Anda di halaman 1dari 14

Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan P-ISSN 1978 - 2365

Vol. 16 No. 2 Desember 2017 : 65 – 78 E-ISSN 2528 - 1917

UJI KINERJA DAN KEAMANAN


LAMPU FLUORESEN SWABALAST REKONDISI

PERFORMANCE AND SAFETY TEST OF RECONDITIONED COMPACT


FLUORESCENT LAMP (CFL)

Khalif Ahadi, Tri Anggono


Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Indonesia
lifahadi@yahoo.com, anggono_tri@yahoo.com

Abstrak
Saat ini, banyak beredar lampu fluoresen swabalast rekondisi yang merupakan hasil perbaikan dari lampu
fluoresen swabalast yang sudah habis masa pakainya. Lampu rekondisi tersebut banyak diminati oleh
masyarakat karena harganya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan lampu baru. Namun demikian,
kualitas kinerja serta faktor keamanannya belum teruji. Apabila kualitas kinerjanya sangat buruk tentunya
dapat menyebabkan penggunaan energi menjadi tidak efisien. Terlebih lagi jika tidak memenuhi syarat
faktor keamanan, sehingga akan berbahaya bagi keselamatan konsumen. Pengujian ini dilakukan
berdasarkan standar uji SNI 04-6504-2001 “lampu swabalast untuk pelayanan pencahayaan umum –
persyaratan keselamatan” dan SNI IEC 60969-2009 “lampu swabalast untuk pelayanan pencahayaan umum
– persyaratan unjuk kerja” yang dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas laboratorium uji
P3TKEBTKE. Hasil uji kinerja menunjukkan bahwa terdapat 50% lampu rekondisi yang diuji tidak dapat
bertahan hingga 1500 jam, namun yang dapat bertahan menunjukkan efikasi di bawah lampu baru. Untuk
lampu baru terdapat 11% lampu yang diuji tidak dapat bertahan hingga 1500 jam, dan 71% di antaranyanya
merupakan lampu dengan harga murah. Seluruh tipe/model lampu fluoresen swabalast rekondisi yang
diuji tidak memenuhi persyaratan keselamatan, sehingga belum layak digunakan.

Kata kunci: lampu fluoresen swabalast; lampu rekondisi; sistem penerangan; uji keamanan dan kinerja

Abstract
Currently, reconditioned compact fluorescent lamps (CFL), i.e the reconstructed or repaired broken lamps,
can easily be found on the market. These lamps showed a great demand by the community, because the
price is much cheaper than the new lamps. However, the performance quality and safety factor have not
been tested. If the performance is very poor, the energy use will be inefficient. Moreover, if the safety factor
does not meeet safety standard, it will be harmful for the consumer. The laboratory tests on safety and
performance of reconditioned CFL is based on standard test of SNI 04-6504-2001 "Self-ballasted lamps for
general lighting services - Safety requirements" and IEC 60969-2009 " Self-ballasted lamps for general
lighting services - Performance requirements" conducted using laboratory facilities test in P3TKEBTKE.
The result showed, approximately 50% of reconditioned CFL could not survive until 1500 hours, but the
survive ones has the efficacy number below the new lamp. Approximately 11% of new lamps being tested
could not last up to 1500 hours, in which 71% among them are a lower price lamp. All types/models of the
reconditioned CFL tested do not meet the safety requirements, so they are not yet feasible to use.

Keywords: CFL; reconditioned lamp; lighting system; safety and performance test

Diterima : 24 Januari 2017, direvisi : 15 Januari 2018, disetujui terbit : 18 Januari 2018 65
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 16 No. 2 Desember 2017 : 65 - 78

