Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, paradigma yang berkembang


dalam administrasi publik adalah tuntutan pelayanan yang lebih baik dari
sebelumnya. Tuntutan akan pelayanan yang lebih baik dan memuaskan kepada
publik menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh instansi pemerintah
penyelenggara pelayanan publik. Tuntutan tersebut muncul seiring dengan
berkembanagnya era reformasi dan otonomi daerah dan sejak tumbangnya
kekuasaan rezim orde baru (Semil, 2005:35). Setelah delapan tahun berlalu, gaung
tuntutan tersebut masih terus menggema, bahkan berbagai pelaung yang ada
diperhitungkan agar terwujudnya kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang
lebih baik lagi. Pendek kata, seluruh elemen bangsa telah sepakat agar kondisi masa
lalu yang kurang dan tidak baik tidak terulang lagi. Karenanya muncul istilah-
istilah, seperti e-government 1dan good goverment. Istilah ini muncul dalam rangka
mewujudkan kondisi kehidupan bangsa yang lebih baik.

Dari sekian banyak tuntutan yang ada, satu di antaranya adalah


meningkatkan pelayanan publik melalui penciptaan tata pemerintahan yang bersih
dan berwibawa. Agenda tersebut memrupakan upaya untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik, antara lain melalui keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas,
dan efisiensi, menjunjung tinggi supremasi hukum, dan membuka partisipasi
masyarakat yang dapat menjamin kelancaran, keserasian, dan keterpaduan tugas
dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu diperlukan

1
http://e-goverment.co
langkah-langkah kebijakan yang terarah pada perubahan kelembagaan dan sistem
ketatalaksanaan; kualitas sumberdaya manusia aparatur; dan sistem pengawasan
yang efektif.

Pada dasarnya, setiap pembaruan dan perubahan dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara, dimaksudkan dalam rangka menuju terwujudnya
pemerintahan yang demokratis guna terwujudnya sistem pemerintahan yang lebih
baik (good goverment).

Menyadari betapa pentingnya arti mewujudkan kepemerintahan yang baik,


maka aparatur negara dituntut harus mampu meningkatkan kinerja. Sasaran yang
menjadi prioritas adalah mewujudkan pelayanan masyarakat yang efisien dan
berkualitas, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
daya saing.

Berkenaan dengan uraian tersebut, maka makalah ini bermaksud untuk


menganalisis dan menguraikan good government.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian good government?

2. Apa saja prinsip-prinsip dari good government?

3. Apa saja pilar good government?

4. Bagaimana paradigma good government di Indonesia?

5. Apa saja rukun-rukun good government?

6. Apa agenda-agenda dari good government di Indonesia?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari good government.

2. Untuk mengetahui dasar-dasar hukum / prinsip good government.

3. Sebagai pembelajaran tentang penerapan good government di Indonesia.

4. Untuk memahami rukun-rukun dari good government.

5. Untuk mempelajari agenda-agenda dari good government yang ada di


Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Good Government

Kata ‘good’ pada good-goverment bermakna:

(1) Berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

(2) Keberdayaan masyarakat dan swasta.

(3) Pemerintahan yang bekerja sesuai dengan hukum-positif negara.

(4) Pemerintahan yang produktif, efektif, dan efisien.

Sementara ‘goverment’-nya bermakna:

(1) penyelenggaraan pemerintahan.

(2) aktivitas pemerintahan melalui:

--- pengaturan publik

--- fasilitasi publik

--- pelayanan publik

good goverment ---- ‘penyelenggaraan pemerintahan yang baik’.

Pinto menyebut bahwa istilah kepemerintahan yang merujuk pada praktik


penyelenggaraan kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah dalam pengelolaan
urusan pemerintah secara umum, dan perkembangan ekonomi pada khususnya.

Beberapa pengertian tentang pemerintahan yang baik dapat dikemukakan sebagai


berikut,
a. World Bank

Good Goverment menurut Bank Dunia (World Bank) adalah cara kekuasaan
digunakan dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomi untuk
pengembangan masyarakat (The way state power is used in managing economic
and social resources for development of society).

