Disusun oleh:
Emmy Putri Wahyuni
NIM. P0722418015
Dosen Pembimbing:
Ismansyah, S. Kp., M. Kep.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tugas kuliah ini dapat saya selesaikan.
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan
dengan judul tugas, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan saya menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
tugas ini. Oleh karena itu, saya memohon keterbukaan dalam pemberian saran dan
kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
A. Fisiologi Elektrik Jantung (Gambaran EKG Normal)
1. Sistem Elektrik Jantung
Aktivitas elektrik dalam keadaan normal berawal dari impuls yang dibentuk
oleh pacemaker di simpul SinoAtrial (SA) Signal listrik dari SA node mengalir
melalui kedua atrium, menyebabkan kedua atrium berkontraksi mengalirkan
darah ke ventrikel. Kemudian signal listrik ini mengalir melalui AV node lalu
menuju ke berkas His dan terpisah menjadi dua melewati berkas kiri dan kanan
dan berakhir pada serabut Purkinye yang mengaktifkan serabut otot ventrikel.
Ini menyebabkan kedua ventrikel berkontraksi memompa darah keseluruh
tubuh dan menghasilkan denyutan (pulse). Pengaliran listrik yang teratur ini
dari SA node ke AV node menyebabkan kontraksi teratur dari otot jantung
yang dikenal dengan sebutan denyut sinus (sinus beat).
2. Irama sinus.
Pada keadaan normal dan istirahat, jantung orang dewasa akan berdenyut
secara teratur antara 60-100 detak/menit. Kecepatan dari denyut jantung
ditentukan oleh kecepatan dari signal listrik yang berasal dari pemacu jantung,
SA node.
Dikatakan Bradikardi jika denyut jantung kurang dari 60x/menit dan takikardi
jika lebih dari 100x/menit . setiap siklus terdiri dari gelombang P diikuti oleh
komplek QRS dan T.
1
3. EKG normal
Elektrokardiogram adalah rekaman potensial listrik yang timbul sebagai
aktivitas oto jantung , yang dapat direkam adalah potensial – potensial listrik
yang timbul pada waktu otot-otot jantung berkontraksi.
Rekaman EKG biasanya dibuat pada kertas yang berjalan dengan kecepatan
standar 25mm/ detik dan defleksi 10mm sesuai potensial 1mV. Gambaran
EKG normal terdiri dari :
2
Gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak ada , asal dari gelombang
ini merupakan hasil repolarisasi dari atria yang sering tidak dikenali karena
ukurannya kecil dan terbenam pada gelombang QRS
Gambar 5. Contoh bentuk sinyal yang didapat dari 12 leads (sadapan) EKG normal
4
4. Kertas EKG
Terdapat 2 macam kotak dalam EKG yaitu kotak kecil dan kotak besar . Kotak
kecil dengan ukuran 1 mm x 1 mm atau 0,04 detik x 0,04 detik. Yang kedua
yaitu kotak sedang/besar dengan ukuran 5 mm x 5 mm atau 0,20 detik
3) Irama Junctional
6
Irama denyut jantung yang pemacunya dominan pada nodus AV. Cirinya
gelombang P hilang /inverse/ mundur.
4) Irama Ventrikuler
Irama jantung yang pemacunya dominan dari sumber implus ventrikel
9
Ventrikel Ekstra Sistol “Uniform”
2. Ventrikel Ekstra Sistol “Multiform”
Adalah Ventrikel Ekstra Sistol yang memiliki bentuk beragam dalam lead yang
sama. Disebut juga VES Multifokal. Ini menunjukan ada beberapa sumber
impuls yang berbeda di Ventrikel.
10
Ventrikel Ekstra Sistol “Trigemini”
5. Ventrikel Ekstra Sistol “Couplet”
Couplet artinya setelah kompleks normal muncul dua VES sekaligus.
11
E. PENYAKIT JANTUNG REMATIK
1. DEFINISI
Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan
sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi
Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum
diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut,
Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.
2. ETIOLOGI
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat
interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini
berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang
berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit maupun disaluran nafas,
demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus
dikulit.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik
dan penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada
keadaan lingkungan.
Faktor-faktor pada individu :
a. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan
antibodi monoklonal dengan status reumatikus
12
b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan
anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan
jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan
pada satu jenis kelamin.
d. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak
umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa
ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak
berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz
menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur
2-6 tahun.
f. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub
mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever
Faktor-faktor lingkungan :
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
13
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi
untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara
yang sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan
sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah
dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera
mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah
sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini
merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.
b. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak
didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih
tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya
insidens demam reumatik lebih tinggi daripada didataran rendah.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.
