
1. Petugas Promosi kesehatan 3 3 Dapat Terpenuhi
2. Pelatih, pembina Tim karang 5 3 2
taruna sehat dan kader
3. Kader penyuluh (promotife) 5 6 Dapat Terpenuhi
4. Anggota karang taruna sehat 11 10 1
Peralatan

13
1. LCD/Proyektor 1/Kegiatan 3 Buah Dapat Terpenuhi
2. Laptop 2/kegiatan 4 Buah Dapat Terpenuhi

Bahan Kerja
1. Leaflet
Ada saat
2. Plifchart Dapat Terpenuhi
dibutuhkan
3. Lembar fakta 1/Kegiatan
4. Media Iklan ISPA
Dukungan Operasional - - -
1. Kebijakan kegiatan
2. Sarana prasarana Soundsistem 3 Buah Dapat terpenuhi

4.4 Melakukan Identifikasi hambatan organisasi dan fasilitator


No. Aspek Identifikasi Hambatan
1. Organisasi dan fasilitator 1. Organisasi
- Adanya hambatan berupa
kesenjangan sumber daya pada
pelatih, pembina tim kader sehat
yaitu sebesar 2 orang. Yang
berakibat ketidak efektifan di suatu
kegiatan.
- Terdapat juga kesenjangan pada
anggota karang taruna sehat yaitu
sebesar 1 orang
2. Fasilitator
- Keterampilan dan skill yang belum
memadai dikarenakan pribadi dan
pengalaman yang masih kurang.
- Menjadi tidak efektif di segala

14
kegiatan dengan berkurangnya
jumlah sumber daya dengan
sejalannya waktu.

4.5 Melakukan Identifikasi kebijakan yang diperlukan untuk implementasi program.


1. Keputusan Mentri kesehatan RI Nomor : 1193/MENKES/SK/X/2004 tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010
2. Terdapat di pedoman Interim WHO mengenai pencegahan dan pengendalian
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemic dan
pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan

PHASE 5 : IMPLEMENTATION
5.1 Merumuskan tujuan program secara umum – tujuan khusus yang terukur (SMART)
sehingga memudahkan untuk dievaluasi.
Aspek Rumusan
Tujuan Umum Meningkatkan pengetahuan Masyarakat mengenai Penyakit ISPA
agar dapat mencegah dan mengendalikan penyakit
Faktor – Faktor Masyarakat dapat :
Kunci 1. Masyarakat Mengetahui pencegahan awal / tingakt dasar
2. Masyarakat Mengetahui pencegahan tingkat pertama
3. Masyarakat Mengetahui pencegahan tingkat ke dua
4. Masyarakat Mengetahui pencegahan tingkat ke tiga
Sasaran Populasi Fokus :
Sasaran Primer Pasien ISPA, keluarga pasien ISPA, masyarakat yang berisiko
ISPA
Sasaran sekunder Tokoh agama, tokoh masyarakat (RT,RW, Kader)
Sasaran tertier Kepala dan Petugas promkes puskesmas Jejaring dan UPT yang
berpengaruh terhadap kegiatan yang akan dilakukan,petugas
kelurahan atau desa, kepala kecamatan dan sasaaran lain yang akan

15
memberikan kebijkan-kebijakan perihal program/kegiatan yang
akan dilaksanakan.
Tujuan Khusus
Mengetahui Masyarakat tahu mengenai pencegahan awal ISPA yang Terdiri
pencegahan awal / dari:
tingakt dasar 1. Health promotion (promosi kesehatan)
- Pendidikan kesehatan, penyuluhan
- Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan
- Penyediaan perumahan yg sehat
- Rekreasi yg cukup
- Pekerjaan yg sesuai
- Konseling perkawinan
- Genetika
- Pemeriksaan kesehatan berkala
2. Specific protection (perlindungan khusus )
- Imunisasi
- Kebersihan perorangan
- Sanitasi lingkungan
- Perlindungan thdp kecelakaan akibat kerja
- Penggunaan gizi tertentu
- Perlindungan terhadap zat yang dapat menimbulkan kanker
Mengetahui Ditujukan kepada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat
pencegahan tingkat kesehatan (health promotion) dan pencegahan khusus (specific
pertama prevention),diantaranya:
1. Penyuluhan
Diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat
terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko
terjadinya ISPA.kegiatan penyuluhan ini dapat berupa
penyuluhan penyakit ISPA,penyuuhan ASI

