Anda di halaman 1dari 58

SAJIAN KASUS

Departemen Ilmu Penyakit


Mata

JEREMY WILLY HENRY


406151087

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Periode 28 Maret 2016 30 April 2016
RS Bhayangkara Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Identitas Pasien
Nama Pasien Tn. Bari Sarwono

Umur 65 tahun

Alamat Jalan Panda Utara 3 A No.45 RT/RW: 3/5 Pedurungan

Jenis Kelamin Laki-laki

Pekerjaan Pensiunan

Agama Islam

Pendidikan SD

Status Pernikahan Menikah


No. RM 16-05-199435
1. OD Syneresis suspect Posterior Vitreous Detachment
(PVD)
2. OS Astigmatisme Mixtus
Diagnosis 3. OD Miopia Tinggi
4. ODS Presbiopia
5. Anisometropia
Anamnesis
Autoanamnesis pada 08 April 2016 pukul 12:00 WIB

KELUHAN
UTAMA
KELUHAN
Pandangan mata TAMBAHAN
kanan seperti ada
bayangan hitam Penglihatan kedua
melayang mata kabur saat
Kadang terlihat melihat jauh
seperti kilatan Sukar membaca
cahaya jika disinari tulisan dengan jelas
cahayaa
Riwayat Perjalanan Penyakit
08 April 2016
10 hari yang lalu
Pasien ke Poliklinik
Mata RS Muncul saat pasien
Bhayangkara menggerakan mata
Semarang dengan ke kanan-kiri.
keluhan pandangan Membaik jika pasien
pada mata kanan menatap ke arah
seperti ada bayangan jauh.
hitam melayang.

Pasien mengeluhkan
Pasien belum jika ia menatap
melakukan tindakan lampu atau melihat
apapun untuk cahaya ia langsung
menangani keluhan merasa melihat
tersebut. kilatan cahaya.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan memberat, serabut
serabut makin banyak dan
menganggu aktivitas sehari
hari.

Keluhan lain yaitu pandangan


kedua mata kabur saat melihat
jauh 6 bulan ini.
Sukar membaca tulisan dengan
jelas.
Silau
Berair
Kabut
Nyeri
Riwayat memakai kacamata Rasa berpasir
disangkal pasien. Kotoran
Trauma
Menonton TV tiap hari dengan jarak normal n
Berolahraga (jalan pagi) 30 menit setiap pagi Lingkunga
Mengganti makan malam dengan buah buahan
Membaca koran dan buku pada pagi hari dan malam
/
hari
Kebiasaan
Kadang membantu anaknya berjualan sayur di pasar
Keluarga
Katarak (-) di keluarga pasien Penyakit
DM (-) & HT (-) di keluarga pasien Riwayat
Riwayat operasi mata, trauma mata (-)
DM (-) Dahulu
HT (-)
Riwayat operasi batu saluran kemih
Penyakit
Penyakit jantung (-)
Riwayat
Penyakit paru (-)
Riwayat alergi (-)
ANAMNESIS SISTEM

Cerebrospinal Dalam batas normal


Cor Dalam batas normal
Respirasi / Pulmo Dalam batas normal
Abdomen Dalam batas normal
Urogenital Dalam batas normal
Extremitas /
Dalam batas normal
Musculoskeletal
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
(Dilakukan pada tanggal 08 April 2016
pukul 12:00 WIB)

Penilaian
Pemeriksaan OD OS
Dikerjakan Tidak
Visus Jauh 2/60 0,6
Refraksi Sph 3.50 D

Sph 8.50 D C 1.00 D
Axis 800
Koreksi
0,9 F1 0,9

Visus Dekat
Sp + 3.00 D Sp + 3.00 D

Proyeksi sinar +/LPB +/LPB


Persepsi

Warna
PEMERIKSAAN
OBYEKTIF
(Dilakukan pada tanggal 8 April 2016, pukul 10:45
WIB)
Penilaian
Pemeriksaan OD OS Dikerjaka
Tidak
n
1. Posisi mata Ortoforia Ortoforia
2. Gerakan bola mata

