Anda di halaman 1dari 43

RESUME BUKU ILMU HUKUM

PROFESOR DR. SATJIPTO RAHARJO S.H.

Pendahuluan

Pembahasan ilmu hukum memiliki cakupan yang sangat luas sehingga perlu mengkaitkan

berbagai disiplin ilmu. Ia merupakan sistem peraturan dalam semua bidang kehidupan dan

memiliki sumber-sumber yang harus di gali dengan baik. Ilmu hukum adalah setiap pemikiran

yang teliti dan berbobot mengenai semua tingkat kehidupan hukum, asal pemikiran itu

menjangkau keluar batas pemecahan terhadap suatu problem yang konkrit. Ilmu hukum meliputi

semua macam generalisasi yang jujur dan dipikirkan masak-masak di bidang hukum.

Masyarakat dan Ketertibannya

Masyarakat dan ketertibannya merupakan dua hal yang berhubungan sangat erat, bahkan

bisa juga dikatakan dua sisi dari satu mata uang. Susah untuk mengatakan adanya masyarakat

tanpa ada suatu ketertiban, bagaimanapun kualitasnya. Kendati semikian segera perlu

ditambahkan disini, bahwa yang di sebut sebagai ketertiban itu tidak didukung suatu lembaga

yang monolitik. Ketertiban dalam masyarakat diciptakan secara bersama-sama oleh lembaga. Di

masyarakat ada macam-macam norma yang memberikan kontribusi untuk terciptanya ketertiban.

Jadi, hukum bukan satu-satunya lembaga yang menciptakan ketertiban masyarakat. Norma

hukum termasuk dalam golongan yang lahir dari kehendak manusia sebagai unsur pengambil

keputusan. Sebagai kehendak manusia bisa menerima dan mengangkat kebiasaan sehari-hari

sebagai norma hukum, tetapi juga bisa menolaknya. Hukum menampakkan kemandiriannya
dalam menghadapi kenyataan dengan keidealan. Hukum harus meramu dua dunia dari yang ideal

dengan yang real.

Berbeda dengan norma kesusilaan, hukum mengikatkan diri pada masyarakat sebagai

basis sosialnya. Hukum memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat agar tercipta

keadilan, oleh karena itu proses hukum membutuhkan waktu yang lama untuk menimbang-

nimbang dalam rangka mewujudkan keadilan. Selain keadilan masyarakat juga menginginkan

adanya peraturan-peraturan yang menjamin adanya kepastian hukum, jadi nilai dasar hukum

adalah keadilan, kebutuhan masyarakat (kegunaan) dan kepastian hukum.

Nilai-nilai dasar hukum yang terdiri dari keadilan, kegunaan dan kepastian hukum

berkaitan dengan kesahan berlakunya hukum yang mempersyaratkan adanya aspek filsafati,

sosiologis, dan yuridis.

Hukum sebagai Sistem Peraturan

Sebagai sistem peraturan hukum menjadi bagian dari beberapa lembaga dalam

masyarakat yang menciptakan ketertiban. Perilaku manusia dikontrol oleh arus informasi dari

sumber tertinggi yang di sebut ultimate reality, kebenaran sejati, hati nurani, suara hati yang

menimbulkan kesadaran untuk membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh

dilakukan. Dalam masyarakat dijumpai norma-norma alam dan norma-norma susila. Norma-

norma susila inilah yang menjadi sasaran pembicaraan hukum, bukan norma-norma alam. Norma

alam membicara sesuatu yang pasti terjadi, yaitu sebuah kenyataan yang pasti terjadi. Norma

susila berkaitan dengan sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi menggambarkan suatu rencana

yang ingin dicapai. Norma alam dalam kehidupan diukur secara eksak dan merupakan hubungan
sebab-akibat. Sedangkan norma susila dalam kehidupan merupakan hubungan antara keinginan

(das Sollen) dengan kenyataan (das Sein).

Norma adalah sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk menertibkan tingkah laku

sehingga memiliki kekuatan yang bersifat memaksa. Norma hukum mengarahkan tingkah laku

manusia kearah yang disepakati atau di setujui oleh mayarakatnya sendiri. Dengan demikian

norma hukum yang merupakan perintah mempersyaratkan adanya penilaian masyarakat itu

sendiri. Apa yang dinilai baik oleh masyarakat dan apa yang dinilai buruk oleh masyarakat,

keduanya menjadi arah tingkah laku anggota masyarakat.

Norma hukum hanya memuat kerangka umum dari suatu perbuatan atau stereotipe.

Sementara peraturan hukum memuat rumusan-rumusan tentang berbagai peristiwa hukum.

Ketika terjadi suatu peristiwa dan peristiwa itu tercantum dalam peraturan hukum, maka

peristiwa itu dapat menggerakkan peraturan hukum, sehingga disebut sebagai peristiwa hukum.

Tidak semua peristiwa dianggap penting oleh hukum. Agar hukum bisa bergerak, membutuhkan

peristiwa-peristiwa tingkah laku yang tercantum dalam peraturan hukum.

Sistem Hukum

Pengertian Sistem

1. pengertian sistem sebagai satuan, yang mempuanyai tatanan tertentu (struktur).

2. sistem sebagai suatu rencana, metode, atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu.

3. pemahaman yang umum mengenai sistem mengatakan bahwa suatu sistem adalah suatu kesatuan

yang bersifat kompleks yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain.
Pemahaman sistem sebagai suatu metoda dikenal melalui cara-cara pendekatan terhadap

suatu masalah yang disebut pendekatan-pendekatan sistem. Peraturan-peraturan hukum yang

berdiri sendiri-sendiri tanpa ikatan itu sesungguhnya diikat oleh beberapa pengertian yang lebih

umum sifatnya yang mengutarakan suatu tuntutan etis. Hukum itu bersifat empiris dan bisa

dijelaskan secara logis maka sumber tersebut diletakkannya diluar kajian hukum atau besifat

transenden terhadap hukum positif.

Hak Dan Kewajiban

Kehadiran hukum dalam masyarakat diantaranya adalah untuk mengntegrasikan dan

mengoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain itu oleh

hukum diintegrasikan sedemikian rupa sehingga tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil-

kecilnya.

Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan

kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut.

Ciri-ciri yang melekat pada hak menurut hukum

1. Hak itu diletakkan kepada sesorang yang disebut sebagai pemilik atau subyek dari hak itu.

2. Hak itu tetuju kepada orang lain yaitu yang menjadi pemegang kewajiban.

3. Hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan (commission) atau

tdak melakukan (ommission) sesuatu perbuatan.

4. Commission atau Ommission itu menyangkut sesuatu yang bisa disebut sebagai objek dari hak.

5. Setiap hak menurut hukum itu mempunyai tittle, yaitu suatu peristiwa tertentu untuk menjadi

alasan melekatnya hak itu pada pemiliknya.


Kekuasaan yang terletak di bidang publik disebut kewenangan sedang di bidang perdata disebut

kecakapan.

Kewajiban dapat dikelompokkan sebagai berikut

1. Kewajiban-kewajiban yang mutlak dan nisbi

2. Kewajiban-kewajiban dan perdata.

3. Kewajiban-kewajiban yang positif dan negatif.

4. Kewajiban-kewajiban yang universal, umum, dan khusus.

Hak-hak dapat dikelompokkan sebagai berikut

1. Hak-hak yang sempurna dan tidak sempurna.

2. Hak-hak utama dan tambahan.

3. Hak-hak publik dan perdata.

4. Hak-hak positif dan negatif.

5. Hak-hak milik dan pribadi

Penguasaan

Penguasaan pada hakikatnya bersifat faktual yaitu yang mementingkan kenyataan pada

suatu saat. Penguasaan bersifat sementara sampai nanti ada kepastian mengenai hubungan

dengan barang yang dikuasainya. Penguasaan adalah hubungan yang nyata antara seseorang

dengan barang yang ada dalam kekuasaan. Penguasaan diperoleh dengan 2 jalan yaitu cara-cara

pengambilan dan penyerahan.


Pemilikan

Pemilikan mempunyai sosok hukum yang lebih jelas dan pasti. Ciri dan hak-hak dalam

pemilikan sebagai berikut :

1. Pemilik mempunyai hak memiliki barangnya.

2. Pemilik biasanya mempunyai hak untuk menggunakan dan menikmati barang yang dimlinya.

3. Pemilikan mempunyai ciri tidak mengenal jangka waktu.

4. Pemilik mempunyai hak untuk menghabisakn, merusak, atau mengalhkan barangnya.

5. Pemilikan mempunyai ciri yang bersifat sisa.

Tentang Orang

Konsep tentang orang dalam hukum memegang kedudukan sentral oleh karena itu semua

konsep yang lain pada akhirnya berpusat pada konsep mengenai orang ini.