PENDAHULUAN Beijing[12]. Sedangkan di Iran, limbah yang


Pemakaian energi listrik pada sektor dihasilkan sekitar 159,8 juta pada tahun 2010,
rumah tangga di Indonesia adalah sebesar 183,82 juta pada tahun 2011 dan 153,75 juta
84.086,46 GWh atau sebesar 42,34%, lebih besar pada tahun 2012[13]. Banyaknya limbah tersebut
dari pemakaian energi listrik pada sektor industri meningkatkan kesadaran akan perlunya Extended
[12][13][14]
yang mencapai 65.908,68 GWh atau sekitar Producer Responsibility (EPR) , yaitu
[1] sebuah pendekatan kebijakan lingkungan yang
33,19% . Berdasarkan jumlah pemakaian
energi listrik pada sektor rumah tangga di memperluas tanggung jawab produser untuk
Indonesia tersebut, kebutuhan energi listrik untuk mengurangi dampak lingkungan dan mengelola
penerangan mencapai antara 5,81% hingga produk sepanjang siklus hidup produk. Salah
[2] satu bentuk EPR adalah dengan mengumpulkan
13,2% . Sebagai perbandingan, pemakaian
energi listrik untuk penerangan pada sektor kembali limbah lampu dan mendaur ulangnya.
rumah tangga di Eropa sekitar 11% dan di Penanganan limbah lampu swabalast
Amerika Serikat 12% [3]. belum diterapkan di Indonesia. Namun hal ini
Pada sektor rumah tangga, penggunaan menimbulkan kreatifitas bagi sebagian
lampu fluoresen swabalast atau lebih dikenal masyarakat Indonesia untuk memperbaiki lampu
dengan sebutan lampu hemat energi sudah yang rusak tersebut dan menjualnya kembali.
banyak digunakan oleh masyarakat. Lampu Saat ini, banyak beredar lampu fluoresen
fluoresen swabalast atau CFL (compact swabalast rekondisi yang merupakan hasil
fluorescent lamp) ini termasuk dalam kelompok perbaikan dari limbah lampu fluoresen swabalast
lampu gas discharge tekanan rendah[3]. Lampu yang sudah habis masa pakainya. Lampu
tersebut menggantikan lampu jenis incandescent rekondisi tersebut banyak diminati oleh
atau dikenal dengan sebutan lampu pijar. Hal ini masyarakat karena harganya yang jauh lebih
disebabkan, jenis lampu fluoresen swabalast murah dibandingkan dengan lampu baru. Namun
selain berbentuk sederhana juga dapat demikian, kualitas kinerja dari lampu tersebut
menghasilkan cahaya yang lebih terang serta serta faktor keamanannya belum teruji secara
[4][11] laboratorium. Apabila kualitas kinerjanya sangat
umur pakai yang lebih lama . Diprediksi
pada tahun 2030 akan terdapat penjualan buruk, tentunya dapat menyebabkan penggunaan
[5] energi menjadi tidak efisien. Terlebih lagi jika
sebanyak 578 juta lampu di Indonesia . Lampu
yang terjual tersebut, suatu saat akan menjadi tidak memenuhi syarat faktor keamanan maka
limbah ketika habis masa pakainya. Banyaknya dapat berbahaya bagi keselamatan. Berkaitan
limbah lampu fluoresen swabalast secara dengan hal tersebut, kegiatan ini dilakukan untuk
kumulatif dalam rentang waktu mulai tahun 2000 mengetahui tingkat keamanan dan kinerja dari
sampai dengan 2030 akan mencapai 8500 juta lampu fluoresen swabalast rekondisi,
[5] dibandingkan dengan lampu fluoresen swabalast
lampu . Sebagai perbandingan, setiap tahun
dihasilkan sekitar 4,19 juta limbah lampu di yang baru dengan melakukan pengujian

66
Uji Kinerja Dan Keamanan Lampu Fluoresen Swabalast Rekondisi

laboratorium. Standar untuk pengujian yang fluoresen swabalast baru dengan model/tipe yang
digunakan adalah SNI 04-6504-2001 “lampu sama dengan lampu fluoresen swabalast
swabalast untuk pelayanan pencahayaan umum – rekondisi yang masing-masing berjumlah 12
persyaratan keselamatan” dan SNI IEC 60969- sampel yaitu enam sampel untuk uji kinerja dan
2009 “lampu swabalast untuk pelayanan enam sampel untuk uji keselamatan, serta lima
pencahayaan umum – persyaratan unjuk kerja”. model/tipe lampu fluoresen swabalast baru
dengan harga murah yang masing-masing
METODOLOGI berjumlah 12 sampel dimana enam sampel untuk
Alur pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat uji kinerja dan enam sampel untuk uji
pada Gambar 1. Pengambilan sampel uji keselamatan.
dilakukan berdasarkan hasil survei pasar
terhadap tipe dan model lampu fluoresen
swabalast rekondisi yang banyak beredar. Lampu
yang digunakan sebagai sampel adalah lampu
fluoresen swabalas rekondisi dan lampu baru
dengan jenis dan model yang sama. Selain itu,
digunakan pula sampel lampu swabalas fluoresen
yang berharga murah, yaitu di bawah Rp.
20.000,00. Seluruh sampel uji didapatkan dari
wilayah Jakarta. Pengujian unjuk kinerja dan
keamanan dilakukan berdasarkan SNI yang
berlaku. Analisis dilakukan terhadap hasil data
olahan pengujian laboratorium.
Berdasarkan hasil kajian standard uji,
didapati bahwa pada uji keselamatan, diperlukan
paling sedikit enam sampel uji pada model/tipe
yang sama, karena setelah melalui satu klausul
pengujian, sampel tersebut akan rusak dan tidak Gambar 1. Alur pelaksanaan kegiatan
dapat digunakan kembali untuk pengujian pada
klausul lainnya. Sampel yang tersedia berupa Pengujian kinerja lampu fluoresen
lima model/tipe lampu fluoresen swabalast swabalast baru untuk nilai awal dilakukan setelah
rekondisi. Tentunya jumlah tersebut belum dilakukan aging (penuaan) selama 100 jam.
mewakili jumlah lampu fluoresen swabalast Sedangkan pengujian kinerja lampu fluoresen
rekondisi yang beredar, namun model/tipe yang swabalast rekondisi untuk nilai awal dilakukan
lain tidak memenuhi jumlah minimal untuk tanpa aging. Hal ini dilakukan dengan asumsi
pengujian. Sedangkan lima model/tipe lampu bahwa gas dan filament pada lampu fluoresen