Good Goverment sinonim dengan penyelernggaraan manajemen


pembangunan yang mempunyai 5 Prinsip :

• solid & bertanggung jawab yang sejalan dg demokrasi & pasar yang efisien;

• menghindari salah alokasi & investasi yang terbatas;

• pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif;

• menjalankan disiplin anggaran;

• penciptaan kerangka politik & hukum bagi turnbuhnya aktivitas kewiraswastaan.

b. United Nations Development Program ( UNDP )

Menurut UNDP, Good Goverment dimaknai sebagal Praktek penerapan


kewenangan pengelolaan berbagai urusan.United Nations Development Program
mengemukakan bahwa karakteristik atas prinsip-prinsip yang harus dianut dan
dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan kepemerintahan yang baik meliputi
hal-hal berikut:

a. Partisipasi

b. Penegakan hukum

c. Transparan

d. Daya Tangkap

e. Berorientasi konsensus
f. Berkeadilan

g. Efektif dan Efisien

h. Akuntabilitas

i. Bervisi strategis

j. Kesalingterkaiatan

Pembahasan Goverment tidak akan lepas dari paradigma goverment,karena


perkembangan paradigma goverment merupakan transformasi goverment secara
bertahap. Perkembangan peran pemerintah dibahas mulai abad ke-20 meliputi,

· Tahap 1: era abad ke-20

Era ini ditandai dengan konsolidasi pemerintahan demokrasi (democratic


goverment) di dunia Barat.

· Tahap 2 : pasca perangdunia I

Pada masa ini ditandai dengan semakin menguatnya peran pemerintah. Pada masa
ini pemerintah tampil high profile, berperan melancarkan regulasi politik,
redistribusi ekonomi, dan kontrol yangkuat terhadap ruang – ruang politik dalam
masyarakat. Implikasinya adalah meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk
pelayanan publik, meluasnya program politik dan intervensi kedunia pasar. Negara
dianggap sebagai kendaraan yang tangguh, absah dan tidak tertandingi
untukmembawa perubahan sosial dan ekonomi.

· Tahap 3 : era tahun 1960 – 1970an

Terjadi perluasan proyek developmentalisme (modernisasi) yang dilakukan oleh


dunia Barat di dunia ke 3. Pada perkembangannya modernisasi ini juga manjadi
westerenisasi, orientasi pembangunan berkiblat ke Barat walaupun belum tentu
cocok di negara – negara Asia, Afrika dan Amerika Latin. Pada masa ini merebak
pendalaman kapitalisme dan rezim otoritarian di kawasan Asia, Amerika Latin dan
Afrika. Akademisi Barat beranggapan bahwa modernisasi dan pembangunan
ekonomi akan mendorong birokrasi yang semakin rasional, meningkatkan
partisipasi politik dan berkembangnya demokrasi. Teori ini tumbang karena
pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang malah diikuti oleh meluasnya
rezim otoritarian yang umumnya ditopang oleh aliansi antara militer,birokrasi sipil
dan masyarakat bisnis internasional. Fungsi partai politik berubah dari ajang
aspirasidan partisipasi rakyat menjadi alat kontrol korporatis negara terhadap
rakyat. Kehidupan politik rakyat mengalami depolitisasi. Persoalan politik rakyat
yang paling mendesak telah diredusir,diredam dan bahkan dialihkan dengan
menganggap kualitas pengetahuan, teknik dan keterampilan rakyat yang rendah ,
dan hal ini dianggap hanya dapat dipecahkan oleh pejabat dan kaum teknokrat.
Muncul ortodoksi yang berlawanan dengan teori modernisasi, bahwa
otoritarianisme politik sebenarnya tidak bertentangan dengan masyarakat dan
kebudayaan kapitalis.

