Anda di halaman 1dari 51

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Ca Mamae

1. Definisi

Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan diatas otot

dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Dalam keadaan normal

hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedang pada beberapa jenis hewan,

kelenjar susu dapat membentang dari sekitar lipat paha sampai dada. Payudara

dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang

kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada ibu

menyusui mencapai 800 gram. (Risanto Siswosudarmo dan Ova Emilla, 2011)

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan

tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto, 2010)

Kanker payudara adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae

dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan

menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Carpenito, 2000).

Menurut Luwia (2003), kanker payudara merupakan kanker yang berasal

dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Ketika

sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak

terkendali inilah yang disebut kanker payudara. Kumpulan besar dari jaringan

yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi tidak semua

tumor adalah kanker, karena sifatnya yang tidak menyebar ke seluruh tubuh.

6
7

Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyebar jaringan sekitar

disebut kanker atau tumor ganas.

Jadi, dapat disimpulkan kanker payudara adalah kanker yang menakutkan

bagi seorang wanita.

2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi Payudara

Jaringan payudara terentang dari sekitar iga kedua sampai keenam.

Perluasan kauda (ekor) jaringan ke dalam aksila dapat menyebabkan rasa

tidak nyaman pada masa lemak dan nifas dini saat jaringan tersebut

membengkak.Konstituen utama payudara adalah sel kelenjar disertai duktus

terkait serta jaringan lemak dan jaringan ikat dalam jumlah bervariasi.

Payudara dibagi menjadi bagian atau lobus oleh septum fibrosa,yang berjalan

dari belakang putting payudara kearah otot pektoralis. Septum ini penting
8

untuk melokalisasi infeksi, yang sering terlihat sebagai meradang di

permukaan payudara (Dunstall, 2007).

Secara anatomi fisologi payudara terdiri dari alveolusi, duktus

laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran

limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar

parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula

pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.setiap payudara terdiri dari 15-20

lobulus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobulus tidak berhubungan dengan

ukuran payudara. Setiap lobulus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang

disebut alveoli. Kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan,

mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveoli dan acinus singular)

menghasilkan susu dan subtansi lainnya selama menyusui . Setiap bola

memberikan makanan ke dalam pembuluh darah tunggal lactiferous yang

mengalirkannya keluar melalui putting susu. Sebagai hasilnya terdapat 15-20

saluran putting susu, mengakibatkan banyak lubang pada putting susu. Di

belakang putting susu pembuluh lactiferous agak membesar sampai

membentuk penyimpangan kecil yang di sebut lubang-lubang lactiferous

(lactiferous sinuses). Lemak dan jaringan penghubung mengelingi bola-bola

jaringan kelenjar.
9

Gambar 1
Lobulus dan Duktus Payudara (Zuiedema, 2009)

Keterangan:

A. Duktus pembesaran

B. Lobulus

C. Bagian duktus yang di latasi untuk menahan susu

D. putting susu

E. Jaringan lemak

F. Otot pektoralis mayor

G. Dinding dada

Pembesaran

A. Sel-sel normal

B. Membran sel

C. Lumen
10

Sejumlah jaringan lemak tergantung pada banyaknya faktor termasuk

usia, persentase lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang cooper

menghubungkan dinding dada pada kulit payudara dan memberikan bentuk

payudara dan keelatisannya.(Long, 2000)

Gambar 2
Payudara (Zuidema, 2009)

b. Fisiologi Payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,

masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas

pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga

hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya

asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.

Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada
11

beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal.

Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa

hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga

pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu

pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu

besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Perubahan ketiga

terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar

karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh

duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi.

Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian

dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Sjamsuhidajat, 2004)

3. Etiologi Kanker Payudara

Penyebab dari kanker payudara tidak diketahui dengan pasti, namun

terdapat serangkaian faktor genetik, hormonal dan lingkungan. Penyebab

tersebut yang dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Banyak faktor yang

diprediksi mempuyai hubungan kanker payudara (John Cleese, 2010)

Genetik merupakan faktor panting karena kejadian kanker payudara

akibat kelainan genetik sebesar 5-10%. Untuk mengenalinya cukup mudah yaitu

dengan mengumpulkan riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan

memetakannya dalam bentuk silsilah. Riwayat keluarga yang perlu dicatat

diantaranya adalah kanker payudara pada ibu atau saudara perempuan yang

terkena kanker payudara pada umur di bawah 50 tahun atau keponakan dengan

jumlah lebih dari dua (Luwia, 2003)


12

Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam proses tumbuh

kembang organ seksual wanita. Hormon estrogen justru sebagai penyebab awal

kanker pada sebagian wanita. Hal ini disebabkan adanya reseptor estrogen pada

sel-sel epitel saluran kelenjar susu. Hormon estrogen yang menempel pada

saluran ini, lambat laun akan mengubah sel-sel epitel tersebut menjadi kanker

(Luwia, 2003). Pengunaan KB hormonal seperti pil, suntik KB dan susuk yang

mengandung banyak dosis estrogen meningkatkan risiko kanker payudara (John

Cleese, 2010)

Faktor lingkungnan juga dapat menjadi pemicu kanker payudara.

