Penulis
Muhkamad Wakid
Yosep Efendi
Tafakur
1
1. Sistem Kemudi Kendaraan
a. Prinsip dan Konstruksi Sistem Kemudi
1) Sistem Kemudi Manual
Sistem kemudi merupakan suatu mekanisme pada kendaraan yang
berfungsi untuk mengatur arah kelajuan kendaraan. Pada perkembangannya
pengaturan arah kelajuan kendaraan tidak hanya dengan mengatur/
membelokkan roda depan saja, namun juga melibatkan roda belakang untuk
membantu belok.
Sistem kemudi terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu steering column,
steering gear dan steering linkage. Steering column terdiri dari steering main
shaft dan column tube. Steering column terpasang pada bodi melalui
brakeaway bracket, sehingga saat terjadi benturan steering column dapat
terlepas dengan mudah. Untuk mengurangi pemindahan kejutan jalan, pada
steering main shaft dipasangkan universal joint.
2
Gambar 2. Tilt Steering “lower fulcrum” dan “upper fulcrum”
Steering gear berfungsi untuk merubah arah sumbu gerak atau sumbu
putar dan atau merubah bentuk gerak serta meningkatkan momen dengan
reduksi giginya sehingga kemudi menjadi lebih ringan. Pada dasarnya ada
dua jenis steering gear, yaitu worm and sector dan rack and pinion. Jenis
worm and sector ada beberapa model antara lain: worm and sector, worm and
sector roller, worm and pin, worm and nut dan recirculating ball.
Tipe steering gear yang banyak dipakai pada era sekarang adalah tipe
rack & pinion dan recirculating ball. Pemakaian tipe rack & pinion dikarenakan
konstruksinya yang sedarhana dan ringan serta memungkinkan untuk
konstruksi kendaraan yang rendah. Sedangkan pemakaian recirculating ball
dikarenakan menginginkan keuntungan momen yang besar sehingga
pengemudian relatif lebih ringan. Selain itu penggunaan recirculating ball juga
karena lebih tahan beban yang berat dan lebih tahan keausan serta sifat
peredaman getarannya lebih baik.
3
Gambar 4. Rack and pinion steering gear
2) Power Steering
4
Power steering adalah sebuah sistem hidrolik (servo hidrolik) yang
berfungsi untuk memperingan tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkan
kemudi terutama pada kecepatan rendah dan menyesuaikannya pada
kecepatan menengah serta tinggi. Pada kecepatan rendah gaya gesek ban
dengan jalan cukup tinggi, apalagi untuk tipe ban tekanan rendah dengan
telapak ban yang lebar.
Power steering ada dua tipe, yaitu tipe integral dan tipe rack and pinion.
Tipe integral kebanyakan untuk steering gear tipe recirculating ball.
Dinamakan integral karena power piston dan gear haousing jadi satu
kesatuan, sedangkan pada rack and pinion, power cylinder dan gear housing
terpisah.
5
Perkembangan dewasa ini muncul electronic power steering (EPS) atau
juga dikenal istilah drive controled by wire. EPS adalah power steering yang
tidak lagi menggunakan hidrolik, namun dengan menggunakan motor listrik
yang bekerjanya dikendalikan oleh suatu unit kontrol elektronik/ komputer
yang biasanya disebut electronic control unit (ECU). Pemasangan atau
peletakan motor listrik pada sistem kemudi terdapat beberapa model, antara
lain motor listrik dipasang pada steering column, pinion dan atau pada rack.
6
Gambar 10. Power steering pump
Kerja pengaturan jumlah aliran fuida/ minyak oleh flow control valve
dan control spool adalah sebagai berikut :
7
Pada putaran rendah (650 s.d. 1250 rpm), tekanan yang dihasilkan
oleh pompa akan dialirkan ke dua saluran yaitu x (saluran ke flow control
valve) dan y (saluran ke control spool). Aliran yang melewati saluran x
sebagian kembali ke pompa dan sebagian lagi keluar (P1). Aliran P1
diteruskan melewati orifice 1 & 2 dan terbagi menjadi dua yaitu output
pompa dan dialirkan ke sebelah kiri flow control valve menjadi tekanan P2.
Perbedaan tekan P1 dan P2 tergantung putaran mesin. Saat putaran mesin
naik maka terjadi kenaikan perbedaan antara P1 dan P2.
Apabila tekanan P1 melebihi kekuatan pegas ”A”, maka flow control
valve akan bergerak kek kiri, sehingga membuka saluran pengeluaran ke
sisi pengisapan pompa sehingga jumlah aliran pengeluaran tidak naik.
Pada kondisi ini jumlah aliran minyak dikontrol pada ± 6.6 ltr/ min.
8
Jika putaran mencapai lebih dari 2500 rpm, control spool valve akan
optimum terdorong ke kanan sehingga menutup orifice 2 dengan
sempurna. Pada kondisi ini out-put pompa dan P2 hanya melalui orifce 1,
sehingga jumlah alirannya menjadi kecil, yaitu 3.3 ltr/ min.
Di dalam flow control valve terdapat relief valve yang berfungsi untuk
mengatur tekanan kerja. Jika tekanan kerja mencapai 80kg/ cm 2, pegas
relief valve akan terdorong sehingga relief valve terbuka dan P2 turun.
b) Control Valve
Pengatur arah aliran fluida bertekanan ke power cylinder adalah
control valve. Poros control valve dipasang pada steering shaft. Jika
steering shaft pada posisi normal, control valve juga pada posisi normal
sehingga fluida langsung kembali ke recervoir.
Jika steering shaft berputar maka control valve berputar dan mengatur
arah aliran fluida dari pompa ke power cylinder sisi belok dan mengatur
arah fluida pada power cylinder sisi satunya berhubungan dengan
recervoir. Begitu proses puntiran saat belok selesai maka kerja control
valve juga selesai. Dengan kata lain, kerjanya control valve hanya sesaat
saja.
9
Gambar 16. Katup kontrol model Spool, Rotary dan Flaper
Control valve yang umum dijumpai ada 3 (tiga) jenis yaitu : spool valve,
rotary valve dan flapper valve. Semua jenis control valve bekerja
berdasarkan puntiran belok yang terjadi. Pemantauan puntiran belok
dilakukan oleh batang besi yang dinamakan torsion bar. Control valve
kerjanya tergantung dari besarnya puntiran torsion bar. Pada saat tidak ada
tekanan fluida, jika torsion bar berputar sampai derajat tertentu maka akan
menyentuh valve shaft stopper dan akan langsung memutar pinion shaft
dan menggerakkan rack, sehingga jika sistem power steering gagal
bekerja, kemudi secara manual masih bekerja dengan sempurna.
10
Cara kerja Power Steering yang akan dijelaskan dalam modul ini
adalah power steering dengan control valve tipe rotary, karena merupakan
tipe yang banyak digunakan pada kendaraan di Indonesia. Pengaturan
aliran minyak diatur oleh pergerakan control valve shaft dan rotary valve.