3. PATOGENESIS
Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi
streptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi
patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan. Gejala demam
reumatik bermanifestasi kira-kira 1 – 5 minggu setelah terkena infeksi. Gejala
awal, seperti juga beratnya penyakit sangat bervariasi. Gejala awal yang paling
sering dijumpai (75 %) adalah arthritis. Bentuk poliarthritis yang bermigrasi.
Gejala dapat digolongkan sebagai kardiak dan non kardiak dan dapat
berkembang secara bertahap.
Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung. Meskipun
pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A sudah berkembang pesat, namun mekanisme
14
terjadinya demam reumatik yang pasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli
sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit autoimun.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk
ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S,
hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, dioksiribonuklease serta
streptococcal erytrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya
antibodi.
Pada penderita yang sembuh dari infeksi streptococcus, terdapat kira-kira
20 sistem antigen-antibodi; beberapa diantaranya menetap lebih lama daripada
yang lain. Anti DNA-ase misalnya dapat menetap beberapa bulan dan berguna
untuk penelitian terhadap penderita yang menunjukkan gejala korea sebagai
manifestasi tunggal demam reumatik, saat kadar antibodi lainnya sudah normal
kembali.
ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan
paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih
kurang 80 % penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut
menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3
antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik /
penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap
streptococcus.
Patologi anatomis
Dasar kelainan patologi demam reumatik ialah reaksi inflamasi eksudatif
dan proliferasi jaringan mesenkim. Kelainan yang menetap hanya terjadi pada
jantung; organ lain seperti sendi, kulit, paru, pembuluh darah, jaringan otak dan
lain-lain dapat terkena tetapi selalu reversibel. Diagnosis dibuat berdasarkan
kriteria jones yang dimodifikasi dari American Heart Association. Dua kriteria
mayor dan satu mayor dan dua kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar
demam reumatik. Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.
4. MANIFESTASI KLINIK
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik
dapat dibagi dalam 4 stadium.
15
a. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A.
Keluhan :
Demam
Batuk
Rasa sakit waktu menelan
Muntah
Diare
Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
b. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini
berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau
bahkan berbulan-bulan kemudian.
c. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik,
saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit
jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit
jantung reumatik.
16
Athralgia
Rasa sakit disekitar sendi
Sakit perut
d. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam
reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa
gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium darah
Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E
Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi
6. DIAGNOSIS PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa demam reumatik dapat digunakan Kriteria
Jones yaitu :
Kriteria mayor :
Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-
sendi besar; lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan , siku (poliarthritis
migrans).
Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis).
Eritema marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
17
Noduli subkutan
Terletak pada ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki;
tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
Korea sydenham
Gerakkan yang tidak disengaja /gerakkan yang abnormal, sebagai manifestasi
peradangan pada sistem syaraf pusat.
Kriteria Minor :
Kultur positif
Ruam skarlatina
Peningkatan antibodi streptococcus yang meningkat
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan medis adalah :
18
Pemberantasan infeksi streptococcus :
Pasien diberi analgetik untuk mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Salisilat
diberikan untuk anti radang dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama kurang
lebih dan 25 mg/kg BB/hari selama satu bulan.
Prednison diberikan selama kurang lebih dua minggu dan tapering off
(dikurangi bertahap) Dosis awal prednison 2 mg/kg BB/hari.
Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari American
Heart Association. Dua kriteria mayor dan satu mayor dan dua kriteria minor
menunjukkan kemungkinan besar demam reumatik. Prognosis tergantung pada
beratnya keterlibatan jantung.
F. Penatalaksanaan Perikarditis
Tujuan penatalaksanaan adalah :
Menentukan penyebab
Menentukan terapi yang sesuai dengan penyebab (bila diketahui)
Waspada terhadap kemungkinan terjadinya temponade jantung (kompresi
jantung oleh cairan dalam kantung perikard)
19
1. Terapi Umum
a. Tirah baring, disertai elevasi bagian kepala tempat tidur untuk perbaiki
pernapasan
b. Terapi oksigen
c. Pembedahan dengan melakukan perikardiosintesis atau drainase untuk
mengatasi tamponade
d. Drainase cairan pericardium atau pengangkatan pericardium
2. Terapi Farmakologi
a. Analgesic, diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat reabsorbsi
cairan pada klien pericarditis rematik.
b. Kortikosteroid, diberikan untuk mengontrol gejala, mempercepat resolusi
proses inflamasi dalam pericardium dan mencegah kekambuhan. Digunakan
pada lupus eritematosus diseminata.
1) Waspadalah terhadap kemungkinan terjadinya temponade jantung.