Hukum Tetulis Dan Tidak Tertulis

Kelebihan hukum tertulis dibandingkan hukum tidak tertulis

1. Apa yang diatur dengan mudah diketahui orang.

2. Setiap orang kecuali yang tidak bisa membaca mendapatkan jalan masuk yang sama dalam

hukum

3. Pengetahuan orang tentang hukum senantiasa bisa dicocokkan kembali dengan yang telah

dituliskan sehingga mengurangi ketidakpastian.

4. Untuk keperluan pembangunan peraturan hukum atau perundang-undangan untuk membuat

yang baru maka hukum tertulis menyediakan banyak kemudahan.


Hukum Perdata Dan Hukum Publik

Pemisahan hukum perdata dan hukum publik menyebabkan adanya kebutuhan untuk

menciptakan pranata yang mengukuhkan pemisahan tersebut. Contoh hukum perdata : hukum

perkawinan, hukum kewarisan, hukum perjanjan, hukum dagang, hukum internasional perdata.

Contoh hukum publik : hukum pidana, hukum tata negara, hukum administrasi , hukum

internasional publik, hukum lingkungan, hukum sosial ekonomi.

Hukum Domestik Dan Internasional

Suatu karakteristik yang menonjol pada hukum internasional adalah tidak dijumpainya

satu otoritas tertinggi disitu, berbeda halnya dengan hukum domestik.

Hukum Substantif Dan Prosedural

Mekanisme yang digunakan oleh hukum untuk mengatur adalah dengan membuat dan

mengeluarkan peraturan hukum dan kemudian menerapkan sanksi terhadap para anggota

masyarakat berdasarkan peraturan yang telah dibuat itu. Mekanisme yang demikian itu

menyebabkan bahwa membuat hukum pertama-tama mengeluarkan peraturan yang berisi tentang

perbuatan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Peraturan demikian disebut substantif.

Lapangan-Lapangan Hukum

Penggolongan, pembedangan, demikian pula jumlah adanya jenis hukum terus

berkembang. Perkembangan tersebut terjadi seiring dengan perkembangan masyarakat itu

sendiri. Perkembangan tersebut akan memerlukan bantuan pengaturan hukum. Di bagan hukum-
hukum yang lain pemisahan-pemisahan dari nduknya terjadi akibat dari idenstas perkembangan

tersebut. Deferensiasi dan spesialisasi dalam berbagai bidang dan lapangan hukum.

Sumber-Sumber Yang Bersifat Hukum Dan Sosial

Sumber yang melahirkan hukum bisa digolongkan dalam dua kategori besar yaitu yang

bersifat hukum dan berasifat sosial. Model dikotonomi dari Hart yaitu yang membagi masyarakat

dalam dua kelompok yaitu primer dan sekunder. Allen membagi masyarakat dalam 2 kelompok

yaitu yang bersifat atas-bawah dan bawah-atas. Kelompok atas-bawah menunjuk kekuasaan

yang berdaulat sebagai satu-satunya suber hukum. Kelompok lain menentang sebagai golongan

yang rasionalisme.

Hakikat Perundang-Undangan

Pembuatan hukum yang dilakukan secara sengaja oleh badan yang berwenang untuk itu

merupakan sumber yang bersifat hukum yang paling utama. Kegiatan dari badan tersebut disebut

sebagai kegiatan perundang-undangan yang menghasilkan substansi yang tidak diragukan lagi

kesalahannya yang ipsojure. Ciri-ciri perundang-undangan

a. Bersifat umum dan komprehensif

b. Bersifat universal

c. Ia memilki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri.

Kelebihan perundang-undangan

a. Tingkat prediktibilitasnya besar

b. Memberikan kepastian mengenai nilai yang dipertaruhkan.

Kelemahan perundang-undangan
a. Kekakuannya

b. Keinginan perundang-undangan untuk membuat rumus-rumusan yang bersifat umum

mengandung resiko.

Hakikat Sosial Perundang-Undangan

Sulit untuk ditolak bahwa perundang-undangan itu lebih menguntungkan pihak yang

makmur yaitu mereka yang lebh aktif melakukan-melakukan kegiatan politik.

Bahasa Perundang-Undangan

Bahasa yang dituliskan atau bahasa tertulis adalah perundang-undangan. Ciri-ciri bahasa

perundang-undangan adalah:

a. Bebas dan emosi

b. Tanpa perasaan

c. Datar seperti rumusan matematik

Fungsi bahasa perundang-undangan:

a. Sebagai alat komunkasi

b. Sebagai suatu ragam teknik

Perundang-Undangan Sebagai Instrumen Kebijakan

Kesadaran dalam hukum modern menyebabkan bahwa hukum modern itu menjadi begitu

instrumental sifatnya dengan asumsinya bahwa kehidupan sosial itu bisa di bentuk oleh kemauan

tertentu. Secara pelan-pelan keadaan berubah pembuatan hukum dalam artian yang
sesungguhnya mulai diambil alih oleh kekuasaan tertinggi dalam Negara dan sebaliknya peranan

hukum kebiasaan semakin mengecil.

Kodifikas Dan Interpretasi

Manakala jumlah peraturan telah menjadi banyak maka orangpun mulai mencari cara

bagaimana dapat menguasai badan perundang-undangan itu dengan baik. Tujuan umum dari

kodifikasi adalah untuk membuat kumpulan perundang-undangan sederhana dan dapat dikuasai

tersusun secara logis,serasi, dan pasti. Sifat yang melekat pada perundang-undangan atau hukum

tertulis adalah sifat otoritatif dari rumusan-rumusan peraturannya. Kewajiban pengadilan adalah

untuk menyingkap dan berdasarkan tindakannya pada maksud sesungguhnya yang dari badab

pembuat undang-undangnya. Filsafat yang terkandung dalam undang-undang adalah bahwa inti

dari undang-undang terletak didalam semangatnya. Pemakaian pepatah hukum yang lain dan

kasih jalan dengan yang barusan dibicarakan adalah maksim expressum facit cassare tacitum

yaitu bahwa kata-kata yang dicantumkan secara tegas mengakhiri pencarian mengenai maksud

dari suatu perundang-undangan. Undang-undang adalah pernyataan kehendak dari badan negara

yang diberi tugas pembuatan hukum.

Tiga syarat pembuatan konstruksi yang baik

a. Konstruksi hatus mampu meliput seluruh bidang yang positip yang bersangkutan.

b. Tidak boleh ada pertentangan logis didalamnya.

c. Konstruksi hendaknya memenuhi persyaratan keindahan.

Salah satu bentuk konstruksi adalah fiksi. Perbedaan anatara konstruksi dan fiksi adalah

bahwa pada yang pertama kita berusaha untuk menyederhanakan masalahnya dengan membuang
beberapa fakta. Fiksi sebalknya justru menambahkan fakta-fakta baru kepada kita sehingga

tampil suatu personifikasi baru dihadapan kita.

Hukum Perundang-Undangan Sebagai Sistem Terbuka

Hukum sebagai suatu sistem terbuka dikemukakan oleh paus sholten. Pertama konsep

tersebut reaks terhadap pendapat bahwa hukum itu merupakan sesuatu kesatuan yang tertutup

secara logis. Segi positif dari ajaran yang demikian itu terletak pada nilai kepastiannya yang

besar sekalipun lebih cenderung kepada ketegaran adapun segi negatifnya terletak pada sifatnya

yang statis. Alasan lain yang menjadi dasar dar kosep sholten adalah bahwa hukum itu

merupakan suatu kesatuan norma-norma maka hukum itu merupakan sistem yang terbuka.

Kebiasaan

Masyarakat hukum dorganisasi oleh hukum perundang-undangan sedang lainnya oleh

norma-norma sosial termasuk didalamnya kebiasaan. Dari sejarah perkembangan hukum atau

perundang-undangan dapat dlihat bahwa masyarakat mendahului timbulnya negara. Oleh karena

itu keadaan yang ideal adalah manakala hukum negara yaitu tidak lain hukum perundang-

undangan demi menghormati isinya hendaknya untuk bagian terbesar dirumuskan sesuai dengan

kebiasaan dalam masyarakat

Preseden

Preseden ini merupakan satu lembaga yang lebih dikenal dalam sistem hukum common

law system.

Beberapa hal yang melemahkan mengangkat preseden

1. Keputusan-keputusan yang dibatalkan.


2. Ketidaktahuan mengenai adanya peraturan

3. ketiadakkan konsistensi dengan keputusan pengadilan yang lebih tinggi.