Apabila posisi lurus, orifice x dan orifice y maupun orifice x’ dan orifice y’
pada bukaan yang sama sehingga tekanan pada sisi power cylinder sama,
minyak mengalir kembali ke recervoir.
11
Gambar 19. Aliran fluida posisi belok kanan pada katup rotary
Pengaturan aliran minyak pada posisi belok kiri, tekanan dibatasi oleh
orifice x’ dan orifice y’ sehingga minyak dari pompa melalui orifice y masuk
ke power silinder sisi kiri dan membantu mendorong piston bergerak ke
kanan. Sedangkan minyak dari power cylinder sisi kanan masuk ke
recervoir melalui orifice x.
Gambar 20. Aliran fluida posisi belok kiri pada katup rotary
12
Gambar 21. Rotary Valve
3) Wheel Alignment
Roda-roda kendaraan dipasang dengan besar sudut tertentu sesuai
dengan persyaratan tertentu untuk menjaga agar pengemudian ringan,
nyaman dan stabil serta keausan ban normal. Sudut-sudut pemasangan roda
tersebut dinamakan wheel alignment. Kebanyakan kendaraan yang ada di
indonesia wheel alignment utamanya adalah untuk roda depan (FWA),
walaupun wheel aligment untuk roda belakang (RWA) juga sudah ada. Yang
termasuk dalam fakor-faktor wheel aligment ada 5 (lima) yaitu: camber,
caster, king-pin inclination/ steering axis inclination, toe angle dan turninng
radius/ turning angle.
o Camber
Camber adalah kemiringan roda terhadap garis vertikal jika dilihat dari
depan atau belakang kendaraan. Jika roda miring ke arah luar kendaraan
maka nilainya + (positif) dan jika roda miring ke arah dalam kendaraan maka
nilainya – (negatif). Manfaat sudut camber positif yaitu memperkecil
kemungkinan axle bengkok, mencegah roda slip, kemudi jadi ringan.
13
o Caster
Caster adalah kemiringan steering axis inklination/ king pin jika dilihat dari
arah samping. Caster berperan untuk kelurusan dan kestabilan kemudi serta
untuk mendapatkan pengembalian ke posisi lurus setelah belok.
o Toe Angle
Toe angle adalah perbedaan jarak antara roda depan bagian depan
dengan roda depan bagian belakang. Jika roda depan bagian depan lebih
pendek dibanding roda depan bagian belakang maka dinamakan toe-in,
namun jika roda depan bagian depan lebih panjang dibanding roda depan
bagian belakang maka dinamakan toe-out. Fungsi utama toe adalah untuk
mengimbangi gaya akibat adanya sudut camber (camber thrust)
14
Gambar 25. Toe
o Turning Angle
Sudut belok (turning angle) adalah sudut masing-masing roda saat
kemudi diputar maksimum. Sudut belok roda dalam lebih besar dibandingkan
sudut belok roda luar. Fungsi utama turning angle adalah mencegah
terjadinya side slip, memperkecil keausan ban dan menjaga kestabilan
pengemudian.
Jika penyetelan toe-in berlebihan maka akan terjadi keausan ban seperti
gambar di atas, yaitu jika telapak ban diraba dari sisi dalam keluar terasa
kasar tetapi jika diraba dari sisi luar ke dalam terasa halus.
15
Gambar 28. Keausan ban karena toe-out berlebihan
Jika penyetelan toe-out berlebihan maka akan terjadi keausan ban seperti
gambar di atas, yaitu jika telapak ban diraba dari sisi dalam keluar terasa
halus tetapi jika diraba dari sisi luar ke dalam terasa kasar.
Jika penyetelan camber positif berlebihan maka akan terjadi keausan ban
seperti gambar di bawah, yakni pada sisi luar ban akan aus berlebihan
dibanding sisi dalam.
4) Wheel Balance
Balan adalah kondisi yang seimbang dari sebuah obyek yang berputar.
Balan dibagi menjadi dua jenis yaitu static balance dan dynamic balance.
Static balance adalah keseimbangan bobot dalam arah radial pada kondisi
statis, sedangkan dynamic balance adalah keseimbangan bobot dalam arah
aksial pada kondisi berputar.
16
Titik yang berjarak/ berjari-jari sama dari poros harus mempunyai bobot
yang sama, sehingga jika roda diputar titik sembarang/ tertentu dari roda akan
dapat berhenti pada sembarang posisi. Kondisi inilah yang disebut static
balance.
Jika roda yang dalam keadaan unbalance berputar maka gaya sentrifugal
yang bekerja pada titik unbalance akan lebih besar, sehingga akan cenderung
menarik keluar dari poros dan menyebabkan gaya pada poros menjadi tidak
seimbang. Hal tersebut dapat menyebabakan poros menjadi bengkok dan
atau menyebabkan getaran radial pada saat roda berputar.
17
Dengan menempelkan beban yang sama dengan bobot unbalance pada
titik yang posisinya berlawanan (180o) maka ketidakbalanan dapat dihilangkan
sehingga efeknya juga akan ikut hilang, karena gaya sentrifugal yang bekerja
pada semua arah sama besarnya.
18
Dari gambar di atas misalnya, bobot ekstra A dan B menyebabkan roda
tidak balance. Garis yang mengubungkan pusat bobot dari gaya berat G1 dan
G2 tidak berada pada sekeliling garis pusat roda, sehingga saat berputar titik
g1 dan g2 cenderung mendekati garis pusat roda.
Setiap roda berputar 180o seluruh gaya yang ditimbulkan oleh
kecenderungan tersbut menjadikan timbulnya getaran lateral mengikuti
ayunan putaran roda. Kondisi ini menyebabkan steering wheel shimmy, yaitu
ayunan menlingkar dari steering wheel.
19
pelek. Dengan membaca dimensi yang tertulis pada sisi pelek kita dapat
mengetahui ukurannya. Dimensi juga bisa dibaca pada tulisan pada sisi ban.
Misalkan pada sisi pelek tertulis: 5.00 S x 20 F.B. mempunyai arti :
5.00 : lebar pelek dalam inch
S : bentuk flens pelek (lihat tabel)
20 : diameter pelek
F.B. : tipe pelek (Flat Base)
20
3. Lakukan pengamatan secara visual kondisi ban dan pelek!
4. Lakukan pembersihan pattern ban dari kotoran!
5. Pasangkan roda pada mesin balan!
a. Pilihlah center cone yang sesuai dengan hub roda!
b. Pasangkan center cone pada poros mesin balan!
c. Pasangkan roda (arah sisi sesuai pemasangan di kendaraan)!
d. Kuncilah roda dengan hub pengunci mesin balan!
