Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberdayaan komunitas adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem
kesehatan dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang
dilakukan oleh komunitas (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) untuk
memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan komunitas.
Dalam Tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals
(MDGs), terdapat delapan tujuan (goal) yang hendak dicapai sampai tahun 2015
oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia, dengan tujuan pertama adalah
mengatasi dan/atau memberantas kemiskinan dan kelaparan. Untuk mendukung
hal tersebut, pemerintah Indonesia telah membuat komitmen nasional untuk
memberantas kemiskinan dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Pemerintah dan semua perangkatnya dalam semua
level, baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota bersama-sama dengan
berbagai unsur komunitas memikul tanggungjawab utama untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan dan sekaligus memberantas kemiskinan yang terjadi
di Indonesia paling lambat tahun 2015.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia adalah dengan melaksanakan program pemberdayaan komunitas.
Konsep pemberdayaan komunitas sejatinya lahir sekitar 1960-an. Pemberdayaan
komunitas yang disebut Community Development adalah sebuah proses
pembangunan jejaring interaksi dalam rangka meningkatkan kapasitas dari sebuah
komunitas, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan pengembangan kualitas
hidup komunitas. Community Development tidak bertujuan untuk mencari dan
menetapkan solusi, struktur penyelesaian masalah atau menghadirkan pelayanan
bagi komunitas. CD adalah bekerja bersama komunitas sehingga mereka dapat
mendefinisikan dan menangani masalah, serta terbuka untuk menyatakan
kepentingan-kepentingannya sendiri dalam proses pengambilan keputusan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tentang pemberdayaan komunitas?
2. Apa tujuan dari pemberdayaan komunitas?
3. Apa ciri-ciri pemberdayaan komunitas?
4. Apa prinsip dari pemberdayaan komunitas?
5. Apa ruang lingkup dalam pemberdayaan komunitas?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui pengertian tentang pemberdayaan komunitas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tujuan dari pemberdayaan komunitas.
b. Untuk mengetahui ciri-ciri pemberdayaan komunitas.
c. Untuk mengetahui prinsip pemberdayaan komunitas.
d. Untuk mengetahui ruang lingkup dalam pemberdayaan komunitas.

D. Manfaat
Agar mahasiswa serta penulis dapat mengetahui dan memahami tentang
Pemberdayaan Komunitas lebih mendalam.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan dalam Pemberdayaan Komunitas


Daya merupakan kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan
bertindak, sedangkan berdaya berarti berkekuatan, bertenaga, berkemampuan
memiliki akal, cara untuk mengatasi sesuatu. Pemberdayaan komunitas dapat
diartikan suatu usaha untuk memberikan kekuatan, tenaga, kemampuan,
mempunyai akal/atau cara mengatasi masalah dalam kehidupan komunitas. Upaya
pemberdayaan komunitas berarti memampukan dan memandirikan komunitas
dalam kebijakan pembangunan nasional harus berwujud dalam tiga aspek
kebijakan utama yaitu :
1. Menetapkan suasana untuk iklim yang memungkinkan berkembangnya
potensi yang dimiliki komunitas, baik sumber daya alam maupun sistem nilai
tradisional dalam menata kehidupan komunitas.
2. Memperkuat potensi yang dimiliki komunitas, baik potensi local yang telah
memberdaya dalam menata kehidupan komunitas melalui pemberian
masukan berupa bantuan dana, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik
(jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (pendidikan, kesehatan) serta
pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran di daerah.
3. Melindungi melalui pemihakan kepada komunitas yang lemah untuk
mencegah persaingan yang tida`k seimbang dan bukan berarti mengisolasi
atau menutupi dari interaksi.

B. Tujuan Pemberdayaan Komunitas


Pemberdayaan komunitas ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan komunitas dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi
upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan
pemberdayaan komunitas bertujuan untuk :

3
1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan
individu, kelompok, dan komunitas.
2. Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan
suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
3. Menimbulkan kemampuan komunitas untuk mendukung terwujudnya
tindakan atau perilaku sehat.

Suatu komunitas dikatakan mandiri dalam bidang ksehatan apabila :


1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
memperngaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal
mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit,
gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat
yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
menggali potensi-potensi komunitas setempat.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman
kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi
dan sebagainya.

Prinsip pemberdayaan komunitas :


1. Menumbuhkembangkan potensi komunitas.
2. Mengembangkan gotong-royong komunitas.
3. Menggali kontribusi komunitas.
4. Menjalin kemitraan.
5. Desentralisasi.

Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan komunitas :


1. Memfasilitasi komunitas melalui kegiatan-kegiatan maupun program-
program pemberdayaan komunitas meliputi pertemuan dan pengorganisasian
komunitas.

4
2. Memberikan motivasi kepada komunitas untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar komunitas mau berkontribusi
terhadap program tersebut.
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada komunitas
dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
Ciri pemberdayaan komunitas, yaitu :
1. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh
komunitas atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya camat, lurah, kepala
adat, ustad, dan sebagainya.
2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis
taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja
dalam upaya pemberdayaan komunitas.
3. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Komunitas (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong
sebagai salah satu prinsip pemberdayaan komunitas.
4. Community material: setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya desa dekat kali
penghasil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk
memudahkan akses ke puskesmas.
5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan
komunitas dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan
pendekatan community based health education.
6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan
untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan
pasir atau arang.

C. Konsep dan Ruang Lingkup Pemberdayaan Komunitas


1. Power dan Empowerment
Konsep empowerment itu sendiri merupakan sebuah konsep yang
masih terlalu umum dan kadang-kadang hanya menyentuh “cabang” atau
“daun” namun tidak menyentuh “akar” permasalahan, baik yang bersifat
mendasar maupun yang akan terjadi dalam proses. Kita harus menempatkan

5
konsep pemberdayaan itu tidak hanya individual, tetapi juga secara kolektif
(individual self-empowerment maupun collective self-empowerment), dan
sesuatu itu harus menjadi bagian dari aktualisasi dan koaktualisasi eksistensi
manusia dan kemanusiaan. Dengan demikian, konsep empowerment pada
dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan
beradab menjadikan semakin efektif secara structural, baik didalam
kehidupan keluarga, komunitas, negara, regional, internasional, maupun
dalam bidang politik, ekonomi dan sebagainya.

2. Pengertian Pemberdayaan Komunitas


Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment. Menurut Mernam
Webster Oxford English Dictionary, kata empower mengandung dua
pengertian yaitu :
a. to give power atau to memberikan kekuasaan, mengalihkan atau
mendelegasikan otoritas dari pihak lain.
b. to give ability to atau enable atau usaha untuk memberikan kemampuan.
Hulme dan Tunner berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong
terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang
pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di
arena politik secara lokal dan nasional. Oleh karena itu, pemberdayaan
sifatnya individual sekaligus kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu
proses yang menyangkut hubungan-hubungan kekuasaan/kekuatan yang
berubah antara individu, kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
Menurut definisinya, pemberdayaan komunitas dapat diartikan sebagai
upaya peningkatan kemampuan komunitas (miskin) untuk berpartisipasi,
bernegosiasi, memengaruhi dan mengendalikan kelembagaan komunitas
secara bertanggung-gugat demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan
dapat juga diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowerment)
atau kekuatan (strength) kepada komunitas. Keberdayaan komunitas adalah
unsur-unsur yang memungkinkan komunitas mampu bertahan (survive) dan
(dalam pengertian yang dinamis) maupun mengembangkan diri untuk
mencapai tujuan-tujuannya. Oleh karena itu, memberdayakan komunitas

6
merupakan upaya untuk (terus-menerus) meningkatkan harkat dan martabat
lapisan komunitas “bawah” tidak mampu melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan
komunitas adalah meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian
komunitas.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang
dilakukan oleh komunitas (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar)
untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan
komunitas.

3. Aspek Pemberdayaan Komunitas


Pemberdayaan komunitas sebagaimana telah tersirat dalam definisi
yang diberikan, ditinjau dari lingkup dan objek pemberdayaan mencakup
beberapa aspek yaitu :
a. Peningkatan kepemilikan aset (sumber daya fisik dan finansial) serta
kemampuan (secara individu dan kelompok) untuk memanfaatkan aset
tersebut demi perbaikan kehidupan mereka;
b. Hubungan antara individu dan kelompoknya, kaitannya dengan
kepemilikan aset, dan kemampuan memanfaatkannya;
c. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan;
d. Pengembangan jejaring dan kemitraan kerja, baik di tingkat lokal,
regional maupun global.