Pergunakan keterampilan pengkajian keperawatan untuk mengantisipasi
dan mengidentifikasi trias gejala (turunnya tekanan arteri, meningkatnya
tekanan vena dan bunyi jantung lemah)
c. Antibiotic, pasien dengan infeksi pericardium harus segera diobati dengan
antimikroba pilihan begitu organisme penyebabnya dapat diidentifikasi.
Pericarditis yang berhubungan dengan demam rematik berespon baik
terhadap penicillin. Pericarditis akibat tuberculosis dapat diobati dengan
isoniazid, etambutol hidroklorid, rifampisin dan steptomisin dalam berbagai
kombinasi. Ampoterisin B digunakan untuk pericarditis jamur.
3. Diit Klien Perikarditis
Tujuan diet:
Mencukupi asupan gizi seimbang tanpa memberatkan kerja jantung, mencegah
atau menghilangkan penimbunan garam dan air, serta membantu penurunan
berat badan bila kegemukan.
a. Makanan mengandung gas dan alkohol seperti ubi, singkong, tape
singkong/ketan, kol, kembang kol, sawi, nangka, dan durian.
b. Daging sapi dan ayam yang berlemak, gajih, sosis, ham, jeroan, otak,
kepiting, kerang, keju, dan susu full cream
20
c. Kacang - kacangan kering tinggi lemak seperti kacang tanah, kacang mete
dan kacang bogor
d. Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, santan kental
e. Teh dan kopi kental, minuman bersoda dan beralkohol seperti bir dan wiski
f. Bumbu beraroma tajam seperti cabe rawit
g. Roti, mie, kentang, makaroni, biskuit, tepung beras/terigu/sagu, kentang,
gula pasir, gula merah, madu, dan sirup
h. Daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu rendah lemak dalam jumlah
terbatas
i. Kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe
j. Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam, kangkung, buncis,
kacang panjang, wortel, tomat, labu siam, dan tauge
k. Buah-buahan segar seperti pisang, pepaya, jeruk, apel, melon, semangka,
dan sawo
l. Minyak jagung, minyak kedelai, mentega, margarin dalam jumlah terbatas dan
tidak untuk menggoreng tapi menumis, kelapa atau santan encer dalam jumlah
terbatas
m. Teh encer, coklat, sirup
21
kandungan natriumnya tinggi baik bahan makanan hewani maupun nabati harus
dibatasi.
22
Defisiensi Na juga dapat terjadi jika penderita diberi obat diuretik.
Sindrom kurang garam dapat timbul pada penderita, yaitu tubuh menjadi
lemah, nafsu makan hilang, mual, dan muntah. Selain itu tekanan darah
akan turuh, denyut nadi menjadi cepat. Keadaan ini disebut juga
“intoksikasi air”.
2) Dalam keadaan akut, kepada penderita kegagalan jantung diberikan Diet
Cair Karell (Karell Liquid Diet) yang terdiri dari 800 ml susu segar yang
diberikan sebanyak 4 kali 200 mg yang masing-masing diberikan pada jam
8.00, jam 12.00, jam 16.00, dan jam 20.00.
3) Dari diet ini penderita akan memperoleh kalori sebanyak 550 kal, protein
28 gram, sedangkan kandungan Natrium dalam diet itu adalah 450 mg Na.
4) Diet Cair Karell ini biasanya hanya diberikan untuk satu atau dua hari saja.
Apabila keadaan penderita berangsur baik, diet cair dapat diganti dengan
Diet Lunak Rendah Natrium. Garam dapur tetap tidak boleh diberikan.
Demikian juga bahan makanan atau makanan yang kandungan natriumnya
tinggi.
23
Perikardioektomi adalah satu-satunya pengobatan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi perikarditis kronik konstruktif. Perikardiektomi dilakukan
untuk memperbaiki hemodinamik yang abnormal dan terbukti menghasilkan
perbaikan klinis. Operasi perikardioektomi dapat dilakukan melalui 2 insisi
yaitu sebagai berikut.
a. Sternotomi mediana yaitu insisi sternotomi memberikan paparan yang
lebih baik untuk membebaskan ventrikel kanan dan merupakan pilihan
bila akan dilakukan cardiopulmonary bypass.
b. Torakotomi (torakotomi anterolateral kiri atau torakotomi anterior
bilateral) yaitu memberikan paparan yang lebih baik untuk
membebaskan ventrikel kiri dan diafragma.
24
G. ALGORITMA PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF
TRIAGE
Apakah ada edema pada Berikann terapi oksigen Monitor vital sign
ekstremitas atau pada sesuai kebutuhan Monitor status Respirasi dan
anggota badan yang lain ? Posisikan semifowler SpO₂
Berikan posisi semifowler
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak
Ya
25
H. Algoritma Angina Pektoris
26
27