3. Lapang pandang Luas Luas


4. Kelopak mata S I S I
(Superior et Inferior)
Benjolan - - - -
Edema - - - -
Hiperemis - - - -
Ptosis - - - -
Lagophthalmos - - - -
Ectropion - - - -
Entropion - - - -
5. Bulu mata
Trikiasis - -
Penilaian
Pemeriksaan OD OS Dikerjaka
Tidak
n
6. Aparatus Lakrimalis
Sakus lakrimal
Hiperemis - -
Edem - -
Fistel - -
Punctum lakrimal
Eversi - -
Discharge - -
7. Konjungtiva
K. Bulbi Sekret (-) Sekret (-)
Warna Transparan Transparan
Vaskularisasi - -
Nodul - -
Edema - -
K. Tarsal superior
Hiperemis - -
Folikel - -
Penilaian
Pemeriksaan OD OS Dikerjaka
Tidak
n
K. Tarsal inferior
Hiperemis - -
Folikel - -
Papillae - -
Korpus alineum - -
8. Sklera
Warna Putih Putih
Inflamasi - -
9. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Ukuran 12 mm 12 mm
Permukaan Licin Licin
Limbus Arkus senilis (+) Arkus senilis (+)
Infiltrat - -
Defek - -
Edema - -
10. Camera oculi
anterior
Penilaian
Pemeriksaan OD OS
Dikerjakan Tidak
11. Iris
Warna Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan
Sinekia - -
Iridodonesis - -
Neovaskularisasi - -
12. Pupil
Ukuran 3 mm 3 mm
Bentuk Bulat Bulat
Tepi Rata Rata
Simetris Simetris Simetris
Refleks direk + +
Refleks indirek + +
13. Lensa
Kejernihan Jernih jernih
Luksasio - -
Afakia - -
IOL - -
14. Reflek fundus (+) merata, (+), warna
warna merah merah
Kesimpulan Pemeriksaan
OD OS

Limbus : arkus senilis Limbus : arkus senilis


Lensa : jernih, shadow test (-) Lensa : jernih, shadow test (-)
Korpus vitreum : syneresis Korpus vitreum : dbn
VOD : 2/60 VOS = 0,6
Koreksi dengan Sph 8.50 D Koreksi dengan Sph 3.25 D
Visus menjadi 0,9 F=1 C 1.00 D
ADD Sph + 3.00 D Axis 800
Visus menjadi 0,9
ADD Sph + 3.00 D
RESUME

Telah diperiksa seorang pasien laki-laki berusia 65


tahun yang datang ke Poliklinik Mata RS Bhayangkara
Semarang dengan keluhan pandangan pada mata
kanan seperti melihat bayangan hitam dan kadang
terlihat kilatan cahaya jika melihat cahaya yang terang
10 hari yang lalu. Keluhan berupa bayangan itam
yang berjalan dan bertambah banyak sewaktu pasien
menggerakan kedua matanya ke kanan dan kiri. Belum
melakukan tindakan apapun untuk menangani keluhan
yang dirasakan, pasien langsung datang ke poli mata.
Keluhan dirasakan semakin memberat dan menganggu
aktivitas sehari hari. Pasien juga mengeluh
pandangan pada kedua matanya kabur saat melihat
OD
OS
Limbus : arkus senilis
Limbus : arkus senilis
Lensa : jernih, shadow
Lensa : jernih, shadow
test (-)
test (-)
Korpus vitreum :
Korpus vitreum : dbn
syneresis
VOS : 0,1
VOD : 2/60
Koreksi dengan Sph
Koreksi dengan Sph
-3.25 D
-8.50 D Visus menjadi
C
0,9 F1
-1.00 D
ADD Sph +3.00 D
Axis
800
Visus menjadi 0,9
ADD Sph +3.00 D
Diagnosis Utama

1. OD Syneresis suspect
Posterior Vitreous
Detachment (PVD)

Dianosis Tambahan Diagnosis


Banding
1. OS Astigmatisme Mixtus
2. OD Miopia Tinggi 1. Vitreus
hemorrhage
3. ODS Presbiopia 2. Vitreus
4. Anisometropia amyloidosis
3. Inflamasi vitreus
Penatalaksanaan Non
Farmakologi

Vitrectomy atau laser untuk


masalah pandangan berserabut
jika memang perlu dilakukan

Koreksi lensa

Edukasi
1.Kontrol ke dokter mata tiap 3
E bulan sekali untuk mengevaluasi
perjalanan penyakitnya.
D
2.Rajin berolahraga 30 menit
U setiap hari.
K 3.Rajin menjaga makanan sehari
hari sesuai yang dianjurkan oleh
A dokter penyakit dalam.
S 4.Menggunakan kacamata yang
I sudah diresepkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Vitreus

Masa gelatinosa (agar-


agar)
Volume 4,3 cc
Transparan
Tidak berwarna
Avaskuler
Vitreus

Dikelilingi
membran hialoid

Kanal Cloquet

99% air
1% kolagen +
asam hialuronat
Floaters
Bintik hitam yang
bergerak bebas
Posterior Vitreous (single/multipel) di
vitreus yang
Detachment terlihat dalam
Lepasnya korteks lapang pandag
vitreus bagian seseorang.
posterior yang
disebabkan oleh Benang benang
proses perubahan Serabut serabut
vitreus yaitu proses Jaring laba laba
pencairan dan Cincin tembus padang
membentuk lubang
pada membran Pada usia 40 70 thn
hialoid dibagian Rata rata diatas 65
posterior thn
70% keluhan floaters
Klasifikasi PVD
PVD komplit + kolaps vitreus