4. Unsur-unsur Pemberdayaan Komunitas


Upaya pemberdayaan komunitas perlu memperhatikan sedikitnya
empat unsur pokok yaitu :
a. Aksesibilitas imformasi, karena imformasi merupakan kekuasaan baru
kaitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektifitas
negosiasi, dan akuntabilitas;
b. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan
bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan;

7
c. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala
kegiatan yang dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat;
d. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja sama,
mengorganisasi warga komunitas, serta memobilisasi sumber daya untuk
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan komunitas terdapat tiga


jalur kegitan yang harus dilaksanakan yaitu :
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi komunitas
untuk berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
masnusia dan komunitasnya memiliki potensi (daya) yang dapat
dikembangkan;
b. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya serta upaya untuk mengembangkannya;
c. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki komunitas (empowering);
d. Strategi Pemberdayaan Komunitas.

Dalam rangka pemberdayaan komunitas, bisa dilakukan beberapa strategi


yaitu :
a. melakukan penguatan lembaga dan organisasi komunitas guna
mendukung peningkatan posisi tawar dan akses komunitas untuk
memperoleh dan memanfaatkan input sumber daya yang dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi;
b. mengembangkan kapasitas komunitas melalui bantuan peningkatan
keterampilan dan pengetahuan, penyediaan prasarana dan sarana seperti,
modal, informasi pasar dan teknologi, sehingga dapat memperluas kerja
dan memberikan pendapatan yang layak, khususnya bagi keluarga dan
kelompok komunitas yang miskin;
c. mengembangkan sistem perlindungan sosial terutama bagi komunitas
yang terkena musibah bencana alam dan komunitas yang terkena dampak
krisis ekonomi;

8
d. mengurangi berbagai bentuk pengaturan yang menghambat komunitas
untuk membangun lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat,
melakukan interaksi sosial untuk membangun kesepakatan antara
kelompok komunitas dan dengan organisasi sosial politik;
e. membuka ruang gerak yang seluas-luasnya bagi komunitas untuk terlibat
dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik melalui
pengembangan forum lintas yang dibangun dan dimiliki komunitas
setempat;
f. mengembangkan potensi komunitas untuk membangun lembaga dan
organisasi keswadayaan komunitas ditingkat lokal dan memperkuat
solidaritas dan ketahanan sosial komunitas dalam memecahkan berbagai
masalah kekomunitasan dan khususnya untuk membantu komunitas
miskin dan rentan sosial.

5. Program Pemberdayaan Komunitas


Untuk mendukung amanat GBHN 1999-2006, program-program
pembangunan yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan pemberdayaan
komunitas adalah sebagai berikut :
a. Program Penguatan Organisasi Komunitas
Tujuan program adalah meningkatkan kapasitas organisasi sosial
dan ekonomi komunitas yang dibentuk oleh komunitas setempat sebagai
wadah bagi pengembangan interaksi sosial, pengelolaan potensi
komunitas setempat dan sumber daya dari pemerintah. Serta wadah
partisipasi dalam pengambilan keputusan public. Sasaran yang ingin
dicapai adalah berkembangnya organisasi sosial dan ekonomi komunitas
setempat yang dapat meningkatkan ekonomi, sosial, dan politik.
b. Program Pemberdayaan Komunitas Miskin
Program ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program
penanggulangan kemiskinan. Tujuan program ini adalah meningkatkan
kemampuan dan keberdayaan keluarga dan kelompok komunitas miskin
melalui penyediaan kebutuhan dasar dan pelayanan umum berupa sarana
dan prasarana sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan

9
persediaan sumber daya produksi, meningkatkan kegiatan usaha kecil,
menengah, dan informal di pedesaan dan perkotaan, mengembangkan
sistem perlindungan sosial bagi keluarga dan kelompok komunitas yang
rentang sosial dan tidak mampu mengatasi dan akibat goncangan
ekonomi, terkena sakit atau cacat, korban kejahatan dan berusia lanjut
dan berpotensi menjadi miskin. Sasaran yang dicapai dari program ini
adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin dan kelompok komunitas
yang miskin dan menjadi miskin.

Kegiatan pokok yang dilakukan adalah :


a. Peningakatan kemampuan pemerintah daerah untuk membantu
pengembangan jaringan kerja keswadayaan;
b. Pengembangan kapasitas lembaga-lembaga keswadayaan;
c. Pengembangan forum komunikasi antar tokoh penggerak kegiatan
keswadayaan;
d. Pengembangan kemitraan lintas pelaku dalam kegiatan keswadayaan;
e. Penghapusan berbagai aturan yang menghambat pengembangan lembaga
dan organisasi kewasdayaan komunitas.

