Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat
yang memerlukan penanganan secara menyeluruh dan segera karena dampaknya
akan sangat luas dalam mempengaruhi kondisi pada tubuh. Berdasarkan data oleh
WHO (World health organization) tahun 2013, menyatakan di seluruh dunia 60-
90% dari anak-anak sekolah dan hampir 100% orang dewasa mengalami karies
gigi. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan jasmani yang
tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi tubuh secara
keseluruhan (Lossu, 2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat, beberapa
aktifitas seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena
terhindar dari rasa sakit, tidak nyaman, dan malu (Kemenkes RI, 2007).
Di Indonesia sendiri berdasarkan data Riset kesehatan dasar (RISKESDAS)
tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Kementerian kesehatan republik Indonesia
menunjukkan bahwa sebanyak 25,9% penduduk indonesia mengalami masalah
gigi dan mulut. Terjadi peningkatan prevalensi karies aktif pada penduduk
Indonesia pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4% pada
tahun 2007 menjadi 53,3% di tahun 2013. Karies pada anak menjadi perhatian
dalam bidang kesehatan masyarakat secara signifikan. Center for disease control
and prevention (CDC) pada tahun 2005 menyatakan bahwa prevalensi karies pada
anak usia prasekolah sebesar 27% dan untuk anak usia sekolah sebesar 43%
(Widyastuti, 2016).
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan penderita masalah gigi
dan mulut yang cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebanyak 25,4%
dari penduduk provinsi Jawa Tengah masih mengalami masalah gigi dan mulut
dengan 31,0% masyarakat yang mendapatkan perawatan dan penanganan dari tim
medis. Persentase responden yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut
sebesar 54,1% ditemukan pada kelompok usia 6-12 tahun, karena pada usia 6-12
tahun sebagian besar masih memiliki kebiasaan menggosok gigi yang keliru yaitu
saat mandi pagi dan mandi sore.
1
2
juga dapat menyebabkan hilangnya ion kalsium,fosfat dan hidroksil dari kristal
hidroksiapatit. Saliva dengan pH kritis yaitu 5,5 dapat mengakibatkan disolusi
hidroksiapatit yang disebut demineralisasi pada gigi (Sulendra,2013).
Berdasarkan Studi pendahuluhan yang saya lakukan di SD Pesanteren
Terpadu Ulul Absor dari 20 siswa tersebut mengalami karies sebanyak 100%
siswa-siswi mengalami karies gigi Untuk itulah penelitian merasa perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut.Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang “Hubungan pH saliva dan viskositas saliva terhadap
kejadian karies gigi pada siswa - siswi SD Pesanteren Terpadu Ulul Absor Tahun
2019”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu “Apakah Hubungan pH saliva dan viskositas saliva terhadap
kejadian karies gigi pada siswa- siswi SD Pesanteren Terpadu Ulul Absor Tahun
2019?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan pH saliva dan viskositas saliva terhadap
kejadian karies gigi pada siswa-siswi SD Pesanteren Terpadu Ulul Absor
Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pH saliva pada siswa-siswi SD Pesanteren Terpadu
Ulul Absor Tahun 2019 ?
b. Untuk mengetahui viskositas saliva pada siswa-siswi SD Pesanteren
Terpadu Ulul Absor Tahun 2019 ?
c. Untuk mengetahui kejadian karies pada siswa-siswi SD Pesanteren
Terpadu Ulul Absor Tahun 2019 ?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan
kajian dan rekomendasi tindak lanjut untuk penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
4
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman peneliti pada
saat penelitian dan upaya untuk meningkatkan kesehatan khususnya
dibidang kesehatan gigi.
b. Bagi Akademik
Hasil penelitian sebagai menambah bahan referensi atau dijadikan
kajian pustaka bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik
Kesehatan Semarang.
c. Bagi Lahan Penelitian
Memberikan informasi mengenai hubungan pH saliva dan viskositas
saliva terhadap kejadian karies gigi pada siswa-siswi SD Pesanteren
Terpadu Ulul Absor Tahun 2019
E. Keaslian Penelitian
Penelitian berjudul “Hubungan pH saliva dan viskositas saliva terhadap
kejadian karies gigi pada siswa-siswi SD Pesanteren Terpadu Ulul Absor Tahun
2019.” merupakan penelitian lanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya.