16
eksklusif,penyuluhan gizi seimbang paa ibu dan
anak,penyuluhan kesehatan lingkungan,penyuluhan bahaya
rokok.
2. Imunisasi
Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah
penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi
saluran nafas
3. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
4. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat
badan lahir rendah
5. Program penyehatan lingkungan pemukiman (PLP) yang
menangani masalah polusi baik di dalam maupun di luar
rumah
Mengetahui Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan
pencegahan tingkat dan diagnosis sedini mungkin.Adapun beberapa hal yang perlu
ke dua dilakukan ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA
adalah :
1. Mengatasi panas (demam)
2. Mengatasi batuk
3. Pemberian makanan
4. Pemberian minuman

Mengetahui Tingkat Pencegahan ini ditujukan kepada balita yang buka


pencegahan tingkat pneumonia agar tidak menjadi lebih parah (pneumonia) dan
ke tiga mengakibatkan kecacatan dan berakhir kematian.
Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan penyakit bukan
pneumonia pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila timbul
gejala pneumonia seperti nafas menjadi sesak,anak tidak mampu
minum,dan sakit bertambah menjadi parah,agar tidak menjadi parh

17
bwalah anak kembali ke petugas kesehatan dan melakukan
perawatan spesifik dirumah dengan memberikan asupan gizi dan
lebih sering memberikan ASI
Strategi
Gerakan Pengembangan masyarakat seperti pembentukan kader.
Pemberdayaan
Masy
Dukungan Sosial Mensosialisasikan tentang Penyakit ISPA kepada pemangku adat,
atau Kemitraan tokoh masyarakat, atau tokoh-tokoh lain yang berpengaruh bagi
masyarakat dan disegani masyarakat sehingga mampu menarik
masyarakat dalam merubah perilaku sesuai perilaku yang
diharapkan.
Sehingga masyarakat dapat meniru dari orang yang menjadi
panutannya.
Advokasi Dukungan dari kepala puskesmas UPT dan Jejaring dalam
melaksanakan kegiatan penanggulangan dan pencegahan penyakit
ISPA.
1. Dukungan berupa SK agar masyarakat patuh dan percaya
akan surat keputusan yang dikeluarkan langsung oelh kepala
puskesmas.
2. Dukungan dari Kepala lembaga berupa dana, dan sumber
daya manusia.
3. Dukungan dari kepala desa/lurah untuk dana kegiatan.

5.2 Merumuskan program, kegiatan intervensi yang akan dilakukan dengan menyusun
disain program, misalanya dalam bentuk Rencana Kerja Pelaksanaan (POA).
NO Kegiatan Sasaran Target Kegiatan Waktu Penanggun Mitra
Populasi g jawab terkait

18
1. Penyuluhan Masyaraka 1. Meningkatkan 6x/ Petugas RW,
kesehatan t pengetahuan tahun Promkes toma
mengenai 2. Mengurangi
pencegahan kejadian ISPA
ISPA dan
penanggulangann
ya
2. Melatih dan Kader 1. Meningkatkan 3x/tahu Bidan Desa kader
mendidik karang pengetahuan n
taruna desa sehat 2. Mengurangi
dan kader untuk kejadian ISPA
bisa melakukan
upaya promotive
demi mencegah
suatu penyakit.
Khususnya
penyakit ISPA

5.3 Menyusun kerangka acuan serta standar prosedur operasional setiap kegiatan
intervensi.
Intervensi 1
KERANGKA ACUAN
PENYULUHAN ISPA
1. Pendahuluan
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas ditetapkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat ( UKM ) dan upaya
kesehatan perseorangan ( UKP ) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya diwilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan upaya