6. Pengorganisasian Pemberdayaan Komunitas


Secara garis besar pengorganisasian dilakukan sebagai berikut :
a. Pemberdayaan komunitas harus berupa gerak komunitas.
Artinya masyarakat harus menjadi subjek dan bukan objek semata
dari usaha kesehatan. Mereka harus dididik dan dibekali berbagai
pengetahuan dan keterampilan dasar dalam usaha-usaha kesehatan serta
dilibatkan secara aktif sejak perencanaan dalam usaha-usaha tersebut.
Tokoh dan wakil komunitas yang dilibatkan misalnya benar-benar yang
mencerminkan aspirasi komunitas yang sebenarnya. Membutuhkan
kesadaran dan kepedulian komunitas akan kesehatan mereka, dan
mendorong mereka untuk berperan aktif untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut seperti membentuk organisasi-organisasi kesehatan
(LSM, seperti komunitas anti rokok, anti narkoba), turut membiayai

10
usaha kesehatan, ikut akses atau JPKM), ikut dalam politik kesehatan
(memilih partai yang peduli kesehatan) dan sebagainya.
b. Menekankan peran pemerintah lebih sebagai regulator dan fasilitator.
Peran pemerintah yang dominan selama ini dalam usaha
kesehatan telah menjadi penghambat munculnya inisiatif dan kreatif di
komunitas yang sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan gerakan
komunitas yang sesungguhnya. Peran dominan harus lebih diberikan
kepada komunitas melalui misalnya sektor swasta, LSM, maupun
organisasi komunitas lainnya. Pemerintah harus menyediakan dana
sebagai seed kapital (modal awal) bagi LSM dalam usaha-usaha promotif
dan preventif mereka. Usaha-usaha seperti ini memang harus dibantu
dana memang merupakan usaha publik yang sulit mempunyai nilai
komersial, namun kemandirian harus terus diusahakan.
c. Membutuhkan wirausahawan sosial atau sosial entrepreneur dalam
bidang kesehatan promotif dan preventif.
Usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah perilaku
harus lebih bersifat pendekatan dari bawah (bottom up approach)
berdasarkan kebutuhan dan kondisi sosial budaya komunitas setempat,
untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang sosial yang dapat
mengembangkan dan menjalankan usaha-usaha pemantapan perilaku
sehat bertumpu pada komunitas. Biasanya orang-orang ini akan
menjalankan kegiatan dengan mendirikan LSM dalam bidang kesehatan
tertentu pada wilayah tertentu pula.
d. Membutuhkan kemandirian dalam usaha kesehatan.
Secara bertahap pemerintah harus mengurangi alokasi dana pada
usaha-usaha kesehatan yang sudah mulai dapat dibiayai sendiri oleh
komunitas seperti pelayanan kesehatan, apalagi kuratif, kecuali bagi
komunitas kurang mampu. Alokasi dana harus lebih diberikan dan
ditingkatkan pada kegiatan-kegiatan promotif-preventif, seraya
mendorong keterlibatan komunitas, swasta/LSM menuju kemandirian.

11
D. Peran Serta Komunitas
1. Wujud Peran Serta Komunitas
Dari pengamatan pada komunitas selama ini ada beberapa wujud peran
serta komunitas dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan
pembangunan nasional pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Sumber Daya Manusia
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan komunitas.
Wujud insan yang menunjukkan peran serta komunitas dibidang
kesehatan antara lain sebagai berikut.
1) Pemimpin komunitas yang berwawasan kesehatan.
2) Tokoh komunitas yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama,
politisi, cendikiawan, artis/seniman, budayawan, pelawak dan lain-
lain.
3) Kader Kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya :
kader Posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader
kesehatan gigi, kader KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri
husada, taruna husada, dan lain-lain.
b. Institusi/lembaga/organisasi komunitas
Bentuk lain peran serta komunitas adalah semua jenis institusi, lembaga
atau kelompok kegiatan komunitas yang mempunyai aktifitas dibidang
kesehatan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut.
1) Upaya Kesehatan Bersumber Daya Komunitas (UKBM), yaitu
segala bentuk kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk
komunitas, seperti :
a) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
b) Pos Obat Desa (POD)
c) Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
d) Pos Kesehatan di Pondok Pasantren (Pokestren)
e) Pemberantasan Penyakit Menular dengan Pendekatan PKMD
(P2M-PKMD)