67
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 16 No. 2 Desember 2017 : 65 - 78

swabalast rekondisi telah melalui penstabilan perlindungan terhadap kejut listrik (juga karena
dengan pemakaian sebelum direkondisi, terdapat gauge yang tidak terkalibrasi), kuat
sedangkan pada lampu fluoresen swabalast baru, mekanis (karena alat uji setelah dievaluasi
dianggap belum stabil karena belum pernah dinyatakan tidak sesuai dengan standar) serta
dinyalakan sejak diproduksi. klausul kondisi gangguan yang menurut SNI
Setelah pengujian awal, dilakukan tersebut, seharusnya sampel dikondisikan dahulu
pengujian kinerja kembali setelah aging hingga oleh pihak produsen sedangkan pada kegiatan
1000 jam dan pengujian kinerja terakhir ini, sampel yang diuji dicuplik dari pasar. Untuk
dilakukan rencananya setelah aging mencapai uji resitansi isolasi dan kuat listrik serta uji
2000 jam sebagai syarat pemeliharaan lumen[6]. kenaikan suhu kaki lampu, digunakan lampu
Namun pengujian kinerja terakhir dilakukan fluoresen swabalast rekondisi yang setelah
setelah aging mencapai 1500 jam saja karena melalui uji kinerja masih dapat menyala.
banyak sampel yang tidak dapat bertahan. Uji Uji keselamatan lampu fluoresen
kinerja yang dilakukan adalah pengukuran daya, swabalast baru dapat dilakukan secara paralel
pengukuran fluk luminous dan uji pemeliharaan dengan uji kinerja karena tersedianya sampel uji.
lumen hingga 1500 jam. Untuk klausul syarat sifat tampak, dari enam
sampel untuk masing-masing tipe/model,
Tabel 1. Klausul uji keselamatan lampu
seluruhnya diuji. Untuk klausul resitansi isolasi
fluoresen swabalast[7]
[8]
dan kuat listrik, digunakan dua sampel .
Namun jika hanya satu yang lolos uji, maka
diambil sampel ketiga untuk menentukan
tipe/model tersebut dinyatakan lolos uji atau
tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Kinerja
Tingkat efisiensi pencahayaan dari suatu
Berdasarkan syarat dalam SNI, terdapat 10
lampu dinyatakan dalam efikasi, yaitu nilai
klausul untuk uji keselamatan lampu, namun
perbandingan antara besarnya kuat cahaya yang
pada kegiatan ini hanya enam klausul yang dapat
dihasilkan dengan pemakaian daya. Besarnya
dilakukan, seperti yang disajikan pada Tabel 1.
nilai efikasi menjadi dasar pemberian label tanda
Hal ini disebabkan adanya beberapa peralatan
hemat energi untuk lampu swabalast. Klasifikasi
yang tidak dapat digunakan dan harus diganti
pemberian bintang pada label tanda hemat energi
maupun dikalibrasi ulang. Klausul-klausul yang
dapat dilihat pada Tabel 2.
tidak dilakukan adalah mampu silih tukar (karena
Pengujian nilai kuat cahaya atau fluks
terdapat gauge yang tidak terkalibrasi),
luminous diperlukan untuk melihat kesesuaian