Lingkungan tersebut berupa paparan radiasi bahan-bahan radioaktif, sinar X dan

pencemaran bahan kimia. Luwia (2003) mengatakan bahwa risiko kanker

payudara meningkat apabila radiasi terjadi sebelum umur 40 tahun.

Faktor-faktor yang memiliki risiko dan berhubungan dengan terjadinya

kanker payudara diantaranya adalah:

a. Umur

Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mempuyai risiko kanker

payudara lebih besar dibandingkan umur kurang dari 40 tahun. Hal ini

dikarenakan pada umur ini kebanyakan wanita melakukan mamografi pada

program pemeriksaan payudara setempat. Banyak kasus kanker payudara

yang ditemukan terjadi pada wanita berumur antara 40-64 tahun (Wilensky

dan Lincoln, 2008).

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh untuk terjadinya kanker payudara, wanita

mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan pria. Menurut penelitian di


13

Inggris 99% dari semua kasus kanker payudara terjadi pada wanita dan pada

pria hanya 1% saja (John Cleese, 2010)

c. Umur Menarche

Pada wanita yang riwayat menarchenya lambat insedensinya lebih

rendah akan tetapi menarche awal (dibawah 12 tahun) termasuk dalam faktor

risiko terjadinya kanker payudara (Luwia, 2003)

d. Umur Menopause

Wanita yang umur menopausnya terlambat atau lebih dari 50 tahun

mempuyai resiko terkena kanker payudara lebih besrar dibandingkan wanita

yang umur menopausnya normal yaitu umur kurang dari 50 tahun (Luwia,

2003)

e. Riwayat Keluarga Dengan Kanker Payudara (genetik)

Risiko terkena kanker payudara meningkat pada wanita yang

mempunyai ibu atau saudara perempuan yang terkena kanker payudara.

Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki peningkatan risiko

mengalami kanker payudara (Wilensky dan Lincoln, 2008).

f. Paritas

Paritas merupakan keadaan yang menunjukan jumlah anak yang

pernah dilahirkan. Wanita yang tidak mempunyai anak (nullipara) mempuyai

risiko insiden 1,5 kali lebih tinggi dari pada wanita yang mempunyai anak

(multipara) (Wilensky dan Lincoln, 2008)

g. Tidak Menyusui Anak

Menyusui merupakan salah satu faktor penting yang memberikan

proteksi terhadap risiko kanker payudara. Wanita yang tidak menyusui


14

bayinya, mempunyai risiko yang tinggi terkena kanker payudara

dibandingkan dengan wanita yang menyusui bayinya (Bustan, 2007).

4. Patofisiologi

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain

obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-

zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat

menyebabkan kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan

epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi

hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut

menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu

7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang

cukup besar untuk dapat diraba ( kira-kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu,

kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari

kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala

kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus

satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut,

dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006).

Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi

kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan

infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri.

Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering

untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang (Price, 2006).

Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung

kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah
15

dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas

dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut

pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan

pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon

neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas

melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat

atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu

banyak beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat

menimbulkan terjadinya syock. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat

dan lemak di metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk

menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru.

Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan

penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal.

Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang

deket maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe

aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul

krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer,

2000)
16
17

5. Manifestasi Klinis

Penemuan dini kanker payudara masih sulit, kebanyakan ditemukan jika

sudah teraba oleh pasien atau sudah stadium lanjut (Wilensky dan Lincoln,

2008). Berikut ini tanda dan gejala pada kanker payudara stadium lanjut:

a. Tanda dan gejala kanker payudara

1) Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwardan atas bagian dalam, di

bawah ketiak, bentuknya tak beraturan, terfiksasi dan sakit jika

digerakan.

2) Nyeri di daerah massa.

3) Adanya lekukan ke dalam, tarikan pada area mammae

4) Edema dengan peaut d orange (keriput seperti kulit jeruk)

5) Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan,

kadang disertai darah

6) Pengelupasan papilla mammae

7) Ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi

b. Penentuan ukuran dan penyebaran tumor berdasarkan 3 kategori yaitu tumor

size (T), regional limpho nodus (N) dan metastase jauh (M). Berikut ini

penjelasannya:

1) Tumor Size ( T )

a) Tx : Tak ada tumor

b) To : Tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer

c) T1 : Tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm

d) T2 : Tumor dengan diameter 2 – 5 cm

e) T3 : Tumor dengan diameter lebih dari 5 cm


18

f) T4 : Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan

perluasan secara langsung ke dinding thorak atau kulit.

2) Regional Limpho Nodus ( N )

a) Nx : Kelenjar ketiak tak teraba

b) No : Tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral

c) N1 : Mestastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa

digerakan

d) N2 : Mestastase ke kelenjar ketiak hormonal, melekat terfiksasi satu

sama lain atau jaringan sekitarnya

e) N3 : Mestastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau

infraklavikuler atau edema lengan.