12
f) Penyehatan Lingkungan Pemungkiman dengan Pendekatan
PKMD (PLp-PKMD) sering disebut dengan desa percontohan
kesehatan lingkungan (DPKL)
g) Suka Bakti Husada (SBH)
h) Taman Obat Keluarga (TOGA)
i) Bina Keluarga Balita (BKB)
j) Pondok Bersalin Desa (Polindes)
k) Pos Pembinaan Terpadu Lanjut Usia (Posbindu
Lansia/Posyandu Usila)
l) Pemantau dan Stimulasi Perkembangan Balita (PSPB)
m) Keluarga Mandiri
n) Upaya Kesehatan Mesjid
2) Lembaga Swadaya Komunitas (LSM) yang mempunyai kegiatan
dibidang kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang
kesehatan, aktifitas mereka beragam sesuai dengan peminatannya.
3) Organisasi Swasta yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, ruamh bersalin, balai kesehatan ibu dan anak,
balai pengobatan, dokter praktik, klinik 24 jam, dan sebagainya.
c. Dana
Wujud lain partisipasi komunitas adalah dalam bentuk pembiayaan
kesehatan seperti dana sehat, asuransi kesehatan, jaminan pemeliharaan
kesehatan komunitas, dan berbagai bentuk asuransi dibidang kesehatan.
Secara umum jenis-jenis partisipasi pemberdayaan kesehatan komunitas
adalah sebagai berikut :
1) Berbagai bentuk dana sehat seperti dana sehat pola PKMD
(Pembangunan Kesehatan Komunitas Desa), dana sehat pola UKS
(Upaya Kesehatan Sekolah), dana sehat pondok pasantren, dana
sehat pola KUD (Koperasi Unit Desa), dana sehat yang
dikembangkan oleh LSM, dan dana sehat organisasi/kelompok
lainnya (Supir angkot, tukang becak dan lain-lain);

13
2) Asuransi kesehatan oleh PT Asuransi Kesehatan Indonesia, dengan
sasaran para pengawai negeri sipil, pensiunan, dan sebagian
karyawan swasta atau pegawai pabrik;
3) Jaminan sosial tenaga kerja (termasuk pemeliharaan kesehatan)
khususnya bagi para pekerja Perusahaan swasta;
4) Asuransi kesehatan swasta atau badan penyelenggara jaminan
pemeliharaan kesehatan komunitas (Bapel JPKM), seperti asuransi
kesehatan yang dikelola PT Tugu Mandiri, PT Bintang Jasa, dan
lain-lain.
d. Wujud Lain
Masih ada bentuk peran serta komunitas selain di atas, antara lain :
1) Jasa Tenaga
2) Jasa Pelayanan
3) Subsidi silang

2. Lingkup Peran Serta Komunitas


Ruang lingkup peran serta komunitas (PSM) menjadi sangat luas
bahkan tidak terbatas. Namun demikian, untuk memudahkan dalam
pembinaan, lingkup PSM dapat dikelompokkan menjadi:
a. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Komunitas (UKBM) yang
dilaksanakan oleh komunitas umum.
b. Upaya Kesehatan Tradisional (UKESTRA)
c. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
d. Upaya Kesehatan Dasar Swasta (UKDS)
e. Kemitaraan LSM dan dunia usaha
f. Dana sehat/jaminan pemeliharaan kesehatan Komunitas (JPKM)
g. Peran wanita pembangunan kesehatan
h. Peran generasi muda dalam pembangunan kesehatan
i. Kader kesehatan

14
3. Prinsip Penggerakan Peran Serta Komunitas
Kesehatan merupakan kebutuhan setiap orang. Oleh karena itu
kesehatan seharusnya tercermin dalam kegiatan setiap insan. Peran serta
komunitas dibidang kesehatan di arahkan melalui tiga macam utama, sebagai
berikut.
a. Kepemimpinan
b. Pengorganisasian
c. Pendanaan
Dengan demikian, tujuan akhir yang hendak dicapai dalam peningkatan
peran serta komunitas di bidang kesehatan adalah sebagai berikut.
a. Setiap pemimpin kelompok komunitas baik formal maupun informal
mempunyai wawasan kesuma (kesehatan untuk semua).
b. Setiap kelompok komunitas baik ditingkat kewilayahan maupun
organisasi, mempunyai bentuk UKBM yang merupakan wujud partisipasi
mereka dalam menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi,
dengan kualitas yang baik.
c. Setiap kelompok komunitas mengembangkan dana sehat menggunakan
pola yang sesuai dengan karakteristik komunitas setempat, dengan
kualitas yang memadai. Dana sehat pola PKMD untuk komunitas
perdesaan, dana sehat pola KUD untuk komunitas anggota KUD, dana
sehat pada UKS untuk para murid sekolah dan lain-lain.