19
kesehatan masyarakat , kewenangan puskesmas bukan hanya sebagai pusat
pelayanan kesehatan masyarakat tetapi juga sebagai pusat komunikasi
masyarakat dimana Puskesmas diharapkan mampu memberikan informasi-
informasi kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Latar belakang
Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada hakikatnya
dipengaruhi oleh, perilaku masyarakat itu sendiri. Penekanan konsep penyuluhan
kesehatan lebih pada upaya mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat
terutama pada aspek kognitif ( pengetahuan dan pemahaman sasaran ).
Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai pendidikan kesehatan yang dilakukan
dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan dengan
demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti tetpai juga mau dan
dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan pun merupakan salah satu upaya pemberantasan penyakit
menular salah satu penyakit menular yaitu Infeksi Saluran Pernfasan Akut
(ISPA) dimana penyakit tersebut adalah penyakit yang selalu menduduki
peringkat pertama di setiap puskesmas. Dengan adanya penyuluhan ini
diharapkan masyarakat dapat mengetahui penyakit ISPA berikut pencegahan dan
penanggulangannya.
Oleh karena itu penyuluhan kesehatan sebaiknya dilakukan secara
kontinu agar terjadi perubahan perilaku kesehatan yang diharapkan.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kejadian penyakit ISPA di wiilayah kerja Puskesmas
Nanjung Mekar kecamatan Rancaekek
b. Tujuan Khusus
 Menambah pengetahuan masyarakat terkait pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA
 Terbentuknya sikap masyarakat yang mendukung terhadap pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA

20
 Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan social sehingga
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian.
4. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
 Penyuluhan Massa dan penyuluhan kelompok.
Dalam penyuluhan ini di lakukan di dalam gedung maupun di luar
gedung puskesmas. Dengan sasaran pasien ISPA, keluarg pasien ISPA,
masyarakat berisiko terjangkit penyakit ISPA, masyarakat luas. Bentuk
pendekatan massa dilakukan secara langsung dan tidak langsung, penyuluhan
secara langsung akan di laksanakan setiap 1 bulan sekali dengan metode
ceramah, tanaya jawab, seminar,dll. Dan penyuluhan tidak langsung akan di
laksanakan setiap 2 bulan melalui media poster,baner dan spanduk.
5. Sasaran penyuluhan
- Individu
- Kelompok
- Massa (public)
6. Pembiayaan
Biaya pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan dibebankan APBD Dinas Kesehatan
dan dana Bantuan Operasional Kesehatan.

KERANGKA ACUAN
PELATIHAN DAN PENDIDIKAN KADER DAN
KARANG TARUNA DESA SEHAT

1. Pendahuluan
Puskesmas merupakan unit kegiatan Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab Menyelenggarakan pembangunan
kesehatan, Puskesmas bertanggung jawab meneyelenggarakan upaya kesehatan
per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang di tinjau dari system

21
Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (Depkes
RI,2009).
Pemanfaatan puskesmas salah satunya mengembangkan partisipasi
masyarakat untuk ikut serta membangun kegiatan kader-kader di setoiap
kelurahannya. Maka dari itu ,dalam program peningkatan derajat kesehatan,
perlulah adanya pendidikan dan pelatihan dan pendidikan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya melalui Usaha Kesehatan Berbasi
Masyarakat (UKBM).