3) Mestastase Jauh ( M )

a) Mo: Tak ada mestastasee jauh

b) M1: Mestastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar

payudara.

c. Stadium Kanker Payudara

Kanker Payudara dapat didiagnosis pada stadium yang berbeda-beda.

Kanker payudara yang lebih dini ditemukan, kemungkinan sembuh akan

lebih besar. Luwia (2003) menyebutkan bahwa stadium kanker payudara

terdiri atas beberapa stadium, antara lain:

1) Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat

penyebaran (metastasis) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium

ini kemungkinan kesembuhan sempurna adalah 70%. Pemeriksaan ada


19

atau tidaknya metastasis ke bagian tubuh yang lain harus dilakukan di

laboratorium.

2) Stadium II

Tumor sudah lebih dari 2,25 cm dan sudah terjadi mestastasis

pada kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan untuk sembuh pada

stadium ini hanya 30-40 % tergantung pada luasnya penyebaran sel

kanker. Tindakan operasi biasanya dilakukan pada sadium I dan II untuk

mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran dan

setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak adanya

selsel kanker yang tertinggal.

3) Stadium III

Tumor sudah cukup besar 3-5 cm, sel kanker hampir menyebar

keseluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit.

Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi

(pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga

dilakukan operasi untuk mengangkat payudara bagian yang parah.

Benjolan sudah menonjol ke permukaan kulit dan pecah/berdarah.

4) Stadium IV

Tumor sudah berukuran besar >5 cm, sel kanker telah

menyebar/bermestastase ke seluruh organ tubuh, dan biasanya penderita

mulai lemah. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya

pengobatan dilakukan dengan terapi hormonal dengan syarat Estrogen

Reseptor (ER) atau Progesteron Reseptor (PR) positif karena penderita


20

terlalu lemah dengan syarat mempertimbangkan kemoterapi yang sudah

didapat sebelumnya.

d. Pemeriksaan Kanker Payudara

Pemeriksaan payudara secara rutin sangat diperlukan untuk

mendeteksi kanker payudara atau tumor sedini mungkin. Sering kali

penderita mengetahui dirinya terkeana kanker payudara sesudah stadium

lanjut sehingga sulit disembuhkan. Lebih dini kanker ditemukan dan

mendapatkan penanganan yang tepat, akan memberikan kesembuhan dan

harapan hidup yang lebih besar. Beberapa pemeriksaan payudara sendiri

(Sadari) yaitu merupakan cara sederhana untuk mengetahui setiap perubahan

yang terjadi pada payudara. Sadari harus dilakukan setiap bulan oleh wanita

setelah berumur 20 tahun. Meskipun sadari merupakan suatu teknik

penyaringan yang sederhana, dan tidak mahal, tetapi sadari sangat efektif

untuk mengetahui adanya kanker secara dini, tidak berbahaya, aman dan

tidak menimbulkan nyeri (Luwia, 2003).

Cara pemeriksaan Sadari menurut Bustan (2007) adalah sebagai

berikut:

1) Pada saat mandi

Angkat sebelah tangan dengan menggunakan satu jari gerakkan

secara mendatar perlahan-lahan ke semua tempat bagi setiap payudara.

Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri, dan tangan kiri

untuk payudara kanan. Periksa dan cari apabila terdapat gumpalan atau

kebetulan keras, menebal di payudara.


21

2) Posisi berdiri di depan cermin

Mengankat kedua tangan ke atas kepala, putar-putar tubuh

perlahan-lahan dari sisi kanan ke sisi kiri. Pinggang dicekak, tekan turun

perlahan-lahan kebawah untuk menegakan otot dada dan membuat

payudara condong ke depan. Perhatikan dengan teliti segala perubahan

seperti besar, bentuk, dan kontur payudara. Lihat pula jika terdapat

kekakuan, lekukan atau putting masuk ke dalam. Perlahan-lahan, pijit

kedua kedua puting dan perhatikan jika terdapat cairan keluar. Periksa

lebih lanjut apakah cairan itu jernih atau mengandung darah.

3) Posisi berbaring

Cara memeriksa payudara sebelah kanan, letakkan bantal di

bawah bahu kanan dan tangan kanan diletakan di belakang kepala. Jari

menekan payudara dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan

kecil, bermula dari bagian pangkal payudara. Selepas satu putaran, jari

digerakan I inci (2,5 cm) kearah putting. Ulangi hal yang sama pada

payudara sebelah kiri dengan meletakkan bantal di bawah bahu kiri dan

tangan kiri di belakang kepala. Coba rasakan apakah ada benjolan di

payudara.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Mammografi

Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan

untuk mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat

dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan


22

mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat

dideteksi melalui palpasi.

Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan

teknik ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas

gambarnya. Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar

0,1 sentigray (cGy) setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray

thoraks menyalurkan 25% dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat

digunakan baik sebagai skrining maupun diagnostik. Mammografi

mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik

mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran jaringan mammae yang

lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan axillary tail of Spence.

Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih baik

pada aspek medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar.

Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma

payudara dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-negative

sebesar 7%. Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae

antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang

(stellate), penebalan asimetris jaringan mammae dan kumpulan

mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting

karsinoma pada wanita muda, yang mungkin merupakan satu-satunya

kelainan mammografi yang ada. Mammografi lebih akurat daripada

pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae stadium awal, dengan

tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National Cancer

Center Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun


23

harus dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40

tahun, pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan

pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas screening

mammography, menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma

mammae stadium II, III dan IV pada populasi yang dilakukan skrining

dengan mammografi.

b. Ultrasonografi (USG)

Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting

untuk membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik

digunakan untuk menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada

pemeriksaan dengan USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan

batas yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas echo di bagian

tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus,

berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas

yang tegas. Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak

beraturan, tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan akustik. USG

juga digunakan untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy (FNAB),

core-needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG merupakan

pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak

dapat mendeteksi lesi dengan diameter ≤ 1 cm.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada

mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada

pemeriksaan klinis dan mammografi tidak didapat kelainan, maka


24

kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat kecil. MRI

sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan untuk

skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma

mammae yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam

memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara,

menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau

menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.

d. Biopsi

Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan

pemeriksaan sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi

eksisional dengan resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang

ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam

masalah pengambilan sampel, karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan.

Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2%

dan tingkat false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang

berpengalaman tidak akan menghiraukan massa dominan yang mencurigakan

jika hasil sitologi FNA adalah negatif, kecuali secara klinis, pencitraan dan

pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan hasil negatif.

Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti

jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core

needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di

klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal.

Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum

memutuskan tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat


25

dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy, ketika hasilnya positif,

memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang rendah, tetapi

ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy.Open

biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi

insisional mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila

tidak tersedianya core-needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan

gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi

tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa

payudara diambil.

e. Biomarker

Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker

sebagai salah satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae.

Biomarker ini mewakili gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara

inisiasi dan perkembangan karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil

akhir dalam penelitian kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan

histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada

karsinoma.

Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae

antara lain (1) petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen

(PNCA), BrUdr dan Ki-67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-

2; (3) petanda angiogenesis seperti vascular endothelial growth factor (VEGF)

dan indeks angiogenesis; (4) growth factors dan growth factor receptors seperti

human epidermal growth receptor (HER)-2/neu dan epidermal growth factor

receptor (EGFr) dan (5) p53.


26

7. Penatalaksanaan

Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) penatalaksanaan kanker payudara adalah :

a. Pengobatan lokal kanker payudara

Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal:

1) Mastektomi radiasi yang modifikasi

2) Bedah dengan menyelamatkan payudara, adalah : mastektomi,

limfektomi (pengangkatan jaringan kanker dan sejumlah kecil jaringan

sekitarnya dengan kulit lapisan atas tetap di tempatnya)

b. Mastektomi

Mastektomi merupakan pengangkatan ke seluruh tubuh payudara dan

beberapa nodus limfe

Tujuannya : untuk menghilangkan tumor payudara dengan membuang

payudara dan jaringan yang mendasari.

c. Terapi radiasi

Terapi radiasi Biasanya di lakukan sel infuse massa tumor untuk

mengurangi kecenderungan kambuh dan menyingkirkan kanker resudial

d. Rekontruksi / pembedahan

Rekontruksi/ pembedahan ini dilakukan tindakan pembedahan

tergantung pada stadium 1 dan 11 lakukan mastektomi radikal, bila ada

metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat

juga dilakukan mastektomi simplek yang harus di ikuti radisi tumor

bed.Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral

e. Terapi Hormonal

Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menekan sekresi hormon esterogen
27

f. Tranplantasi sumsum tulang

Tranplantasi sumsung tulang pada tahap ini prosedur yang di lakukan adalah

pengangkatan sumsum tulang dan memberikan kemoterapi dosis tinggi,

sumsum tulang pasien yang di pisahkan dari efek samping kemoterapi,

kemudian infuskan ke IV.

8. Komplikasi

Menurut Sjamsuhidayat (2004), komplikasi kanker payudara adalah :

a. Gangguan Neurovaskuler

b. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.

c. Fraktur patologi

d. Fibrosis payudara

e. Kematian

9. Pencegahan

Pencegahan kanker payudara ada 3 macam pencegahan antara lain sebagai berikut:

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah langkah yang dilakukan untuk menghindari

diri dari setiap faktor yang dapat menimbulkan kanker payudara. Penyuluhan

tentang kanker payudara perlu dilakukan terutama mor-faktor risiko dan

bagaimana melaksanakan pola hidup sehat dengan menghindari makanan

berlemak, banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan serta giat berolah

raga (Luwia, 2003).


28

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko

untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus

haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan

sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi

dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mamografi diklaim

memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan

terus-menerus pada mamografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu

faktor resiko terjadinya kanker payudara. Skrining dengan mamografi tetap dapat

dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain wanita yang sudah

mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assement survey.

Wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk melakukan mamografi

setiap tahun. Wanita normal mendapat rujukan mamografi setiap 2 tahun sampai

mencapai usia 50 tahun. Kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada

wanita yang melakukan pemeriksaan Sadari dibandingkan yang tidak Sadari.

Sensitivitas Sadari untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila

dikombinasikan dengan mamografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini

menjadi 75% (Bustan, 2007).

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif

menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara

sesuain dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan

memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk

kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan


29

pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak

berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Tindakan kemoterapi

dengan sitostatika pada penderita kanker perlu dilakukan apabila telah

bermetastasis jauh. Pengobatan pada stadium ini akan diberikan hanya berupa

simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif (Luwia, 2003).

10. Pengobatan

Menurut Luwia (2003) pengobatan kanker payudara dapat dilakukan

dengan 3 cara yaitu oprasi, radoterapi, dan kemoterapi. Masing-masing tindakan

pengobatan tersebut memberikan efek yang berbeda-beda terhadap sel kanker.

Operasi dilakukan untuk membuang sel-sel kanker yang ada didalam payudara.

Jenis-jenis pembedahan yaitu Lumpectomy (oprasi pengangkatan tumor dan

jaringan yang disekitarnya) dan Total mastectomy (oprasi pengangkatan seluruh

payudara), tetapi tidak termasuk kelenjar getah bening di bawah ketiak.

Radioterapi dilakuakan untuk merusak sel-sel kanker dan kemoterapi adalah

pengobatan dengan menggunakan obat anti kanker (sitostika) untuk merusak se-

sel kanker (Luwia, 2003).

B. Konsep Dasar Mastectomy

1. Definisi Mastectomy

Mastektomi adalah istilah kedokteran bagi operasi pengangkatan satu

ataupun kedua payudara, bisa sebagian ataupun seluruhnya. Mastektomi biasa

dikerjakan sebagai terapi bagi kanker payudara; pada beberapa kasus, wanita dan

beberapa pria mempercayai untuk lebih baik melakukan operasi profiksasis

(pencegahan) daripada beresiko tinggi untuk terkena kanker payudara.


30

Mastektomi juga merupakan prosedur medis untuk mengangkat kanker payudara

bagi penderita pria.

Pengobatan kanker payudara pada dahulu kala ialah dengan mengangkat

payudara secara keseluruhan. Akhir-akhir ini, keputusan untuk melakukan

mastektomi dipertimbangkan berdasarkan factor-faktor, antara lain: ukuran

payudara, jumlah massa (benjolan), keagresifitasan dari sel kanker payudara

tersebut, efek dari terapi radiasi, dan kemauan penderita untuk menerima resiko

yang lebih tinggi angka kekambuhan setelah dikerjakan lumpectomy dan radiasi.

Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan

onkologis pada keganasan payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan

payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan

puting susu serta kulit diatas tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening

aksila ipsilateral level I, II/III secara en bloc TANPA mengangkat m.pektoralis

major dan minor.

Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada

beberapa faktor meliputi :

a. Usia

b. Kesehatan secara menyeluruh

c. Status menopause

d. Dimensi tumor

e. Tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya

f. Stadium tumor dan keganasannya

g. Status reseptor homon tumor

h. Penyebaran tumor telah mencapai simpul limfe atau belum


31

Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan kedalam tiga kategori :

mastektomi radikal, mastektomi total dan prosedur yang lebih terbatas ( contoh

segmental, lumpektomi ).

a. Mastektomi preventif (preventife mastectom) disebut juga prophylactic

mastectomy. Operasi ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat

seluruh payudara dan putting atau berupa subcutaneous mastectomy dimana

seluruh payudara diangkat namun putting tetap dipertahankan .

b. Mastektomi total (sederhana) mengangkat semua jaringan payudara tetapi

semua atau kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.

c. Mastektomi radikal modifikasi mengangkat seluruh payudara, beberapa atau

semua nodus limfe dan kadang-kadang otot pektoralis minor. Otot dada

mayor masih utuh.Mastektomi radikal (halsted) adalah prosedur yang jarang

dilakukan yaitu pengangkatan seluruh payudara, kulit, otot pektoralis mayor

dan minor, nodus limfe ketiak dan kadang-kadang nodus limfe mamari

internal atau supra klavikular.

d. Prosedur membatasi (contoh : lumpektomi) mungkin dilakukan pada pasien

rawat jalan yang hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya

diangkat. Lumpektomi dianggap tumor non-metastatik bila kurang dari 5 cm

ukurannya yang tidak melibatkan putting.prosedur meliputi dignostik

(menentukan tipe sel) dan atau pengobatan bila dikombinasi dengan terapi

radiasi.

Berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan menjadi

dua macam yaitu tujuan kuratif dan tujuan paliatif. Prinsip terapi bedah kuratif

adalah pengangkatan seluruh sel kanker tanpa meninggalkan sel kanker secara
32

mikroskopik. Terapi bedah kuratif ini dilakukan pada kanker payudara stadium

dini(stadium 0, I dan II).