PVD komplit tanpa kolaps


vitreus

PVD sebagian + penebalan


korteks vitreus posterior

PVD sebagian tanpa


penebalan korteks vitreus
posterior
Staging PVD
Patofisiologi

1. Degeneratif karena penuaan


2. Post inflamasi terutama
uveitis
3. Trauma mekanis pada vitreus
(perforasi)
4. Efek panas pada vitreus
5. Efek radiasi
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
Jenis Vitrektomi

1. Anterior
vitrektomi
2. Core
vitrektomi
3. Subtotal dan
total
vitrektomi

Teknik
Vitrektomi

1. Open-sky
Vitrektomi
2. Closed
Vitrektomi
LENSA
MATA

Bikonveks
Avaskular
Seperti
cakram
Transparan
Lensa dapat memfokuskan cahaya masuk ke dalam mata sehingga
terbentuk bayangan yang tajam pada retina dengan mengubah
bentuknya
Secara fisiologik lensa
AKOMODASI
Keadaan patologik lensa ini
mempunyai sifat tertentu,
dapat berupa:
yaitu:
Tidak kenyal pada orang
Kenyal atau lentur karena
dewasa yang akan
memegang peranan
mengakibatkan
terpenting dalam
presbiopia,
akomodasi untuk menjadi
Keruh atau apa yang
cembung,
disebut katarak,
Jernih atau transparan
Tidak berada pada
karena diperlukan sebagai
tempatnya atau
media refraksi,
subluksasi dan dislokasi.
Terletak di tempatnya.
Presbiopia
Kondisi dimana lensa kristalin
kehilangan fleksibilitasnya sehingga
membuatnya tidak dapat fokus pada
benda yang dekat
Suatu bentuk gangguan refraksi,
dimana makin berkurangnya
kemampuan akomodasi mata sesuai
dengan meningkatnya umur
M. ciliaris relaksasi jika
melihat jauh ( > 6
meter)
Jika melihat dekat
terjadi refleks
akomodasi/near
response (lensa mata
mencembung karena
kontraksi m. ciliaris,
pupil konstriksi, &
konvergensi mata).
Pada umur 40-45 th
daya akomodasi mulai
menurun (presbyopia)
karena lensa mata
mulai mengeras
(sklerosis) &
melemahnya m.
ciliaris akibat proses
menua. 35
Astigmatisme
Astigmatisme
Anisometropia
Keadaan dimana kedua mata
memiliki kekuatan refraksi yang
berbeda
Bisa karena kongenital dan didapat
Dx:
1. Miopia + hipermetrop antimetropia
2. Emetrop +
hipermetrop/miopia/astigmatisme
3. hipermetrop/miopia/astigmatisme +
dengan sejenisnya tetapi terdapat
Anisometropia
Umum Tingkatannya