Adapun penelitian sebelumnya terkait judul diatas adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
7
8
kejadian
karies
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Saliva
a. Pengertian Saliva
Saliva memiliki peran utama dalam melestarikan homeostasis
rongga mulut. Seperti cairan tubuh biologis lainnya (darah, limfoma), air
liur adalah biomarker yang digunakan dalam organisme penilaian
sebelumnya. Saliva atau air ludah merupakan suatu cairan oral yang
kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar
dan kelenjar ludah kecil yang ada pada mukosa oral (Kidd, 2013).
Kelenjar Parotis
Kelenjar Submandibularis
Kelenjar Sublingualis
b. Fungsi Saliva
Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan
rongga mulut. Adapun fungsi saliva antara lain:
1) Membentuk lapisan pelindung pada membran mukosa yang
akan bertindak sebagai barier terhadap iritan dan mencegah
kekeringan.
2) Membantu membersihkan mulut dari makanan, debris, dan
bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak.
3) Mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat,
fosfat dan protein. Peningkatan kecepatan sekresinya biasanya
berakibat pada peningkatan pH dan kapasitas buffernya.
Selain itu, penurunan pH plak akibat asidogenik akan
dihambat.
4) Mempertahankan Integritas Gigi
5) Saliva mengandung bahan organik yaitu kalsium dan fosfat.
Saliva membantu menyediakan mineral yang dibutuhkan oleh
email untuk meghambat atau menghindari pelarutan gigi saat
demineralisasi terjadi (Kidd, 2013).
c. Faktor-Faktor Produksi Saliva
1) Stimulasi
11
Ada beberapa faktor yang harus ada dan saling berhubungan antara
satu dengan yang lain yaitu: (1) waktu; (2) host atau gigi; (3)
mikroorganisme dan (4) substrat. Karies terjadi seiring dengan waktu
yang berjalan dengan terjadinya kerusakan kristal email oleh asam yang
dihasilkan oleh bakteri yaitu Streptococcus mutans. Bakteri
mengunakan karbohidrat sebagai energi untuk menghasilkan tenaga
pada proses glycolytic dan menghasilkan produk sampingan berupa
asam sehingga apabila terdapat banyak sisa makanan atau substart yang
menempel pada gigi membuat bakteri semakin cepat untuk
menghasilkan asam yang akan mengakibatkan demineralisasi gigi
(Wirawan, dkk, 2017).
PH READING CHARD
16
Kriteria pH Saliva
Tinggi >8
Normal 6-7
Rendah 4,5-5,5
Sangat Rendah <4
menurun dan ini akan menyebabkan saliva menjadi lebih kental (Wee
2015).
Saliva merupakan cairan dalam rongga mulut yang sangat penting
keberadaannya terutama berhubungan dengan pembentukan karies,
karena peranannya yang mempengaruhi pertumbuhan plak didalam
mulut. Saliva dapat menetralkan keadaan mulut yang terlalu asam dan
membentuk lapisan tipis untukmenghalangi kontak antara bakteri mulut
dengan gusi dan gigi. Sekresi saliva merupakan suatu proses alamiah
yang membersihkan sisa-sisa makanan dari permukaan gigi dan
melindungi jaringan mulut dari pengaruh buruk bakteri. Peningkatan
viskositas saliva dan penurunan kecepatan sekresi saliva dapat
mengakibatkan penambahan plak dan karies secara cepat dan akhirnya
terjadi kerusakan gigi-geligi (Alfianur,2014)
Faktor kepaktan air ludah (viskositas saliva) sebagai bagian dari host
berpengaruh terhadap kesehatan rongga mulut karena viskositas saliva
yang lebih tinggi akan menurunkan laju aliran saliva yang
menyebabkan penumpukan sisa-sisa makanan yang akhirnaya dapat
mengakibatkan perkembangan karies (Sulendra,2013).
Viskositas saliva adalah istilah lain dari kekentalan saliva.
