Pendahuluan
Pembahasan ilmu hukum memiliki cakupan yang sangat luas sehingga perlu mengkaitkan
berbagai disiplin ilmu. Ia merupakan sistem peraturan dalam semua bidang kehidupan dan
memiliki sumber-sumber yang harus di gali dengan baik. Ilmu hukum adalah setiap pemikiran
yang teliti dan berbobot mengenai semua tingkat kehidupan hukum, asal pemikiran itu
menjangkau keluar batas pemecahan terhadap suatu problem yang konkrit. Ilmu hukum meliputi
semua macam generalisasi yang jujur dan dipikirkan masak-masak di bidang hukum.
Masyarakat dan ketertibannya merupakan dua hal yang berhubungan sangat erat, bahkan
bisa juga dikatakan dua sisi dari satu mata uang. Susah untuk mengatakan adanya masyarakat
tanpa ada suatu ketertiban, bagaimanapun kualitasnya. Kendati semikian segera perlu
ditambahkan disini, bahwa yang di sebut sebagai ketertiban itu tidak didukung suatu lembaga
yang monolitik. Ketertiban dalam masyarakat diciptakan secara bersama-sama oleh lembaga. Di
masyarakat ada macam-macam norma yang memberikan kontribusi untuk terciptanya ketertiban.
Jadi, hukum bukan satu-satunya lembaga yang menciptakan ketertiban masyarakat. Norma
hukum termasuk dalam golongan yang lahir dari kehendak manusia sebagai unsur pengambil
keputusan. Sebagai kehendak manusia bisa menerima dan mengangkat kebiasaan sehari-hari
sebagai norma hukum, tetapi juga bisa menolaknya. Hukum menampakkan kemandiriannya
dalam menghadapi kenyataan dengan keidealan. Hukum harus meramu dua dunia dari yang ideal
Berbeda dengan norma kesusilaan, hukum mengikatkan diri pada masyarakat sebagai
basis sosialnya. Hukum memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat agar tercipta
keadilan, oleh karena itu proses hukum membutuhkan waktu yang lama untuk menimbang-
nimbang dalam rangka mewujudkan keadilan. Selain keadilan masyarakat juga menginginkan
adanya peraturan-peraturan yang menjamin adanya kepastian hukum, jadi nilai dasar hukum
Nilai-nilai dasar hukum yang terdiri dari keadilan, kegunaan dan kepastian hukum
berkaitan dengan kesahan berlakunya hukum yang mempersyaratkan adanya aspek filsafati,
Sebagai sistem peraturan hukum menjadi bagian dari beberapa lembaga dalam
masyarakat yang menciptakan ketertiban. Perilaku manusia dikontrol oleh arus informasi dari
sumber tertinggi yang di sebut ultimate reality, kebenaran sejati, hati nurani, suara hati yang
menimbulkan kesadaran untuk membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
dilakukan. Dalam masyarakat dijumpai norma-norma alam dan norma-norma susila. Norma-
norma susila inilah yang menjadi sasaran pembicaraan hukum, bukan norma-norma alam. Norma
alam membicara sesuatu yang pasti terjadi, yaitu sebuah kenyataan yang pasti terjadi. Norma
susila berkaitan dengan sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi menggambarkan suatu rencana
yang ingin dicapai. Norma alam dalam kehidupan diukur secara eksak dan merupakan hubungan
sebab-akibat. Sedangkan norma susila dalam kehidupan merupakan hubungan antara keinginan
Norma adalah sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk menertibkan tingkah laku
sehingga memiliki kekuatan yang bersifat memaksa. Norma hukum mengarahkan tingkah laku
manusia kearah yang disepakati atau di setujui oleh mayarakatnya sendiri. Dengan demikian
norma hukum yang merupakan perintah mempersyaratkan adanya penilaian masyarakat itu
sendiri. Apa yang dinilai baik oleh masyarakat dan apa yang dinilai buruk oleh masyarakat,
Norma hukum hanya memuat kerangka umum dari suatu perbuatan atau stereotipe.
Ketika terjadi suatu peristiwa dan peristiwa itu tercantum dalam peraturan hukum, maka
peristiwa itu dapat menggerakkan peraturan hukum, sehingga disebut sebagai peristiwa hukum.
Tidak semua peristiwa dianggap penting oleh hukum. Agar hukum bisa bergerak, membutuhkan
Sistem Hukum
Pengertian Sistem
2. sistem sebagai suatu rencana, metode, atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu.
3. pemahaman yang umum mengenai sistem mengatakan bahwa suatu sistem adalah suatu kesatuan
yang bersifat kompleks yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain.
Pemahaman sistem sebagai suatu metoda dikenal melalui cara-cara pendekatan terhadap
berdiri sendiri-sendiri tanpa ikatan itu sesungguhnya diikat oleh beberapa pengertian yang lebih
umum sifatnya yang mengutarakan suatu tuntutan etis. Hukum itu bersifat empiris dan bisa
dijelaskan secara logis maka sumber tersebut diletakkannya diluar kajian hukum atau besifat
mengoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain itu oleh
hukum diintegrasikan sedemikian rupa sehingga tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil-
kecilnya.
1. Hak itu diletakkan kepada sesorang yang disebut sebagai pemilik atau subyek dari hak itu.
2. Hak itu tetuju kepada orang lain yaitu yang menjadi pemegang kewajiban.
3. Hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan (commission) atau
4. Commission atau Ommission itu menyangkut sesuatu yang bisa disebut sebagai objek dari hak.
5. Setiap hak menurut hukum itu mempunyai tittle, yaitu suatu peristiwa tertentu untuk menjadi
kecakapan.
Penguasaan
Penguasaan pada hakikatnya bersifat faktual yaitu yang mementingkan kenyataan pada
suatu saat. Penguasaan bersifat sementara sampai nanti ada kepastian mengenai hubungan
dengan barang yang dikuasainya. Penguasaan adalah hubungan yang nyata antara seseorang
dengan barang yang ada dalam kekuasaan. Penguasaan diperoleh dengan 2 jalan yaitu cara-cara
Pemilikan mempunyai sosok hukum yang lebih jelas dan pasti. Ciri dan hak-hak dalam
2. Pemilik biasanya mempunyai hak untuk menggunakan dan menikmati barang yang dimlinya.
Tentang Orang
Konsep tentang orang dalam hukum memegang kedudukan sentral oleh karena itu semua
konsep yang lain pada akhirnya berpusat pada konsep mengenai orang ini.