1. Simple
2. Compound Kecik
3. Mixed
Sedang
4. Simple astigmatisme
5. Compound Besar
astigmatisme
DEFINISI
Miopia merupakan kelainan refraksi
dimana berkas sinar sejajar yang
memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh
pada fokus yang berada di depan retina.
Miopia tinggi= > -6 D
Degeneratif myopia: perubahan
sekunder pada mata yg disebabkan
pemanjangan progresif diameter
anteroposterior
ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, miopia
dapat dibedakan menjadi miopia
aksialis dan refraktif/kurfutura
MIOPI AKSIALIS
Terjadi karena jarak antara anterior dan
posterior bertambah panjang. Yang
kongenital didapatkan pada
makroftalmus. Sedang yang didapat
terjadi karena :
Anak membaca terlalu dekat
Wajah yang lebar
Bendungan, peradangan atau kelemahan
dari lapisan yang mengelilingi bola mata,
disertai dengan tekanan yang tinggi.
MIOPI REFRAKTIF/
KURFUTURA
Kornea : kongenital; keratokonus dan
keratoglobus
Didapat: karatektasia.
Lensa : Lensa terlepas dari zonula
zinnii, pada luksasi lensa atau
subluksasi lensa, katarak intumesen
Cairan mata; pada penderita diabetes
melitus yang tidak diobati, kadar gula
dari humor akueus meninggi sehingga
daya biasnya meninggi pula.
BENTUK-BENTUK MIOPI
Menurut etiologinya:
1. Miopia refraktif/indeks/bias adalah
miopia dimana bertambahnya indeks
bias media penglihatan.
2. Miopia aksial adalah miopia yang
terjadi akibat bertambah panjang
sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.
3. Perubahan posisi lensa.
Menurut derajat beratnya:
1. Miopia sangat ringan, bila < 1
dioptri
2. Miopia ringan antara 1-3 dioptri
3. Miopia sedang antara 3-6 dioptri
4. Miopia tinggi antara 6-10 dioptri.
5. Miopia sangat tinggi > 10 dioptri
Menurut perjalanan:
1. Miopia stasioner: miopia yang
menetap setelah dewasa atau tidak
ada penambahan ukuran lensa
negatif seiring dengan
bertambahnya usia setelah dewasa.
2. Miopia progresif: miopia yang terjadi
penambahan terus-menerus ukuran
lensa negatif pada usia dewasa,
akibat bertambah panjangnya
sumbu bola mata.
GEJALA SUBJEKTIF
Gejala terpenting adalah melihat
jauh buram
Mata cepat lelah,berair dan pusing-
pusing
Pasien lebih jelas melihat dekat
Astenovergens
Gejala Obyektif :
Miopia Simpleks
Camera oculi posterior dalam, disebabkan
tidak dipakainya otot-otot akomodasi.
Pupil midriasis, akibat tidak atau
kurangnya berakomodasi
Adanya tanda myopic cresent di sekitar N.
Optik
Miopia Patologik
Temuan yang didapatkan di miopia
simpleks terdapat di miopia patologik
Pada segmen posterior
Kelainan di :
Badan kaca
Papil N.Optik
Makula
Seluruh lapisan fundus
DIAGNOSA
Dalam menegakkan diagnosis miopia,
harus dengan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada pemeriksaan opthalmologis
dilakukan pemeriksaan refraksi yang dapat
dilakukan dengan dua cara:
1.Cara subjektif : optotipe snellen dan trial
lenses
2.Cara objektif : oftalmoskopi direk dan
retinoskopi
PENGOBATAN
Dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata,
kontak lensa atau melalui operasi.
Terapi terbaik pada miopia adalah dengan
penggunaan kacamata atau kontak lensa yang akan
mengkompensasi panjangnya bola mata dan akan
memfokuskan sinar yang masuk jatuh tepat di retina.
Lensa konkaf dengan sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal tanpa
akomodasi.
Koreksi miopia dengan LASIK
KOMPLKASI
Ablasi retina
Strabismus esotropia
Perdarahan vitreous,
Katarak
Perdarahan koroid
PROGNOSIS
Tidak ada angka kejadian berdasarkan
penelitian yang menjelaskan bahwa
kontak lensa atau latihan mata dapat
menghentikan progresifitas dari miopi.
Pemeriksaan secara teratur sangat
penting untuk penderita degeneratif miopi
karena mereka mempunyai faktor resiko
untuk terjadinya ablasi retina, degenerasi
retina atau masalah lainnya
Cara pencegahan: membaca di
tempat yang terang, menghindari
membaca pada jarak dekat,
beristirahat sejenak ketika bekerja di
depan komputer atau mikroskop,
nutrisi yang baik dan terapi
penglihatan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari anamnesa pasien, pemeriksaan
subyektif dan obyektif mata yang dilakukan pada 08 April
2016 serta dasar teori yang saya peroleh dari tinjauan
pustaka maka didapatkan kesimpulan diagnosis adalah OD
Syneresis suspect Posterior Vitreous Detachment (PVD).
Didapatkan juga diagnosis tambahan berupa OS
Astigmatisme Mixtus, OD Miopia Tinggi, ODS Presbiopia,
Anisometropia.. Pasien saat ini diberi kacamata sferis
negatif untuk melihat jauh dan ditambahkan addisi sferis
postif untuk membaca. Dilakukan edukasi pada pasien
untuk melakukan operasi vitrectomy atau laser jika
memang pandangan berserabut semakin menganggu.
Pasien disarankan untuk rutin kontrol ke dokter mata untuk
mengevaluasi perjalanan penyakitnya dan rutin kontrol ke
dokter penyakit dalam sehingga komplikasi lain dari
penyakitnya dapat dicegah. Pasien juga dianjurkan untuk
tetap rajin berolahraga 30 menit setiap hari, menjaga
makanan sehari hari sesuai yang dianjurkan oleh dokter
penyakit dalam dan rajin mengkonsumsi obat setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta. 2010
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General
Ophthalmology. 17thed. Lange Mc Graw Hill. 2007
3. Gerhard, L. Ophthalmology A Short Textbook. New York :
Thieme stutrgart. 2000
4. Khurana, A.K. Opthalmology. New Delhi: New Age International.
2003
5. Sunita A, Athiya A, David JA.. Textbook of Ophthalmology. India:
Jaypee Brothers Medical Publisher. 2002
6. Neil, JF, Peter KK. Essentials of Ophthalmology. Elsevier Inc.
2007.
7. Kanski, JJ. Clinical Ophthalmology. Edisi II. Elsevier Limited; 2009.
8. Sherwood, L. Fundamentals of Human Physiology. Edisi IV. USA:
Brooks/Cole; 2012.

Anda mungkin juga menyukai