68
Uji Kinerja Dan Keamanan Lampu Fluoresen Swabalast Rekondisi

dengan SNI IEC 60969:2009 klausul 7 mengenai watt, Tabel 4 untuk lampu dengan daya pengenal
fluks cahaya yang menyatakan bahwa nilai kuat 8 watt, Tabel 5 untuk lampu dengan daya
cahaya terukur tidak boleh kurang dari 90 % kuat pengenal 20 watt, Tabel 6 untuk lampu dengan
cahaya pengenalnya. Pengujian nilai daya daya pengenal 18 watt, dan Tabel 7 untuk lampu
terukur mengacu pada klausul 6 tentang daya dengan daya pengenal 14-15 watt. Pada tabel-
lampu yang menyatakan bahwa daya terukur tabel tersebut terlihat perbandingan rata-rata
[6]
tidak boleh melebihi 115 % daya pengenalnya . daya, efikasi dan fluk luminous dari setiap lampu
dimana sampel uji LS-05, LS-06, LS-07, LS-08,
Tabel 2. Kriteria label tanda hemat energi lampu dan LS-09 merupakan lampu fluoresen swabalast
fluoresen swabalast[9]
rekondisi. Disamping itu terdapat beberapa
sampel sebagai pembanding yang merupakan
lampu fluorosen swabalast baru. Sampel uji LS-
10 dan LS-16, yang merupakan lampu fluoresen
swabalast baru berharga murah dengan daya
pengenal 15 watt, digunakan karena adanya
Hasil pengujian kinerja disajikan pada kesulitan mendapatkan sampel uji pembanding
Tabel 3 untuk lampu dengan daya pengenal 5 untuk lampu dengan daya pengenal 14 watt.

Tabel 3. Rata-rata daya, efikasi dan fluk luminous lampu dengan daya pengenal 5 W

Tabel 4. Rata-rata daya, efikasi dan fluk luminous lampu dengan daya pengenal 8 W

Tabel 5. Rata-rata daya, efikasi dan fluk luminous lampu dengan daya pengenal 20 W

69
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 16 No. 2 Desember 2017 : 65 - 78

Tabel 6. Rata-rata daya, efikasi dan fluk luminous lampu dengan daya pengenal 18 W

Tabel 7. Rata-rata daya, efikasi dan fluk luminous lampu dengan daya pengenal 14-15 W

Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan Fluk luminous yang dihasilkan lampu


adanya perbedaan antara rata-rata daya pengenal fluoresen swabalast rekondisi sebagian besar
dan daya terukur dengan selisih antara 0,19% lebih rendah dari lampu fluoresen swabalast
hingga 76,48 %. Setelah 1500 jam terdapat 40% baru, sedangkan daya yang diperlukan lebih
lampu yang memiliki selisih daya terukur lebih tinggi. Dengan demikian, efisiensi lampu
dari 15% daya pengenalnya dimana seluruhnya fluoresen swabalast rekondisi lebih rendah dari
merupakan lampu fluoresen swabalast rekondisi lampu fluoresen swabalast baru. Hal ini terlihat
dan lampu fluoresen swabalast baru yang dari nilai efikasi lampu fluoresen swabalast
berharga murah. Jika daya terukur melebihi rekondisi yang berada di bawah efikasi lampu
115% daya pengenal, artinya produk tersebut fluoresen swabalast baru, namun beberapa lampu
tidak sesuai dengan persyaratan SNI. Jika daya rekondisi memiliki nilai efikasi di atas lampu
terukur kurang dari 85% daya pengenal, produk fluoresen swabalast baru berharga murah. Fluk
tersebut juga merugikan konsumen, karena luminous yang lebih rendah pada lampu
konsumen berhak atas informasi yang benar fluoresen swabalast rekondisi dapat disebabkan
[10]
mengenai kondisi suatu produk . Sekitar 50% oleh usia filament pada tabung lampu, sedangkan
lampu rekondisi yang diuji tidak dapat bertahan besarnya daya yang dikonsumsi disebabkan oleh
hingga 1500 jam, sedangkan lampu baru yang komponen yang digunakan pada bagian ballast.
tidak dapat bertahan mencapai 11% dimana 71% Mengacu pada kriteria di Tabel 2, dari
yang tidak dapat bertahan tersebut merupakan lima model/tipe sampel uji lampu fluoresen
lampu dengan harga murah. swabalast rekondisi, pada pengujian awal
didapatkan tiga model/tipe masuk kategori 3