2. Latar belakang
Pendidikan dan pelatihan kesehatan pun merupakan salah satu upaya
pemberantasan penyakit menular salah satu penyakit menular yaitu Infeksi
Saluran Pernfasan Akut (ISPA) dimana penyakit tersebut adalah penyakit yang
selalu menduduki peringkat pertama di setiap puskesmas. Dengan adanya
pendidikan dan pelatihan ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui penyakit
ISPA berikut pencegahan dan penanggulangannya melalui kader dan karang
tarunan desa sehat.
Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
lapangan, yaitu meningkatkan kompetensi kader sebagai penyuluh kesehatan
keluarga dan karang taruna sebagai penyuluh kesehatan remaja khusunya pada
bidang penyakit menular yaitu penyakit Infeksi Saluran Pernafsan Akut (ISPA).
Sehingga dalam penentuan pendidikan dan pelatihan menjadi lebih spesifik dan
terukur. Pendidikan dan pelatihan ini di tujukkan untuk kader wilayah kerja
puskesmas Nanjung Mekar dan Karang taruna desa sehat di setiap desa wilayah
kerja Puskesmas Nanjung Mekar.
3. Tujuan
c. Tujuan Umum
Menurunkan angka kejadian penyakit ISPA di wiilayah kerja Puskesmas
Nanjung Mekar kecamatan Rancaekek
d. Tujuan Khusus

22
 Menambah pengetahuan keluarga terkait pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA melalui kader.
 Menambah pengetahuan remaja terkait penyakit ISPA berikut pencegahan
dan penanggulangannya melalui ;karang taruna desa sehat.
 Terbentuknya sikap masyarakat yang mendukung terhadap pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA
 Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan social sehingga
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian.
4. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
 Pendidikan dan pelatihan kelompok.
Pendidikan dan pelatihan yang di lakukan yaitu memaparkan beberapa materi
oleh petugas kesehatan (petugas promkes) kepada peseta diklat dengan
metode ceramah,diskusi , curah pendapat , role model, dan diskusi kelompok.
5. Sasaran penyuluhan
- Individu
- Kelompok
- Massa (public)
6. Pembiayaan
Biaya pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan dibebankan APBD Dinas Kesehatan
dan dana Bantuan Operasional Kesehatan.
5.4 Menentukan pembagian tugas dan tanggung jawab.
Target
No Kegiatan Sasaran Waktu Penanggun Mitra
Kegiatan g jawab terkait
Populasi
1. Terbentuknya Puskesmas Kepala
1. Penyuluha Kepala 2x/thn
SK dan MOU Dinas
n Dinas
mengenai Kesehata
kesehatan Kesehatan,
kegiatan n Kota
mengenai Kepala
pengendalian Bandung
pencegaha Puskesmas

23
n ISPA UPT dan pencegahan
dan ISPA
penanggul 2. Terbentuknya
angannya jadwal kegiatan
pengendalian
dan
penanggulangan
ISPA yang
sesuai
3. Adanya
peningkatan
dana dalam
pencegahan dan
penanggulangan
ISPA
Melatih Pasien TB, 1. Menurunnya 6x/tahun Petugas Ibu RW,
2. dan Keluarga angka penyakit Promkes Kader dan
mendidik TB, dan TB Puskesmas toma
karang masyarakat 2. Meningkatnya lainnya
taruna desa berisiko TB kesadaran
sehat dan masyarakat
kader dalam
untuk bisa menanggulangi
melakukan penyakit TB
upaya
promotive
demi
mencegah
suatu

24
penyakit.
Khususnya
penyakit
ISPA

5.5 Menentukan jadwal pelaksanaan misalnya dalam bentuk Gannt Chart


No Kegiatan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agu Sept okt Nov De
t st s
1. Penyuluhan      
kesehatan
mengenai
pencegahan ISPA
dan
penanggulangann
ya
2. Melatih dan   
mendidik karang
taruna desa sehat
dan kader untuk
bisa melakukan
upaya promotive
demi mencegah
suatu penyakit.
Khususnya
penyakit ISPA

PHASE 6 : PROCESS EVALUATION


Merencanakan dan melakukan evaluasi apakah program diimplementasikan sesuai
protokol / standar prosedur operasional yang ditetapkan.