7. Masukkan input data ke mesin balan sesuai dengan data roda yang
akan dibalan!
a. Tekan menu
b. Pilih dimensions
c. Masukkan data jarak roda dari mesin balan
d. Masukkan data diameter pelek
e. Masukkan data lebar pelek
f. Selesai/ end
21
Gambar 43. Input data diameter, lebar pelek dan jarak roda dari mesin
22
dan display tanda panah tepat. Titik di atas poros mesin balan adalah
titik ketidakbalanannya.
15. Pasangkan bobot balan sesuai dengan ketidakbalanannya.
16. Lakukan uji lagi dengan mengulangi langkah 11 s.d. 13.
17. Jika sudah balan lepaskan roda, jika belum balan lanjutkan ke langkah
14 s.d. 16
Hal lain yang perlu diperhatikan pada pengecekan roda adalah run-out.
Run-out adalah frekuensi dimensi roda selama berputar. Lingkaran roda tidak
benar-benar bundar. Variasi radius putar (run-out) yang belebihan akan
mengakibatkan getaran pada bodi, sehingga harus dibatasi nilainya.
Ada dua macam run-out yaitu radial run-out dan lateral run-out. Radial
run-out adalah kesempurnaan bentuk lingkaran dari roda. Run-out menjadi
berubah disebabkan oleh kondisi ban, pelek dan posisi axle hub yang tidak
tepat. Roda dengan radial run-out jika berputar, radius putarnya akan
berubah-ubah sehingga akan menggetarkan bodi dan kemudi.
Lateral run-out adalah fluktuasi ban pada arah aksial yang akan
mengakibatkan keausan ban tidak normal pada ban dan pengemudian
23
menjadio tidak stabil. Penyebab lateral run-out adalah dinding samping ban
yang bengkok, rim yang rusak dan posisi hub poros yang tidak tepat.
24
3). Jika ada kebocoran perbaiki atau atasi terlebih dahulu kebocoran yang
terjadi, tambahkan minyak power steering pada recervoir dan lakukan
bleeding.
4). Bleeding dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
memastikan jumlah cairan power steering penuh
menaikkan bagian depan kendaraan dan pasangkan jack-stand
memutarkan kemudi secara maksimum ke kanan dan ke kiri tiga atau
empat kali dalam kondisi mesin mati, dan mengulanginya sampai
didapatkan level cairan power steering di tangki cadangan stabil, jika
berkurang lakukan penambahan.
menurunkan bagian depan kendaraan
menghidupkan mesin pada putaran idle, kemudian memutarkan kemudi
secara maksimum ke kanan dan ke kiri tiga atau empat kali dalam kondisi
mesin hidup, dan mengulanginya sampai didapatkan level cairan power
steering di tangki cadangan stabil dan tidak berbuih. Jika cairan power
steering berkurang lakukan penambahan.
5). Penggantian minyak dilakukan jika kualitas minyak sudah jelek. Penggantian
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Naikkan bagian depan kendaraan
Lepaskan pipa pengembalian minyak dari recervoir dan keluarkan minyak
Dengan mesin hidup idling, putarkan roda kemudi maksimum ke kanan
dan ke kiri sambil mengeluarkan minyak.
Matikanlah mesin.
Isikan minyak baru ke recervoir.
Hidupkan mesin pada 1000 rpm.
Setelah minyak keluar melalui pipa saluran balik, pastikan bahwa minyak
direcervoir selalu penuh dan minyak yang keluar melalui saluran balik
tidak bercampur udara.
Pasang kembali pipa pengembalian minyak dari recervoir.
Lakukan pembuangan udara yang kemungkinan masih tersisa (bleeding)
dengan cara sebagaimana dijelaskan di atas.
Pastikan bahwa pada saat mesin dimatikan, kenaikan level minyak pada
recervoir tidak lebih dari 5 mm.
25
7). Periksa roda kemudi dan kolom yang meliputi antara lain: free-play,
kekocakan dan usaha kemudi.
26
11). Putarkan roda depan dengan pelan-pelan tapi kontinyu ke arah luar sebesar
20o!
12). Putarkan penyetel nol pada belakang skala alat, sehingga skala caster dan
KPI tepat berada pada nol!
13). Putarkan depan dengan pelan-pelan tapi kontinyu ke arah dalam sebesar
20o dari posisi lurus!
14). Bacalah penunjukkan gelembung pada skala caster dan KPI gauge!
27
menggunakan toe-in gauge adalah dimulai dari mengukur jarak pada roda depan
sisi belakang. Kemudian kendaraan didorong/ digerakkan sehingga roda
berputar 180o, baru dilakukan pengukuran untuk roda depan pada sisi depan.
Pengukuran dilakukan pada garis tengah telapak ban dan jika dilihat dari
samping harus rata/ setinggi poros roda.
Berikut ini kami berikan contoh langkah penggunaan salah satu jenis wheel
alignment equipment merk nussbaum tipe WA – 900/ 920
1). Menyiapkan alat dan bahan.
2). Memeriksa permukaan dan tekanan semua ban, sesuaikan dengan
spesifikasi dengan menggunakan pressure gauge.
3). Memeriksa kekocakan tie rod, bantalan roda, dan ball joint.
4). Mengukur besarnya sudut Toe, Camber, Caster, dan KPI dengan cara sbb. :
a) Tempatkan roda depan kendaraan di atas turning table, dengan skala
“0”.
b) Tempatkan papan ganjal (setebal turning table) di bawah roda belakang,
jika turning table tidak diletakkan pada lantai yang lebih rendah
c) Pasangkan clamp manual pada masing-masing roda. Kemudian
posisikan tengah (center) secara manual sampai didapatkan posisi yang
kuat.
28
Gambar 57. Clamp manual dan pemasangan
29
g) Setiap menekan tombol start pada unit komputer maka program
spooring roda nussbaum 900/920 ini akan tampil pada menu utama,
selanjutnya klik icon untuk memulai program.
30
Gambar 64. Memilih skip ROC
31
Gambar 67. Memasang penahan pedal rem dan melepas turning table pin
n) Setelah itu akan muncul perintah untuk memastikan kondisi roda kemudi
pada posisi lurus. Luruskan kemudi dan tahan posisi tersebut beberapa
saat. Pastikan semua lampu sensor level menyala hijau, jika belum
maka lakukan pengaturan ulang.
o) Setelah ditahan pada posisi lurus beberapa saat akan muncul tampilan
seperti gambar di bawah ini. Putar roda depan ke arah yang ditunjukkan
anak panah 20, sambil melihat monitor komputer. Gerakkan roda
kemudi perlahan-lahan apabila akan mendekati angka 20 sampai
didapatkan posisi yang tepat, tahan beberapa saat sampai muncul tanda
di atas skala yang dituju.