Kekentalan saliva berperan dalam dalam kemampuan saliva
membersihkan sisa-sisa makanan dari dalam rongga mulut. Saliva yang
encer akan memiliki efek self cleansing yang membantu saliva secara
alami memberishkan sisa makanan sehingga tidak menepel dengan erat
pada permukaaan gigi. Sebaliknya saliva yang kental akan
menyebabkan terjadinya retensi sisa makanan pada permukan gigi,
sehingga meningkatkan resiko karies (senawa,dkk,2015)
Pengukuran dilakukan secara visual, saliva yang tidak distumulasi
tampak sehat apabila warnanya jeles (bening) dan konsistensinya cair.
Jika saliva berserabut,berbusa atau bergelembung, dan sangat lengket
maka dapat disimpulkan bahwa kandungan air rendah kerena tingkat
produksi rendah. Sebaiknya pemeriksaan visual dilakukan sebelum
sampel saliva yang terstimulasi diambil
18
2. Karies
a. Pengertian Karies
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik
terhadap suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah
19
bahwa ada empat penyebab karies yaitu host atau gigi, mikroorganisme,
plak, dan waktu.
1) Host
Ada beberapa faktor yang dihubungkan degan gigi sebagai tuan
rumah terhadap karies gigi salah satunya faktor morfologi gigi (ukuran
dan bentuk gigi). Pit dan fissure pada gigi sangat rentan terhadap karies
terutama pit dan fissure yang dalam. Gigi yang berjejal dan struktur
permukaan gigi yang abnormal. Kepadatan email, semakin banyak
email mengandung mineral maka kristal email akan semakin padat dan
email akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies
dibanding gigi tetap (Pintauli S, 2008).
2) Mikroorganisme
Streptococus mutans dan lactobacilus merupakan kuman
kariogeik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat
yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur
dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi
karena kemampuan membuat polisakarida ekstra sel yang sangat
lengket dari kerbohidrat makanan. Akibatnya, bakteri-bakteri
terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain
sehingga plak makin tebal dan menghambat fungsi saliva dalam
menetralkan plak tersebut. Jumlah Sreptococus mutans lebih banyak
terdapat pada seseirang yang mengalami caries active daripada
orang yang bebas karies (Kidd, dkk, 2013)
3) Substrat
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan
plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Dibutuhkan
waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel
pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan
demineralisasi email. Dengan demikian, makanan dan minuman
yang mengadung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat dan
dapat menyebabkan demineralisasi pada gigi. Bakteri mengunakan
21
Gambar 2.5 Faktor Etiologi Terjadinya Karies (sumber : Putri dkk, 2012)
d. Macam-Macam Karies
Klasifikasi karies menurut kedalamannya adalah sebagai berikut:
1) Karies Superfisialis
Karies baru mengenai email saja, sedangkan dentin belum
terkena.
24
2) Karies Media
Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin.
3) Karies Profunda
Karies sudah lebih mengenai lebih dari setengah dentin
atau sudah mengenai pulpa. Karies ini dapat dibagi lagi menjadi:
a) Karies profunda stadium I. Karies telah melewati setengah
dentin, biasanya belum dijumpai radang pulpa.
b) Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipis
yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya disini sudah
terjadi radang pulpa.
c) Karies profunda stadium III. Pulpa sudah terbuka dan
dijumpai bermacam-macam radang pulpa (Tarigan, 2012).
25
1) Indeks DMF-T
M : missing yaitu gigi permanen yang hilang akibat karies atau gigi
permanen dalam keadaan karies indikasi pencabutan
2) Indeks def-t
e : extoliasi yaitu gigi susu yang hilang atau gigi susu dalam keadaan
karies indikasi pencabutan
f : filling yaitu gigi susu yang telah ditambal karena karies, baik
tambalan tetap maupun sementara
3) Pemeriksaan karies :
a) Peneliti mengisi identitas responden
b) Mempersilahkan responden untuk duduk nyaman dan
menjelaskan tahap-tahap yang akan dilakukan
27
Jumlah DMF-T
DMF-T Rata-rata :
Jumlah gigi yang diperiksa
Jumlah def-t
def-t Rata-rata :
Jumlah gigi yang diperiksa
(Pintauli, 2008)
B. Kerangka Teori
Demineralisasi
Karies Gigi
Remineralisasi
C. Hipotesis
METODE PENELITIAN
Keterangan:
2828
29
1 Karies Karies merupakan suatu penyakit DMF-T dan Observasi Ordinal Sangat rendah (0,0-0,1)
jaringan keras gigi yaitu email, dentin, def-t dan Rendah (1,2-2,6)
dan sementum yang disebabkan oleh pemeriksaan Sedang (2,7-4,4)
aktifitas suatu jasad renik terhadap suatu Tinggi (>4,4)
karbohidrat yang dapat diragikan.
Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian di
ikuti oleh kerusakan bahan organiknya.
2. pH Saliva Derajat keasaman air ludah yang Skor Bratthal Observasi Ordinal Tinggi >8
digunakan untuk menggambarkan tingkat (dengan
Normal 6-7
keasaman dan kebasaan yang dimiliki kriteria pH
sesorang saliva) Rendah 4,5-5,5
3. Viskositas Kekentalan saliva yang dihasilkan dalam Kriteria Observasi Ordinal 1. Baik: Saliva terlihat
Saliva mulut seseorang Viskositas cair, menggenang,
saliva tidak menunjukan
busa.
2. Sedang: Saliva
terlihat berwarna
putih berbusa, tidak
menggenang
3. Buruk: Saliva
terlihat kental,
berwarna putih
berbusa,lengket.
33
F. Instrumen Penelitian
Table 3.2 Instrumen Penelitian
G. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian dan pengumpulan data dilakukan secara
langsung dengan melakukan pemeriksaan langsung pada siswa-siswi SD
Pesantren Terpadu Ulul Abshor dengan prosedur berikut :
1. Tahap Persiapan
a. melakukan perizinan
b. menyiapkan data sampel
c. menyiapkan alat dan bahan penelitian
1) Alat
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap Akhir
a. Penyusunan data
b. Pangklasifikasian data
c. Analisa data
d. Penyajian data dalam bentuk laporan penelitian berdasarkan hasil
penelitian.
35
H. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara
bertahap meliputi analisa univariate, bivariate dan multivariate. Analisis
univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian (Notoadmojo, 2012). Analisa univariate pada
penelitian ini dilakukan pada masing-masing variabel yang diteliti yaitu pH
saliva, viskositas Saliva dan kejadian karies menggunakan distribusi
frequensi. Analisa bivariat dilakuakan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoadmojo, 2012). Dalam penelitian ini
analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pH Saliva
dan viskositas saliva terhadap kejadian karies gigi. Untuk membuktikan ada
tidaknya hubungan tersebut maka dilakukan statistik uji korelasi Kendall-
Tau (t). Untuk mengetahui hubungan lebih dari dua variabel secara
bersamaan dilakukan analisa univariate (Notoadmojo, 2012).
a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan uji statistik antar variable, terlebih dahulu
dilakukan dengan uji normalitas dengan kolmogorof smirnow test untuk
mengetahui apakah sampel yang berasal dari populasi berdistribusi
normal atau tidak. Dikatakan terdistribusi normal jika p value dari
kolmogorof smirnow test lebih dari 0,05 dan sebaliknya.
b. Uji Kendall-Tau
Korelasi ini digunakan untuk menguji variabel independent dan
variabel dependent yang minimal berskala ordinal. Skala data untuk
kedua variable yang akan dikorelasikan dapat berasal dari skala yang
berbeda (skala data ordinal dihubungkan dengan data numerik) atau
sama (skala data ordinal dihubungkan dengan skala data ordinal). Data
yang akan dikorelasikan tidak harus berdistribusi normal. Kendall-Tau
digunakan apabila data yang dianalisi lebih dari 30 responden
(Riwidikdo, 2010). Pengambilan keputusan dengan cara melihat hasil
perhitungan SPSS. Jika sig. (2-tailed) < 0,05 maka artinya ada hubungan
yag signifikan (berarti) antar variabel tersebut dan begitupun sebalikan
36
I. Jadwal Penelitian