· Tahap 4 : memasuki dekade 1980an

Pada era ini tumbuh cara pandang baru terhadap pemerintahan, yang ditandai
dengan munculnya goverment dan Good Goverment. Perspektif yang terpusat pada
government bergeser keperspektif goverment. Gagasan goverment yang
dipromosikan oleh badan – badan internasional yang mempromosikan reformasi
ekonomi dan demokratisasi politik, untuk menciptakan pemerintahan yang baik
(good goverment).

Banyak definisi goverment yang dimunculkan oleh berbagai pihak, akan tetapi
secara empirik dimensi goverment mencakup tiga elemen utama yaitu :
· Pengaruh warga negara, bisa diukur dari tingkat partisipasi politik, perangkat
artikulasi dan agregasi serta metode akuntabilitas publik

· Resiprositas sosial, menunjuk pada derajat kesetaraan politik dalam masyarakat,


tingkat

toleransi antar kelompok dan tingkat keterbukaan dalam organisasi – organisasi


sosial .

· Kepemimpinan yang responsif dan bertanggungjawab, menunjuk pada sikap


pemimpin politik pada perannya sebagai kepercayaan publik.

B. Prinsip- prinsip good government

Kunci utama memahami good goverment adalah pemahaman atas prinsip-


prinsip di dalamnya. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah
bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good goverment. Prinsip-
prinsip good goverment antara lain:

1. Partisipasi Masyarakat

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan,


baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang
mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas
untuk berpartisipasi secara konstruktif.

2. Tegaknya Supremasi Hukum

Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk
di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.

3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau.

4. Peduli pada Stakeholder

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha


melayani semua pihak yang berkepentingan.

5. Berorientasi pada Konsensus

Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang


berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang
terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam
hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.

6. Kesetaraan

Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau


mempertahankan kesejahteraan mereka.

7. Efektifitas dan Efisiensi

Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai


kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang
ada seoptimal mungkin.

8. Akuntabilitas

Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-


organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut
berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.

9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke
depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan
akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain
itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya
dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

Menurut Santosa, untuk mencapai Good Governance, maka elemen-elemen


negara yang meliputi pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat maupun lembaga
peradilan harus berfungsi optimal dan efektif. Masyarakat sipil harus mampu
menjalankan peranannya sebagai penyalur aspirasi rakyat dan public watchdog.
Sektor swasta harus diberikan jaminan bahwa kegiatan ekonomi dapat berjalan
dengan baik, dan menaati norma-norma sosial serta aturan hukum. Dengan
demikian, good governance mensyaratkan lima hal, sebagai berikut:

· Lembaga perwakilan yang mampu menjalankan fungsi kontrol yang optimal


terhadap penggunaan kekuasaan negara dan keberadaan wakil rakyat yang aspiratif
akan sangat menentukan penyelenggaraan pemerintah yang efisien, tidak korup dan
selalu berorientasi pada aspirasi rakyat (yang diwakilinya).

· Pengadilan yang independen merupakan komponen strategis dari sistem


penegakan hukum dan rumah keadilan bagi korban ketidakadilan untuk
mendapatkan pemulihan hak yang terlanggar.

· Aparatur pemerintah (birokrasi) yang memiliki integritas yang kokoh dan


responsif terhadap kebutuhan masyarakat (strong, reliable and responsive
bureaucracy).

· Masyarakat sipil yang kuat sehingga mampu melaksanakan fungsi kontrol


publik (strong and participatory civil society).
· Desentralisasi dan lembaga perwakilan di daerah yang kuat (democratic
desetralization). Karena kebijaksanaan publik produk desentralisasi akan lebih
partisipatoris dan aspiratif.