Sedangkan tujuan terapi bedah palliatif adalah untuk mengangat kanker

payudara secara makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara

mikroskopik. Pengobatan bedah palliatif ini pada umumnya dilakukan untuk

mengurangi keluhan-keluhan penderita seperti perdarahan, patah tulang dan

pengobatan ulkus, dilakukan pada kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium

III dan IV.

Prosedur pengangkatan sel kanker dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

a. Mastektomi radikal, yaitu Mengangkat seluruh payudara, kulit, otot mayor

dan minor, nodus limfe aksila dan jaringan lemak disekitarnya.

b. Mastektomi radikal modifikasi, seperti mastektomi radikal tetapi otot

pektoralis mayor dipertahankan.

c. Mastektomi sederhana, Mengangkat payudara dengan mempertahankan otot-

otot yang menyokong.

d. Mastektomi parsial, Mengangkat lesi dan jaringan disekitarnya termasuk

nodus limfe.

e. Lumpektomi, Mengangkat lesi dan 3 sampai 5 cm jaringan ditepinya,

jaringan payudara dan kulitnya dipertahankan.

2. Tipe Mastektomi Yang Ada Pada Saat Ini

a. Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy)

Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi

ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan
33

puting. Atau berupa subcutaneous mastectomy, dimana seluruh payudara

diangkat namun puting tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa

tingkat kekambuhan kanker payudara dapat dikurangi hingga 90% atau lebih

setelah mastektomi preventif pada wanita dengan risiko tinggi.

MASTEKTOMI
Gambar payudara seorang wanita 25 tahun. menjalani prophylacyic
mastectomy dan telah mengalami rekonstruksi dengan menutup lubang
bekas operasi dengan dengan jaringan yang diambil dari perutnya.

b. Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy)

Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan

putingnya, namun simpul limfe masih dipertahankan. Pada beberapa kasus,

sentinel node biopsy terpisah dilakukan untuk membuang satu sampai tiga

simpul limfe pertama.

MASTEKTOMI
Total Mastectomy
34

c. Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy)

Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy

(MRM)-mastektomi radikal termodifikasi. MRM memberikan trauma yang

lebih ringan daripada mastektomi radikal, dan ssat ini banyak dilakukan di

Amerika. Dengan MRM, seluruh payudara akan diangkat beserta simpul

limfe di bawah ketiak, tetapi otot pectoral (mayor dan minor) – otot

penggantung payudara – masih tetap dipertahankan. Kulit dada dapat

diangkat dapat pula dipertahankan, Prosedur ini akan diikuti dengan

rekonstruksi payudara yang akan dilakukan oleh dokter bedah plastik.

MASTEKTOMI
Modified Radical Mastectomy

d. Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)

Mastektomi radikal merupakan pengangkatan payudara ‘komplit’,

termasuk puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot

dibawah payudara, serta simpul limfe (getah bening). Karena mastektomi

radikal ini tidak lebih efektif namun merupakan bentuk mastektomi yang

lebih ‘ekstrim’ , saat ini jarang dilakukan.


35

MASTEKTOMI

e. Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy)

Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan

kanker payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial merupakan breast-

conserving therapy- terapi penyelamatan payudara yang akan mengangkat

bagian payudara dimana tumor bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti

dengan terapi radiasi untuk mematikan sel kanker pada jaringan payudara

yang tersisa. Sinar X berkekuatan penuh akan ditembakkan pada beberapa

bagian jaringan payudara. Radiasi akan membunuh kanker dan mencegahnya

menyebar ke bagian tubuh yang lain.

MASTEKTOMI
Partial Mastectomy
36

f. Quandrantectomy

Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada

prosedur ini, dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan

payudara dibandingkan dengan lumpektomi.

MASTEKTOMI
Quandrantectomy
Mastektomi tipe ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk
kulit dan jaringan konektif (breast fascia). Cairan berwarna biru disuntikkan
untuk mengidentifikasi simpul limfe yang mengandung sel kanker.

g. Lumpectomy atau Sayatan Lebar

Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan

sedikit jaringan normal di sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy) hanya

mengangkat tumor dan sedikit area bebas kanker di jaringan payudara di

sekitar tumor. Jika sel kanker ditemukan di kemudian hari, dokter akan

mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur ini disebuat re-excision

(terjemahan : pengirisan/penyayatan kembali).


37

MASTEKTOMI
Lumpectomy

h. Excisional Biopsy

Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit

jaringan normal di sekitarnya. Kadang, pembedahan lanjutan tidak

diperlukan jika biopsy dengan sayatan ini berhasil mengangkat seluruh

tumor.

MASTEKTOMI
Excisional Biopsy
38

3. Indikasi Operasi Mastektomi

a. Kanker payudara stadium dini (I,II)

b. Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu

c. Keganasan jaringan lunak pada payudara.

4. Kontra Indikasi Operasi Mastektomi

a. Tumor melekat dinding dada

b. Edema lengan

c. Nodul satelit yang luas

d. Mastitis inflamatoar

C. Asuhan Keperawatan (Teori) Ca Mamae Dengan Tindakan Mastectomy

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses

keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan

lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif

yang dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik, data tersebut

kemudian diolah, dianalisa yang kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa

keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang

timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran

secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat

merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.