4. Ketiadakkan konsistensi antara keputusan-keputusan yang setingkat.

5. Preseden-preseden yang dibuat tidak sepenuhnya dipertahankan.

6. Keputusan yang keliru.

Institusi Sosial Dan Hukum

Di dalam masyarakat djumpai berbagai institusi yang masing-masing diperlukan oleh masyarakat

itu untuk memenuhi kebutuhan-kebetuhan tersebut. Institusi pada hakikatnya merupakan alat

perlengkapan masyarakat untuk menjamin agar kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat dapat

dipenuhi secara saksama.

Ciri umum yang melekat pada institusi :

1. Stabilitas

2. Memberikan kerangka sosal terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat.

3. Sebagai kerangka sosial untuk kebutuhan manusia itu maka institusi menamplkan wujudnya

dalam bentuk norma-norma.

4. Jalinan antar institusi.

Sistem Sosial Sebagai Pengendalian Sosial

Dimensi dalam kehidupan sosial

1. Ketertiban

2. Sistem sosial

3. Lembaga-lembaga sosial

4. Pengendalan sosial
Usaha sistem sosial untuk mempertahankan diri inilah yang disebut sebagai pengendalian sosial.

Norma Sosial Tempat Dan Peranannya Dalam Masyarakat

Norma-norma sosial itu sebetulnya merupakan suatu alat untuk mempertahankan dan membina

suatu dunia dan sistem nilai-nilai tertentu. Sumber daya yang dibutuhkan oleh sistem sosial tidak

hanya datang dari bidang budaya melainkan juga dari bidang-bidang yang lain dar masyarakat.

Hukum Sebagai Mekanisme Pengintergrasi

Dalam kedudukannya sebagai suatu institut yang melakukan pengintergrasian terhadap proses-

proses yang berlangsung dalam masyarakat hukum menerima asupan-asupan dari bidang

ekonomi, poltik, dan budaya untuk kemudian diolahnya menjadi keluaran-keluaran yang

dikembalikan dalam masyarakat. Jika institusi hukum benar-benar hendak berfungsi sebagai

sarana pengintegrasi masyarakat maka ia harus diterima oleh masyarakat untuk menjalakan

fungsinya itu. Hal ini berarti bahwa para anggota masyarakat harus mengakui bahwa institusi

itulah tempat dimana pengntegrasian dilakuakan dan oleh karenanya orang pun harus bersedia

untuk menggunakannya atau menfaatkannya.

Hukum Dan Kekuasaan

Hukum membutuhkan kekuasaan, tetapi ia juga tidak dapat membiarkan kekuasaan itu untuk

menunggangi hukum. Sebaliknya, justru hukum bekerja dengan cara memberi patokan-patokan

tingkah laku dank arena itu hukum member pembatasan-pembatasan. Kekuasaan diartikan

sebagai suatu kemampuan untuk memaksa kehendaknya kepada orang lain. Pada peringkat

sosial, kekuasan diperoleh dari perjuangan kelompok-kelompok, kelas-kelas dalam masyarakat,


sehingga menimbulkan pelapisan-pelapisan dan dengan demikian struktur kekuasaan dalam

masyarakat.

Penginstitusionalisasian hukum dalam masyarakat mempunyai suatu aspek yang penting,

yaitu sebagai sarana untuk mengontrol dan membatasi keinginan seseorang terhadap suatu

kekuasaan. Hubungan antara hukum dengan kekuasaan yaitu sebagai sarana untuk mengontrol

kekuasaan yang ada pada masyarakat.

Hukum Dan Pelapisan Sosial

Struktur pembagian yang tidak terbagi secara merata menyebabkan bahwa kekuasan tersebut

terhimpun pada sebagian kelompok orang-orang tertentu, sedangkan sebagian orang yang

lainnya tidak ataupun malah kurang merasakan kekuasan tersebut hal seperti ini menimbulkan

pelapisan sosial dalam masyarakat.

Dalam lapisan sosial dalam masyarakat terdapat masyarakat partisipan yang memiliki cirri khas

tertertu, berikut merupakan cirri-ciri dari masyarakat partisipan:

a. Konsensus yang bisa diandalkan

b. Nilai-nilai kooperatif

c. Tidak ada institusi khusus

d. Dominasi dari keseluruhan kehidupan sosial atas para anggotanya.

e. Kehadiran sanksi-sanksi sedikit sekali

f. Hanya ada satu kekuasaan utama yang mencakup seluruhnya

g. Dominasi tujuan atas sarana


h. Hanya ada satu masyarakat yang mencakup seluruh kehidupan sosial, sehingga tidak di kenal

“masyarakat-masyarakat kecil” di dalamnya

i. Tidak ada pelapisan sosial atau hanya kecil saja

Dalam pelapisan sosial dalam masyarakat luas, digambarkan perbedaan mengenai Masyarakat

sederhana dengan Masyarakat dengan ruang lingkup lebih besar. Perbedaan ini dapat

disebabkan karena semakin bertambahnya penduduk serta peralihan ke ekonomi pertanian.

Pelapisan sosial dalam kedua masyarakat ini memiliki karakteristik utama, berikut adalah

karakteristik dari kedua masyarakat ini:

a. Konsensus tidak menentu

b. Nilai-nilai yang bertentangan

c. Lembaga-lembaga pemerintahan berkembang

d. Bentuk dominasi yang campuran

e. Meningkatnya sanksi-sanksi di berbagai bidang tertentu

f. Pluralitas dari struktur-struktur yang tidak sama dan segmental

g. Mulai timbul perbedaan pendapat tentang sarana dan tujuan

h. Perlipatan timbulnya lingkungan-lingkungan masyarakat yang lebih kecil di dalam rangkuman

masyarakat yang besar

i. Terjadinya pelapisan sosial

Dengan terjadinya pelapisan sosial, maka hukum pun susah untuk mempertahankan netralitas

atau kependudukannya yang tidak memihak. Pelapisan sosial ini merupakan kunci bagi

penjelasan mengapa hukum itu bersifat diskriminatif, baik pada peraturan-peraturannya sendiri,

maupun melalui penegakannya (Friedman, 1975: 180-187)


Kultur Hukum

Kultur hukum merupakan salah satu unsure dari system hukum yang membicarakan hal-hal

sebagaimana dikemukakan bahwa hukum itu tidak layak hanya dibicarakan dari segi struktur dan

substansinya saja, melainkan juga dari segi kulturnya (Friedman, 1997: 6-9). Struktur hukum

adalah pola yang memperlihatkan tentang bagaimana hukum tersebut dilaksanakanmenurut

ketentuan-ketentuan formalnya.

Hukum Dan Pendapat Umum

Hubungan hukum dengan pendapat umum dapat dipacu kepada jawaban dari pertanyaan tentang

“mengapa orang itu mematuhi hukum”, yaitu disebabkan:

1. Kepatuhan tersebut dipaksakan oleh sanksi (Teori Paksaan)

2. Kepatuhan tersebut diberikan atas dasar persetujuan yang diberikan oleh para anggota

masyarakat terhadap hukum yang diperlakukan untuk mereka (Teori Persetujuan)

Pembicaraan mengenai peranan pendapat umum pada akhirnya akan membawa pembicaraan

kepada soal-soal seperti kesadaran hukum, perasaan hukum, sikap hukum dan sebagainya.

Hukum dan tingkah laku orang dapat disebut dengan “factor-faktor yang menengahi” yang pada

hakikatnya menjadi penghubung antara apa yang di kehendaki oleh hukum dan yang dilakukan

dalam masyarakat tersebut. Sedangkan faktor yang menengahi atau dapat juga disebut sebagai

intervening variables terdiri dari : hukum, pengetahuan akan hukum, sikap hukum dan tingkah

laku hukum.

Pluralisme Hukum
Legal pluralisme adalah seperangkat kacamata yang berambisi merekonseptualisasikan relasi

hukum dan masyarakat. Legal pluralisme juga mencoba mengidentifikasi autentisitas fenomena

hukum yang beroperasi di tataran global. Dalam problem instrumentalis, legal pluralisme

hendaknya direkonstektualisasi, bagaimana konsep itu berbenturan dengan isu masyarakat

pribumi, primordialisme radikal, anarkisme dan tindak kekerasan yang bernuansa rasial. Legal

pluralisme tidak bisa dilepaskan dari relasi kuasa antara setiap institusi hukum. Karakter plural

hukum dalam pandangannya terhadap legal pluralisme itu dapat dilihat dari hukum domestic

(domestic law), produksi hukum (production law), pertukaran hukum (exchange law), hukum

komunitas (community law), hukum teoritori atau hukum Negara (territorial and state law), dan

hukum sistemik (systematic law).