Tolak ukur ciri-ciri pemerintahan yang baik yang memiliki visi tentang
keterbatasan daya dukung ekosistem, adalah pengakuan terhadap 8 (delapan)
parameter dalam kebijaksanaan pemerintahan, yaitu:

1. Pemberdayaan, pelibatan masyarakat dan akses informasi;

2. Transparansi;

3. Desentralisasi yang demokratis;

4. Pengakuan terhadap keterbatasan daya dukung ekosistem dan keberlanjutan;

5. Pengakuan hak masyarakat adat dan masyarakat setempat;

6. Konsistensi dan harmonisasi;

7. Kejelasan (clarity);

8. Daya penegakan (enforceability).

Menurut Koesnadi dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik di


bidang lingkungan hidup maka perlu diperhatikan asas-asas umum pemerintahan
yang baik (the principles of good administration) yang meliputi asas-asas: (a)
Kepastian hukum; (b) Keseimbangan; (c) Kesamaan; (d) Bertindak cermat; (e)
Motivasi untuk setiap keputusan; (f) Jangan mencampuradukkan kewenangan; (g)
Permainan yang layak; (h) Keadilan atau kewajaran; (i) Menanggapi harapan yang
ditimbulkan; (j) Meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal; (k)
Perlindungan atas pandangan hidup; (l) Kebijakan; dan (m) Penyelenggaraan
kepentingan umum.

C. Pilar-Pilar good goverment


Good Goverment hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh
lembaga yang melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Negara

a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil

b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan

c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable

d. Menegakkan HAM

e. Melindungi lingkungan hidup

f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik

2. Sektor Swasta

a. Menjalankan industri

b. Menciptakan lapangan kerja

c. Menyediakan insentif bagi karyawan

d. Meningkatkan standar hidup masyarakat

e. Memelihara lingkungan hidup

f. Menaati peraturan

g. Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat

h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM

3. Masyarakat Madani

a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi


b. Mempengaruhi kebijakan publik

c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah

d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah

e. Mengembangkan SDM

f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat

D. Rukun- rukun good government

1. Pertanggungjawaban (responsibility)

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang


saham juga kepada stake holder.

2. Transparansi (transparency)

Pemerintahan harus menyediakan informasi yang material dan relevan


dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

3. Akuntabilitas (accountability)

Pemerintahan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara


transparan dan wajar.

4. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness )

Dalam melaksanakan kegiatannya, pemerintahan harus senantiasa


memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran

5. Independensi (Independency)
Pemerintah harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ pemerintahan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh
pihak lain.

E. Agenda Good Goverment

Good Goverment sebagai suatu gerakan adalah segala daya upaya untuk
mewujudkan suatu pemerintahan yang baik. Oleh karena itu gerakan good
goverment harus memiliki agenda yang jelas. Untuk kasus Indonesia, agenda good
goverment harus disesuaikan dengan kondisi riil bangsa saat ini, yang meliputi:

1. Agenda Politik

Krisis politik yang melanda bangsa Indonesia dewasa ini tidak lepas dari
penataan sistim politik yang kurang demokratis. Oleh karena itu perlu dilakukan
pembaharuan politik yang menyangkut masalah-masalah penting seperti:

a. Amandemen UUD 1945 Sebagai sumber hukum dan acuan pokok


penyelenggaraan pemerintahan, amandemen UUD 1945 harus dilakukan untuk
mendukung terwujudnya good goverment seperti pemilihan presiden langsung,
memperjelas susunan dan kedudukan MPR dan DPR, kemandirian lembaga
peradilan, kemandirian kejaksaan agung dan penambahan pasal-pasal tentang hak
asasi manusia.

b. Perubahan Undang-Undang Politik dan Undang-Undang Keormasan yang lebih


menjamin partisipasi dan mencerminkan keterwakilan rakyat.