70
Uji Kinerja Dan Keamanan Lampu Fluoresen Swabalast Rekondisi

(tiga) bintang , satu model/tipe masuk kategori 2 terukur dan daya pengenalnya masih dibawah
(dua) bintang, dan satu model/tipe masuk 115% sehingga ketiga sampel uji tersebut dapat
kategori 1 (satu) bintang. Pada Tabel 3, sampel dinyatakan lolos pengujian kinerja dari klausul 6.
uji LS-06 yang merupakan lampu rekondisi Nilai efikasi awal yang dihasilkan sampel LS-08
dengan daya pengenal 5 watt, pada saat adalah sebesar 39,34 lm/W dimana nilai tersebut
pengujian awal memiliki disipasi daya terukur masuk kedalam kriteria 2 (dua) bintang. Setelah
dengan daya pengenalnya sebesar 176%. sampel lampu dituakan selama 1500 jam, kriteria
Sedangkan pada sampel uji LS-18 yang tanda bintang turun menjadi 1 (satu) bintang. Hal
merupakan lampu baru dengan merk/tipe/model serupa terjadi pula pada sampel uji LS-13 yang
yang sama seperti tertera pada sampel uji LS-06, merupakan lampu baru dengan harga yang lebih
pada saat pengujian awal memiliki disipasi daya murah. Sampel uji LS-14 dan LS-17,
terukur dengan daya pengenalnya sebesar 105%. mendapatkan kriteria 4 (empat) bintang mulai
Berdasarkan SNI IEC 60969 : 2009 bagian 2 dari awal sampai dengan masa penuaan lampu
klausul 6, daya awal yang didisipasikan oleh selama 1500 jam. Pada Tabel 5, sampel uji LS-
lampu tidak melebihi 115% dari daya pengenal, 07 dan LS-19 lolos pengujian kinerja untuk
dengan demikian sampel uji LS-06 tidak lolos klausul 6. Sampel uji LS-07 mendapatkan
pengujian kinerja. Nilai efikasi yang dihasilkan kriteria 1 (satu) bintang pada saat awal pengujian
pada sampel LS-06 menunjukkan pada saat dan setelah lampu dituakan selama 1500 jam
pengujian awal terukur sebesar 46 lm/w yang kriteria tanda bintang naik menjadi 2 (dua)
berarti berdasarkan Tabel 2 lampu tersebut bintang. Sampel uji LS-19 mendapatkan kriteria
masuk dalam kriteria 3 (tiga) bintang. Namun, 4 (empat) bintang pada saat awal pengujian,
setelah penuaan selama 1500 jam nilai efikasi namun setelah lampu dituakan selama 1500 jam
yang dihasilkan menurun menjadi 39,23 lm/w kriteria tanda bintang turun menjadi 3 (tiga)
yang berarti menjadi kriteria 2 (dua) bintang. bintang. Pada Tabel 6, sampel uji LS-05, LS-12
Sedangkan pada sampel LS-18, pada saat dan LS-15 lolos pengujian kinerja untuk klausul
pengujian awal terukur sebesar 48,75 lm/w dan 6. Sampel uji LS-05 mendapatkan kriteria 3
setelah penuaan selama 1500 jam nilai efikasi (tiga) bintang pada saat awal pengujian, namun
menjadi 42,61 lm/w. Hal ini menunjukkan lampu setelah lampu dituakan selama 1500 jam turun
tersebut tetap masuk dalam kriteria 3 (tiga) menjadi kriteria 2 (dua) bintang. Sampel LS-15
bintang. Pada Tabel 4, sampel uji LS-08 yang saat awal pengujian mendapatkan kriteria 4
merupakan lampu rekondisi dengan daya (empat) bintang, namun setelah dituakan selama
pengenal 8 watt, saat pengujian awal memiliki 1500 jam turun menjadi kriteria 3 (tiga) bintang.
daya terukur 119% dari daya pengenalnya, Sedangkan untuk sampel LS-12, hanya
sehingga lampu ini tidak lolos pengujian kinerja. mendapatkan kriteria 1 (satu) bintang mulai saat
Sedangkan untuk sampel lampu lainnya yang awal pengujian sampai dengan penuaan 1500
baru (LS-13, LS-14, dan LS-17), disipasi daya jam. Sampel uji LS-12 merupakan lampu baru