2. Setiap orang kecuali yang tidak bisa membaca mendapatkan jalan masuk yang sama dalam
hukum
3. Pengetahuan orang tentang hukum senantiasa bisa dicocokkan kembali dengan yang telah
Pemisahan hukum perdata dan hukum publik menyebabkan adanya kebutuhan untuk
menciptakan pranata yang mengukuhkan pemisahan tersebut. Contoh hukum perdata : hukum
perkawinan, hukum kewarisan, hukum perjanjan, hukum dagang, hukum internasional perdata.
Contoh hukum publik : hukum pidana, hukum tata negara, hukum administrasi , hukum
Suatu karakteristik yang menonjol pada hukum internasional adalah tidak dijumpainya
Mekanisme yang digunakan oleh hukum untuk mengatur adalah dengan membuat dan
mengeluarkan peraturan hukum dan kemudian menerapkan sanksi terhadap para anggota
masyarakat berdasarkan peraturan yang telah dibuat itu. Mekanisme yang demikian itu
menyebabkan bahwa membuat hukum pertama-tama mengeluarkan peraturan yang berisi tentang
perbuatan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Peraturan demikian disebut substantif.
Lapangan-Lapangan Hukum
sendiri. Perkembangan tersebut akan memerlukan bantuan pengaturan hukum. Di bagan hukum-
hukum yang lain pemisahan-pemisahan dari nduknya terjadi akibat dari idenstas perkembangan
tersebut. Deferensiasi dan spesialisasi dalam berbagai bidang dan lapangan hukum.
Sumber yang melahirkan hukum bisa digolongkan dalam dua kategori besar yaitu yang
bersifat hukum dan berasifat sosial. Model dikotonomi dari Hart yaitu yang membagi masyarakat
dalam dua kelompok yaitu primer dan sekunder. Allen membagi masyarakat dalam 2 kelompok
yaitu yang bersifat atas-bawah dan bawah-atas. Kelompok atas-bawah menunjuk kekuasaan
yang berdaulat sebagai satu-satunya suber hukum. Kelompok lain menentang sebagai golongan
yang rasionalisme.
Hakikat Perundang-Undangan
Pembuatan hukum yang dilakukan secara sengaja oleh badan yang berwenang untuk itu
merupakan sumber yang bersifat hukum yang paling utama. Kegiatan dari badan tersebut disebut
sebagai kegiatan perundang-undangan yang menghasilkan substansi yang tidak diragukan lagi
b. Bersifat universal
Kelebihan perundang-undangan
Kelemahan perundang-undangan
a. Kekakuannya
mengandung resiko.
Sulit untuk ditolak bahwa perundang-undangan itu lebih menguntungkan pihak yang
Bahasa Perundang-Undangan
Bahasa yang dituliskan atau bahasa tertulis adalah perundang-undangan. Ciri-ciri bahasa
perundang-undangan adalah:
b. Tanpa perasaan
Kesadaran dalam hukum modern menyebabkan bahwa hukum modern itu menjadi begitu
instrumental sifatnya dengan asumsinya bahwa kehidupan sosial itu bisa di bentuk oleh kemauan
tertentu. Secara pelan-pelan keadaan berubah pembuatan hukum dalam artian yang
sesungguhnya mulai diambil alih oleh kekuasaan tertinggi dalam Negara dan sebaliknya peranan
Manakala jumlah peraturan telah menjadi banyak maka orangpun mulai mencari cara
bagaimana dapat menguasai badan perundang-undangan itu dengan baik. Tujuan umum dari
kodifikasi adalah untuk membuat kumpulan perundang-undangan sederhana dan dapat dikuasai
tersusun secara logis,serasi, dan pasti. Sifat yang melekat pada perundang-undangan atau hukum
tertulis adalah sifat otoritatif dari rumusan-rumusan peraturannya. Kewajiban pengadilan adalah
untuk menyingkap dan berdasarkan tindakannya pada maksud sesungguhnya yang dari badab
pembuat undang-undangnya. Filsafat yang terkandung dalam undang-undang adalah bahwa inti
dari undang-undang terletak didalam semangatnya. Pemakaian pepatah hukum yang lain dan
kasih jalan dengan yang barusan dibicarakan adalah maksim expressum facit cassare tacitum
yaitu bahwa kata-kata yang dicantumkan secara tegas mengakhiri pencarian mengenai maksud
dari suatu perundang-undangan. Undang-undang adalah pernyataan kehendak dari badan negara
a. Konstruksi hatus mampu meliput seluruh bidang yang positip yang bersangkutan.
Salah satu bentuk konstruksi adalah fiksi. Perbedaan anatara konstruksi dan fiksi adalah
bahwa pada yang pertama kita berusaha untuk menyederhanakan masalahnya dengan membuang
beberapa fakta. Fiksi sebalknya justru menambahkan fakta-fakta baru kepada kita sehingga
Hukum sebagai suatu sistem terbuka dikemukakan oleh paus sholten. Pertama konsep
tersebut reaks terhadap pendapat bahwa hukum itu merupakan sesuatu kesatuan yang tertutup
secara logis. Segi positif dari ajaran yang demikian itu terletak pada nilai kepastiannya yang
besar sekalipun lebih cenderung kepada ketegaran adapun segi negatifnya terletak pada sifatnya
yang statis. Alasan lain yang menjadi dasar dar kosep sholten adalah bahwa hukum itu
merupakan suatu kesatuan norma-norma maka hukum itu merupakan sistem yang terbuka.
Kebiasaan
norma-norma sosial termasuk didalamnya kebiasaan. Dari sejarah perkembangan hukum atau
perundang-undangan dapat dlihat bahwa masyarakat mendahului timbulnya negara. Oleh karena
itu keadaan yang ideal adalah manakala hukum negara yaitu tidak lain hukum perundang-
undangan demi menghormati isinya hendaknya untuk bagian terbesar dirumuskan sesuai dengan
Preseden
Preseden ini merupakan satu lembaga yang lebih dikenal dalam sistem hukum common
law system.