c. Reformasi agraria dan perburuhan

d. Mempercepat penghapusan peran sosial politik TNI

e. Penegakan supremasi hukum


2. Agenda Ekonomi

Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak
teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh. Mengingat
begitu banyak permasalahan ekonomi di Indonesia, perlu dilakukan prioritas-
priotitas kebijakan. Prioritas yang paling mendesak untuk pemulihan ekonomi saat
ini antara lain:

a. Agenda Ekonomi Teknis

- Otonomi Daerah. Pemerintah dan rakyat Indonesia telah membuat keputusan


politik untuk menjalankan otonomi daerah yang esensinya untuk memberikan
keadilan, kepastian dan kewenangan yang optimal dalam pengelolaan sumber daya
daerah guna memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan segala potensi yang
dimilikinya. Agar pelaksanaan otonomi daerah ini berjalan tanpa gejolak
dibutuhkan serangkaian persiapan dalam bentuk strategi, kebijakan program dan
persiapan institusi di tingkat pusat dan daerah.

- Sektor Keuangan dan Perbankan. Permasalahan terbesar sektor keuangan saat


ini adalah melakukan segala upaya untuk mengembalikan fungsi sektor perbankan
sebagai intermediasi,serta upaya mempercepat kerja BPPN. Hal yang harus
dilakukan antara lain tidak adanya dikhotomi antara bankir nasional dan bankir
asing, lebih diperlukan kinerja yang tinggi, tidak peduli apakah hal itu dihasilkan
oleh bankir nasional ataupun asing, perlu lebih mendorong dilakukannya merger
atau akuisisi, baik di bank BUMN maupun swasta, pencabutan blanket guarantee
perlu dipercepat, namun dilakukan secara bertahap, mendorong pasar modal dan
independensi pengawasan (Bapepam), perlunya penegasan komitmen pemerintah
dalam hal kinerja BPPN.

- Kemiskinan dan Ekonomi Rakyat. Pemulihan ekonomi harus betul-betul


dirasakan oleh rakyat kebanyakan. Hal ini praktis menjadi prasarat mutlak untuk
membantu penguatan legitimasi pemerintah, yang pada giliranya merupakan bekal
berharga bagi percepatan proses pembaharuan yang komprehensif menuju
Indonesia baru.

b. Agenda Pengembalian Kepercayaan

- Hal-hal yang diperlukan untuk mengembalikan atau menaikkan kepercayaan


terhadap perekonomian Indonesia adalah kepastian hukum, jaminan keamanan bagi
seluruh masyarakat, penegakkan hukum bagi kasus-kasus korupsi, konsistensi dan
kejelasan kebijakan pemerintah, integritas dan profesionalisme birokrat, disiplin
pemerintah dalam menjalankan program, stabilitas sosial dan politik, dan adanya
kepemimpinan nasional yang kuat.

3. Agenda Sosial

Masalah sosial yang cukup krusial dihadapi bangsa Indonesia akhir-akhir


ini adalah konflik yang disertai kekejaman sosial luar biasa yang menghancurkan
kemanusiaan dan telah sampai pada titik yang membahayakan kelanjutan
kehidupan dalam bentuk kekerasan komunal dan keterbuangan sosial dengan segala
variannya. Oleh karena itu masyarakat bersama pemerintah harus melakukan
tindakan pencegahan terhadap daerah lain yang menyimpan potensi konflik. Bentuk
pencegahan terhadap kekerasan komunal dapat dilakukan melalui; memberikan
santunan terhadap mereka yang terkena korban konflik, mencegah berbagai
pertikaian vertikal maupun horizontal yang tidak sehat dan potensial mengorbankan
kepentingan bangsa dan mencegah pula segala bentuk anarkhi sosial yang terjadi di
masyarakat.

4. Agenda Hukum
Hukum merupakan faktor penting dalam penegakan good goverment. Dapat
dipastikan, good government tidak akan berjalan mulus di atas sistim hukum yang
lemah.

Posisi dan peran hukum di Indonesia berada pada titik nadir, karena hukum
saat ini dianggap sebagai komiditi daripada lembaga penegak keadilan. Kenyataan
ini yang membuat ketidakpercayaan dan ketidaktaatan pada hukum oleh
masyarakat.

