Case Anak 2 Adit
Case Anak 2 Adit
Kejang Demam
Disusun sebagai salah satu syarat untuk gelar profesi dokter pada Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Disusun Oleh :
Aditya Ilham Prasetyo
406151011
Pembimbing :
AKBP dr. Winres Sapto Priambodo, SpA
1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Agama : Islam
Suku : Jawa
Ruang : Seruni
No.RM : 16-05-132048
Jaminan : Umum
2
yang lalu. Menurut orang tuanya, sebelum usia 2 tahun pasien beberapa kali mengalami
kejang. Orang tuanya mengaku walaupun demam tidak terlalu tinggi, pasien beberapa
kali kejang dan pernah mengalami trauma berupa jatuh dari rumah panggung saat usia
1 tahun.
3
langsung menangis, berat badan 3100 gram. Panjang badan lahir 48 cm. Setelah lahir,
pasien dirawat gabung dengan ibu.
Riwayat imunisasi :
Kesan : Imunisasi lengkap sesuai umur dengan jadwal Imunisasi IDAI 2014
Kesan: Pertumbuhan anak tidak diketahui hasil intrepretasinya dan perkembangan anak
sesuai umur.
- Mulai usia 6 bulan, anak diberi bubur saring dan susu formula
4
- Mulai usia 12 bulan, anak diberi makanan keluarga, nasi dengan lauk pauk
dan sayur yang bervariasi diberikan 3x/hari
Kesan : Kualitas & kuantitas makanan & minuman saat ini baik, ASI eksklusif.
Pemeriksaan Sistem
Kepala : Normocephal
Mulut : Bibir kering (-), Bibir sianosis (-), Mukosa Hiperemis (-),
5
Axilla : Tidak teraba pembesaran KGB
Jantung
Paru – paru
Ekstremitas :
Akral hangat (+), oedema (-), CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan Motorik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Px. Darah 16-05-2016 Angka normal
Imunologi/Serologi (Widal)
7
Salmonella Typhi O NEGATIF Negatif
Salmonella Typhi H NEGATIF Negatif
S Paratyphi A-H NEGATIF Negatif
8
Intepretasi Berat-Umur: berada diantara 0 dan -2, maka pasien digolongkan dalam
kelompok gizi baik.
9
Intepretasi BMI-umur: berada di dibawah angka -2 dan diatas -3, maka pasien masuk dalam
kelompok gizi kurang.
Kesan : Status gizi berdasarkan berat-umur pasien termasuk dalam status gizi baik.
Berdasarkan tinggi-umur termasuk dalam perawakan normal. IMT-umur, pasien
dalam status gizi kurang.
IV. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 3 tahun 4 bulan, berat badan 14 kg,
dan tinggi badan 105 cm dengan keluhan kejang selama kurang lebih 20 menit pada jam
18.00 di rumah, sebelum kejang pasien sadar, saat kejang pasien tidak sadar dan sesudah
kejangnya berhenti pasien sadar kembali. Pada saat jam 13.00 pasien juga mengalami
kejang serupa, selama kurang lebih 15 menit, kemudian setelah kejangnya berhenti
pasien di bawa oleh orang tuanya ke klinik terdekat dan sudah mendapatkan terapi.
Pasien juga sedang demam sejak 1 hari sebelumnya, sudah diberikan obat penurun
panas, namun suhu tubuh pasien masih tinggi. Pasien juga mengeluh batuk kering sejak
2 hari yang lalu. Pilek (-), muntah (+) 2x konsistensinya cairan dan makanan. Nafsu
makan turun (+), minum (+) banyak, BAK normal, warna kuning. BAB normal,
konsistensi padat, BAB warna hitam/merah (-), diare (-), riwayat kejang (+) 1 tahun
yang lalu. Menurut orang tuanya, sebelum usia 2 tahun pasien beberapa kali mengalami
kejang. Orang tuanya mengaku walaupun demam tidak terlalu tinggi, pasien beberapa
kali kejang dan pernah mengalami trauma berupa jatuh dari rumah panggung saat usia
1 tahun.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologi tidak ditemukan tanda – tanda infeksi
sistem saraf pusat.