Gambar 69. Gerakkan roda kemudi ke arah anak panah (kiri) 20
32
tanda tepat
p) Putar roda depan ke arah kanan 20 dari posisi nol. Pelankan jika sudah
mendekati 20o, dan tahan beberapa saat jika sudah masuk daerah yang
tepat.
s) Klik “front axle” dua kali untuk melihat hasil pengukuran camber,
caster dan toe.
34
melakukan penyetelan toe jangan sampai terbalik. Karena toe angle berubah
jika camber/ caster distel, maka penyetelan toe angle dilakukan setelah
penyetelan camber dan caster.
2). Camber dan caster distel dengan beberapa cara tergantung dari tipe suspensi
dan tipe dari penyetelnya. Pada suspensi macpherson, camber distel dengan
cara merubah sudut hubungan antara shock absorber dan steering knuckle,
sedangkan caster distel dengan merubah jarak antara lower arm dan strut bar
menggunakan spacer atau mur penyetel.
Pada model wishbone penyetelan camber dan caster ada yang model u
shim dan ada yang model nock, ada yang terpisah dan ada yang secara
bersama-sama. Untuk yang model nock, pada ujung dalam lower arm
dilengkapi dengan baut pengikat tipe eccentric cam (nock), ada yang satu set
maupun dua set tergantung dari tipe arm-nya. Bila baut nock diputar maka
35
center lower arm akan bergeser ke kiri atau ke kanan yang menyebabkan
lower ball joint center bergeser karena lower arm didukung oleh strut bar. Tipe
penyetelan secara bersama ini dipakai pada tipe suspensi strut maupun
wishbone.
36
Pemakaian menyebabkan keausan yang tidak selalu merata. Pemeriksaan
roda dari ketidak-balanan secara periodik sangat diperlukan untuk memastikan
roda pada kondisi balan. Pemasangan ban ke pelek yang tidak tepat juga bisa
mengakibatkan roda tidak balan dan menyebabkan pengendaraan tidak nyaman
atau kemudi menjadi bergetar. Tanda titik warna yang dibuat oleh pabrikan,
biasanya berwarna kuning harus dipasang tepat pada sisi nipple.
Pada ban juga terdapat tanda berupa warna merah. Warna merah ini
menunjukkan bagian dinding ban yang paling tinggi atau bagian paling
melengkung keluar. Fungsi tanda warna merah ini untuk mendapatkan
keseimbangan saat memasangnya pada pelek besi, karena biasanya pada pelek
besi ada sedikit oval. Pada pelek besi terdapat area emboss atau area paling
rendah dari pelek besi. Titik emboss ini biasanya ditandai dengan bulatan
berwarna (warnanya tidak tentu tapi bentuknya bulat) pada pelek besi.
Gambar 81. Tanda pemasangan pada ban, bulatan warna merah dan kuning
37
2. Sistem Rem Kendaraan
a. Prinsip dan Konstruksi Sistem Rem
Sistem rem kendaraan adalah suatu mekanisme yang secara mendasar
berfungsi untuk mengurangi dan atau menghentikan laju kendaraan. Selain itu
sistem rem juga berfungsi untuk menahan posisi diam kendaraan, dan pada
perkembangannya sistem rem juga dipergunakan untuk mengendalikan
kecepatan putar roda. Sistem rem untuk memperlambat dan menghentikan laju
kendaraan merupakan fungsi rem utama, sedangkan untuk menahan posisi diam
kendaraan adalah merupakan fungsi rem parkir. Perkembangan sistem rem yang
berpengendali elektronik, menjadikan sistem rem semakin “pintar” yakni
sekaligus berfungsi untuk membedakan putaran roda kanan dan kiri saat
berkendara.
Prinsip dasar sistem rem mekanis adalah dengan merubah energi gerak
menjadi energi panas melalui sebuah gesekan mekanis antara dua obyek, yaitu
obyek yang bergerak dan obyek yang diam. Rem bekerja disebabkan oleh gaya
yang menekan atau melawan sebuah obyek yang berputar. Energi gerak diubah
menjadi energi panas dengan melalui gesekan, sehingga obyek yang berputar
menjadi berhenti. Obyek putar pada sistem rem biasa berbentuk tromol dan
cakram, sedangkan obyek diamnya adalah kampas/ pad. Gambar di bawah ini
menunjukkan konsep pengubahan energi gesek menjadi energi panas pada rem
tromol.
Mayoritas sistem rem utama dan rem parkir kendaraan ringan terletak pada
roda, dan khusus rem parkir mayoritas ada pada roda belakang. Pada kendaraan
berat (bus dan truk) rem utama terletak di roda, sedangkan rem parkir terletak
pada poros keluar transmisi. Pada kendaraan ringan dengan sistem transmisi
otomatis, selain rem parkir di roda, juga terdapat posisi “P” pada transmisi yang
juga merupakan sebuah unit rem mekanis. Gambar di bawah ini menunjukkan
38
sebuah konstruksi dasar sistem rem, dengan rem depan menggunakan cakram
dan belakang menggunakan tromol.
Selain sistem rem mekanis, ada juga rem yang memanfaatkan energi
pneumatik, yaitu mengendalikan/ mengurangi laju kendaraan memanfaatkan
kompresi mesin untuk melawan kelajuan kendaraan, yang biasa disebut engine
brake. Rem gas buang tidak digunakan sebagai rem utama melainkan hanya
sebagai tambahan. Engine braking secara normal akan mampu mengurangi
kelajuan kendaraan walaupun optimalisasinya kurang. Sistem rem gas buang
merupakan upaya untuk meningkatkan optimalisasi pengereman dengan mesin.
Tidak hanya langkah kompresi yang dimanfaatkan, namun ditambah juga
dengan langkah buangnya, yaitu dengan menghambat/ menutup saluran buang.
Sistem ini jarang digunakan pada kendaraan ringan, namun banyak ditemukan
diaplikasikan pada kendaraan besar (truk & bus), hal ini terkait dengan besarnya
energi untuk kompresi pada kendaraan ringan relatif kecil dibanding bus dan
truk.
Tipe-tipe rem yang lazim digunakan pada kendaraan ringan dibedakan
menjadi beberapa tinjauan. Berdasar tinjauan bidang geseknya dibedakan
menjadi dua, yaitu rem tromol dan cakram. Konstruksi rem tromol ada
bermacam-macam, antara lain yaitu : leading trailing, two leading, uni servo dan
duo servo. Leading trailing menggunakan satu silinder aksi ganda dan anchor,
sebagaimana terilihat pada gambar di bawah ini:
39
Gambar 84. Konstruksi Leading Trailing
Sepatu rem yang mempunyai gerakan searah dengan putaran tromol disebut
leading dan yang berlawanan arah putaran tromol disebut trailing. Jadi saat
bergerak maju maupun mundur terdapat satu leading dan satu trailing. Sepatu
rem leading mempunyai gaya pengereman yang lebih besar karena efek
terseretnya sepatu rem oleh putaran tromol. Hal itu biasa disebut self-energizing
effect.