Legal pluralisme memungkinkan bagi hukum didefinisikan sesuai dengan realitas sosial di dalam

masyarakat yang heterogen. Jadi, hukum memiliki multidimensionalitas dan kompleksitas

tersendiri bagi legal pluralisme.

Negara Hukum Dalam Dilema

Konsep negara hukum memang tidak dapat dilepaskan dari konteks sejarah politik. Pada konsep

Negara hukum itu sendiri, pertarungan ide dalam ranah teoritis juga menghadapi banyak

persoalan yang tak kunjung usai. Setiap Negara memiliki dilemanya tersendiri. Hal ini dapat

terlihat dari ketegangan hubungan antara tubuh spiritual dan tubuh politik yang sama-sama

memiliki kekuatan kekuasaan dalam masyarakat di suatu Negara.

Puncak kebangkitan Negara hukum menurut catatan Tamanaha diawali oleh adanya peristiwa

Magna Charta. Dalam catatan Tamanaha ini menjelaskan bahwa hukumlah yang melakukan

tugasnya untuk mengerjakan pola kekuasaan yang memungkinkan bagi terjadinya lembaga yang
saling mengawasi. Tamanaha juga menekankan pada liberalisme sebagai sebuah prakondisi

terwujudnya Negara hukum, dengan kata lain Negara hukum hanya dapat dimungkinkan tumbuh

subur diatas tamansari liberalisme. Menurut Tamanaha ada empat tema kunci pokok dari

liberalisme dalam suatu Negara hukum, yaitu pertama individu adalah makhluk lepas bebas yang

di jamin oleh hukum yang di bangun secara demokratis. Kedua, individu adalah makhluk bebas

yang disediakan fasilitasnya oleh kantor pemerintah yang berbasis pada hukum. Ketiga, individu

adalah makhluk bebas sejauh pemerintah menjalankan fungsinya dan menghargai individu yang

memiliki realitas otonomi personal. Dengan kata lain, masyarakat memiliki hak sipil yang tidak

dapat diganggu gugat oleh Negara dan bahkan harus dijamin perlindungannya. Terakhir,

kebebasan hanya dimungkinkan jika kekuasaan terbagi dalam separasi politik, layaknya

eksekutif, legislative, dan yudikatif.

Hukum Sebagai Institusi Keadilan

Hukum merupakan suatu tema pembicaraan yang menyangkut hubungan antar manusia,

hubungan antar manusia merupakan pembahasan yang menjabarkan tentang keadilan. Dengan

demikian, setiap pembicaraan tentang hukum senantiasa diikuti dengan pembicaraan mengenai

keadilan. Hukum merupakan bagian dari perangkat kerja system sosial. Fungsi sistem sosial ini

adalah untuk mengintegrasikan kepentingan-kepentingan anggota masyarakat sehingga tercipta

suatu keadaan yang tertib.

Keadilan merupakan ukuran yang kita pakai dalam memberikan perlakuan terhadap objek

di luar diri kita. Wujud keadilan dapat berupa suatu suasana yang memberikan kesempatan bagi

kemerdekaan manusia untuk dapat berkembang secara seksama. Keadilan juga dapat dipahami

sebagai suatu keadaan jiwa atau sikap, hal ini menyangkut tentang suatu keadaan mentalitas
manusia itu sendiri. Dengan kata lain, keadilan bukanlah sesuatu yang bisa dikutak-katik melalui

logika atau penalaran, melainkan melibatkan keseluruhan pribadi seseorang.

Hukum yang positif yaitu yang dibuat dan dijalankan dalam suatu wilayah tertentu

senantiasa dihadapkan kepada tuntutan keadilan yang demikian itu dan menimbulkan kehidupan

hukum yang dinamis. Berbagai konsep menyatakan, bahwa kehidupan hukum tidak pernah final

atau selesai, melainkan selalu merupakan suatu perjuangan, pada hakikatnya merupakan

pencerminan dari adanya hukum Alam ini. Oleh sebab itu, karena ada hukum yang dianggap

ideal, konsep keadilan yang bersifat mutlak, maka kehidupan hukum yang sekarang didasarkan

pada hukum positif, dan senantiasa diuji oleh ideal-ideal tersebut. Philip Selznick menunjukan

kemampuan Hukum Alam untuk mendinamisasikan kehidupan hukum dengan membuat

perincian sebagai berikut (Selznick, 1966 : 1983):

1. Hukum alam menerima adanya suatu pengkajian ilmiah

2. Hukum alam menerima adanya pandangan final, suatu idea utama yang memimpin kita dalam

melakukan pengkajian

3. Hukum alam mencari dan merangkumkan kebenaran-kebenaran abadi mengenai hakikat

manusia yang mempunyai relevansi moral, seperti kebutuhan akan harga diri

4. Hukum alam mencari dan merangkum kebenaran-kebenaran abadi mengenai hakikat manusia

yang mempunyai relevansi moral, seperti pembagian dan penggunaan kekuatan sosial

5. Hukum alam mencari dan merangkum kebenaran-kebenaran abadi mengenai hakikat dan

persyaratan suatu tertib hukum

Proses Hukum
Tiga kategori kualitas yang ada pada hukum, yaitu normative, sosiologis, dan filsafati.

Ketiga kategori tersebut dapat memberikan gambar yang lengkap mengenai hukum. Suatu model

tertentu penegakan hukum yang dapat disebut sebagai administrasi keadilan memang belum

begitu meluas di Indonesia, namun telah digunakan di Amerika Serikat seperti dalam “the

criminal justice system” . model penanganan masalah ini bertolak belakang dengan kelembagaan

yang diharapkan, bahwa ia akan memperkaya ilmu hukum yang ada di Indonesia.

Pembuatan Hukum

Proses hukum merupakan perjalanan yang di tempuh hukum untuk menjalankan

fungsinya, yaitu mengatur masyarakat atau kehidupan bersama. Pembuatan hukum merupakan

awal dari bergulirnya proses pengaturan masyarakat, ia merupakan momentum yang

memisahkan keadaan tanpa hukum dengan keadaan yang diatur oleh hukum. Pembuatan hukum

juga dapat diartikan dengan pembuatan undang-undang.

Bahan hukum

Bahan pembuatan hukum dimulai sebagai gagasan atau ide yang kemudian di proses

lebih lanjut sehingga pada akhirnya benar-benar menjadi bahan yang siap diberi sanksi hukum.

Pada dasarnya kita dapat membagi proses dalam pembuatan hukum ini ke dalam dua golongan

tahap besar, yaitu tahap sosio-politis dan tahap yuridis.

Dalam tahap sosio-politis maka gagasan awal tadi diolah oleh masyarakat sendiri,

dibicarakan, dikritik, dipertahankan melalui pertukaran antar pendapat antar berbagai golongan

dan kekuatan masyarakat masing-masing. Dalam proses pembuatan hukum, terdapat tahap-tahap

tertentu, berikut rincian dari tahap pembuatan hukum:


a. Tahap inisiasi (muncul suatu gagasan dalam masyarakat)

b. Tahap sosio-politis (pematangan dan penajaman gagasan)

c. Tahap yuridis (penyusunan bahan ke dalam rumusan hukum dan kemudian diundangkan)

Struktur pembuatan hukum

Penciptaan atau pengadaan struktur dapat menyangkut penyusunan suatu organisasi yang

akan mengatur kelembagaan bagi pembuatan hukum. Dalam pengorganisasian pembuatan

hukum tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari suatu penataan ketatanegaraan

yang lebih luas. Dalam rangka penataan ketatanegaraan yang didasarkan pada filsafat pemisahan

kekuasaan itulah pembuatan hukum dijalankan.

Secara Teoritis

Menurut model rasionalistik, hukum terutama hukum pidana, dibuat sebagai alat rasional

untuk melindungi anggota-anggota masyarakat dari kerugian sosial (social harm). Dalam

pandangan ini, kejahatan (crimes) dipandang sebagai cacat sosial. Ini adalah teori pembuatan

hukum yang paling banyak diterima (Goode 1978: 143). Salah satu kesulitan dalam pandangan

ini adalah pembuat hukum yang mendefinisikan aktivitas-aktivitas apa yang mungkin merugikan

bagi kesejahteraan masyarakat. Penilaian terhadap nilai (value judgement), preferensi, dan

pertimbangan lainnya jelas masuk ke dalam proses definisi.

Pandangan fungsional dari pembuatan hukum, seperti dirumuskan oleh Paul Bohannan

(1973), terutama membahas bagaimana hukum dibangun. Bohannan berargumen bahwa hukum

adalah jenis khusus dari “adat yang dilembagakan kembali“. Adat adalah norma atau aturan

tentang cara bagaimana orang harus berperilaku jika lembaga sosial akan melaksanakan
fungsinya dan masyarakat akan berlangsung. Pembuatan hukum adalah pernyataan kembali dari

beberapa adat.

