Anda di halaman 1dari 11

KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Dini Endang K, Nabila Ayu Muthia Fadhila, Rizky Langgeng Permana.


Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI
rizkylanggeng21@yahoo.com
Dra. Hj. Muthia Alinawati, M.Pd. Ence Surahman S.Pd

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan memilliki peranan strategis dalam mencerdaskan generasi muda
sebagai harapan masa depan bangsa, akan tetapi pendidikan di negara kita ini
sangatlah memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang sudah
mengalami kemajuan yang sangat pesat pada bidang pendidikan. Dalam pendidikan,
suatu program yang terencana dan proses pembelajaran sangatlah diperlukan agar
dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Suatu proses, pelaksanaan, sampai
penilaian dikenal dengan istilah kurikulum.
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mula-
mula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu kata curir yang berarti pelari. Dalam
kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai
dengan finish. Jarak antara start dan finish ini yang disebut curere yang berarti
tempat berpacu. Atas dasar tersebut pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang
pendidikan.
Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang
berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar, strategi
dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan
informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang
dirancang dalam bentuk nyata.
Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan
karena kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam pendidikan itu
sendiri, bahkan pendidikan tidak akan mungkin berjalan dengan baik atau tidak akan
mencapai tujuan jika tidak dijalankan sesuai dengan kurikulum.
Kurikulum memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya, yakni tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Komponen-
komponen tersebut baik secara sendiri maupun bersama menjadi dasar utama dalam
upaya mengembangkan sistem pembelajaran. Setiap komponen harus saling
berkaitan satu sama lain, apabila salah satu komponen tidak berkaitan, maka sistem
kurikulum pun akan terganggu.
Mengingat pentingnya kurikulum baik dalam pendidikan maupun kehidupan
umat manusia, maka penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan dan tidak akan
bisa mencapai kesempurnaan apabila penyusun kurikulum tidak memahami
komponen-komponen kurikulum. Maka dari itu, didalam makalah ini penulis
mencoba untuk membahas tentang komponen-komponen kurikulum.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini diantaranya adalah:
1. Menjelaskan komponen-komponen kurikulum.
2. Merumuskan deskripsi komponen-komponen kurikulum.
3. Menerangkan hubungan antar komponen.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:
1. Pembaca akan mendapat pengetahuan baru.
2. Pembaca akan mengerti tentang komponen-komponen kurikulum.

1.4 Metode Penelusuran Rujukan


Metode yang dipakai dalam penelusuran rujukan ini adalah Metode
Penelusuran Informasi melalui Media Online dan Katalog Perpustakaan yaitu
metode yang dilakukan dengan mencari rujukan dari informasi di internet dan buku.
1.5 Metode Penyusunan Makalah

Metode yang dipakai dalam karya tulis ini adalah Metode Pustaka yaitu metode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komponen

Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan
dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam
pembentukan sistem kurikulum. Menurut salah satu ahli Aminuddin (2008) disebutkan
bahwa komponen adalah keseluruhan makna yang terdiri dari sejumlah elemen, di mana
antara elemen yang satu dengan yang lainnya memilki ciri khusus yang berbeda-beda.

2.2 Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan, sosial,


olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di
luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala
segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan (Dr.
Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil).
Arti kurikulum dapat didasarkan pada tiga teori pula, yaitu:
1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran.
2. Kurikulum diartikan sebagai pengalam belajar siswa dari sekolah.
3. Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar siswa.

2.3 Komponen-Komponen Kurikulum

1. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan


dari pelaksanaan kurikulum. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat
kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Sedangkan
dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah
serta tujuan-tujuan yang lebih sempit.

Menurut Bloom dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives tahun 1995,


bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga
klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu:

a. Domain Kognitif
Domain kognitf adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat
dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif terdiri dari enam
tingkatan, yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengeahuan adalah kemampuan mengingat dan kemampuan
mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya (recall).
Kemampuan bidang ini dapat berupa:
Pertama pengetahuan tentang sesuatu yang khusus, misalnya mengetahui
tentang terminologi atau istilah-istilah yang dinyatakan dalam bentuk simbol-
simbol terbentuk baik verbal maupun nonverbal. Pengetahuan mengingat fakta
semacam ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.
Kedua pengatahuan tentang cara/prosedur atau cara suatu proses tertentu.
Misalnya kemampuan untuk mengungkapkan suatu gagasan, mengurutkan
langkah-langkah tertentu, dll.

2. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek
pembelajaran. Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan.
Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, tetapi berkenaan dengan
kemampuan menjelaskan,menerangkan,menafsirkan atau kemampuan
menangkap makna atau arti suatu konsep. Pemahaman menafsirkan sesuatu
contohnya menafsirkan grafik,bagan atau gambar. Sedangkan pemahaman
ekstrapolasi yakni kemampuan untuk melihat dibalik yang tersirat atau
tersurat,melanjutkan atau memprediksi sesuatu berdasarkan pola yang sudah
ada.

3. Penerapan (aplication)
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep,prinsip,prosedur
pada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan kognitif yang
lebih tinggi tingkatannya dibandingkan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini
berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang
sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide, dll ke
dalam situasi baru yang konkret.

4. Analisis
Analisis adalah kemempuan menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian
bahan itu. Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu
biasanya analisis diperutukkan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk
siswa-siswa tingkat atas.

5. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam
suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema,rencana atau
melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis
merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis mampu menguraikan

6. Evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi. Tujuan ini berkenaan dengan
kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau
kriteria tertentu. Terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu
keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.
b. Domain Afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap,nilai-nilai dan apresiasi. Menurut
Krathwohl dan kawan-kawan (1964) dalam bukunya Taxonomy of Education
Objectives: Affective Domain, domain afektif memiliki 3 tingkatan, yaitu:
1. Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap
gejala,kondisi,keadaan atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian yang
positif terhadap gejala-gejala tertentu manakala mereka memiliki kesadaran
tentang gelaja,kondisi atau objek yang ada.

2. Merespons
Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat
waktu, kemauan untuk membantu orang lain dll. respons biasanya diawali
dengan diam-diam,kemudian dilakukan dengan sungguh-sungguh.

3. Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau
kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu.

4. Mengorganisasi
Hal ini berkenaan dengan pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi
tertentu, termasuk hubungan antarnilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.
Tujuan ini terdiri dari mengonseptualisasi nilai, serta mengorganisasi suatu
sistem nilai.

5. Karakerisasi Nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem nilai dengan
pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang di bangunnya itu
dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak
dan berprilaku.
c. Domain Psikomotor

Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan


keterampilan atau skill seseorang. Berikut terdapat tujuh tingkatan yang
termasuk ke dalam domain ini:

1. Presepsi (preception)
Presepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu yang
dipermasalahkan.

2. Kesiapan (set)

Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk melatih diri


tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan perilaku-perilaku
khusus.

3. Meniru (imitation)
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan gerakan-
gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.

4. Membiasakan (habitual)
Membiasakan adalah kemampuan seseorang untuk mempraktikkan gerakan-
gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh.

5. Menyesuaikan (adaptation)
Emenyesuaikan atau beradaptasi adalah gerakan atau kemampuan itu sudah
disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang ada.

6. Menciptakan (organization)
Menciptkan atau mengorganisasikan, yakni kemampuan seseorang untuk
berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya.
2. Komponen Isi/Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman


belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan
pada isi setiap mata pelajaran yang diberian maupun aktivitas dan kegiatan siswa.

Untuk menentukan isi kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan tingkat dan
jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, disamping juga tidak terlepas dari kaitannya dengan kondisi
peserta didik (psikologi anak) pada setiap jenjang pendidikan tersebut.

Kriteria pemilihan isi kurikulum dapat mempertimbangkan sebagai berikut:

1. Sesuai tujuan yang ingin dicapai

2. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

3. Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara baik untuk
masa sekarang maupun masa yang akan datang.

4. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan
disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-
topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran

2. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran

3. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

3. Komponen Metode/Strategi

Metode dan strategi merupakan komponen ketiga dalam pengembangan


kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat
penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan
idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka
maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi merujuk pada pendekatan dan
metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran

Strategi pembelajaran dalam pelakasanaan suatu kurikulum adalah cara yang


digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran. Suatu strategi pembelajaran mengandung pengertian terlaksananya
kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mutu proses itu banyak
sekali bergantung pada kemampuan guru dalam menguasai dan mengaplikasikan teori-
teori keilmuan pendidikan. Sedangkan Metode menempati fungsi penting dalam
implementasi kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa
dan guru.

4. Komponen Evaluasi

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting dan merupakan bagian yang


tidak dapat dipisahkan dari kurikulum karena melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai
dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu
kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus
disempurnakan.

Evaluasi secara etimologis berasal dari kata “evaluation” yang berarti “penilaian
terhadap sesuatu”. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan
melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa :
“curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of
students toward objectives or values of the curriculum” (Wright, 1966:173).

Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang


menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah
dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi diemensi
kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk
mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik
dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat
digunakan kuisioner, inventori, interview dan sebagainya.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa kurikulum sebagai sistem yang
memiliki komponen-komponen yang saling berterkaitan untuk mencapai suatu tujuan.
Setiap komponen-komponen pula memiliki peranannya agar menciptakan kurikulum
yang lebih baik. Kurikulum yang terbentuk dari komponen-komponen tidak dapat
dipisahkan. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari: komponen tujuan,
komponen materi, komponen metode, dan komponen evaluasi. Pada dasarnya semua
komponen sangat berfungsi, juga bertujuan agar pendidikan menjadi optimal. Hal ini
mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3 mengenai tujuan
pendidikan nasional.

3.2 Saran

Dalam kesempatan ini kami memahami, bahwa kurikulum adalah sarana untuk
mencapai tujuan pendidikan. Maka kami sangat menyarankan bahwa kurikulum adalah
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yang leih baik lagi. Selain itu, kami juga
menyarankan agar kurikulum dapat dipahami oleh setiap orang terutama yang terkiprah
dalam dunia pendidikan.
Daftar Pustaka

Tim MKDK, 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Raja


Grafindo Persoda: hal. 46-60

Zainal Arifin, 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya

Bloom, B.S. (Ed.). Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., Krathwohl, D.R.
(1956). Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I: The
Cognitive Domain. New York: David McKay Co Inc.

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., Airasian, P.W., Cruikshank, K.A., Mayer,


R.E., Pintrich, P.R., Raths, J., Wittrock, M.C. (2001). A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of
Educational Objectives. New York: Pearson, Allyn & Bacon.

Anda mungkin juga menyukai