Model two leading menggunakan dua silinder hidrolik tetap. Pada model
single action kedua silindernya hanya mempunyai satu piston, sedangkan yang
model double action kedua silindernya mempunyai dua piston. Model single
action sering disebut two leading sedangkan model double action sering disebut
dual two leading. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi konstruksi model-
model tersebut. Model ini mempunyai keuntungan gaya pengeremannya lebih
baik, karena kedua sepatu rem mempunyai self-energizing effect.
40
sepatu menjadi trailing, sehingga gaya pengereman lemah. Gambar di bawah ini
memberikan ilustrasi konstruksi model tersebut.
41
Konstruksi rem cakram secara garis besar dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: anchored/ fixed caliper dan floating caliper. Fixed caliper biasa digunakan
pada mobil balap, menggunakan dua atau 4 piston sedangkan yang dipasangkan
berseberangan. Floating caliper biasa digunakan di mobil kecil, menggunakan
satu atau dua piston yang dipasangkan berdampingan. Gambar di bawah ini
memberikan ilustrasi jenis-jenis tersebut.
42
kanan). Gambar berikut ini menunjukkan lebih jelas mekanisme hidrolik dasar
pada kendaraan.
43
Gambar 92. Skema konstruksi booster
44
Gambar 94. Bagian-bagian master cylinder
Konstruksi check valve dapat dilihat pada gambar di atas. Pada saat tekanan
master terbangkitkan, cairan rem mengalir dan mendorong check valve terbuka,
sehingga cairan rem mengalir lewat bagian tengah katup. Pada saat pedal
dilepas, tekanan master turun dan aliran cairan rem kembali dari chamber H ke
chamber M melalui point A karena katup tertutup. Point A akan membentuk
saluran (terbuka) jika tekanan chamber H lebih tinggi dari tekanan pegas check
45
valve. Saat tekanan fluida di chamber H sama dengan tekanan pegas check
valve, maka point A akan tertutup.
Cairan rem (brake fluid) mengalir ke wheel cylinder melalui selang fleksibel
dan pemipaan. Selang fleksibel dipasang pada pemipaan yang menuntut
adaptasi gerak, yaitu didekat roda, karena roda posisinya variatif oleh adanya
sistem suspensi dan kemudi. Cairan rem pada umumnya kendaraan ringan
menggunakan cairan rem netral, yaitu DOT 3. Cairan dituntut mempunyai
karakteristik khusus untuk memenuhi tujuan penggunaannya, yaitu sebagai
cairan tenaga, yang salah satunya harus mempunyai titik didih yang tinggi. Jika
cairan rem sampai mendidih dan menguap, maka akan menyebabkan vapor lock,
yang menyebabkan tekanan tidak akan diteruskan secara optimal dan bahkan
sama sekali tidak diteruskan. Vapor lock terjadi jika kerja rem berlebihan, adanya
panas dari imbas gesekan abnormal pada tromol/ cakram, dan atau karena
memburuknya kualitas cairan rem. Udara atau uap dalam sistem hidrolik sangat
mengganggu, oleh karena itu perlu tindakan “bleeding” yaitu mengeluarkan
udara dari dalam sistem hidrolik.
Pengubah tekanan fluida menjadi gerak mekanis adalah wheel cylinder atau
caliper. Tekanan fluida diubah menjadi gerak mekanis oleh piston dan diteruskan
ke brake pad atau brake shoe. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi
konstruksi wheel cylinder. Jenis wheel cylinder ada single action (satu piston)
dan double action (dua piston).
46
Gambar 97. Konstruksi caliper roda depan dan belakang
Sepatu rem dan pad (kampas rem) berfungsi sebagai media atau bidang
geser terhadap tromol dan atau cakram. Kampas rem tromol dipasang menempel
pada backing plate. Konstruksi pemasangan kampas terhadap wheel cylinder
tergantung pada jenis konstruksinya. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi
pemasangan kampas rem pada backing plate. Pegas pengembali dipasang
untuk mengembalikan posisi kampas rem setelah gaya dorong fluida hilang saat
pedal rem dibebaskan.
47
Gambar 99. Konstruksi penyetel model terpisah dan terintegrasi
Mekanisme penyetel jarak kampas ada yang menjadi satu dengan wheel
cylinder dan ada yang terpisah. Untuk model leading trailing menggunakan
penyetel terpisah dan terletak dibagian di sepertiga bagian atas kampas sejajar
wheel silinder, maupun terintegrasi pada kedua sisi wheel silinder.
48
Gambar 101. Konstruksi penyetel kampas terpisah pada two leading
Pada rem cakram, penyetelan celah pad dan cakram terjadi secara otomatis
oleh kerja seal piston caliper. Elastisitas seal piston memberikan/ membentuk
jarak antara pad dan cakram. Gambar 91 memberikan ilustrasi jarak atau celah
yang dibentuk oleh elastisitas seal piston caliper.
Gambar 102. Jarak pad dan cakram terbentuk oleh elastisitas seal
Namun ada juga konstruksi rem cakram yang terdapat penyetel yang dapat
mengatur celah antara kampas dan cakram. Penyetelan terutama dilakukan
setelah dilakukan overhaul caliper. Penyetel berada di caliper bagian sisi
belakang piston, sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
49
Keausan kampas rem akan berakibat kemampuan pengereman berkurang
dan jika sampai kampas rem habis, pengereman bisa gagal. Pada beberapa
konstruksi, sistem peringatan dini terhadap keausan kampas diberikan dengan “
pad wear indicator” atau “pad wear warning”. Jika kampas sudah aus atau
mendekati limit batas pemakaian akan terdengar suara gesekan ringan logam
dengan logam. Pada bagian kampas rem, dipasangkan sebuah klip logam “metal
clip” yang jika kampas sudah aus maka klip metal tadi akan bergesekan dengan
cakram sehingga menimbulkan bunyi sebagai bentuk peringatan. Gambar di
bawah ini memberikan ilustrasi posisi klip logam sebagai bentuk “pad wear
warning”.
50
b. Perawatan dan Perbaikan Sistem Rem Kendaraan
Perawatan atau pemeliharaan merupakan tindakan pembersihan,
pemeriksaan, pengukuran dan penyetelan komponen dan atau sistem, untuk
menjaga agar kinerja sistem selalu dalam kondisi optimal. Perbaikan adalah
melakukan tindakan memperbaiki komponen yang rusak, cacat, atau aus dan
mengganti komponen yang habis masa pakainya karena rusak parah atau habis.