25
1. Evaluasi program penyuluhan ISPA
No. Tahap Standar Indikator keberhasilan dan
ketidaksesuaian standar
1. Tahap proses kegiatan a. Penyuluhan a. Acara yang di
penyuluhan pencegahan dan laksanakan berjalan
pencegahan dan penanggulangan dengan lancar
penanggulangan penyakit ISPA b. Semua materi
penyakit ISPA berjalan dengan tersampaikan
lancar c. Masyarakat yang
b. Materi mengitkuti tidak
tersampaikan semuanya
dengan tepat memerhatikan
sesuai dengan kegiatan.
tujuan. d. Penyuluhan
c. Masyarakat mau berjalan sesuai
dan mampu dengan GBPP dan
melakukan upaya SAP
pencegahan dan e. Semua materi
penanggulangan sudah jelas namun
penyakit ISPA adanya istilah yang
d. Tahapan demi belum dapat di
tahapan sesuai pahami oleh
dengan GBPP masyarakat.
dan SAP yang f. Hanya sebagian
ada. masyarakat saja
e. Proses yang bertanya dan
penyampaian berinteraksi
materi jelas dan
terangkum

26
dengan sangat
baik.
f. Adanya umpan
balik dari
peserta/
masyarakat.

2. Evaluasi program Pelatihan kader dan karang taruna desa sehat.


No. Tahap Standar Indikator keberhasilan dan
ketidaksesuaian standar
1. Tahap proses a. Pembelajaran a. Acara berjalan
Melatih dan dalam pelatihan dengan baik dan
mendidik karang penanggulangan lancar
taruna desa sehat penyakit ISPA b. Semua materi
dan kader untuk berjalan dengan telah
bisa melakukan baik. tersampaikan
upaya promotive b. Materi c. Sebagian peserta
demi mencegah tersampaikan bisa melakukan
suatu penyakit. dengan tepat upaya pencegahan
Khususnya sesuai dengan dan
penyakit ISPA tujuan. penanggulangan
c. Peserta mampu penyakit ISPA
melakukan upaya d. Hanya sebagian
pencegahan dan peserta saja yang
penanggulangan bisa melakukan
penyakit ISPA intervensi terkait
d. Peserta mampu penyakit ISPA
melakukan dikarenakan
intervensi kepada keterampilan

27
masyarakat terkait berbicara dan
penyakit ISPA pengalaman yang
e. Tahapan demi kurang.
tahapan sesuai e. Semua peserta
dengan GBPP dan telah mengikuti
SAP yang ada. semua tahapan
f. Proses diklat
penyampaian f. Materi
materi jelas dan disampaikan
terangkum dengan dengan jelas
sangat baik. walaupun
g. Adanya dinamika sebagian peserta
kelompok ada yang kurang
mengerti.
g. Adanya dinamika
kelompok.

PHASE 7 : IMPACT EVALUATION


Merencanakan dan melakukan evaluasi untuk menentukan apakah terjadi perubahan
dalam faktor predisposing, reinforcing and enabling dalam behavioral and
environmental factors
1. Evaluasi dampak kegiatan penyuluhan pencegahan dan penanggulangan penyakit
ISPA

No. Tahapan Standar kegiatan Indikator keberhasilan dan


ketidaksesuaian standar
1. Evaluasi dampak (impact a. Bertambahnya a. Sebagian besar
evaluation) pengetahuan masyarakat tau dan
a. Predisposing masyarakat akan memahami
factors pencegahan dan pencegahan dan

28
- Pengetahuan penanggulanngan penanggulangan
- Sikap,dll penyakit ISPA penyakit ISPA
b. Bertambahnya b. Sebagian besar
sikap yang masyarakat
mendukung dari mendukung untuk
masyarakat melakukan
pencegahan dan
penanggulangan
penyakit ISPA.