Dalam pandangan konflik, seperti telah saya diskusikan dalam bab sebelumnya, mengutip

lingkup struktural (structural cleavage) dari suatu masyarakat atau organisasi sebagai penentu

dasar dari hukum. Khususnya, asal dari hukum dilacak dari timbulnya sebuah kelas elit. Elit-

elit, dapat disimpulkan, menggunakan mekanisme kontrol sosial seperti hukum untuk

menonjolkan posisi mereka sendiri di dalam masyarakat. Dalam hal adanya konflik terhadap

sebuah norma, para pakar teori konflik akan berargumen bahwa kelompok kepentingan yang

dekat dengan interest dari kelompok elit kemungkinan besar akan memenangkan konflik

tersebut. Untuk mendefinisikan siapa elit dan kelompok kuat dari masyarakat, para pakar teori

konflik sering menggunakan petunjuk kekuasaan.

Teori pengusaha moral (moral entrepreneur) menghubungkan kejadian-kejadian penting

dengan kehadiran dari individu atau kelompok yang sedang berusaha (berdagang). Aktivitas

mereka disebut pengusaha moral (moral enterprise), karena mereka mengusahakan pembuatan

fragmen baru dari konstitusi moral dalam masyarakat, yaitu aturan (code) tentang benar dan

salah (Becker, 1963: 146). Peranan pengusaha moral dalam pembuatan hukum secara jelas

digambarkan oleh telaahan Howard S. Becker (1963: 121-146) tentang pengembangan hukum

pidana yang dirancang untuk menekan penggunaan marijuana. Dia mencatat bahwa Undang-

Undang Pajak Marijuana 1937 telah berdasarkan undang-undang hukum pidana lama seperti

Undang-Undang Volstead (tentang alkohol) dan Undang-Undang Harrison (tentang opium dan

derivatifnya). Biro Narkotik dari Departemen Keuangan dulunya tidak memandang perlu adanya

hukum tentang marijuana pada tahun-tahun awalnya. Malah sebaliknya berargumen, bahwa

regulasi tentang opium dan derivatifnya dulunya bermasalah. Namun sebelum tahun 1937, Biro
Narkotika mendefinisikan kembali penggunaan marijuana sebagai masalah serius. Sebagai

akibatnya, lembaga ini bertindak sebagai pengusaha moral dengan cara mendefinisikan kembali

penggunaan marijuana sebagai bahaya sosial. Sebagai contoh, Biro Narkotik memberikan

informasi kepada media massa tentang bahaya marijuana, termasuk “cerita-cerita kekerasan“

yang secara detail menggambarkan bahaya dari merokok marijuana. Akhirnya pada tahun 1937

Undang-Undang Pajak Marijuana (Marijuana Tax Act) diundangkan, jelasnya sebagai tindakan

pajak namun dengan maksud dasar untuk mencegah orang untuk merokok marijuana.

Penegakan Hukum

Tahap pembuatan hukum masih harus disusul oleh pelaksanaannya secara konkrit dalam

kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal ini yang disebut dengan penegakan hukum. Dalam

struktur kenegaraan modern, maka tugas penegakan hukum itu dijalankan oleh komponen

eksekutid dan dilaksanakan oleh birokrasi dari eksekutif tersebut, sehingga sering disebut juga

birokrasi penegak hukum. Eksekutif dengan birokrasinya merupakan bagian dari mata rantai

untuk mewujudkan rencana yang tercantum pada peraturan hukum yang menangani bidang-

bidang tersebut.

Peradilan

Sesudah dibentuknya suatu hukum, barulah kita dapat membicarakan mengenai adanya

dan berjalannya peradilan. Perbedaannya adalah apabila komponen eksekutif tersebut diatas

menjalankan penegakan hukum itu dengan aktif, maka peradilan bisa disebut dengan pasif,

karena harus menungggu datangnya pihak-pihak yang membutuhkan jasa peradilan. Peradilan

menunjuk kepada proses mengadili, sedangkan pengadilan merupakan salah satu lembaga dalam

proses tersebut.
Administrasi Keadilan

Administrasi keadilan tampak lebih menonjol pendekatan administrasi daripada hukum.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan hukum yang menggunakan doktrin normative,

terutama memikirkan tentang pembuatan aturan yang menyuruh atau melarang untuk

menertibkan jalannya proses mengadili itu. Sedangkan pendekatan administrasi, yang

menggunakan doktrin administrasi, lebih memikirkan tentang efisiensi kerja lembaga-lembaga

yang terlibat dalam proses mengadili tersebut. Administrasi keadilan memiliki pengertian bahwa

penerapan keadilan dalam masyarakat itu membutuhkan pengelola, tidak dapat hanya diserahkan

kepada masyarakat pengelola saja (penduduk sekitar).

Fungsi Hukum

a. Hukum sebagai sarana mengendalikan masyarakat

b. Hukum sebagai sarana untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat

Hukum Berhadapan Dengan Perubahan

a. antara sistem hukum ini dengan lingkungannya terdapat hubungan yang erat yaitu, hubungan

interaksi atau saling tukar-menukar antara keduanya

b. disamping hukum merupakan suatu institusi normatif yang memberikan pengaruhnya

terhadap lingkungannya, ia juga menerimanya pengaruh serta dampak dari lingkungannya

tersebut.

c. Pengertian “Lingkungan” disini di pakai baik dalam arti proses-proses sosial maupun psikis,

seperti perubahan dalam kesadaran serta sikap-sikapnya


d. pengertian perubahan lingkungan termasuk baik perubahan yang bersifat sosial maupun yang

bersifat psikis

Salah satu masalah penting yang di hadapi oleh setiap sistem adalah bagaimana bisa

mempertahankan kelangsungan hidup di tengah-tengah tarikan perubahan-perubahan tersebut

a. Sistem Hancur : manakala sebagai akibat dari pertukarannya dengan perubahan-perubahan,

tidak mampu mempertahankan eksistensinya sehingga harus mengalah terhadap tekanan

perubahan tersebut

b. Sistem Hidup Terus : jika sanggup mengatasi tantangan dan mampu beradaptasi dengan baik

terhadap perubahan

Dalil yang selalu di kemukakan adalah, bahwa masyarakat itu senantiasa berubah, tidak ada yang

statis

a. perubahan yang lambat yang inkremental, bertambah sedikit demi sedikit dan

b. perubahan dalam skala besar, perubahan revolusionir

Menghadapi perubahan yang lambat

Melakukan perubahan kecil-kecilan pada tatanan peraturan yang ada :

a. Mengubah peraturan

b. Menambah peraturan

Metoda penafsiran dan konstruksi juga termasuk pada perlengkapan untuk melakukan adaptasi

terhadap perubahan-perubahan yang tidak berskala kecil


Menghadapi perubahan besar-besaran

a. Harus terjadi penyesuaian yang bersifat revolusioner

Contoh : ketika terjadi reformasi, maka secara besar-besaran terjadi perubahan besar-besaran

mulai dari UUD, peraturan perundang-undangan lainnya serta sistem politik dan sebagainya

b. Perubahan hukum merupakan masalah penting, antara lain disebabkan karena hukum itu

pada dewasa ini umumnya memakai bentuk tertulis. Dengan pemakaian bentuk ini memang

kepastian lebih terjamin, namun ongkos yang harus di bayarnya pun cukup mahal juga, yaitu

berupa kesulitan untuk melakukan adaptasi yang cukup cepat terhadap perubahan di

sekelilingnya. Karena tertulis itu hukum lalu menjadi kaku.

Salah satu perkembangan dalam masyarakat yang menuntut suatu adaptasi khusus dari pihak

hukum, adalah di bidang tekhnologi modern dan di bidang kedokteran.

a. Adaptasi hukum terhadap tekhnologi modern juga bisa di rumuskan ke dalam bentuk

pertanyaan, “Apakah hukum memanfaatkan kehadiran teknologi tersebut, termasuk

prosedur kerjanya.” Dengan demikian kita juga bisa, mengamati, apakah misalnya badan-

badan , seperti pengadilan dalam bekerjanya telah melaksanakan pemanfaatan tersebut.