Pada sistem rem kegiatan perawatan dan perbaikannya antara lain adalah:
1) Brake Pedal
Pedal rem merupakan komponen sistem rem yang langsung berinteraksi
dengan pengemudi. Perawatan yang dilakukan adalah dengan mengatur
ketinggian dan free play pedal. Perawatan dilakukan dengan mengecek
dengan mengukur tinggi pedal rem dari lantai kendaraan dan celah antara
punggung batang pedal dan dudukan brake switch. Ketinggian pedal perlu
dipelihara agar kenyamanan pengemudi terjamin dan keamanan dan
optimalisasi kerja brake switch terjaga. Jika hasil pengukuran ditemukan hasil
yang tidak sesuai, maka penyetelan perlu dilakukan. Penyetelan dilakukan
dengan mengatur baut penghenti/ baut penyetel pedal rem, komponen nomor
8 pada gambar 100 di bawah ini.
Gambar 106. Tinggi pedal dan celah pedal terhadap dudukan saklar rem
51
Gambar 107. Konstruksi pedal rem pada dudukannya
Free play perlu diatur untuk memastikan bahwa pedal mempunyai gerak
bebas yang cukup sehingga sistem rem dipastikan betul-betul tidak bekerja saat
pedal rem tidak diinjak. Free play yang terlalu besar menyebabkan respon
pengereman menjadi kurang, namun free play yang terlalu kecil tidak disarankan
karena menjadikan sulit memastikan betul ada free play atau tidak. Gambar di
bawah ini memberikan ilustrasi pemeriksaan free play.
Jika hasil pemeriksaan free play pedal rem tidak sesuai spesifikasi, maka
dilakukan penyetelan yaitu dengan menambah atau mengurangi panjang
master cylinder pushrod. Dengan mengendorkan mur kontra/ mur penahan,
pushrod dapat diputarkan untuk menambah atau mengurangi panjangnya.
Gambar di bawah ini memberi ilustrasi posisi mur penahan dan pushrod.
52
Gambar 109. Posisi mur penahan pushrod
53
Gambar 111. Pemeriksaan ketebalan kampas melalui lubang inspeksi
Jika ketebalan kampas dan jarak kampas baik namun celah pedal ke
lantai terlalu pendek, perlu dilakukan pengecekan terhadap kebocoran sistem
hidrolik pada sambungan-sambungan brake lines, master cylinder, wheel
cylinder dan jumlah cairan rem pada tangki penampungan. Pastikan tidak
terdapat kebocoran dan jumlah cairan rem memadai. Jika ditemukan adanya
kebocoran, perbaiki terlebih dahulu kebocoran tersebut baik dengan
mengencangkan sambungan atau mengganti komponen yang bocor. Setelah
54
yakin tidak ada kebocoran dan jumlah cairan rem memadai, lakukan
“bleeding” atau pengeluaran udara dari dalam sistem hidrolik.
“Bleeding” dimulai dari wheel cylinder terjauh dan diakhiri pada wheel
cylinder terdekat. Hal itu terutama jika jalur yang bocor atau terbuka yang
menyebabkan udara masuk berada diarea master silinder. Jika yang bocor
atau yang terbuka bukan di area master silinder maka “bleeding” dimulai dari
wheel cylinder terdekat dari area yang terbuka dan diakhiri pada yang terjauh
dari area yang terbuka. Langkah “bleeding” secara rinci adalah sebagai
berikut:
a) letakkan kendaraan di tempat yang rata, kemudian pasang jack-stand
b) lepaskan tutup karet nipel, pasangkan selang transparan dan pasangkan
kunci nipel (SST)
c) siapkan wadah penampung transparan pada ujung selang yang lain
d) satu orang harus menekan pedal beberapa kali dan menahannya pada
posisi tertekan
e) orang kedua membuka/ mengendorkan nipel bleeding, mengeluarkan
cairan rem dan menutup kembali nipel bleeding dengan kunci nipel
55
f) ulangi langkah d dan e sampai tidak ada gelembung udara terlihat pada
cairan rem yang keluar dari nipel bleeding. Pastikan cadangan cairan rem
pada tangki cadangan selalu di atas batas minimal
g) berpindah ke wheel cylinder yang lainnya sesuai urutannya
h) lakukan langkah b s.d. g hingga semua roda ter-bleeding
i) lakukan pemeriksaan untuk memastikan kerja rem bagus
j) pastikan tidak ada kebocoran cairan rem dan bersihkan dengan segera
jika ada tumpahan cairan rem
k) setelah semua roda di bleeding, pastikan tanki cadangan diisi sampai
batas maksimal
56
Jika dari pengecekan di atas terdapat ketidak normalan maka
pemeriksaan lainnya adalah dengan mendengarkan secara seksama saat
pedal diinjak dan dibebaskan, apakah terdengar suara desis yang tidak
seharusnya ada, dan kapan bunyi desis itu terdengar. Pemeriksaan lebih teliti
dapat dilakukan dengan memberikan kevacuman tertentu dan melihat dan
atau mengukur panjang langkah reaksi pushrod-nya. Hasil yang didapat
dibandingkan dengan spesifikasi pada panduan servisnya. Jika nilainya tidak
sesuai mengindikasikan adanya kerusakan atau kebocoran.
Bagian booster yang diperiksa adalah katup satu arah. Katup dikatakan
bekerja dengan baik jika, katup ditiup dari luar ke dalam tertutup dan jika ditiup
dari dalam keluar katup terbuka. Pastikan letak katup satu arah, apakah ada
pada selang vacuum atau menempel pada bodi booster. Gambar di bawah ini
mengilustrasikan pemeriksaan katup satu arah yang menempel pada bodi
booster.
3) Master cylinder
Perawatan atau pemeliharaan master cylinder adalah dengan
memastikan tidak terdapat kebocoran pada bodi, saluran keluar dan di sekitar
piston. Pemeriksaan lebih teliti adalah dengan mengukur tekanan keluar
master cylinder. Jika tekanan maksimumnya kurang, hal tersebut
mengindikasikan ada komponen yang aus atau terjadi kebocoran. Jika
tekanan cairan rem yang keluar dari master cylinder kembali ke “nol” saat
injakan pedal dibebaskan, hal itu mengindikasikan check valve sudah tidak
berfungsi. Pemasangan manometer pengukur tekanan dilakukan sebelum
proportioning valve untuk mengukur tekanan pembangkitan oleh master
cylinder dan sesudah proportioning valve untuk mengukur pengaturan
tekanan oleh proportioning valve. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi
pemasangan manometer.
57
Gambar 117. Pemasangan manometer untuk mengukur tekanan fluida
58
4) Brake lines dan mekanisme rem parkir
Saluran cairan rem dari master cylinder ke wheel cylinder melalui
beberapa komponen dan dan sambungan-sambungan. Perawatan yang
dilakukan pada brake line adalah memeriksa secara visual dari kemungkinan
kebocoran dan terjepit atau tertekuk selama pemakaian. Pemeriksaan
kebocoran terutama difokuskan pada sambungan-sambungan pipa/ selang.
Jika terjadi kebocoran pada sambungan lakukan perbaikan dengan
mengeraskan sambungan dan atau menggantinya jika diperlukan.