71
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 16 No. 2 Desember 2017 : 65 - 78

dengan harga yang cukup murah. Pada sampel Sedangkan daya terukur merupakan daya yang
uji ini nilai daya terukur jauh lebih kecil dari dikonsumsi oleh komponen pada ballast
sampel uji lainnya, sehingga mengakibatkan nilai elektronik dan juga filamen pada lampu,
fluks cahaya yang dihasilkan juga lebih kecil jika sehingga kenaikan dan penurunan daya terukur
dibandingkan dengan sampel uji lainnya yang juga dipengaruhi oleh kualitas komponen pada
terdapat pada Tabel 6. Pada Tabel 7, sampel uji ballast setelah mengalami penuaan. Perlu
LS-09, LS-10, LS-16 dan LS-11 lolos pengujian penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
kinerja untuk klausul 6. Sampel uji LS-05 komponen-komponen yang mempengaruhi
mendapatkan kriteria 3 (tiga) bintang pada saat kenaikan atau penurunan daya yang dikonsumsi
awal pengujian, namun setelah lampu dituakan oleh lampu setelah proses penuaan.
selama 1500 jam turun menjadi kriteria 2 (dua)
bintang. Sampel uji LS-10 dan LS-16
mendapatkan kriteria 2 (dua) bintang pada saat
awal pengujian, namun setelah lampu dituakan
selama 1500 jam turun menjadi kriteria 1 (satu)
bintang. Sampel uji LS-11 mendapatkan kriteria
4 (empat) bintang pada saat awal pengujian,
Gambar 2. Faktor daya
namun setelah lampu dituakan selama 1500 jam
turun menjadi kriteria 3 (tiga) bintang. Nilai Pengukuran terhadap nilai faktor daya
fluks luminous pada sampel LS-10 dan LS-16 pada lampu fluoresen swabalast tidak
lebih kecil disebabkan daya terukur pada kedua dipersyaratkan di dalam SNI IEC 60969:2009,
sampel uji tersebut juga lebih kecil dari sampel namun diperlukan untuk dapat mengetahui
lainnya yang terdapat pada Tabel 7. SNI IEC besarnya kehilangan pemakaian suplai daya yang
60969:2009 bagian 2 klausul 6 hanya mengatur disebabkan oleh lampu fluoresen swabalast
batasan kelebihan daya terukur dibandingkan rekondisi tersebut. Berdasarkan hasil pengujian
dengan daya pengenal saja, belum mengatur seperti terlihat pada Gambar 2, seluruh sampel
batasan kekurangan daya terukurnya. uji memiliki nilai faktor daya yang hampir sama
Berdasarkan hasil keseluruhan pengujian dimana nilai maksimum sebesar 0,63, minimum
tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat sebesar 0,54, dan rata-rata sebesar 0,59. Nilai
kecenderungan tren yang sama pada hasil rata-rata tersebut masih lebih rendah jika
pengukuran daya dan fluk luminous setelah dibandingkan dengan hasil penelitian yang
dilakukan penuaan. Besarnya nilai fluk luminous pernah dilakukan sebelumnya yaitu 0,63[11].
dipengaruhi oleh disipasi daya pada filamen.
Uji Keselamatan
Adanya kenaikan dan penurunan fluk luminous
Terdapat lima tipe/model lampu fluoresen
pengukuran setelah penuaan usia lampu dapat
swabalast rekondisi yang masing-masing
disebabkan oleh kondisi filamen tersebut.