Ketinggalan dalam usaha tersebut sedikit banyak juga dapat digolongkan kedalam

kegagalan dalam melakukan adaptasi. Kedalam kelompok teknologi dan teknik-teknik

modern ini termasuk, misalnya, tes pligraf, penggunaan eavessdropping dalam pembuatan

kejahatan, sampai kepada penggunaan mesin-mesin elektronik seperti komputer.

b. Kemajuan-kemajuan di bidang kedokteran juga membawa persoalan-peraoalannya sendiri

dibidang hukum. Berikut ini diambilkan dua contoh, masing-masing mengenai cryonic
suspension dan hemondialyis (Symposium, Reflections on the new biology, 1968). Cryonic

suspensio atau anabiosis dengan temperatur yang rendah, menunjukan epada pengawetan

tubuh manusia, yang “hidup” maupun yang “mati” melalui pembekuan atau supercoolin.

Masyarakat selalu berubah dan perubahan mengalir dengan derasnya. Perubahan-perubahan itu

sebagai tantangan bagi hukum dan oleh karenanya harus dijawab. Dengan memberikan jawaban

itu, hukum melakukan adaptasi. Hukum dan sistem hukum yang tidak mampu untuk melakukan

adaptasi yang demikian itu akan ambruk.

Hukum Sebagai Sarana Rekayasa Sosial.

Ciri hukum pada masyarakat modern

a. Mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku dalam masyarakat

b. Mengarahkan kepada tujuan-tujuan yang dikehendaki

c. Menghapuskan kebiasaan yang dipandang tidak sesuai lagi

d. Menciptakan pola-pola kelakuan baru

e. dsb

Bandingkan Aliran Sejarah

a. Friedrich Karl von Savigny mengatakan bahwa hukum itu merupakan salah ekspresi dari

kesadaran umum atau semangat dari rakyat (Volkgeist)

b. Hukum pertama-tama dilahirkan dari kebiasaan dan kesadaran umum masyarakat,

kemudian dari keputusan hakim dan diciptakan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam yang

bekerja secara diam-diam, tidak oleh kemauan sendiri dari pembuat UU


Pandangan masyarakat modern

“ hukum buatan manusia yang sering hanya berupa instrumen untuk menundukan dan

mengekploitasi suatu golongan oleh golongan lain. Tujuannya adalah sepenuhnya utilitarian

: keselamatan hidup manusia, keamanan harta benda dan pemilikan, keamanan dan

ketertiban, kebahagiaan dan kesejahteraan atau dari masyarakat keseluruhannya, atau dari

golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Norma-norma nya bersifat relatif, bisa di rubah

dan bergantung pada keadaan. Dalam sistem hukum yang demikian itu tidak ada yang di

anggap abadi atau suci...”

Penggunaan Hukum secara sadar untuk mengubah masyarakat itu disebut sebagai sosial

engineering by law. Langkah yang di ambil sosial engineering by law bersifat sistematis.

Dimulai dari identifikasi masalah sampai kepada jalan pemecahannya. Yaitu:

a. Mengenal problem yang di hadapi sebaik-baiknya.

b. Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

c. Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk bisa dilaksanakan.

d. Mengikuti jalannya penerapan hukum dan mengukur efek-efeknya.

Pandangan Prof. Satjipto

a. Hukum bisa dipakai sebagai instrumen yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan

b. Tetapi prosesnya akan panjang dan efeknya akan berantai

c. Hukum digolongkan ke dalam faktor penggerak mula, yaitu memberikan dorongan

pertama secara sistematik


Contoh : keputusan Supreme Court AS tahun 1954 bahwa pemisahan rasial pada sekolah-

sekolah pemerintah adalah tidak konstitusional

Penggunaan hukum untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat berhubungan

dengan konsep penyelenggaraan sosial-ekonomi masyarakat. Jika proses sosial ekonomi

dibiarkan berjalan menurut hukum-hukum kemasyarakatan, maka hukum tidak akan digunakan

sebagai instrumen perubahan yang demikian itu. Jika konsepnya justru merupakan kebalikan dari

yang disebut di atas, maka peranan hukum menjadi penting untuk membangun masyarakat.

Hukum Dalam Persfektif Perkembangan

Hukum modern

Modernitas ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai bentuk tertulis

b. Hukum itu berlaku untuk seluruh wilayah negara

c. Hukum merupakan instrumen yang di pakai secara sadar untuk mewujudkan keputusan-

keputusan politik masyarakatnya.

Giantfaranco Poggi membagi proses pembentukan negara modern ke dalam tahap-tahap sebagai

berikut:

Feodalisme

a. Standestaat

b. Absolutisme

c. Masyarakat civil (civil society)


d. Negara Konstitusional

Feodalisme

a. Masyarakat feodal = komunitas yang bersendikan hubungan khusus antara yang dipertuan

dengan abdinya

b. Disebabkan oleh terjadinya kekosongan dalam struktur kekuasaan di eropa Barat dan yang

pada gilirannya menimbulkan suatu keadaan yang kacau :

1) Runtuhnya kerajaan Romawi Barat.

2) Perpindahan penduduk secara besar-besaran yang dikenal dengan sebutan

Volkerwanderungen.

3) Berpindahnya jalur-jalur perdagangan yang menghubungkan antara penduduk di Eropa

barat dari Laut tengah.

c. Timbulnya Feodalisme dalam konteks tatanan masyarakat yang ada pada waktu itu di

Eropa Barat, bisa di katakan bersifat merusak.

d. Dalam perkembangannya feodalisme di Eropa Barat mengalami perubahan dalam stuktur

dirinya. Bagaimanapun Feodalisme ini telah memberikan sahamnya sendiri untuk

perkembangan keadaan di bagian benua itu.

Standestaat

a. Stand (jamaknya adalah “stande”) yang dalam bahasa Inggrisnya di sebut estate,

merupakan satu unit dalam perlapisan sosial yaitu sebagai suatu golongan penduduk yang

mempunyai status sama. Golongan ini terdiri dari : bangsawan, agamawan dan penduduk

biasa.
b. Standestaat = merangkum golongan-golongan tersebut dalam satu kesatuan yang baru

Absolutisme

a. Di dalam perkembangan selanjutnya terjadilah suatu proses menarik yaitu menjadi semakin

kuatnya unsur penguasa sebagai bagian dari Standestaat itu.

b. Karena berbagai sebab, medan kehidupan politik tidak lagi berlangsung di dalam masing-

masing standestaat, melainkan antara negara dengan negara. Dalam keadaan ini negara-

negara perlu memperkuat diri agar bisa terjun ke dalam persaingan.

c. Sebagai proses, maka dalam suatu negara diperlukan struktur yang lebih tunggal,

berkesinambungan, mudah diperhitungkan dan dikendalikan dan efektif

d. Dengan ini dimasukilah sudah tahap absolut dalam perkembangan kehidupan hukum dan

kenegaraan di Eropa

Masyarakat Sipil (Civil Society)

a. Munculnya “masyarakat sipil” berhubungan erat dengan munculnya borjuasi Eropa dalam

masa sistem peraturan yang absolut itu.

b. Kelas ini terdiri dari para usahawan kapitalis yang mengalami kemajuan-kemajuan pada

masa itu dan karenanya menginginkan identitasnya sendiri sebagai suatu kelas

c. Kelas borjuis menghendaki adanya kompetisi dengan anggotnya, tetapi tidak menghendaki

kekuasaan. Di lain pihak menghendaki aturan yang bisa menjamin berjalannya sistem pasar

yang otonom dan ada badan yang menyelenggarakan hukum di atas semua kelas

(mempunyai sifat publik dan kedudukan yang berdaulat)

Negara Konstitusional
a. Suatu karakteristik yang menonjol dari kehidupan konstitusional : terdapatnya suatu sistem

peraturan hukum yang menjadi kerangka bagi seluruh kegiatan dalam suatu negara, baik itu

kegiatan perorangan maupun kenegaraan.

b. Yang diterima sebagai hukum adalah sesuatu yang bersifat sangat abstrak dan formal,

sesuatu yang mengatasi hukum-hukum yang diajukan oleh masing-masing pihak yang

terlibat dalam suatu sengketa yang diambil dari tradisi masing-masing

Menurut Weber, maka kecenderungan umum dalam perkembangan hukum modern adalah

untuk menjadi makin rasional . secara teoritis perkembangan itu melaui tahap-tahap sebagai

berikut:

Pengadaan hukum melalui pewahyuan (revelation) secara kharismatik.

a. Penciptaan dan penemuan hukum secara empiris oleh para “legal honoratiores” yaitu

penciptaan hukum oleh para Kautelarjuristen.

b. Pembebanan (imposition) hukum oleh kekuatan-kekuatan sekuler atau teokratis

c. Penggarapan hukum secara sistemastis dan penyelenggaraan hukum yang di jalankan

secara profesional oleh orang-orang yang mendapatkan pendidikan hukum dengan cara-

cara ilmiah dan logis dan formal.