Di dalam masyarakat djumpai berbagai institusi yang masing-masing diperlukan oleh masyarakat
itu untuk memenuhi kebutuhan-kebetuhan tersebut. Institusi pada hakikatnya merupakan alat
1. Stabilitas
3. Sebagai kerangka sosial untuk kebutuhan manusia itu maka institusi menamplkan wujudnya
1. Ketertiban
2. Sistem sosial
3. Lembaga-lembaga sosial
4. Pengendalan sosial
Usaha sistem sosial untuk mempertahankan diri inilah yang disebut sebagai pengendalian sosial.
Norma-norma sosial itu sebetulnya merupakan suatu alat untuk mempertahankan dan membina
suatu dunia dan sistem nilai-nilai tertentu. Sumber daya yang dibutuhkan oleh sistem sosial tidak
hanya datang dari bidang budaya melainkan juga dari bidang-bidang yang lain dar masyarakat.
Dalam kedudukannya sebagai suatu institut yang melakukan pengintergrasian terhadap proses-
proses yang berlangsung dalam masyarakat hukum menerima asupan-asupan dari bidang
ekonomi, poltik, dan budaya untuk kemudian diolahnya menjadi keluaran-keluaran yang
dikembalikan dalam masyarakat. Jika institusi hukum benar-benar hendak berfungsi sebagai
sarana pengintegrasi masyarakat maka ia harus diterima oleh masyarakat untuk menjalakan
fungsinya itu. Hal ini berarti bahwa para anggota masyarakat harus mengakui bahwa institusi
itulah tempat dimana pengntegrasian dilakuakan dan oleh karenanya orang pun harus bersedia
Hukum membutuhkan kekuasaan, tetapi ia juga tidak dapat membiarkan kekuasaan itu untuk
menunggangi hukum. Sebaliknya, justru hukum bekerja dengan cara memberi patokan-patokan
tingkah laku dank arena itu hukum member pembatasan-pembatasan. Kekuasaan diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk memaksa kehendaknya kepada orang lain. Pada peringkat
masyarakat.
yaitu sebagai sarana untuk mengontrol dan membatasi keinginan seseorang terhadap suatu
kekuasaan. Hubungan antara hukum dengan kekuasaan yaitu sebagai sarana untuk mengontrol
Struktur pembagian yang tidak terbagi secara merata menyebabkan bahwa kekuasan tersebut
terhimpun pada sebagian kelompok orang-orang tertentu, sedangkan sebagian orang yang
lainnya tidak ataupun malah kurang merasakan kekuasan tersebut hal seperti ini menimbulkan
Dalam lapisan sosial dalam masyarakat terdapat masyarakat partisipan yang memiliki cirri khas
b. Nilai-nilai kooperatif
Dalam pelapisan sosial dalam masyarakat luas, digambarkan perbedaan mengenai Masyarakat
sederhana dengan Masyarakat dengan ruang lingkup lebih besar. Perbedaan ini dapat
Pelapisan sosial dalam kedua masyarakat ini memiliki karakteristik utama, berikut adalah
Dengan terjadinya pelapisan sosial, maka hukum pun susah untuk mempertahankan netralitas
atau kependudukannya yang tidak memihak. Pelapisan sosial ini merupakan kunci bagi
penjelasan mengapa hukum itu bersifat diskriminatif, baik pada peraturan-peraturannya sendiri,
Kultur hukum merupakan salah satu unsure dari system hukum yang membicarakan hal-hal
sebagaimana dikemukakan bahwa hukum itu tidak layak hanya dibicarakan dari segi struktur dan
substansinya saja, melainkan juga dari segi kulturnya (Friedman, 1997: 6-9). Struktur hukum
ketentuan-ketentuan formalnya.
Hubungan hukum dengan pendapat umum dapat dipacu kepada jawaban dari pertanyaan tentang
2. Kepatuhan tersebut diberikan atas dasar persetujuan yang diberikan oleh para anggota
Pembicaraan mengenai peranan pendapat umum pada akhirnya akan membawa pembicaraan
kepada soal-soal seperti kesadaran hukum, perasaan hukum, sikap hukum dan sebagainya.
Hukum dan tingkah laku orang dapat disebut dengan “factor-faktor yang menengahi” yang pada
hakikatnya menjadi penghubung antara apa yang di kehendaki oleh hukum dan yang dilakukan
dalam masyarakat tersebut. Sedangkan faktor yang menengahi atau dapat juga disebut sebagai
intervening variables terdiri dari : hukum, pengetahuan akan hukum, sikap hukum dan tingkah
laku hukum.