72
Uji Kinerja Dan Keamanan Lampu Fluoresen Swabalast Rekondisi

berjumlah enam sehingga total lampu fluoresen tidak utuh lagi. Untuk klausul ini hanya
swabalast rekondisi untuk pengujian ini digunakan satu sampel dari masing-masing
berjumlah 30. Untuk klausul syarat sifat tampak, tipe/model lampu fluoresen swabalast rekondisi
dari enam sampel untuk masing-masing yang setelah melalui uji kinerja masih dapat
tipe/model seluruhnya diuji, dan hasilnya adalah menyala atau pun yang sudah mati karena yang
bahwa seluruh sampel dinyatakan lolos uji. diuji adalah fisik dari lampu tersebut. Seluruh
Seluruh tipe/model lampu fluoresen swabalast tipe/model dinyatakan lolos pada pengujian
rekondisi (enam tipe/model) dinyatakan tidak ketahanan terhadap api dan percik api ini.
lolos uji untuk klausul resistansi isolasi dan kuat Klausul ketahanan terhadap panas dilakukan
listrik. Rekondisi lampu dilakukan dengan dengan sampel yang sebagian besar telah
mengganti komponen rusak pada bagian balast digunakan pada pengujian ketahanan terhadap
dengan membuka selubung lalu menutupnya api dan percik api karena pada pengujian ini
kembali. Hal ini dapat menyebabkan adanya hanya digunakan kepingan dari isolator pada
celah yang tidak rapat atau kerusakan pada selubung lampu dan hasilnya seluruh tipe/model
selubung. Tidak lolosnya lampu rekondisi pada dinyatakan memenuhi persyaratan ketahanan
klausul resistansi isolasi dan kuat listrik dapat terhadap panas.
disebabkan oleh adanya celah tersebut karena Berdasarkan hasil pengujian tersebut,
pengujian ini dilakukan di dalam lemari dapat dilihat bahwa seluruh tipe/model lampu
[6]
lembab . Penggunaan perekat yang fluoresen swabalast rekondisi yang diuji tidak
mengandung penghantar listrik untuk memenuhi persyaratan keselamatan. Apalagi
merekatkan kembali selubung setelah klausul yang menggugurkannya adalah klausul
penggantian komponen pada bagian balast dapat resistansi isolasi dan kuat listrik yang artinya
juga berpotensi menyebabkan tidak lolosnya dapat berbahaya dan menyebabkan seseorang
lampu rekondisi tersebut pada pengujian ini. tersengat listrik. Sedangkan untuk lampu
Untuk klausul kenaikan suhu kaki lampu, fluoresen swabalast baru, dari 10 tipe/model,
dilakukan terhadap satu sampel dari masing- terdapat dua tipe/model yang memerlukan
masing tipe/model yang setelah uji kinerja masih sampel ketiga, lampu tersebut merupakan lampu
dapat menyala. Hasil pengujian untuk klausul ini fluoresen swabalast berharga murah. Namun
adalah seluruh tipe/model dinyatakan lolos uji. demikian, seluruh tipe/model dinyatakan lolos
Hal ini kemungkinan disebabkan karena seluruh uji.
tipe/model yang diuji merupakan lampu dengan Tabel 8 menunjukkan resume hasil uji
daya rendah sehingga disipasi daya yang keselamatan lampu fluoresen swabalast baru,
dikonversi menjadi panas hanya sedikit. sedangkan resume hasil uji keselamatan lampu
Pengujian selanjutnya adalah ketahanan terhadap fluoresen swabalast rekondisi dapat dilihat pada
api dan percik api yang dilakukan menggunakan Tabel 9.
glow wire sehingga sampel tersebut rusak dan

73
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 16 No. 2 Desember 2017 : 65 - 78

Tabel 8. Resume Hasil Uji Keselamatan Lampu Fluoresen Swabalast Baru

74
Uji Kinerja Dan Keamanan Lampu Fluoresen Swabalast Rekondisi

Tabel 9. Resume Hasil Uji Keselamatan Lampu Fluoresen Swabalast Rekondisi

KESIMPULAN DAN SARAN rekondisi memiliki efisiensi yang lebih baik


Kesimpulan dibandingkan dengan lampu fluoresen swabalast
Hasil pengujian menunjukkan terdapat baru berharga murah (dengan rata-rata efikasi
selisih daya terukur dan daya pengenal antara 36,26 lm/w).
0,19% hingga 76,48%, sehingga diperoleh Seluruh tipe/model lampu fluoresen
beberapa sampel uji yang tidak sesuai dengan swabalast rekondisi yang diuji tersebut tidak
SNI yaitu memiliki daya terukur 15 % lebih memenuhi persyaratan keselamatan, sehingga
besar dari daya pengenalnya. Nilai faktor daya belum layak digunakan oleh konsumen karena
lampu fluoresen swabalast rekondisi hampir dapat menyebabkan tersengat listrik.
sama dengan lampu baru, dimana nilai
maksimum sebesar 0,63, nilai minimum sebesar Saran
0,54, dan rata-rata 0,59. Setelah aging selama Adanya pemanfaatan ulang lampu yang
1500 jam, terlihat bahwa efisiensi lampu telah habis masa pakainya perlu diapresiasi
fluoresen swabalast rekondisi lebih rendah karena mengurangi timbunan limbah yang dapat
(dengan rata-rata efikasi 40,79 lm/w) dari lampu mencemari lingkungan, namun faktor keamanan
fluoresen swabalast baru (dengan rata-rata dan kinerjanya harus dipertimbangkan. Dengan
efikasi 52,27 lm/w), namun beberapa lampu demikian, perlu adanya kebijakan pemerintah