39

a. Pengkajian Primery Survey (ABCDE)

1) Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway

Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau

kesadarannya menurun. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan

penurunan kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia. Sianosis

menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi

dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut.

Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang

apabila ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway. Airway

(jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan memperhatikan

kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi servikal

sampai terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari

segala sumbatan, benda asing, darah dari fraktur maksilofasial, gigi yang

patah dan lain-lain. Lakukan intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS

(Glasgow Coma Scale) < 8, pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika

saturasi oksigen tidak mencapai 90%. Listen (dengar) adanya suara-suara

abnormal. Pernapasan yang berbunyi (suara napas tambahan) adalah

pernapasan yang tersumbat. Feel (raba) Adanya sumbatan/obstruksi jalan

napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk

(Brunner & Suddarth, 2010).

2) Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat.

Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan

dinding dada yang adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan

(splinting) atau flail chest dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan
40

susah (labored breathing) sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman

terhadap oksigenasi penderita dan harus segera di evaluasi. Evaluasi

tersebut meliputi inspeksi terhadap bentuk dan pergerakan dada, palpasi

terhadap kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi,

perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke dalam paru. Listen

(dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada. Penurunan atau

tidak terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks merupakan

tanda akan adanya cedera dada. Hati-hati terhadap adanya laju

pernapasan yang cepat-takipneu mungkin menunjukkan kekurangan

oksigen. Gunakan pulse oxymeter, alat ini mampu memberikan informasi

tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak

memastikan adanya ventilasi yang adekuat (Brunner & Suddarth, 2010).

3) Circulation dengan kontrol perdarahan (Brunner & Suddarth, 2010).

a) Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk

mempertahankan cardiac output walaupun stroke volum menurun.

b) Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan

sistolik-tekanan diastolik).

c) Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka

timbullah hipotensi.

d) Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan

balut tekan pada daerah tersebut.

e) Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal

MAE (Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa,


41

biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal ini membantu

mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial).

f) Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari

terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung.

4) Disability (Brunner & Suddarth, 2010).

a) GCS setelah resusitasi

b) Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil

c) Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak

5) Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang

menutupi tubuh penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan

selama pemeriksaan. Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan

secara log-rolling dengan harus menghindari terjadinya hipotermi

(Brunner & Suddarth, 2010).

b. Pengkajian Secondary Survey

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima

tahap kegiatan yang meliputi:

1) Identitas Klien

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama,

status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung

jawab.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

a) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti

penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.


42

b) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel

proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami

kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai

resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini

c) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian

hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti

estrogen suplemen.

d) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.

e) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan

yang memakai penyedap dan pengawet.

f) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi

pertama pada usia yang relative mudah dan menopause pada usia

yang relative lebih tua

g) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah

melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia yang

relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui

3) Riwayat kesehatan sekarang

a) Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang

dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras

dan bentuknya tidak beraturan.

b) Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai

membesar.

c) Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting

susu pada wanita yang tidak hamil.


43

d) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma

menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

e) Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan ,

mual, muntah, ansietas.

f) Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam

kulit, dan ulserasi.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

a) Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak

perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali

jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko

meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.

b) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker

payudara atau ovarium.

c) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara

atau ovarium dibawah 40 tahun.

d) Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara

atau ovarium.

e) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

5) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien,

BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.


44

b) Kepala

 Rambut

Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia

karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.

 Wajah

Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.

 Mata

Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis

disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak

ikterik,palpebra tidak edema.

 Hidung

Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan

cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada

pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.

 Bibir

Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.

 Gigi

Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya

pembuluh darah dan caries positif

 Lidah

Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.

c) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening


45

d) Dada atau Thorak

 Inspeksi

 Pada stadium 1

biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan

kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada

payudara,dengan ukuran 1-2 cm.

 Pada stadium 2

biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan

kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan

tumor 2,5-5 cm.

 Pada stadium 3A

biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan

yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah

meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.

 Pada stadium 3B

bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang

disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke

seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding

dada,tulang rusuk,dan otot dada.

 Pada stadium 4

Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang

disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan

lain seperti paru-paru.


46

 Palpasi

 Pada stadium 1

Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena

kanker belum bermetastase keorgan lain

 Pada stadium 2

Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena

kanker belum bermetastase keorgan lain

 Pada stadium 3A

Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena

kanker belum bermetastase keorgan lain

 Pada stadium 3B

Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena

kanker belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk,

dinding dada dan otot dada .

 Pada stadium 4

biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan

oleh karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh

seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru

mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.

 Perkusi

 Pada stadium 1

Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.


47

 Pada stadium 2

Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien

karena kanker belum mengalami metastase.

 Pada stadium 3A

Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker

belum metastase.

 Pada stadium 3B

Biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada

infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung

sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang

disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan

disebut dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase

pada organ paru.

 Pada stadium 4

Biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang

disebabkan pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan

yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker

mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.