Pluralisme Hukum
Legal pluralisme adalah seperangkat kacamata yang berambisi merekonseptualisasikan relasi
hukum dan masyarakat. Legal pluralisme juga mencoba mengidentifikasi autentisitas fenomena
hukum yang beroperasi di tataran global. Dalam problem instrumentalis, legal pluralisme
pribumi, primordialisme radikal, anarkisme dan tindak kekerasan yang bernuansa rasial. Legal
pluralisme tidak bisa dilepaskan dari relasi kuasa antara setiap institusi hukum. Karakter plural
hukum dalam pandangannya terhadap legal pluralisme itu dapat dilihat dari hukum domestic
(domestic law), produksi hukum (production law), pertukaran hukum (exchange law), hukum
komunitas (community law), hukum teoritori atau hukum Negara (territorial and state law), dan
Legal pluralisme memungkinkan bagi hukum didefinisikan sesuai dengan realitas sosial di dalam
Konsep negara hukum memang tidak dapat dilepaskan dari konteks sejarah politik. Pada konsep
Negara hukum itu sendiri, pertarungan ide dalam ranah teoritis juga menghadapi banyak
persoalan yang tak kunjung usai. Setiap Negara memiliki dilemanya tersendiri. Hal ini dapat
terlihat dari ketegangan hubungan antara tubuh spiritual dan tubuh politik yang sama-sama
Puncak kebangkitan Negara hukum menurut catatan Tamanaha diawali oleh adanya peristiwa
Magna Charta. Dalam catatan Tamanaha ini menjelaskan bahwa hukumlah yang melakukan
tugasnya untuk mengerjakan pola kekuasaan yang memungkinkan bagi terjadinya lembaga yang
saling mengawasi. Tamanaha juga menekankan pada liberalisme sebagai sebuah prakondisi
terwujudnya Negara hukum, dengan kata lain Negara hukum hanya dapat dimungkinkan tumbuh
subur diatas tamansari liberalisme. Menurut Tamanaha ada empat tema kunci pokok dari
liberalisme dalam suatu Negara hukum, yaitu pertama individu adalah makhluk lepas bebas yang
di jamin oleh hukum yang di bangun secara demokratis. Kedua, individu adalah makhluk bebas
yang disediakan fasilitasnya oleh kantor pemerintah yang berbasis pada hukum. Ketiga, individu
adalah makhluk bebas sejauh pemerintah menjalankan fungsinya dan menghargai individu yang
memiliki realitas otonomi personal. Dengan kata lain, masyarakat memiliki hak sipil yang tidak
dapat diganggu gugat oleh Negara dan bahkan harus dijamin perlindungannya. Terakhir,
kebebasan hanya dimungkinkan jika kekuasaan terbagi dalam separasi politik, layaknya
Hukum merupakan suatu tema pembicaraan yang menyangkut hubungan antar manusia,
hubungan antar manusia merupakan pembahasan yang menjabarkan tentang keadilan. Dengan
demikian, setiap pembicaraan tentang hukum senantiasa diikuti dengan pembicaraan mengenai
keadilan. Hukum merupakan bagian dari perangkat kerja system sosial. Fungsi sistem sosial ini
Keadilan merupakan ukuran yang kita pakai dalam memberikan perlakuan terhadap objek
di luar diri kita. Wujud keadilan dapat berupa suatu suasana yang memberikan kesempatan bagi
kemerdekaan manusia untuk dapat berkembang secara seksama. Keadilan juga dapat dipahami
sebagai suatu keadaan jiwa atau sikap, hal ini menyangkut tentang suatu keadaan mentalitas
manusia itu sendiri. Dengan kata lain, keadilan bukanlah sesuatu yang bisa dikutak-katik melalui
Hukum yang positif yaitu yang dibuat dan dijalankan dalam suatu wilayah tertentu
senantiasa dihadapkan kepada tuntutan keadilan yang demikian itu dan menimbulkan kehidupan
hukum yang dinamis. Berbagai konsep menyatakan, bahwa kehidupan hukum tidak pernah final
atau selesai, melainkan selalu merupakan suatu perjuangan, pada hakikatnya merupakan
pencerminan dari adanya hukum Alam ini. Oleh sebab itu, karena ada hukum yang dianggap
ideal, konsep keadilan yang bersifat mutlak, maka kehidupan hukum yang sekarang didasarkan
pada hukum positif, dan senantiasa diuji oleh ideal-ideal tersebut. Philip Selznick menunjukan
2. Hukum alam menerima adanya pandangan final, suatu idea utama yang memimpin kita dalam
melakukan pengkajian
manusia yang mempunyai relevansi moral, seperti kebutuhan akan harga diri
4. Hukum alam mencari dan merangkum kebenaran-kebenaran abadi mengenai hakikat manusia
yang mempunyai relevansi moral, seperti pembagian dan penggunaan kekuatan sosial
5. Hukum alam mencari dan merangkum kebenaran-kebenaran abadi mengenai hakikat dan
Proses Hukum
Tiga kategori kualitas yang ada pada hukum, yaitu normative, sosiologis, dan filsafati.
Ketiga kategori tersebut dapat memberikan gambar yang lengkap mengenai hukum. Suatu model
tertentu penegakan hukum yang dapat disebut sebagai administrasi keadilan memang belum
begitu meluas di Indonesia, namun telah digunakan di Amerika Serikat seperti dalam “the
criminal justice system” . model penanganan masalah ini bertolak belakang dengan kelembagaan
yang diharapkan, bahwa ia akan memperkaya ilmu hukum yang ada di Indonesia.
Pembuatan Hukum
fungsinya, yaitu mengatur masyarakat atau kehidupan bersama. Pembuatan hukum merupakan
memisahkan keadaan tanpa hukum dengan keadaan yang diatur oleh hukum. Pembuatan hukum
Bahan hukum
Bahan pembuatan hukum dimulai sebagai gagasan atau ide yang kemudian di proses
lebih lanjut sehingga pada akhirnya benar-benar menjadi bahan yang siap diberi sanksi hukum.
Pada dasarnya kita dapat membagi proses dalam pembuatan hukum ini ke dalam dua golongan
Dalam tahap sosio-politis maka gagasan awal tadi diolah oleh masyarakat sendiri,
dibicarakan, dikritik, dipertahankan melalui pertukaran antar pendapat antar berbagai golongan
dan kekuatan masyarakat masing-masing. Dalam proses pembuatan hukum, terdapat tahap-tahap
c. Tahap yuridis (penyusunan bahan ke dalam rumusan hukum dan kemudian diundangkan)
Penciptaan atau pengadaan struktur dapat menyangkut penyusunan suatu organisasi yang
hukum tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari suatu penataan ketatanegaraan
yang lebih luas. Dalam rangka penataan ketatanegaraan yang didasarkan pada filsafat pemisahan
Secara Teoritis
Menurut model rasionalistik, hukum terutama hukum pidana, dibuat sebagai alat rasional
untuk melindungi anggota-anggota masyarakat dari kerugian sosial (social harm). Dalam
pandangan ini, kejahatan (crimes) dipandang sebagai cacat sosial. Ini adalah teori pembuatan
hukum yang paling banyak diterima (Goode 1978: 143). Salah satu kesulitan dalam pandangan
ini adalah pembuat hukum yang mendefinisikan aktivitas-aktivitas apa yang mungkin merugikan
bagi kesejahteraan masyarakat. Penilaian terhadap nilai (value judgement), preferensi, dan
Pandangan fungsional dari pembuatan hukum, seperti dirumuskan oleh Paul Bohannan
(1973), terutama membahas bagaimana hukum dibangun. Bohannan berargumen bahwa hukum
adalah jenis khusus dari “adat yang dilembagakan kembali“. Adat adalah norma atau aturan
tentang cara bagaimana orang harus berperilaku jika lembaga sosial akan melaksanakan
fungsinya dan masyarakat akan berlangsung. Pembuatan hukum adalah pernyataan kembali dari
beberapa adat.