75
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 16 No. 2 Desember 2017 : 65 - 78

yang mengakomodir hal tersebut dengan com/jenis-jenis-lampu-listrik-simbol-


melibatkan produsen/importir sebagai bentuk lampu/ [diakses pada 2 Juni 2015]
tanggung jawab terhadap lingkungan dan juga [5] Susila, I Made A.D., Medhina M., Adolf
pihak yang merekondisi limbah lampu yang telah L.S.M.S., 2013. Potensi Limbah Lampu
habis masa pakainya. Berdasarkan hasil Hemat Energi di Indonesia.
pengujian juga didapati bahwa kinerja beberapa Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
lampu baru kurang baik, kiranya pengawasan Vol.12 (2), p: 103-112, P3TKEBTKE.
peredaran lampu fluoresen swabalast perlu [6] Badan Standardisasi Nasional, 2009. SNI
ditingkatkan. IEC 60969 : 2009, Lampu swabalast untuk
pelayanan pencahayaan umum -
UCAPAN TERIMA KASIH Persyaratan unjuk kerja. Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih yang [7] Badan Standardisasi Nasional, 2001. SNI
sebesar-besarnya kepada Kepala P3TKEBTKE 04-6504-2001, Lampu swa-balast untuk
yang telah memberikan kesempatan kepada kami pelayanan pencahayaan umum -
untuk melakukan kegiatan penelitian ini. Selain Persyaratan keselamatan. Jakarta.
itu juga ucapan terima kasih ditujukan kepada [8] Peraturan Direktur Jenderal IUBTT
Kepala Bidang Sarana Penelitian beserta No.17/IUBTT/PER/5/2013, Petunjuk
jajarannya yang telah membantu dalam hal Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan Dan
penyediaan peralatan pendukung pengujian. Pengawasan Penerapan SNI Lampu Swa-
Balast Untuk Pelayanan Pencahayaan

DAFTAR PUSTAKA Umum Persyaratan Keselamatan (SNI 04-

[1] PT.PLN (Persero), 2015. Statistik PLN 6504-2001) Secara Wajib, 2013.

2014, Jakarta: PT.PLN [9] Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun

[2] BPPT, 2012. Perencanaan Efisiensi dan 2014, Pembubuhan Label Tanda Hemat

Elastisitas Energi 2012, Jakarta: BPPT Energi Untuk Lampu Swabalast, 2014.

Press. [10] Undang-Undang No.8 Tahun 1999,

[3] International Energy Agency - Energy Perlindungan Konsumen, 1999.

Conservation in Buildings and Community [11] Guan, Lisa., Trevor Berrill, Richard J.

Systems, 2010. Guidebook on Energy Brown , 2015. Measurement of actual

Efficient Electric Lighting for Buildings. efficacy of compact fluorescent lamps

Finland: Aalto University School of (CFLs), Energy and Buildings Vol. 86, p:

Science and Technology, Department of 601-607, Elsevier B.V.

Electronics, Lighting Unit. [12] Tian, Xi., Yufeng Wu, Shen Qu, Sai

[4] Kho, Dickson., 2015. Jenis-Jenis Lampu Liang, Ming Xu, Tieyong Zuo, 2016. The

Listrik, [online]. http://teknikelektronika. disposal and willingness to pay for


residents scrap fluorescent lamps in

76
Uji Kinerja Dan Keamanan Lampu Fluoresen Swabalast Rekondisi

China: A case study of Beijing, Resources, current conditions, Waste Management,


Conservation and Recycling Vol. 114, p: Vol. 34 (7), p: 1251-1256, Elsevier Ltd.
103-111, Elsevier B.V. [14] R, Jessika L., Rob Koppejan, 2016.
[13] Taghipour, H., Zahra Amjad, Mohamad Extended producer responsibility for
Asghari Jafarabadi, Akbar Gholampour, lamps in Nordic countries: best practices
Parviz Nowrouz, 2014. Determining heavy and challenges in closing material loops,
metals in spent compact fluorescent lamps Journal of Cleaner Production, Vol.123, p:
(CFLs) & their waste management 167-179, Elsevier Ltd.
challenges: Some strategies for improving

77
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 16 No. 2 Desember 2017 : 65 - 78

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

78

Anda mungkin juga menyukai