Perkembangan itu hendaknya dikaitkan dengan tiga tipe dasar dari kehidupan yang sah, yaitu:

a. Kharismatis

b. Tradisional

c. Rasional
Hukum Di Negara-Negara Berkembang

a. Penelitian Myrdal setidaknya dengan demikian ia katakan, salah satu aspek yang menarik

di kutip disini analisisnya mengenai faktor yang berdiri di belakang kelembekan suatu

negara atau ketidakdisiplinan sosial yang meluas yaitu“perundang-undangan yang main

sikat”. Ini dimaksudkan untuk memodernisasikan masyarakat dengan segera, berhadapan

dengan keadaan masyarakat yang umumnya di warisi yaitu otoritarianisme, paternalisme,

partikularisme, dan banyak ketidak aturan lainnya.

b. Masalah besar yang di hadapi oleh Negara-negara berkembang adalah bagaimana

menciptakan suatu tantanan politik yang mantap, sesudah mereka ini menjadi negara yang

merdeka.

c. Keadaan khusus yang di hadapi oleh Negara-negara berkembang ini bahkan telah

mendorong orang untuk berpikir tentang kehadiran suatu ilmu hukum yang khusus

menyoroti negara-negara tersebut.

Masalah yang secara karakteristik di hadapi oleh negara-negara berkembang:

a. Masalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau membangun perekonomian

b. Pegangkatan harkat kemanusiaan di tengah-tengah proses perubahan sosial

c. Penyatuan berbagai komuniti etnik ke dalam satu masyarakat.

Gambaran tentang hal-hal yang di poersoalkan dalam ilmu hukum untuk negara-negara

berkembang tersebut:

a. Perspektif dunia ketiga ilmu hukum : kebutuhan akan suatu pendekatan baru

b. Peranan pengadilan dunia ketiga dalam keadaan darurat


c. Revolusi dalam sistem-sistem hukum negara-negara dunia ketiga

d. Pengadilan di negara berkembang

e. Hukum dan kemiskinan

f. Kemungkinan untuk di terapkannya demokrasi perwakilan di dunia ketifga

g. Kesatuan dan keragaman kultural dari ilmu hukum

h. Pembebasan tamah- pembebasan hukum

i. Hukum di negara berkembang

Hermeneutika Hukum

Menafsirkan atau menginterpretasi, intinya adalah kegiatan mengerti atau memahami.

Hakikat memahami sesuatu adalah yang disebut filsafat hermeneutik. Hermeneutika atau metode

memahami atau metode interpretasi dilakukan terhadap teks secara holistik dalam bingkai

keterkaitan antara teks, konteks, dan kontekstualisasi.

Memahami sesuatu adalah menginterpretasi sesuatu agar memahaminya. Ilmu Hukum

adalah sebuah eksamplar Hermeneutik, yang diaplikasikan pada aspek kehidupan bermasyarakat.

Sebab, dalam menerapkan Ilmu Hukum ketika menghadapi kasus hukum, maka kegiatan

interpretasi tidak hanya dilakukan terhadap teks yuridis, tetapi juga terhadap kenyataan yang

menyebabkan munculnya masalah hukum itu sendiri. Dalam melakukan interpretasi tentu saja

antara penafsir dan teks yang hendak ditafsirkan terdapat perbedaan waktu bertahun-tahun

bahkan puluhan atau ratusan tahun. Oleh karena itu, ketika melakukan interpretasi acapkali

muncul dua sudut pandang yang berbeda antara teks yang hendak ditafsirkan dengan pandangan

penafsir sendiri. Kedua pandangan itu kemudian diramu dengan berbagai aspek yang dipedomani

oleh penafsir, yaitu keadilan, kepastian hukum, prediktabilitas, dan kemanfaatan. Titik tolak
hermeneutika adalah kehidupan manusiawi dan produk budayanya, termasuk teks-teks hukum

yang dihasilkan olehnya.

Hermeneutika hukum adalah merekonstruksikan kembali dari seluruh problema

hermeneutika dan kemudian membentuk kembali kesatuan hermeneutika secara utuh, di mana

ahli hukum dan teologi bertemu dengan para ahli humaniora. Tujuan hermeneutika hukum itu

adalah untuk menempatkan perdebatan kontemporer tentang penafsiran atau interpretasi hukum

di dalam kerangka hermeneutika pada umumnya. Dalam hubungan dengan penafsiran atau

interpretasi. Pandangan konvensional dalam penafsiran undang-undang menganggap bahwa

pengadilan harus berupaya menemukan tujuan atau maksud dari pembuat undang-undang (the

framers’ intent). Penafsiran demikian sejalan dengan pandangan bahwa proses pembentukan

undang-undang didominasi oleh kesepakatan nilai-nilai di antara berbagai kelompok

kepentingan. Bagi pembentuk undang-undang, kesepakatan adalah produk tawar menawar

(political bargain).

Metode serupa juga digunakan dalam penafsiran perjanjian-perjanjian perdata. Proses

penemuan maksud pembentuk undang-undang, bagaimanapun, lebih sulit ketimbang

menemukan maksud yang melatarbelakangi kontrak-kontrak perdata, sebab badan pembuat

undang memiliki ciri kemajemukan.

Konsep Hukum

Konsep hukum ialah pengetahuan yang berbasis empiris dengan tujuan untuk memberikan

informasi tentang sesuatu hal. Konsep-konsep hukum menjadi ukuran untuk menilai atau

menghakimi dunia kenyataan, khususnya perbuatan manusia. Konsep hukum harus bisa

dikembalikan kepada empiris sebagai bentuk pengujian terhadap kebenaran konsep hukum yang
telah dibuat. Jadi, konsep hukum dituntut memiliki basis empiris dan mengandung arti, maka

dikatakan sebagai pengetahuan.

Metode Penerapan Hukum

Metode penerapan hukum menggunakan pola berfikir deduksi. Cara ini mendeteksi

kejadian-kejadian nyata kedalam peraturan yang umum untuk kemudian dinilai apakah

penempatan kejadian tersebut kedalam jangkauan peraturan hukum bisa diterima atau tidak.

Jawaban tersebut menentukan dapat tidaknya suatu peraturan hukum diterapkan terhadap suatu

kejadian tertentu.

Perundang-Undangan dan Metode Ilmu

Pembuatan perundang-undangan pada awalnya melalui proses ilmiah yaitu kajian

akademik. Dalam konteks ini melibatkan tenaga ahli dalam bidangnya, baik bidang hukum

maupun bidang ilmu pengetahuan yang relevan. Pada proses selanjutnya, pengambilan keputusan

dilakukan melalui proses politik. Disinilah pemecahan problem politik dan yang demikian itu

tidak menyediakan dirinya untuk diuji atas dasar fakta obyektif, tetapi hanya atas dasar

keputusan itu diambil sesudah mengumpulkan banyak informasi.

Prediksi Tingkah Laku secara Ilmiah

Dalam memahami tingkah laku dapat digunakan disiplin ilmu psikologi prilaku atau

behavioralism. Psikologi sosial juga dapat memberikan kontribusi dalam memprediksikan

tingkah laku. Dengan memperhatikan keputusan-keputusan terdahulu, diyakini dapat


memperoleh reaksi-reaksi terhadap pola-pola faktual dan menarik suatu hipotesis bahwa pola

fakta yang berulang kembali akan merangsang suatu respon yang sama.

Para hakim memiliki perbedaan-perbedaan sikap antara hakim satu dengan yang lain dalam

menilai kasus yang sama. Penyebab perbedaan sikap bertolak dari keyakinan yang dipercayai

sebagai pengalalaman hidupnya. Keputusan hakim merupakan fungsi yang langsung dari sikap-

sikap yang dipengaruhi latar belakang kehidupan masing-masing.

Yurismetri dalam Hukum

Yurimetri itu sesungguhnya merupakan cabang ilmu khusus, yaitu informatika, tetapi

dikembangkan oleh para yuris/ahli hukum. Konsep-konsep yang tercakup diantaranya:

komputerisasi bahan-bahan hukum dan penerapan metode kuantitatif dalam penelitian hukum

Filsafat Hukum

Filsafat hukum merupakan salah satu cabang dalam filsafat. Dalam kamus besar bahasa

indonesia disebutkan bahwa filsafat memiliki beberapa pengertian, antara lain dapat disebut

sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai segala yang ada, baik itu

sebab dan asal serta hukumnya. Selain itu filsafat juga dapat memiliki pengertian sebagai teori

yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan atau juga berarti ilmu yang berintikan logika,

metafisika, estetika dan epistemologi. Filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat

mencapai kebenaran yang asli. Filsafat juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang

meliputi kebenaran dimana didalamnya berisi ilmu metafisika, estetika, etika,retorika, logika ,

ekonomi dan politik. Selanjutnya terdapat beberapa pengertian filsafat hukum yang diberikan

oleh para ahli antara lain “Cabang filsafat yang mempelajari hukum yang
benar”(menurut Gustaff Radbruch), “Pembahasan secara filosofis tentang hukum”(menurut

Langmeyer), “Penelitian mendasar dan pengertian hukum secara abstrak” (menurut Anthoni

D’Amato).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum merupakan cabang dari filsafat

estetika atau tingkah laku. Filsafat hukum mempelajari hakikat hukum, dimana hukum dijadikan

sebagai obyek kajian yang dibahas secara mendalam sampai pada hakikat hukum itu sendiri atau

yang menjadi inti dari hukum.

Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa

tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping

menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahas

soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan

berbagai macam lembaga hukum.

Dan pengertian tersebut juga dapat ditinjau dari segi :

1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’,yang berasal dari bahasa

Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ cinta, suka (loving), dan ‘sophia’ pengetahuan,

hikmah(wisdom). Jadi’philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta

kepadakebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang

cinta kepada pengetahuan disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”. Pecinta

pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuanhidupnya, atau perkataan

lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

2. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ‘alam pikiran’ atau ‘alam

berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa

“setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan

tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah

filsuf.

Supaya hukum yang dibangun dan dibentuk memiliki landasan yang kokoh untuk jangka

panjang dan tidak akan dipertentangkan dengan pemahaman filsafat barat dan timur,

pengetahuan tentang filsafat hukum barat yang masih mendominasi pengetahuan filsafat hukum

Indonesia seharusnya diselaraskan dengan filsafat Pancasila sebagai Dasar Negara RI.

Kajian tentang filsafat hukum merupakan studi yang sifatnya mendasar dan komprehensif

dalam ilmu hukum. Hal ini karena filsafat hukum merupakan landasan bagi hukum positif yang

berlaku di suatu negara, demikian halnya dalam pengaturan HAM. Landasan filsafat negara

sangat menentukan bagaimana pola pengaturan HAM di negara yang bersangkutan, apakah

negara itu berpaham liberalis, sosialis maupun Pancasialis. Pancasila sebagai philosophische

gronslag bangsa Indonesia merupakan dasar dari filsafat hukum Pancasila yang selanjutnya

menjadi dasar dari hukum dan praktek hukum di Indonesia. perenungan dan perumusan nilai-

nilai filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya penyerasian antara

ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan, dan antara kelanggengan

dengan konservatisme dengan pembaharuan (Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto

1979:11).

Pada dasarnya kita dapat merumuskan beberapa hal dari pembahasan-pembahasan yang

telah didefinisikan oleh para pakar yaitu :


1) Filsafat adalah ‘ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat

dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu

pengetahuan biasa.

2) Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami

secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu:

a. hakikat Tuhan,

b. hakikat alam semesta, dan

c. hakikat manusia,

Dapat juga dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa

hakekat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada

hukum. Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat

hukum juga membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika)

dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum. Kajian tentang filsafat hukum

merupakan studi yang sifatnya mendasar dan komprehensif dalam ilmu hukum. Hal ini karena

filsafat hukum merupakan landasan bagi hukum positif yang berlaku di suatu negara, demikian

halnya dalam pengaturan HAM.

Dapat kita tinjau bahwasannya yang menjadi perbedaan besar dari filsafat hukum Pancasila

adalah bahwa filsafat hukum barat memiliki karakteristik kepastian hukum melalui keunggulan

proses litigasi untuk mencapai keadilan. Sekalipun diakui telah ada perubahan ke arah

nonlitigasi, dapat dikatakan instrumen hukum itu merupakan alternatif saja, bukan merupakan

sarana hukum utama untuk penyelesaian sengketa dalam mencapai tujuan, bukan hanya

mempertahankan ketertiban, melainkan menciptakan perdamaian dalam kehidupan masyarakat.


Keberhasilan peranan hukum dalam mencapai kepastian hukum dan keadilan dalam lingkup

filsafat hukum barat adalah ada pihak yang memenangkan kontes di muka pengadilan di satu

sisi, dan di sisi lain ada pihak yang kalah dan terkena imbas serta penderitaan. Dampak negatif

dari karakter berlitigasi model barat adalah semakin sulit dan terbebaninya kaum miskin untuk

turut berkontes di muka pengadilan sekalipun telah tersedia bantuan hukum (legal aid) baginya.

Tak lepas dari fungsi filsafat itu sendiri yaitu menumbuhkan kekreatifan, menetapkan nilai,

menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya

mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia

yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan ‘nation’, ras, dan keyakinan

keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan, tanpa mengindahkan norma atau nilai-

nilai yang berlaku dan melekat dimasyarakat itu sendiri.

Bidang-Bidang Studi Hukum

Dalam melakukan studi hukum mencakup bidang sosiologi hukum, atropologi hukum,

perbandingan hukum, sejarah hukum, politik hukum, psikologi hukum dan filsafat hukum.

Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum adalah bidang kajian hukum dalam propesktif sosiologis. Produk-produk

hukum tidak bisa lepas dari kebutuhan masyarakat dengan tujuan hukum bisa berjalan dengan

efektif. Sosiologi hukum senantiasa menguji kesaksian empiris dari suatu peraturan atau

pernyataan hukum.

Antropologi Hukum
Antropologi hukum mempunyai peran dalam memahami manusia dan kebudayaannya serta

sejarah penyebaran kebudayaannya dalam rangka berlakunya hukum secara efektif. Keberadaan

hukum tidak bisa lepas dari kondisi masyarakat secara antropologis. Antropologi adalah

pemahaman ilmiah tingkah laku sosial dan kultural manusia serta pemahaman secara sistematik

terhadap distribusi manifestasi-manifestasinya dalam kurung waktu dan ruang. Ilmu ini hendak

mengekspresikan kehidupan manusia secara totalitas, sehingga segala segi kehidupan yang

dibicarakan menjadi suatu jaringan yang saling kait mengkait yang sangat besar.

Perbandingan Hukum

Perbandingan hukum mencoba melakukan perbandingan sistem hukum dari rakyat satu

dengan sistem hukum rakyat lain. Studi perbandingan hukum memcakup fungsi-fungsi

pembuatan hukum, pengadilan, dan pelaksanaan hukum, dalam konteks sosial yang berbeda-

beda. Perbandingan hukum positif dari bangsa satu dengan bangsa yang lain juga menjadi bagian

dari studi perbandingan hukum. Dalam kenyataan orang akan mengatakan bahwa studi

perbandingan hukum adalah studi tentang hukum asing karena dilakukan dengan cara

mempelajari hukum diluar hukum yang berlaku bagi si penyelidik.

Sejarah Hukum

Keuntungan-keuntungan mempelajari sejarah hukum sama seperti mempelajari sejarah

umum. Kekeliruan-kekeliruan yang telah terjadi di masa yang lalu dapat dicegah untuk tidak

terulang kembali. Hukum yang sekarang mengalir dari yang sebelumnya, yaitu hukum pada

masa-masa yang lampau. Menggali dan memahami secara sistematis proses-proses terbentuknya
hukum, faktor-faktor yang menyebabkan dan sebagainya, menambah pengetahuan yang berharga

untuk memahami fenomena hukum dalam masyarakat.

Politik Hukum

Politik hukum merupakan bagian terpenting dalam memahami hukum, karena hukum

adalah produk politik. Apa yang menjadi keingainan penguasa akan menentukan corak hukum.

Dengan demikian maka hukum merupakan instrumen untuk mewujudkan keinginan

penguasa. Politik adalah aktifitas memilih tujuan sosial tertentu. Dalam hukum kita juga akan

berhadapan dengan persoalan yang serupa yaitu dengan keharusan untuk menentukan suatu

pilihan mengenai tujuan maupun cara-cara yang hendak di pakai untuk mencapai tujuan tersebut.

Semua ini termasuk dalam bidang studi politik hukum.

Psikologi Hukum

Psikologi hukum banyak dipakai terutama dalam bidang pidana. Penerapan hukum pidana

diharapkan dapat mencegah kejahatan. Kondisi ini menunjukan bahwa manusia dengan

memahami peraturan hukum pidana timbul rasa takut untuk melakukan tindak kejahatan lagi.

Sementara segala perilaku manusia tidak bisa lepas dari kondisi kejiwaan seseorang. Apa yang

menjadi motivasi terhadap perbuatan manusia menjadi obyek dalam menentukan peristiwa

hukum.

Diposting 12th March 2016 oleh ida sugiarti

Anda mungkin juga menyukai