Dalam pandangan konflik, seperti telah saya diskusikan dalam bab sebelumnya, mengutip
lingkup struktural (structural cleavage) dari suatu masyarakat atau organisasi sebagai penentu
dasar dari hukum. Khususnya, asal dari hukum dilacak dari timbulnya sebuah kelas elit. Elit-
elit, dapat disimpulkan, menggunakan mekanisme kontrol sosial seperti hukum untuk
menonjolkan posisi mereka sendiri di dalam masyarakat. Dalam hal adanya konflik terhadap
sebuah norma, para pakar teori konflik akan berargumen bahwa kelompok kepentingan yang
dekat dengan interest dari kelompok elit kemungkinan besar akan memenangkan konflik
tersebut. Untuk mendefinisikan siapa elit dan kelompok kuat dari masyarakat, para pakar teori
dengan kehadiran dari individu atau kelompok yang sedang berusaha (berdagang). Aktivitas
mereka disebut pengusaha moral (moral enterprise), karena mereka mengusahakan pembuatan
fragmen baru dari konstitusi moral dalam masyarakat, yaitu aturan (code) tentang benar dan
salah (Becker, 1963: 146). Peranan pengusaha moral dalam pembuatan hukum secara jelas
digambarkan oleh telaahan Howard S. Becker (1963: 121-146) tentang pengembangan hukum
pidana yang dirancang untuk menekan penggunaan marijuana. Dia mencatat bahwa Undang-
Undang Pajak Marijuana 1937 telah berdasarkan undang-undang hukum pidana lama seperti
Undang-Undang Volstead (tentang alkohol) dan Undang-Undang Harrison (tentang opium dan
derivatifnya). Biro Narkotik dari Departemen Keuangan dulunya tidak memandang perlu adanya
hukum tentang marijuana pada tahun-tahun awalnya. Malah sebaliknya berargumen, bahwa
regulasi tentang opium dan derivatifnya dulunya bermasalah. Namun sebelum tahun 1937, Biro
Narkotika mendefinisikan kembali penggunaan marijuana sebagai masalah serius. Sebagai
akibatnya, lembaga ini bertindak sebagai pengusaha moral dengan cara mendefinisikan kembali
penggunaan marijuana sebagai bahaya sosial. Sebagai contoh, Biro Narkotik memberikan
informasi kepada media massa tentang bahaya marijuana, termasuk “cerita-cerita kekerasan“
yang secara detail menggambarkan bahaya dari merokok marijuana. Akhirnya pada tahun 1937
Undang-Undang Pajak Marijuana (Marijuana Tax Act) diundangkan, jelasnya sebagai tindakan
pajak namun dengan maksud dasar untuk mencegah orang untuk merokok marijuana.
Penegakan Hukum
Tahap pembuatan hukum masih harus disusul oleh pelaksanaannya secara konkrit dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal ini yang disebut dengan penegakan hukum. Dalam
struktur kenegaraan modern, maka tugas penegakan hukum itu dijalankan oleh komponen
eksekutid dan dilaksanakan oleh birokrasi dari eksekutif tersebut, sehingga sering disebut juga
birokrasi penegak hukum. Eksekutif dengan birokrasinya merupakan bagian dari mata rantai
untuk mewujudkan rencana yang tercantum pada peraturan hukum yang menangani bidang-
bidang tersebut.
Peradilan
Sesudah dibentuknya suatu hukum, barulah kita dapat membicarakan mengenai adanya
dan berjalannya peradilan. Perbedaannya adalah apabila komponen eksekutif tersebut diatas
menjalankan penegakan hukum itu dengan aktif, maka peradilan bisa disebut dengan pasif,
karena harus menungggu datangnya pihak-pihak yang membutuhkan jasa peradilan. Peradilan
menunjuk kepada proses mengadili, sedangkan pengadilan merupakan salah satu lembaga dalam
proses tersebut.
Administrasi Keadilan
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan hukum yang menggunakan doktrin normative,
terutama memikirkan tentang pembuatan aturan yang menyuruh atau melarang untuk
yang terlibat dalam proses mengadili tersebut. Administrasi keadilan memiliki pengertian bahwa
penerapan keadilan dalam masyarakat itu membutuhkan pengelola, tidak dapat hanya diserahkan
Fungsi Hukum
a. antara sistem hukum ini dengan lingkungannya terdapat hubungan yang erat yaitu, hubungan
tersebut.
c. Pengertian “Lingkungan” disini di pakai baik dalam arti proses-proses sosial maupun psikis,
bersifat psikis
Salah satu masalah penting yang di hadapi oleh setiap sistem adalah bagaimana bisa
perubahan tersebut
b. Sistem Hidup Terus : jika sanggup mengatasi tantangan dan mampu beradaptasi dengan baik
terhadap perubahan
Dalil yang selalu di kemukakan adalah, bahwa masyarakat itu senantiasa berubah, tidak ada yang
statis
a. perubahan yang lambat yang inkremental, bertambah sedikit demi sedikit dan
a. Mengubah peraturan
b. Menambah peraturan
Metoda penafsiran dan konstruksi juga termasuk pada perlengkapan untuk melakukan adaptasi
Contoh : ketika terjadi reformasi, maka secara besar-besaran terjadi perubahan besar-besaran
mulai dari UUD, peraturan perundang-undangan lainnya serta sistem politik dan sebagainya
b. Perubahan hukum merupakan masalah penting, antara lain disebabkan karena hukum itu
pada dewasa ini umumnya memakai bentuk tertulis. Dengan pemakaian bentuk ini memang
kepastian lebih terjamin, namun ongkos yang harus di bayarnya pun cukup mahal juga, yaitu
berupa kesulitan untuk melakukan adaptasi yang cukup cepat terhadap perubahan di
Salah satu perkembangan dalam masyarakat yang menuntut suatu adaptasi khusus dari pihak
a. Adaptasi hukum terhadap tekhnologi modern juga bisa di rumuskan ke dalam bentuk
prosedur kerjanya.” Dengan demikian kita juga bisa, mengamati, apakah misalnya badan-
Ketinggalan dalam usaha tersebut sedikit banyak juga dapat digolongkan kedalam
modern ini termasuk, misalnya, tes pligraf, penggunaan eavessdropping dalam pembuatan
dibidang hukum. Berikut ini diambilkan dua contoh, masing-masing mengenai cryonic
suspension dan hemondialyis (Symposium, Reflections on the new biology, 1968). Cryonic
suspensio atau anabiosis dengan temperatur yang rendah, menunjukan epada pengawetan
tubuh manusia, yang “hidup” maupun yang “mati” melalui pembekuan atau supercoolin.