V. DIAGNOSIS BANDING
Kejang demam kompleks
Kejang demam sederhana
10
VI. DIAGNOSIS KERJA
Kejang demam kompleks
Gizi kurang
Anemia
ISPA
VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa di IGD
- Infus Kaen 3B 15 tpm
- Dumin Supp 125mg
- Paracetamol syr 3 x 2 cth
- Oksigen canul 2 lpm
- Stesolid supp 10mg bila kejang
Medikamentosa Yang Didapat
- Infus Kaen 3B 10 tpm
- Inj. Ceftriakson 2 x 500mg
- Inj. Dexametason 2 x 1/3 ampul
- Paracetamol syr 4 x 1 1/3 cth
- Bila kejang Inj. Diazepam 4mg
Medikamentosa Yang Disarankan
- Infus Kaen 3B 16 tpm
o 14 kg 1200 cc
o (1200 : 24) : 60 = 0,833 x 20 = 16,66
- Inj. Cefotaxime 3 x 250mg
- PCT 3 x 1 ½ cth
- Puyer 2 x 1:
o Luminal 15 mg
o B comp ½ tab
o Kalk ½ tab
- Dextamine syr 2x1 cth
Non Medikamentosa
- Ganti baju sesering mungkin jika pasien berkeringat
- Banyak minum susu, air putih, makanan bergizi dan lunak
11
VIII. SARAN PEMERIKSAAN SELANJUTNYA :
Pemeriksaan Elektrolit
IX. EVALUASI
- Keadaan umum dan tanda – tanda vital
- Awasi timbulnya komplikasi
-
X. KOMPLIKASI
- Kejang demam berulang
- Epilepsi
XI. EDUKASI
Membertihukan orang tua untuk menyediakan termometer untuk memantau suhu
anak, jika suhu diatas 38 derajat segara diberikan obat penurun panas
Memberitahukan orang tua untuk mempersiapkan obat-obatan untuk kejang demam
apabila suhu badan tinggi kembali
Memberitahukan orang tua untuk mengawasi anak dari tanda-tanda dehidrasi berat
berupa penurunan kesadaran, mukosa bibir sangat kering, mata sangat cekung, cubitan
kulit perut kembalinya sangat lambat dan akral dingin
Di rumah :
o Jika anak panas kompres air biasa, beri obat penurun panas. Jika terjadi kejang,
berikan obat anti kejang per-anus. Apabila demam tidak teratasi bawa segera
anak ke pusat pelayanan kesehatan terdekat..
XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad dubia
12
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal 16-05-2016 17-05-2016 18-05-2016
Jam 06.00 WIB 06.00 WIB 06.00 WIB
Keluhan Kejang (-), Demam Kejang (-), Demam Kejang (-), Demam
(-) (-) (-)
Thorax :
C/P dbn dbn dbn
13
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang Demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Penjelasan
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun. Anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Pada pasien ini : Kejang terjadi saat pasien demam, suhu tubuh 39,1ºC dan tidak ada kelainan
neurologis pada pemeriksaan fisik dan neurologi
Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih
dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8%
kejang demam.
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang
anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.
Pada Pasien ini : Kejang terjadi saat demam sebanyak 2 kali dalam 24 jam terakhir, Kejang
pertama berlangsung selama kurang lebih 20 menit dan kejang kedua berlangusng selama
kurang lebih 15 menit. Kejang pada pasien ini berbentuk tonik klonik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan
misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.
Pada pasien ini : Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin dan widal test
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis
karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya
tidak direkomendasikan Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang
demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,
atau kejang demam fokal.
15
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
Prognosis
Pada pasien ini : Riwayat kejang demam pada keluarga tidak ada. Namun, saat pasien masih
usia dibawah 2 tahun pasien beberapa kali mengalami kejang demam, saat di ukur suhu
tubuhnya oleh orang tuanya saat itu 38ºC.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara
dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang
berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam
apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis
parasetamol yang digunakan adalah 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih
dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam
asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan,
sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan
17
ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin,
dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam
Penjelasan:
• Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi
pengobatan rumat
• Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan
merupakan indikasi pengobatan rumat
Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus
organik.
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat
menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif
dan dalam jangka pendek.
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan
belajar pada 40-50% kasus.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur
kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam
valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2
dosis.
18
Lama pengobatan rumat
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.
Vaksinasi
Sejauh in tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang
mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka
kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi sedangkan
setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000. Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau
rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak
merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.
19