4. Manajemen Pembinaan Peran Serta Komunitas


Peran serta komunitas di bidang kesehatan mempunyai kekhususan
sebagai berikut.
a. Meskipun kesehatan berdampingan dengan kedokteran, implementasi
program kesehatan komunitasnya berbeda jauh dengan dunia kedokteran.
Kesehatan komunitas sangat erat kaitannya dengan aspek sosial budaya
komunitas yang bersangkutan.
b. Bidang gerak serta komunitas amat luas dan sangat bervariasi sehingga
tidak mungkin menerapkan suatu harusan yang sifatnya mutlak.

15
Petugas kesehatan yang menggeluti program penyuluhan kesehatan
komunitas/peran serta komunitas mempunyai peran ganda karena
mengemban dua fungsi yang tidak dipisahkan sebagai pembina peran serta
komunitas yaitu petugas kesehatan yang mengetahui bahwa kesehatan
komunitas itu amat ditentukan oleh partisipasi mereka.

E. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Komunitas ( UKBM )


1. Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu )
Posyandu merupakan jenis UKM yang paling mengkomunitaskan
dewasa ini. Posyandu yang meliputi lima program prioritas yaitu : KB, KIA,
Imunisasi, dan penanggulangan Diare terbukti mempunyai daya ungkit besar
terhadap penurunan angka kematian bayi sebagai salah satu tempat pelayanan
kesehatan komunitas yang langsung bersentuhan dengan komunitas level
bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru
karena terbukti ampuh mendeteksikan permasalahan gizi buruk anak balita,
kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan lainnya menyangkut
kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindari jika posyandu kembali
diprogramkan secara menyeluruh. Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan
sistem lima meja yang meliputi :
a. Meja 1 : Pendaftaran
b. Meja 2 : Penimbangan
c. Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat
d. Meja 4 : Penyuluhan Kesehatan Pemberian Oralit Vitamin A dan Tablet
Besi
e. Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan, serta pelayanan keluarga berencana.
Untuk meja 1 sampai 4 dilaksanakan oleh petugas kesehatan.

2. Pondok Bersalin Desa ( Polindes )


Pondok bersalin desa merupakan wujud peran serta komunitas dalam
pemeliharaan kesehatan ibu dan anak. UKBM ini dimaksudkan untuk

16
menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu kesenjangan geografis,
kesejangan informasi, kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial budaya.
Keberadaan bidan ditiap desa diharapkan mampu mengatasi
kesenjangan geografis, sementara kontak setiap saat dengan penduduk
setempat diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes
dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi,
sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif
pemeriksaan ibu, anak dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah
LKMD diharapkan mampu mengurangi kesenjangan ekonomi.

3. Pos Obat Desa (POD)


Pos obat desa merupakan wujud peran serta komunitas dalam hal
pengobatan sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan
kuratif sederhana, melengkapi kegiatan preventif dan promotif yang telah di
laksanakan di posyandu.
Dalam implementasinya POD dikembangkan melalui beberapa pola di
sesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan
POD itu antara lain :
a. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya;
b. POD yang di integrasikan dengan Dana Sehat;
c. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu;
d. POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes;
e. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan dibeberapa
pondok pesantren;
f. Dan sebagainya.
POD jumlahnya belum memadai sehingga bila ingin digunakan di unit-
unit desa, maka seluruh, diluar kota yang jauh dari sarana kesehatan
sebaiknya mengembangkan Pos Obat Desa masing-masing.

17
4. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 27 provinsi meliputi 209
kabupaten/kota. Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola
dana sehat, antara lain sebagai berikut.
a. Dana sehat pola Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolahan.
b. Dana sehat pola pembangunan Kesehatan Komunitas Desa (PKMD),
dilaksanakan pada 96 kabupaten.
c. Dana sehat pola pondok Pesantren, dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota.
d. Dana sehat pola koperasi Unit Desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari
23 kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
e. Dana sehat yang dikembangkan Lembaga Swadaya Komunitas (LSM).
f. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir
angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
Seharusnya dana sehat merupakan bentuk jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi anggota komunitas yang belum dijangkau oleh asuransi
kesehatan seperti askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya.
Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan komunitas yang pada
gilirannya mampu melestarikan kegiatan UKMB setempat. Oleh karena itu,
dana sehat harus dikembangkan keseluruh wilayah kelompok sehingga semua
penduduk terliput oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.