Masyarakat selalu berubah dan perubahan mengalir dengan derasnya. Perubahan-perubahan itu
sebagai tantangan bagi hukum dan oleh karenanya harus dijawab. Dengan memberikan jawaban
itu, hukum melakukan adaptasi. Hukum dan sistem hukum yang tidak mampu untuk melakukan
e. dsb
a. Friedrich Karl von Savigny mengatakan bahwa hukum itu merupakan salah ekspresi dari
kemudian dari keputusan hakim dan diciptakan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam yang
“ hukum buatan manusia yang sering hanya berupa instrumen untuk menundukan dan
mengekploitasi suatu golongan oleh golongan lain. Tujuannya adalah sepenuhnya utilitarian
: keselamatan hidup manusia, keamanan harta benda dan pemilikan, keamanan dan
ketertiban, kebahagiaan dan kesejahteraan atau dari masyarakat keseluruhannya, atau dari
golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Norma-norma nya bersifat relatif, bisa di rubah
dan bergantung pada keadaan. Dalam sistem hukum yang demikian itu tidak ada yang di
Penggunaan Hukum secara sadar untuk mengubah masyarakat itu disebut sebagai sosial
engineering by law. Langkah yang di ambil sosial engineering by law bersifat sistematis.
c. Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk bisa dilaksanakan.
a. Hukum bisa dipakai sebagai instrumen yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan
dibiarkan berjalan menurut hukum-hukum kemasyarakatan, maka hukum tidak akan digunakan
sebagai instrumen perubahan yang demikian itu. Jika konsepnya justru merupakan kebalikan dari
yang disebut di atas, maka peranan hukum menjadi penting untuk membangun masyarakat.
Hukum modern
c. Hukum merupakan instrumen yang di pakai secara sadar untuk mewujudkan keputusan-
Giantfaranco Poggi membagi proses pembentukan negara modern ke dalam tahap-tahap sebagai
berikut:
Feodalisme
a. Standestaat
b. Absolutisme
Feodalisme
a. Masyarakat feodal = komunitas yang bersendikan hubungan khusus antara yang dipertuan
dengan abdinya
b. Disebabkan oleh terjadinya kekosongan dalam struktur kekuasaan di eropa Barat dan yang
Volkerwanderungen.
c. Timbulnya Feodalisme dalam konteks tatanan masyarakat yang ada pada waktu itu di
Standestaat
a. Stand (jamaknya adalah “stande”) yang dalam bahasa Inggrisnya di sebut estate,
merupakan satu unit dalam perlapisan sosial yaitu sebagai suatu golongan penduduk yang
mempunyai status sama. Golongan ini terdiri dari : bangsawan, agamawan dan penduduk
biasa.
b. Standestaat = merangkum golongan-golongan tersebut dalam satu kesatuan yang baru
Absolutisme
a. Di dalam perkembangan selanjutnya terjadilah suatu proses menarik yaitu menjadi semakin
b. Karena berbagai sebab, medan kehidupan politik tidak lagi berlangsung di dalam masing-
masing standestaat, melainkan antara negara dengan negara. Dalam keadaan ini negara-
c. Sebagai proses, maka dalam suatu negara diperlukan struktur yang lebih tunggal,
d. Dengan ini dimasukilah sudah tahap absolut dalam perkembangan kehidupan hukum dan
kenegaraan di Eropa
a. Munculnya “masyarakat sipil” berhubungan erat dengan munculnya borjuasi Eropa dalam
b. Kelas ini terdiri dari para usahawan kapitalis yang mengalami kemajuan-kemajuan pada
masa itu dan karenanya menginginkan identitasnya sendiri sebagai suatu kelas
c. Kelas borjuis menghendaki adanya kompetisi dengan anggotnya, tetapi tidak menghendaki
kekuasaan. Di lain pihak menghendaki aturan yang bisa menjamin berjalannya sistem pasar
yang otonom dan ada badan yang menyelenggarakan hukum di atas semua kelas
Negara Konstitusional
a. Suatu karakteristik yang menonjol dari kehidupan konstitusional : terdapatnya suatu sistem
peraturan hukum yang menjadi kerangka bagi seluruh kegiatan dalam suatu negara, baik itu
b. Yang diterima sebagai hukum adalah sesuatu yang bersifat sangat abstrak dan formal,
sesuatu yang mengatasi hukum-hukum yang diajukan oleh masing-masing pihak yang
Menurut Weber, maka kecenderungan umum dalam perkembangan hukum modern adalah
untuk menjadi makin rasional . secara teoritis perkembangan itu melaui tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Penciptaan dan penemuan hukum secara empiris oleh para “legal honoratiores” yaitu
secara profesional oleh orang-orang yang mendapatkan pendidikan hukum dengan cara-
Perkembangan itu hendaknya dikaitkan dengan tiga tipe dasar dari kehidupan yang sah, yaitu:
a. Kharismatis
b. Tradisional
c. Rasional
Hukum Di Negara-Negara Berkembang
a. Penelitian Myrdal setidaknya dengan demikian ia katakan, salah satu aspek yang menarik
di kutip disini analisisnya mengenai faktor yang berdiri di belakang kelembekan suatu
menciptakan suatu tantanan politik yang mantap, sesudah mereka ini menjadi negara yang
merdeka.
c. Keadaan khusus yang di hadapi oleh Negara-negara berkembang ini bahkan telah
mendorong orang untuk berpikir tentang kehadiran suatu ilmu hukum yang khusus
Gambaran tentang hal-hal yang di poersoalkan dalam ilmu hukum untuk negara-negara
berkembang tersebut:
a. Perspektif dunia ketiga ilmu hukum : kebutuhan akan suatu pendekatan baru
Hermeneutika Hukum
Hakikat memahami sesuatu adalah yang disebut filsafat hermeneutik. Hermeneutika atau metode
memahami atau metode interpretasi dilakukan terhadap teks secara holistik dalam bingkai
adalah sebuah eksamplar Hermeneutik, yang diaplikasikan pada aspek kehidupan bermasyarakat.