2. Evaluasi dampak (impact a. Tokoh masyarakat a. Hanya sebagaian


evaluation) dapat memberi tokoh masyarakat
b. Reinforcing contoh yang baik saja yg dapat
factors terhadap menjadi
- Tokok masyarakat masyarakat untuk pendorong
- Petugas kesehatan bisa mencegah dan merubah perilaku
menanggulangi masyarakat
penyakit ISPA b. Kurangnya
b. Tercapainya cakupan intervensi
intervensi yang di dikarenakan
lakukan oleh petugas kesehatan
petugas kesehatan yang terbatas.
terkait pencegahan
dan
penanggulangan
penyakit ISPA
3. c. Enabling Factors a. Puskesmas lebih a. Pelayanan
- Pelayana mengedepankan puskesmas lebih
kesehatan pelayanan kepada kuratif
(puskesmas) preventif dan

29
promotif

2. Evaluasi dampak kegiatan Melatih dan mendidik karang taruna desa sehat dan
kader untuk bisa melakukan upaya promotive demi mencegah suatu penyakit.
Khususnya penyakit ISPA

No. Tahapan Standar kegiatan Indikator keberhasilan


dan ketidaksesuaian
standar
1. Evaluasi dampak a. Bertambahnya a. Semua peserta
(impact evaluation) pengetahuan dapat mengetahui
a. Predisposing peserta dan memahami
factors pendidikan dan pencegahan dan
- Pengetahuan pelatihan terakit menaggulangi
- Sikap,dll penyakit ISPA penyakit ISPA.
b. Semua peserta b. Sebagian besar
diklat bersikap peserta memberi
mendukung sikap yang
kegiatan mendukung
pencegahan dan terhapda
penanggulangan pencegahan dan
penyakit ISPA penanggulangan
penyakit ISPA

2. Evaluasi dampak a. Tokoh masyarakat a. Tokoh


(impact evaluation) dapat membantu masyarakat dapat
c. Reinforcing kader dan karang mendorong kader
factors taruna desa sehat dan karang
- Tokok b. Semua materi taruna dalam
masyarakat pendidikan dan menjalan

30
- Petugas pelatihan tugasnya.
kesehatan disampaikan oleh b. Keterbatasan
petugas kesehatan petugas
yang berkompeten kesehatan
menjadikan
intervensi
menjadi lebih
lambat mencapai
target.

3. d. Enabling Factors a. Puskesmas lebih a. Pelayanan


- Pelayana mengedepankan puskesmas lebih
kesehatan pelayanan kepada kuratif
(puskesmas) preventif dan
promotif

PHASE 8 : OUTCOME EVALUATION


Merencanakan dan melakukan evaluasi untuk menentukan efek / akibat program terhadap
indikator kesehatan dan kualitas hidup.
1. Outcome evaluation kegiatan penyuluhan pencegahan dan penanguulangan
penyakit ISPA
No. Tahapan Standar kegiatan Indikator keberhasilan dan
ketidaksesuaian standar
1. Evaluasi hasil a. Masyarakat a. Hanya sebagian
(outcome menerapkan masyarakat saja
evaluation) pencegahan dan yang peduli akan
penanggulangan kesehatannya
penyakit ISPA b. Masih adanya
b. Masyarakat masyarakat yang
terhindar dari mengidap penyakit

31
penyakit ISPA ISPA
c. Derajat c. Lambatnya
kesehatan peningkatan derajat
masyarakat kesehatan
meningkat

2. Outcome evaluation kegiatan Melatih dan mendidik karang taruna desa sehat dan
kader untuk bisa melakukan upaya promotive demi mencegah suatu penyakit.
Khususnya penyakit ISPA
No. Tahapan Standar kegiatan Indikator keberhasilan
dan ketidaksesuaian
standar
1. Evaluasi hasil a. Kader mampu a. Semua kader
(outcome evaluation) melakukan terlibat dalam
intervensi terkait semua kegiatan
penyakit ISPA intervensi yang di
pada keluarga lakukan kepada
b. Karang taruna keluarga
desa sehat b. Semua karang
mampu taruna terlibat
melakukan dalam setiap
intervensi kegiatan intervensi
terhadap remaja yag di lakukan
terkait penyakit kepada remaja
ISPA
c. Hadirnya c. Seluruh petugas
petugas kesehatan
kesehatan mendukung
disetiap kegiatan kegiatan yang di

32
lakukan.

33
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

34

Anda mungkin juga menyukai