Untuk memulihkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap hukum


dalam rangka mewujudkan good goverment diperlukan langkah-langkah kongkret
dan sistimatis,yaitu:

a) Reformasi Konstitusi. Untuk menata kembali sistim hukum yang benar perlu
diawali dari penataan konstitusi yang masih banyak mengandung celah kelemahan.

b) Penegakan Hukum. Reformasi di bidang penegakkan hukum yang bersifat


strategis dan mendesak untuk dilakukan adalah; pertama, reformasi Mahkamah
Agung dengan memperbaiki sistim rekrutmen (pengangkatan), pemberhentian,
pengawasan dan penindakan yang lebih menekankan aspek transparansi dan
partisipasi masyarakat. Perbaikan tersebut harus dilakukan oleh Komisi Yudisial
Independen.Kedua, reformasi Kejaksaan. Untuk memulihkan kinerja kejaksaan
saat ini perlu dilakukan fit and proper test terhadap Jaksa Agung dan pembantunya
sampai eselon II. Selain itu untuk mengawasi kinerja kejaksaan perlu dibentuk
sebuah komisi Independen Pengawas Kejaksaan.

c) Pemberantasan KKN. Untuk memberantas KKN diperlukan setidaknya dua


cara; pertama adalah upaya pencegahan yang dilakukan dengan cara memberi
jaminan hukum bagi perwujudan pemerintahan terbuka (open
government).Sedangkan yang kedua adalah upaya penanggulangan (setelah korupsi
muncul) yaitu dapat diatasi dengan mempercepat pembentukan Badan Independen
Anti Korupsi.
d) Sumbangan Hukum dalam Mencegah dan Menanggulangi Disintegrasi Bangsa
Pengakuan identitas terhadap nilai-nilai lokal, pemberian kewenangan dan
representasi yang lebih luas kepada daerah, pemberdayaan kemampuan masyarakat
dan akses pengelolaan terhadap sumber daya alam lokal menjadi isu penting yang
sangat stategis di dalam menciptakan integritas sosial, karena selama lebih dari tiga
dekade masyarakat selalu ditempatkan sebagai obyek, tidak diakui berbagai
eksistensinya dan diperlakukan tidak adil.

e) Pengakuan Terhadap Hukum Adat dan Hak Ekonomi Masyarakat. Untuk


menjamin hak-hak masyarakat hukum adat, maka diperlukan proses percepatan di
dalam menentukan wilayah hak ulayat adat secara partisipatif.

f) Pemberdayaan Eksekutif, Legislatif dan Peradilan

Untuk lebih meningkatkan representasi kepentingan daerah di tingkat nasional,


perlu dilakukan rekomposisi keanggotaan utusan daerah, di mana keterwakilan
rakyat di daerah secara kongkret diakomodasi melalui pemilihan anggota utusan
daerah secara langsung oleh rakyat. Sistim pemilihan langsung juga dilakukan
untuk para pejabat publik di daerah khususnya gubernur, bupati/walikota.

Penerapan penegak hukum harus dilakukan secara kontekstual dengan


menggunakan kebijakan ‘selektive enforcement’ sehingga keadilan memang
berasal dari rasa keadilan yang hidup di masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Good Goverment adalah penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang


mempunyai prinsip-prinsip seperti; partisipasi masyarakat,tegaknya supremasi
hukum, transparansi, peduli pada stakeholder, berorientasi pada konsensus,
kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, visi strategis.

Pilar-pilar Good Goverment anatara lain negara, sektor swasta, dan juga
masyarakat madani.Selain itu Good Goverment juga memiliki rukun-rukun dan
agenda yang harus dilaksanakan.

B. Saran

1. Untuk terciptanya good goverment maka peran antara lembaga


pemerintahan,sektor swasta dan masyarakat harus saling bersinergi.

2. Agenda dari good goverment haruslah diwujudkan dalam bentuk tindakan yang
riil,tidak hanya sekedar wacana belaka.

3. Harus saling peka terhadap perubahan yang terjadi di negara ini.

Anda mungkin juga menyukai