Sebab, dalam menerapkan Ilmu Hukum ketika menghadapi kasus hukum, maka kegiatan
interpretasi tidak hanya dilakukan terhadap teks yuridis, tetapi juga terhadap kenyataan yang
menyebabkan munculnya masalah hukum itu sendiri. Dalam melakukan interpretasi tentu saja
antara penafsir dan teks yang hendak ditafsirkan terdapat perbedaan waktu bertahun-tahun
bahkan puluhan atau ratusan tahun. Oleh karena itu, ketika melakukan interpretasi acapkali
muncul dua sudut pandang yang berbeda antara teks yang hendak ditafsirkan dengan pandangan
penafsir sendiri. Kedua pandangan itu kemudian diramu dengan berbagai aspek yang dipedomani
oleh penafsir, yaitu keadilan, kepastian hukum, prediktabilitas, dan kemanfaatan. Titik tolak
hermeneutika adalah kehidupan manusiawi dan produk budayanya, termasuk teks-teks hukum
hermeneutika dan kemudian membentuk kembali kesatuan hermeneutika secara utuh, di mana
ahli hukum dan teologi bertemu dengan para ahli humaniora. Tujuan hermeneutika hukum itu
adalah untuk menempatkan perdebatan kontemporer tentang penafsiran atau interpretasi hukum
di dalam kerangka hermeneutika pada umumnya. Dalam hubungan dengan penafsiran atau
pengadilan harus berupaya menemukan tujuan atau maksud dari pembuat undang-undang (the
framers’ intent). Penafsiran demikian sejalan dengan pandangan bahwa proses pembentukan
(political bargain).
Konsep Hukum
Konsep hukum ialah pengetahuan yang berbasis empiris dengan tujuan untuk memberikan
informasi tentang sesuatu hal. Konsep-konsep hukum menjadi ukuran untuk menilai atau
menghakimi dunia kenyataan, khususnya perbuatan manusia. Konsep hukum harus bisa
dikembalikan kepada empiris sebagai bentuk pengujian terhadap kebenaran konsep hukum yang
telah dibuat. Jadi, konsep hukum dituntut memiliki basis empiris dan mengandung arti, maka
Metode penerapan hukum menggunakan pola berfikir deduksi. Cara ini mendeteksi
kejadian-kejadian nyata kedalam peraturan yang umum untuk kemudian dinilai apakah
penempatan kejadian tersebut kedalam jangkauan peraturan hukum bisa diterima atau tidak.
Jawaban tersebut menentukan dapat tidaknya suatu peraturan hukum diterapkan terhadap suatu
kejadian tertentu.
akademik. Dalam konteks ini melibatkan tenaga ahli dalam bidangnya, baik bidang hukum
maupun bidang ilmu pengetahuan yang relevan. Pada proses selanjutnya, pengambilan keputusan
dilakukan melalui proses politik. Disinilah pemecahan problem politik dan yang demikian itu
tidak menyediakan dirinya untuk diuji atas dasar fakta obyektif, tetapi hanya atas dasar
Dalam memahami tingkah laku dapat digunakan disiplin ilmu psikologi prilaku atau
fakta yang berulang kembali akan merangsang suatu respon yang sama.
Para hakim memiliki perbedaan-perbedaan sikap antara hakim satu dengan yang lain dalam
menilai kasus yang sama. Penyebab perbedaan sikap bertolak dari keyakinan yang dipercayai
sebagai pengalalaman hidupnya. Keputusan hakim merupakan fungsi yang langsung dari sikap-
Yurimetri itu sesungguhnya merupakan cabang ilmu khusus, yaitu informatika, tetapi
komputerisasi bahan-bahan hukum dan penerapan metode kuantitatif dalam penelitian hukum
Filsafat Hukum
Filsafat hukum merupakan salah satu cabang dalam filsafat. Dalam kamus besar bahasa
indonesia disebutkan bahwa filsafat memiliki beberapa pengertian, antara lain dapat disebut
sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai segala yang ada, baik itu
sebab dan asal serta hukumnya. Selain itu filsafat juga dapat memiliki pengertian sebagai teori
yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan atau juga berarti ilmu yang berintikan logika,
metafisika, estetika dan epistemologi. Filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli. Filsafat juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran dimana didalamnya berisi ilmu metafisika, estetika, etika,retorika, logika ,
ekonomi dan politik. Selanjutnya terdapat beberapa pengertian filsafat hukum yang diberikan
oleh para ahli antara lain “Cabang filsafat yang mempelajari hukum yang
benar”(menurut Gustaff Radbruch), “Pembahasan secara filosofis tentang hukum”(menurut
Langmeyer), “Penelitian mendasar dan pengertian hukum secara abstrak” (menurut Anthoni
D’Amato).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum merupakan cabang dari filsafat
estetika atau tingkah laku. Filsafat hukum mempelajari hakikat hukum, dimana hukum dijadikan
sebagai obyek kajian yang dibahas secara mendalam sampai pada hakikat hukum itu sendiri atau
Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa
tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping
menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahas
soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan
1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’,yang berasal dari bahasa
Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ cinta, suka (loving), dan ‘sophia’ pengetahuan,
kepadakebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang
cinta kepada pengetahuan disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”. Pecinta
pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuanhidupnya, atau perkataan
2. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ‘alam pikiran’ atau ‘alam
berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa
“setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan
tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah
filsuf.