5. Lembaga Swadaya Komunitas (LSM)


Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya komunitas (LSM),
namun sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang
kesehatan hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini
dapat digolongkan menjadi LSM yang belum mempunyai kegiatannya bidang
kesehatan atau LSM yang aktivitasnya seluruhnya kesehatan dan LSM
khusus antara lain, organisasi profesi kesehatan, organisasi swadaya
internasional.
Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut :

18
a. Meningkatkan peran serta komunitas termasuk swasta pada semua
tingkatan.
b. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap
organisasi kekomunitasan.
c. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada
organisasi kekomunitasan untuk berkiprah dalam pembangunan
kesehatan dengan kemampuan sendiri.
d. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan
kesehatan.
e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk
berkiprah dalam bidang kesehatan.

6. Upaya Kesehatan Tradisional


Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah dihalaman atau
ladang yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat.
Dikaitkan dengan peran serta komunitas, TOGA merupakan wujud partisipasi
mereka dalam bidang peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana
dengan memanfaatkan obat tradisinal. Fungsi utama dari TOGA adalah
menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk menjaga
dan meningkatan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa
penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat
dapat digunakan untuk memperbaiki gizi komunitas, upaya pelestarian alam
dan memperindah taman dan pemandangan.

7. Upaya Kesehatan Kerja


Upaya kesehatan kerja menjadi semakin penting pada industrilisasi
sekarang ini. Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal
semakin banyak, yang biasanya tetap diiringi oleh maraknya tenaga-tenaga
kerja informal. Salah satu wujud upaya kesehatan kerja adalah dibentuknya
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) di sektor informal dan pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor formal.

19
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) untuk operasional PKMD di
lingkungan pekerja merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan
kesehatan pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang di
selenggarakan oleh komunitas pekerja atau kelompok pekerja yang memiliki
jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas kerja. Dengan demikian, implementasi selalu mencakup tiga
pilar PKMD, yaitu adanya kerjasama lintas sektor, adanya pelayanan dasar
kesehatan kerja, dan adanya peran serta komunitas.

8. Upaya Kesehatan Dasar Swasta


Upaya kesehatan dasar swasta dapat dikelompokkan menjadi :
a. kelompok pelayanan swasta dasar di bidang medik, meliputi Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai Pengobatan (BP) Swasta dan
Rumah Bersalin (RB)
b. kelompok berdampak kesehatan, meliputi salon kecantikan, pusat
kebugaran, dan sebagainya
c. kelompok tradisional, meliputi tabib, sinshe, panti pijat, dukun patah
tulang, yang pembinaan teknisnya dilakukan oleh upaya kesehatan
tradisional (Ukestra)

9. Kemitraan LSM dan Dunia Usaha


Lembaga Swadaya Komunitas (LSM) merupakan organisasi non
pemerintah (Non Govermental Organization/NGO) yang sebenarnya
mempunyai beberapa potensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan
derajat kesehatan komunitas, antara lain dalam hal community development,
pemberi pelayanan kesehatan, pelatihan untuk berbagai macam bidang, dan
penghimpunan dana komunitas untuk kesehatan.
Untuk meningkatkan fungsi LSM, forum komunikasi ditingkatkan
menjadi jejaring LSM yang ternyata berkembang beberapa peminatan. Ada
beberapa kelompok peminatan kesehatan, yaitu :
a. Pembangunan Kesehatan Fungsi Komunitas Desa (PKMD)/Primary
health Care (PHC)

20
b. Keluarga Berencana/Kesehatan Ibu dan Anak (KB/KIA)
c. Penyakit Menular Seksual (PMS/AIDS)
d. Kesehatan anak, remaja, dan generasi muda
e. Kesehatan wanita
f. Pengobatan tradisional
g. Kesehatan kerja
h. Kesehatan lingkungan/air bersih
i. Penyakit menular
j. Klinik/balai pengobatan

10. Kader Kesehatan


Kader di Indonesia merupakan sosok insan yang menarik perhatian
khalayak. Kesederhanaannya dan asalnya yang dari komunitas setempat, telah
membuat kader begitu dekat dengan komunitas membuat alih pengetahuan
dan olah keterampilan dari kader kepada tetangganya demikian mudah.
Kedekatannya dengan petugas puskesmas telah membuat mereka menjadi
penghubung yang andal antara petugas kesehatan dengan komunitas. Profil
kader yang paling dikenal adalah kader posyandu. Melejitnya jumlah dan
peran posyandu dalam keberhasilan program keluarga berencana dan
kesehatan. Telah turut mengangkat kepopuleran kader posyandu di Indonesia.
Peran PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) dalam kader ini sangat
besar, karena hampir seluruhnya kader posyandu atau kader PKK adalah
wanita. Tim Penggerak PKK dari mulai tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan, selalu berupaya melakukan
penggerakan dan pembinaan intensif terhadap kader PKK yang menjadi
tulang punggung kegiatan posyandu.