Mekanime rem parkir menggunakan mekanisme mekanis. Tuas rem
parkir jika ditarik, langkah maksimalnya adalah 5-7 klik dengan penarikan
penarikan dengan gaya sekitar 10 kgf. Jika kurang atau lebih dari 5-7 klik,
lakukan penyetelan. Penyetelan dilakukan dengan membuka penutup tuas
tuas rem parkir, kemudian mengendorkan mur penahan kemudian mengatur
penyetelnya. Pengaturan dilakukan saat tuas rem parkir bebas atau tidak
ditarik.
59
Gambar 120. Pemeriksaan dan pengukuran master cylinder
Perawatan disc/ cakram dan caliper unit meliputi antara lain pemeriksaan
visual terhadap disc, pad dan caliper set. Perawatan cakram relatif lebih
mudah dari pada tromol karena tidak memerlukan pembersihan secara
periodik dari kotoran dan debu kampas. Pemeriksaan keausan visual,
pengukuran ketebalan cakram dan pengukuran keolengan cakram dilakukan
60
untuk memastikan cakram dalam kondisi baik. Gambar di atas memberikan
ilustrasi pemeriksaan visual dan pengukuran cakram.
Pemeriksaan visual dilakukan untuk memastikan kausan cakram merata,
tidak tergores dan tidak retak. Pengukuran dilakukan terhadap keolengan dan
ketebalan cakram masih dalam batas toleransi atau tidak. Jika masih dalam
batas toleransi, cakram masih bisa digunakan. Jika cakram ketebalannya
dibawah batas minimal, maka cakram harus diganti. Jika keolengan/ run out
cakram melampaui batas spesifikasinya, maka cakram harus diperbaiki atau
diganti. Perbaikan dilakukan dengan membubut cakram yang runout-nya
berlebihan.
61
Dalam berbagai kajian tentang gaya yang bekerja pada sebuah mobil yang
bergerak, ada 2 persfektif umum terkait dinamika pada mobil yang bergerak,
yaitu riding dan handling. Riding dimaknai sebagai kemampuan mobil untuk tetap
dalam kondisi stabil saat melalui jalan bergelombang/ tidak rata. Sedangkan
Handling dimaknai sebagai kemampuan mobil untuk akselarasi, mengerem dan
menikung dengan aman. Kedua kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kerja
sistem suspensi.
Berdasar persfektif riding dan handling, sedikitnya ada 3 faktor penting yang
menjadi syarat kenyamanan dan kemanan kendaraan, yaitu road isolation, road
holding, dan cornering. Road isolation merupakan kemampuan kendaraan untuk
menyerap dan mengisolasi kejutan tanpa menimbulkan osilasi yang berlebihan.
Road holding adalah kemampuan mobil untuk menjaga gaya gesekan antara ban
dan permukaan jalan saat terjadi perubahan kecepatan dan arah. Sedangkan
cornering merupakan kemampuan mobil untuk melalui jalan menikung, yaitu
meminimalkan body roll yang diakibatkan oleh gaya sentrifugal saat melalui jalan
menikung. Ketiga kemampuan tersebut dapat dilakukan oleh sebuah kendaraan
karena didukung oleh sistem suspensi.
Dari uraian di atas, jelas bahwa sistem suspensi memiliki fungsi dan peran
penting dalam sebuah kendaraan, yaitu menjaga kestabilan kendaraan saat
mengalami kejutan, getaran dan goncangan. Dalam prinsip meredam getaran
dan efek pemegasan sistem suspensi, dikenal adanya sprung weight dan
unsprung weight. Sprung weight adalah berat kendaraan yang ditopang oleh
pegas suspensi. Sedangkan unsprung wight adalah berat bagian lain yang tidak
ditumpu oleh pegas suspensi, misalnya axle dan bagian-bagian lain yang terletak
di antara roda-roda dan pegas suspensi. Pada umumnya semakin besar sprung
weight semakin baik pula kenyamanan mengendarai, karena suspensi mendapat
beban besar yang berdampak pada besarnya serapan guncangan/ kejutan.
Macam-macam getaran atau goyangan dan oskilasi yang terjadi pada
bagian kendaraan terpegas (sprung weight) antara lain :
1. Pitching, adalah bergoyangnya bodi kendaraan seperti mengangguk-angguk
(bagian depan dan belakang turun naik secara bergantian). Pitching biasa
terjadi pada kondisi jalan yang kasar dan banyak berlubang. Pitching akan
semakin mudah terjadi pada kendaraan dengan pegas yang lemah
dibandingkan yang pegasnya lebih keras.
2. Berguling atau rolling, adalah bergoyangnya bodi kendaraan seperti
menggeleng atau terayun-ayun ke samping (bagian samping kanan dan kiri
turun naik secara bergantian). Hal ini biasa terjadi pada saat kendaraan
62
membelok atau melalui jalan yang bergelombang, salah satu pegasnya
mengembang dan pada sisi lainnya mengkerut, sehingga mengakibatkan bodi
mobil berputar dalam arah yang lurus.
3. Bounching atau melambung, adalah bergoyangnya bodi kendaraan seperti
melompat-lompat/ terpental melambung (bodi kendaraan secara keseluruhan
dan bersamaan bergerak naik turun). Hal ini biasa terjadi apabila kendaraan
melaju pada kecepatan tinggi pada jalan bergelombang. Gerakan melambung
akan lebih besar jika pegas-pegas suspensi sudah lemah.
4. Yawing atau zig-zag, yaitu bergoyangnya bodi kendaraan seperti “ngepot”/
zig-zag (bagian depan dan belakang kendaraan bergeser ke kanan dan ke kiri
secara bergantian)
63
Gambar 124. Macam-macam getaran pada bodi kendaraan tak terpegas
1) Suspensi Rigid
Suspensi rigid atau suspensi kaku atau ada juga yang menyebut suspensi
mati adalah sistem pemasangan suspensi dimana antara roda kiri dan kanan
dipasang pada satu poros poros tunggal, sehingga kondisi satu sisi roda akan
mempengaruhi roda pada sisi yang lain. Konstruksi dasar suspensi rigid dapat
dilihat pada gambar 114.
64
Perubahan wheel alignment saat berkendara hanya kecil/ sedikit, sehingga
keausan ban akan berkurang
Kenikmatan berkendara kurang baik karena beban yang tidak terpegas besar.
Karena roda kanan dan kiri dalam satu poros maka akan saling
mempengaruhi, sehingga akan mudah terjadi getaran dan oskilasi yang
menyebabkan kekurang nyamanan berkendara.
Gambar 127. Suspensi rigid pegas daun saat akselerasi dan pengereman
65
Pemasangan pegas daun didukung oleh anti-tramp bar akan
meminimalkan penyimpangan posisi poros ke arah maju-mundur. Poros
hanya akan berayun ke atas dan ke bawah.