Supaya hukum yang dibangun dan dibentuk memiliki landasan yang kokoh untuk jangka
panjang dan tidak akan dipertentangkan dengan pemahaman filsafat barat dan timur,
pengetahuan tentang filsafat hukum barat yang masih mendominasi pengetahuan filsafat hukum
Indonesia seharusnya diselaraskan dengan filsafat Pancasila sebagai Dasar Negara RI.
Kajian tentang filsafat hukum merupakan studi yang sifatnya mendasar dan komprehensif
dalam ilmu hukum. Hal ini karena filsafat hukum merupakan landasan bagi hukum positif yang
berlaku di suatu negara, demikian halnya dalam pengaturan HAM. Landasan filsafat negara
sangat menentukan bagaimana pola pengaturan HAM di negara yang bersangkutan, apakah
negara itu berpaham liberalis, sosialis maupun Pancasialis. Pancasila sebagai philosophische
gronslag bangsa Indonesia merupakan dasar dari filsafat hukum Pancasila yang selanjutnya
menjadi dasar dari hukum dan praktek hukum di Indonesia. perenungan dan perumusan nilai-
nilai filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya penyerasian antara
ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan, dan antara kelanggengan
1979:11).
Pada dasarnya kita dapat merumuskan beberapa hal dari pembahasan-pembahasan yang
dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu
pengetahuan biasa.
2) Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami
secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu:
a. hakikat Tuhan,
c. hakikat manusia,
Dapat juga dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa
hakekat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada
hukum juga membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika)
dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum. Kajian tentang filsafat hukum
merupakan studi yang sifatnya mendasar dan komprehensif dalam ilmu hukum. Hal ini karena
filsafat hukum merupakan landasan bagi hukum positif yang berlaku di suatu negara, demikian
Dapat kita tinjau bahwasannya yang menjadi perbedaan besar dari filsafat hukum Pancasila
adalah bahwa filsafat hukum barat memiliki karakteristik kepastian hukum melalui keunggulan
proses litigasi untuk mencapai keadilan. Sekalipun diakui telah ada perubahan ke arah
nonlitigasi, dapat dikatakan instrumen hukum itu merupakan alternatif saja, bukan merupakan
sarana hukum utama untuk penyelesaian sengketa dalam mencapai tujuan, bukan hanya
filsafat hukum barat adalah ada pihak yang memenangkan kontes di muka pengadilan di satu
sisi, dan di sisi lain ada pihak yang kalah dan terkena imbas serta penderitaan. Dampak negatif
dari karakter berlitigasi model barat adalah semakin sulit dan terbebaninya kaum miskin untuk
turut berkontes di muka pengadilan sekalipun telah tersedia bantuan hukum (legal aid) baginya.
Tak lepas dari fungsi filsafat itu sendiri yaitu menumbuhkan kekreatifan, menetapkan nilai,
menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya
mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia
keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan, tanpa mengindahkan norma atau nilai-
Dalam melakukan studi hukum mencakup bidang sosiologi hukum, atropologi hukum,
perbandingan hukum, sejarah hukum, politik hukum, psikologi hukum dan filsafat hukum.
Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum adalah bidang kajian hukum dalam propesktif sosiologis. Produk-produk
hukum tidak bisa lepas dari kebutuhan masyarakat dengan tujuan hukum bisa berjalan dengan
efektif. Sosiologi hukum senantiasa menguji kesaksian empiris dari suatu peraturan atau
pernyataan hukum.
Antropologi Hukum
Antropologi hukum mempunyai peran dalam memahami manusia dan kebudayaannya serta
sejarah penyebaran kebudayaannya dalam rangka berlakunya hukum secara efektif. Keberadaan
hukum tidak bisa lepas dari kondisi masyarakat secara antropologis. Antropologi adalah
pemahaman ilmiah tingkah laku sosial dan kultural manusia serta pemahaman secara sistematik
terhadap distribusi manifestasi-manifestasinya dalam kurung waktu dan ruang. Ilmu ini hendak
mengekspresikan kehidupan manusia secara totalitas, sehingga segala segi kehidupan yang
dibicarakan menjadi suatu jaringan yang saling kait mengkait yang sangat besar.
Perbandingan Hukum
Perbandingan hukum mencoba melakukan perbandingan sistem hukum dari rakyat satu
dengan sistem hukum rakyat lain. Studi perbandingan hukum memcakup fungsi-fungsi
pembuatan hukum, pengadilan, dan pelaksanaan hukum, dalam konteks sosial yang berbeda-
beda. Perbandingan hukum positif dari bangsa satu dengan bangsa yang lain juga menjadi bagian
dari studi perbandingan hukum. Dalam kenyataan orang akan mengatakan bahwa studi
perbandingan hukum adalah studi tentang hukum asing karena dilakukan dengan cara
Sejarah Hukum
umum. Kekeliruan-kekeliruan yang telah terjadi di masa yang lalu dapat dicegah untuk tidak
terulang kembali. Hukum yang sekarang mengalir dari yang sebelumnya, yaitu hukum pada
masa-masa yang lampau. Menggali dan memahami secara sistematis proses-proses terbentuknya
hukum, faktor-faktor yang menyebabkan dan sebagainya, menambah pengetahuan yang berharga
Politik Hukum
Politik hukum merupakan bagian terpenting dalam memahami hukum, karena hukum
adalah produk politik. Apa yang menjadi keingainan penguasa akan menentukan corak hukum.
penguasa. Politik adalah aktifitas memilih tujuan sosial tertentu. Dalam hukum kita juga akan
berhadapan dengan persoalan yang serupa yaitu dengan keharusan untuk menentukan suatu
pilihan mengenai tujuan maupun cara-cara yang hendak di pakai untuk mencapai tujuan tersebut.
Psikologi Hukum
Psikologi hukum banyak dipakai terutama dalam bidang pidana. Penerapan hukum pidana
diharapkan dapat mencegah kejahatan. Kondisi ini menunjukan bahwa manusia dengan
memahami peraturan hukum pidana timbul rasa takut untuk melakukan tindak kejahatan lagi.
Sementara segala perilaku manusia tidak bisa lepas dari kondisi kejiwaan seseorang. Apa yang
menjadi motivasi terhadap perbuatan manusia menjadi obyek dalam menentukan peristiwa
hukum.