11. Bentuk UKBM Yang Lain


Bentuk upaya kesehatan bersumber daya komunitas yang lain adalah
sebagai berikut :
a. Suatu karya Bhakti Husada (SBH) merupakan bentuk partisipasi generasi
muda khususnya pramuka dalam bidang kesehatan.

21
b. Upaya Kesehatan Gizi Komunitas Desa (UKGMD), merupakan wujud
peran serta komunitas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
c. Pemberantasan Penyakit Menular melalui pendekatan pembangunan
kesehatan komunitas desa (P2M-PKMD) merupakan bentuk peran serta
komunitas dalam penanggulangan penyakit menular yang banyak diderita
penduduk setempat.
d. Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL), merupakan wujud
peran serta komunitas dalam program menyediakan air bersih dan
perbaikan lingkungan pemukiman. Melalui kegiatan ini diharapkan
cukupan penyediaan air bersih dan rumah sehat menjadi semakin tinggi.
e. Pos Kesehatan Pondok Pesantren (Poskestren), merupakan wujud
partisipasi masyarkat pondok pesantren dalam bidang kesehatan.
Biasanya dalam poskestren ini muncul kegiatan, antara lain pos obat
pondok pesantren (POP), santri husada (kader kesehatan dikalangan
santri), pusat informasi kesehatan di pondok pesantren, dan upaya
kesehatan lingkungan di sekitar pesantren.
f. Karang Werda, merupakan wujud peran serta komunitas dalam upaya
kesehatan usia lanjut, misalnya pos pembina terpadu lansia (posbindu
lansia atau posyandu usila).
g. Dan masih banyak lagi bentuk UKBM yang lain.

F. Tantangan atau Permasalahan


Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan program pemberdayaan dan
peran serta komunitas dalam bidang kesehatan adalah :
1. Pemberdayaan komunitas atau peran serta komunitas secara individu.
2. Pemberdayaan komunitas atau peran serta komunitas dalam hal perdana.
3. Pemberdayaan komunitas dalam bidang penyelenggaraan posyandu.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberdayaan komunitas adalah sebagai subjek sekaligus objek dari
sistem kesehatan dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses
yang dilakukan oleh komunitas (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar)
untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan komunitas.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah
pemberdayaan komunitas miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan
ketinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Faktor
lain yang akan menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung
komunitas untuk memperoleh dan memanfaatkan input sumber daya yang dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan
organisasi komunitas.
Revitalisasi Puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan komunitas
melalui strategi pengorganisasian komunitas dilakukan untuk memberdayakan
komunitas dalam hal penyelesaian masalah kesehatan di aras komunitas basis.
Selain itu juga mendorong potensi komunitas di aras komunitas basis agar dapat
mengatasi masalah-masalah kesehatan dengan penekanan pencegahan penyakit
melalui keswadayaan yang berkelanjutan dan kontekstual dengan kebutuhan
lokal.

B. Saran
Penulis masih dalam tahap belajar dalam penulisan makalah ini yang
tentunya banyak kesalahan baik dalam segi penulisan maupun segi isi makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dalam penulisan makalah selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan komunitas dalam


perencanaan dan pelaksanaan pemberantasan malaria di kabupaten
Maluku tengah.pdf. Universitas Gadjah Mada.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Wass, A. (1995). Promoting health: the primary health approach. Toronto: W.B.
Sanders.
Nurbeti, M. (2009). Pemberdayaan komunitas dalam konsep “kepemimpinan
yang mampu menjembatani”: bagaimana mengukurnya?. Dari:
http://www.kesehatankomunitas.com/2009/02/pemberdayaan-
komunitas-dalam-konsep.html (tanggal unduh 18 Januari 2019 pukul
19:21 WIB)
Maglaya, Arceli. 2009. Nursing Practice In the Community. Marikina City:
Argonauta Corporation.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012.
Stanhope, M. & Lancaster. J. 2009. Community health nursing. Process and
practice for promoting health. Mosby Company, USA.

24

Anda mungkin juga menyukai