Gambar 129. Suspensi rigid model trailing arm dengan twist beam
c) Tipe multi link
66
d. Karena upper control arm lebih pendek daripada lower control arm maka
lantai kendaraan di atas differential dapat lebih rendah sehingga ruang
penumpang/ ruang bagasi menjadi lebih luas.
2) Suspensi Independent
Suspensi independent mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Bagian kendaraan yang tidak terpegas lebih ringan dan cengkeraman roda-
roda pada jalan bugus sehingga mengahasilkan kenikmatan dan kestabilan
pengendaraan yang lebih baik.
Pada suspensi independent, pegas-pegas hanya berfungsi menopang dan
tidak membantu memposisikan roda-roda, sehingga diperlukan lingkage-
lingkage.
Roda kanan dan kiri tidak menjadi satu poros sehingga tidak saling
mempenngaruhi. Hal itu memungkinkan lantai dan engine mounting
diperendah, yang menyebabkan titik berat kendaraan lebih rendah dan ruang
penumpang/ bagasi lebih luas.
Konstruksinya lebih rumit
Terjadi perubahan wheel aligmnet dan thread pada saat berkendara, sehingga
keausan ban lebih besar.
67
Gambar 132. Suspensi independent wishbone
68
Gambar 135. Suspensi independent trailing arm
Pegas daun
Pegas batang
Pegas suspensi torsi
Pegas karet
Pegas bukan
logam
Pegas udara
69
Pegas daun dibuat dari sejumlah lembar baja pegas dan diikat menjadi satu,
mulai dari yang terpendek di bawah dan terpanjang di atas. Pada bagian tengah
diikat dengan baut atau keling dan pada beberapa tempat diberi klem. Pada
kedua ujung pegas utama (yang terpanjang) terdapat mata pegas yang
digunakan untuk pemasangan pegas pada rangka atau pada side member. Pada
umumnya pegas daun, yang terpanjang adalah yang terlembut. Semakin banyak
jumlah lembar daun pegasnya, makin keras pegas tersebut.
70
Pegas daun pada kendaraan berat biasanya terdiri dari dua unit, yaitu pegas
utama dan pegas pembantu. Pegas pembantu dipasang di atas pegas utama.
Bila bebannya ringan hanya pegas utama yang bekerja. Jika beban berat maka
pegas utama dan pegas pembantu akan bekerja secara bersama-sama.
71
Gambar 139. Pegas spiral
Ada juga beberapa variasi konstruksi yang tujuan utamanya sama, yaitu
dengan variasi jarak antar belitan dan variasi diameter belitan. Secara umum
karakteristik pegas spiral dapat diuraikan sebagai berikut :
tingkat penyerapan energi per-unit dari berat adalah lebih besar dibandingkan
pegas-pegas daun.
pegas dapat dibuat lembut
karena tidak ada gesekan dalam antar pegas, maka tidak ada kontrol oskilasi
oleh pegas itu sendiri dan dengan demikian perlu menggunakan shock
absorber.
Tidak adanya penahan gaya lateral, maka diperlukan mekanisme linkage
(suspensi arm, lateral control rod, dsb.) untuk menopang axle.
Jenis pegas lain yang digunakan adalah pegas batang torsi atau biasa
hanya disebut batang torsi. Batang torsi merupakan sebatang baja pegas yang
silindris yang memanfaatkan elastisitas puntirnya untuk menahan beban puntir.
Salah satu ujung batang torsi dipasangkan pada frame/ rangka/ dudukan di
chasis, sedangkan ujung yang lain diikatkan ke komponen yang menerima beban
puntir. Puntiran bekerja pada ujung batang torsi melalui tuas. Batang torsi juga
sekaligus berfungsi sebagai batang stabilizer. Secara umum karakteristik pegas
batang torsi diuraikan sebagai berikut :
tingkat penyerapan energi per-unit berat paling besar, sehingga suspensi
menjadi lebih ringan.
Konstruksi suspensinya sederhana
Batang torsi juga tidak mempunyai control oskilasi sehingga memerlukan
peredam oskilasi/ kejutan (shock absorber).
72
Gambar 140. Pegas batang torsi
73
Udara mempunyai sifat kompresibel sehingga mempunyai effek seperti
elastisitas pegas. Pegas udara mempunyai karakteristik antara lain sebagai
berikut :
Kekerasan pegas dapat diatur dengan mengatur tekanan udara di dalam
ruangan pegas. Saat beban ringan misalnya, pegas bisa dibuat lembut
dengan mengurangi tekanan udara, namun saat beban berat pegas dapat
diperkuat dengan meningkatkan tekanan udara dalam ruangan pegas.
Dengan kondisi ini, pegas udara paling ideal untuk mencapai kenyamanan/
kenikmatan berkendara.
Tinggi kendaraan juga dapat dibuat konstan walaupun bebannya berubah,
yaitu dengan mengatur besarnya tekanan udara sesuai dengan perubahan
beban yang terjadi.
Karena diperlukan pengaturan tekanan udara maka diperlukan kompresor
udara dan sistem yang mengontrol besarnya tekanan yang dibangkitkan,
sehingga konstruksinya menjadi lebih komplek, bahkan akhir-akhir ini telah
berkembang sistem kontrol elektroniknya yang biasa disebut dengan
electronically-modulated air suspension.
74
Gambar 144. Silinder pneumatik pada sistem suspensi udara
75
Gambar 146. Shock absorber jenis single action dan double action
Jika berdasar konstruksinya diklasifikasikan menjadi tipe mono tube dan tipe
twin tube. Ilustrasi konstruksi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
76
Sebagaimana disebut di atas, lingkage berfungsi untuk menahan komponen-
komponen suspensi agar tetap stabil pada posisinya dan mengontrol pergerakan
roda-roda ke arah samping maupun depan. Linkage antara lain lateral control rod
dan strut bar. Lateral control rod dipasang diantara axle dan body kendaraan,
berfungsi untuk menahan axle pada posisinya terhadap beban dari samping.
sedangkan strut bar adalah batang baja, salah satu ujungnya dipasangkan pada
lower arm dengan baut ujung lainnya dipasangkan pada bodi dengan
mempergunakan karet sebagai bantalan. Fungsinya adalah menopang lower arm
agar tidak bergerak ke depan dan ke belakang pada saat kendaraan berjalan,
sehingga merupakan komponen penunjang sistem suspensi bebas.
77
Tabel 1. Diagnosis permasalahan pada suspensi
Masalah Diagnosis
Kendaraan bergetar Ball joint aus atau suspension arm patah atau
strut bar lemah
Suara hentakan Bushing/ karet rusak atau bumper rusak
Kendaraan mengayun Stabilizer bar lemah/patah
Keausan ban tidak normal Perbedaan daya pegas pada tiap sisi
kendaraan
Terjadi pitching Pegas lemah, kerusakan pada absorber
78