 Auskultasi

 Pada stadium 1

Biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir

terdengar seluruh lapangan pare dan inspirasi lebih panjang,

lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas

tambahan tidak ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)


48

 Pada stadium 2

Biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir

seluruh lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras,

nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien

juga dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara

nafas tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)

 Pada stadium 3 A

Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir

seluruh lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih

keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler

yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara

element vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan

tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)

 Pada stadium 3 B

Biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu

ekspirasi lebih panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari

pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas

tambahan seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh

kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, dan

mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada

sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru

dan compressive atelektasis.


49

 Pada stadium 4

Biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu

ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari

pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan

seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker

metastase ke bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga

mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru dan

compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret

pada daerah lobus paru.

e) Jantung (Kardiovaskuler)

 Inspeksi

Biasanya iktus tidak terlihat

 Palpasi

Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

 Perkusi

Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis

dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis

sinistra)

 Auskultasi

Biasanya irma jantung murni,murmur (-)

f) Mammae (payudara)

 Inspeksi

Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan

berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk


50

 Palpasi

Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba

pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar getah bening

diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.

g) Perut

 Inspeksi

Biasanya tidak ada pembesaran

 Palpasi

Biasanya bising usus (-)

 Perkusi

Biasanya lien dan hepar tidak teraba

 Auskultasi

Tympani

h) Genitourinaria

Biasanya genetalia bersih

i) Ekstremitas

Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi

j) Sistem intergument

Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor

kulit klien tidak elastis

6) Pola Kebiasaan Sehari-hari

a) Nutrisi

 Makan

Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi


51

Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah

porsi

 Minum

Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari

Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari

b) Eliminasi

 Miksi

Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc

Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya

warna kekunangan,pekat dan bau khas

 Defekasi

Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari

Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna

kehitaman atau kemerahan, konsistensi padat dan bau khas

c) Istirahat dan Tidur

Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari

Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang

dirasakan di bagian payudara

d) Kebersihan Diri

Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali

sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah mandi

Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali

sehari,cuci rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti 1 kali sehari.


52

7) Data sosial ekonomi

Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber

penghasilan dalam keluarga dan perubahan yang dialami sejak klien

sakit, penangguang jawab biaya perawatan klien selama sakit dan

masalah keuangan yang dialami saat ini.

8) Data Psikologi

Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di

rumah sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera sembuh

setelah diobati,dukungan dari keluarga baik dalam perubahan terhadap

konsep diri tidak seperti biasanya.

9) Data spritual

Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan

agak terganggu di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah,

pandangan klien terhadap penyakit tetap optimis selama segala penyakit

ada obatnya.

10) Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang

a) Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit

meningkat, trombosit meningkat.

b) Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat

c) Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma

mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk

screening pra-operasi,juga untuk melihat apakah ada penyebaran

kanker ke paru-paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan


53

mammografi untuk membedakan krista yang berisi cairan dengan

jenis lesi lainnya.

d) Respon Hormon

Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen

dan progesteron.

e) Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus

Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi

di curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk

tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit 10 cc sampai

jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi anatomi

untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak

(benigna)

f) Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan

di temukan dalam serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-

fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu dalam mendiagnosis

kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik

g) Tes kimia skrining

 Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)

 Tes ginjal (BUN)

 Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)

 Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)

h) Sinar X dada

Menyelidiki penyakit paru metastasis


54

11) Analisa Data

Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan

pengembangan daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama

dengan masalah yang di dapat pada pasien (Gusneli, 2007)

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul

adalah:

a. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi atau

dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya, obtruksi

jaringan syaraf inflamasi dan adanya penekanan masa tumor (Marilynn

E.Doenges, 2000)

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru oleh

diafragma sekunder terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn E.Doenges,

2000)

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi,

pembedahan misalnya, anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa mual,

distress emosional, control nyeri batuk (Marilynn E.doenges, 2000)

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi,

peningkatan energi (status hipermetabolik) kebutuhan psikologis atau

emosional berlebihan dan perubahan kimia tubuh: efek samping obat-obatan :

kemoterapi (Marilynn E.Doenges, 2000)


55

e. Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan Penurunan

imunologis, Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn E Dongees, 2000).

f. Gangguan rasa nyaman: cemas berhubungan dengan krisis situasi (kanker)

ancaman pada perubahan status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi,

ancaman kematian, perpisahan dari keluarga, transmisi atau penularan

perasaan interpersonal, perubahan gambaran tubuh (Marilynn E doenges,

2000).

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau

radioterapi misal kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan berat

badan, impotensi, sterilisasi, kelelahan berlebihan, nyeri tidak terkontrol

kecacatan bedah (Marilynn E.Doenges, 2000).

h. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan

penyakit berhubungan dengan kurang informasi (Marilynn E. Doenges,

2000).

3. Intervensi

Terlampir

4. Implementasi

Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus

kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan

keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini telah direncanakan

dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and Sorensen, 2000).


56

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada

kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari

implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).

Anda mungkin juga menyukai